Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

VOLUME BASED COSTING/VBC

Dipresentasikan kepada kelas MBS-5A dalam mata kuliah akuntansi biaya

Disusun oleh

Kelompok 5:

DIAN AULIA NALDI 3718003

NURRAHMADANI 3718009

AHZANUL HUSNA 3718028

Dosen Pembimbing:

NINI SUMARNI,S.E,M.Si

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH (MBS-5A)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN)

BUKITTINGGI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami sampaikan
kepada baginda rasul Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
akuntansi biaya yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “volume based cost/VBC”
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini,
sehingga kami senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi
penyempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Bukittinggi, 16 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penyusunan ................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Harga pokok produksi ............................................................................ 2


B. Sistem penetapan harga poko VBC ........................................................ 3
C. Kelebihan dan kekurangan VBC ............................................................. 4
D. Perhitungan harga VBC........................................................................... 6
E. Perbedaan ABC dengan VBC .................................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................................... 12

DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................ 13

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini menjadi tantangan baru bagi UMKM,
bagaimana tidak UMKM harus menciptakan pondasi yang kuat untuk usahanya, harus
meningkatkan produktivitas dan perluasan pasar serta mempertahankan posisi pasarnya.
Posisi pasar ini dapat dipertahankan jika memiliki harga jual yang kompetitif.
Perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif dengan menghitung
harga pokok produksi yang tepat. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini kami akan
membahas mengenai “volume based cost/VBC”

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Harga Pokok Produksi?
2. Bagaimana Sistem Penetapan Harga Pokok VBC?
3. Apa Saja Kelebihan Dan Kekurangan VBC?
4. Bagaimana Perhitungan Harga VBC?
5. Apa Perbedaan ABC Dengan VBC?

C. TUJUAN PENYUSUNAN
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Harga Pokok Produksi?
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Sistem Penetapan Harga Pokok VBC?
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Kelebihan Dan Kekurangan VBC?
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Perhitungan Harga VBC?
5. Untuk Mengetahui Apa Perbedaan ABC Dengan VBC?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. HARGA POKOK PRODUKSI


Ada beberapa defenisi mengenai harga pokok produksi menurut para ahli:
1. Menurut Hansen dan Mowen
Harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama
periode berjalan.
2. Menurut Charles T, Horngern, Srikant M. Datar dan George Foster.
Harga pokok produksi (cost of goods manufactured) adalah biaya barang yang
dibeli untuk proses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi
berjalan.
3. Menurut Mulyadi.
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
4. Menurut Soemarso1
Biaya yang telah diselesaaikan selama suatu periode disebut harga pokok produksi
barang selesai atau harga pokok produksi.
5. Menurut Garrison2
Harga pokok produksi adalah biaya produk yang berhubungan dengan barang yang
diselesaikan dalam periode tertentu.
6. Menurut mursyidi
Perhitungan harga pokok yang berkembang dalam dunia industry diklasifikasikan
menjadi 2 kelompok yaitu:

1
Gloria stefanie rotikan,penerapan metode activity based costing dalam penentuan harga
pokok produksi pada PT tropicacocoprima, jurnal EMBA, vol 1 no 3, 2013, hal 1020.
2
Anis paskalia sariningsih dan ida farida adi prawira, perbedaan penetapan harga pokok
produksi dengan menggunakan metode tradisional dan metode activity-based costing(studi kasus
pada CV anugrah jaya Indonesia bandung), jurnal riset akuntansi dan bisnis, vol 17 no , 2017, hal
2

2
a. kalkulasi harga pokok tradisional, dimana biaya overhead pabrik yang
menggunakan tarif ditentukan dimuka berdasarkan sistem plant-wide dan
departementalisasi.
b. Kalkulasi harga pokok berdasarkan aktivitas, dimana biaya overhead pabrik
atau biaya konversi dibebankan berdasarkan tarif ditentukan dimuka yang
terkait dengan aktivitas produksi.

Maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan dalam suatu proses produksi untuk mengubah bahan mentah/baku menjadi
barang jadi pada suatu periode.
Untuk menentukan harga pokok produksi tidak akan lepas dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja serta biaya overhead pabrik yang digunakan dalam proses produksi. Selain itu
informasi tentang harga pokok produksi sangat dibutuhkan oleh manajer dalam
menentukan harga jual dan pihak eksternal yang ingin menanamkan modalnya dalam
perusahaan itu.

B. SISTEM PENETAPAN HARGA POKOK TRADISIONAL


Menurut Blocher sistem tradisional adalah sistem penentuan harga pokok produksi
dengan mengukurr sumber daya yang dikosumsi dalam proporsi yang sesuai dengan
jumlah produk yang dihasilkan
Menurut Carter dan Ursy, sistem tradisional adalah sistem perhitungan biaya yang
menjadikan volume atau ukuran tingkat unit sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead
ke ouput. Sehingga sistem tradisional disebut dengan sistem berdasarkan unit (volume
based costing).
Menurut Hansen dan Mowen, sistem akuntansi biaya tradisional mengansumsikan
bahwa semua biaya diklasifikasikan sebgai biaya tetap atau variable dengan perubahan unit
atau volume produk yang diproduksi.3
Menurut Wijayanti menyatakan bahwa sistem tradisional hanya menggunakan
driver aktivitas berlevel unit untuk membebankan biaya overhead pabrik pada suatu

3
Universitas Kristen satya wacana, hal 17

3
produk. Driver aktivitas berlevel unit adalah factor-faktor yang menyebabkan perubahan
biaya sesuai dengan perubahan unit produk yang diproduksi.
Menurut Garrison dan Noreen ada dua tahap yang ditempuh dalam sistem
tradisionall mengalokasikan biaya overhead pabrik ditempuh dengan dua tah:
1. Biaya overhead pabrik dibebankan ke unit organisasi.
2. Biaya overhead pabrik dibebankan ke masing-masing produk.

Elemen-elemen biaya dialokasikan secara proporsional dengan suatu pembanding


yang sesuai. Elemen-elemen biaya dialokasikan secara langsung sesuai dengan
perhitungannya. Elemen biaya itu dijumlahkan untuk memperoleh nilai harga pokok
produksi kemudian dihitung harga pokok produksi untuk setiap produk yang dihasilkan.

Maka sistem tradisional adalah sistem perhitungan biaya berdasarkan jumlah unit
yang diproduksi. Menurut sistem tradisional jumlah biaya yang dikeluarkan akan
bertambah sesuai dengan besarnya jumlah unit yang diproduksi. Dan untuk menghitung
harga per unit produknya adalah dengan cara menjumlahkan seluruh biaya yang
dikeluarkan kemudian dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM TRADISIONAL (VBC)


1. Kelebihan.
Kelebihan dari sistem ini menurut Amin W Tunggal (2000) dalam partogian
sormin(2003):
a. Mudah audit, karena jumlah cost driver tidak terlalu banyak sehingga
memudahkan auditor melakukan proses audit.
b. Mudah diterapkan karena tidak banyak memakai cost driver dalam
pengalokasian biaya overhead pabrik, sehingga memudahkan manajer dalam
melakukan perhitungan.

2. Kekurangan.
Menurut Supriyono kekurangan sistem ini adalah:
a. Sistem VBC terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga pokok
persediaan dan harga pokok produk yang dijual, akibatnya sistem ini hanya

4
menyediakan informasi yang relative sedikit untuk mencapai perusahaan dalam
persaingan global.
b. Pembebanan biaya overhead pabrikterlalu memusatkan pada distribusi dan
alokasi biaya overhead pabrik dari pada berusaha untuk mengurangi
pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
c. Sistem ini tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena hanya mengakui
volume produk dan jam kerja yang menjadi factor timbulnya biaya.
d. Mengakibatkan timbulnya ditorsi biaya.
e. Sistem tradisional mengakibatkan manajemen cenderung meningkatkan
volume produksi dalam rangka menekan biaya per unit.
f. Sistem tradisional atau VBC menggolongkan biaya langsung dan tak langsung
serta biaya tetap dan varialbel berdasarkan factor tunggal yaitu volume
produksi.
g. Sistem tradisional menitikberakan pada perhitungan selisih biaya sel-sel
tertentu dengan menggunakan standar.
h. Kurang menekankan pentingnya siklus hidup produk.

Penentuan harga pokok produksi menggunakan sistem tradisional atau volume


based costing (VBC) lebih mudah digunakan untuk menghitung harga pokok produksi jika
dibandingkan dengan sistem perhitungan lain. Namun sistem tradisional tidak mampu
memberikan perhitungan biaya yang dapat memberikan informasi yang akurat dalam
teknologi perusahaan maju.

Sistem tradisional lebih tepat digunakan pada perusahaan yang factor produksinya
lebih dominan pda penggunaan bahan baku dan tenaga kerja, yang hanya menggunakan
sedikit biaya overhead pabrik.

Sistem tradisional lebih cocok diterapkan pada perusahaan manufaktur dalam


persaingan domestic.

Pembebanan biaya overhead pabrik sistem tradisional dikelompokkan menjadi:

5
A. Tarif pabrik B. Tarif departemen

biaya overhead
biaya overhead

kelompok departemen Departemen


diseluruh pabrik A B

Produk produk

produk

D. PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SISTEM TRADISIONAL


Untuk mengetahui harga pokok produksi (HPP) sistem tradisional maka dicari rata-
rata tiap variable yang diuji, dirumuskan dengan:
⅀𝑋
𝑋=
𝑛
Keterangan:
X = rata-rata HPP(harga pokok produksi)
⅀X= jumlah HPP
n = jumlah produk yang diteliti.

Menurut Supriyono pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan dengan 2 cara:


1. Produk tunggal.

6
Jika hanya memproduksi satu produk saja, maka biaya overhead akan
dibebankan kepada produk itu saja dan pemebebanannya tidak akan menjadi
masalah.
Contoh perhitungan:
Biaya produksi Unit produksi Biaya per unit
Bahan baku Rp. 600.000 10.000 60
Tenaga kerja Rp. 100.000 10.000 10
langsung
Overhead Rp. 300.000 10.000 30
total Rp. 1.000.000 10.000 100

2. Produk ganda.
Dalam sebuah perusahaan yang memproduksi produk lebih dari satu, maka
biaya overhead pabrik akan dibebankan kepada semua produk tersebut. Untuk
sistem tradisional pembebanan biaya overhead dianggap berhubungan dengan
jumlah unit yang akan diproduksi, yang diukur dari jam tenaga kerja langsung,
jam mesin dan harga bahan.
Namun, dengan pembebanan overhead yang seperti ini aakan
menimbulakan masalah identifikasi overhead ke masing-masing produk.
Masalah ini dapat diselesaikan dengan mencari cost driver. Cost driver adalah
faktoor-faktor yang dapat menjelaskan penyebab terjadinya konsumsi biaya
overhead pabrik.
Contoh penentuan harga pokok produksi produk ganda:
Kertas pembungkus
putih biru Total
Produksi pertahun 20.000 100.000 120.000
Biaya utama 100. 000 500. 000 600.000
Jam kerja langsung 20. 000 100. 000 120.000
Jam mesin 10. 000 50. 000 60. 000
Produksi berjalan 30 30 50

7
Jam inspeksi 800 1.200 2. 000
Data departemen
Dep. 1 Dep 2 Dep 3
Jam kerja langsung
Putih 4. 000 16. 000 20. 000
Biru 76. 000 24. 000 100. 000
Total 80. 000 40. 000 120. 000
Jam mesin
Pembungkus putih 4. 000 6. 000 10. 000
Pembungkus biru 16. 000 34. 000 50. 000
Total 20. 000 40. 000 60. 000
Biaya overhead
Biaya penyelesaian 88. 000 88. 000 176. 000
Biaya inspeksi 74. 000 74. 000 148. 000
Biaya listrik 28. 000 140. 000 168. 000
kesejahteraan 104. 000 52. 000 156. 000
Jumlah 294. 000 354. 000 648. 000

Untuk pembebanan biaya overhead pabrik dapat dihitung dengan tarif tunggal atau
tarif departemen.
Contoh perhitungan penentuan harga pokok produksi dapat dilihat dari:
1. Tarif overhead tunggal
Tarif tunggal berdasarkan jam mesin:

Rp 249.000 + Rp 354.000
=
10.000 + 50.000

= Rp 603.000 : 60.000

= Rp 10.05 jam

Perhitungan biaya per unit:

8
Kertas pembungkus warna putih
Elemen biaya Biaya total jumlah Biaya per unit
Biaya utama 100.000 20.000 5,00
Biaya overhead pabrik 100.500 20.000 5,025
=Rp 10.05 x 10.000
Jumlah 200.500 10,025
Kertas pembungkus warna biru
Elemen biaya Biaya total jumlah Biaya perunit
Biaya utama 500.000 100.000 5,00
Biaya overhead pabrik 502.500 100.000 5,025
=Rp 10.05 x 50.000
Jumlah 1.002.500 10,025

Pembebanan biaya overhead pabrik dengan tarif tunggal dilakukan melalui dua
tahap. Pembebanan pada tahap pertama biaya overhead pabrik selama satu periode
diakumulasikan menjadi biaya satu, berdasarkan jam mesin, unit produk dan jam tenaga
kerja.
Pada tahap kedua pembebanan biaya overhead pabrik yang sudah dibebankan
kepada produk diakumulasikan kepada masing-masing produk.

2. Tarif departemen.
Penentuan overhead berdasarkan tarif departemen lebih akurat jika
dibandingkan dengan tarif tunggal. Setiap departemen mengkonsumsi biaya
yang berbeda-beda dan tentunya perhitungannya juga harus dibedakan.
Contoh perhitungan berdasarkan tarif departemen.
Tarif departemen berdasarkan jam tenaga kerja langsung:
= Rp 249.000/80.000 jam kerja langsung
= Rp 3,113 per JKL

Tarif departemen berdasarkan jam mesin

= Rp 354.000/40.000 JM
9
= Rp 8,85 per JM.

Kertas pembungkus warna putih


Elemen biaya Biaya total jumlah Biaya/unit
Biaya utama 100.000 20.000 5,0
Biaya overhead
Dep.1 12,452 20.000 0,62
=Rp3,113x4.000
Dep.2 53.100 20.000 2,66
=Rp8,85x6.000
Jumlah 153.112,45 8,28
Kertas pembungkus warna biru
Elemen biaya Biaya total jumlah Biaya /unit
Biaya utama 500.000 100.000 5,000
Biaya overhead
Dep.1 236.588 100.000 2,365
=Rp.3,113x76.000
Dep.2 300.900 100.000 3,009
=Rp8,85x34.000
Jumlah 1.037.488 10,374

Dari table diatas dapat dilihat bahwa pembebanan overhead pabrik


menggunakan tarif departemen lebih baik jika dibandingkan dengan tarif tunggal.

E. PERBEDAAN ANTARA ACTIVITY BASED COST DENGAN VOLUME BASED


COST

10
1. Harga pokok produksi sistem activity based cost (ABC) memberikan nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan harga pokok produksi sistem tradisional atau volume based
cost4
2. Tingginya rata-rata harga pokok produksi sitem ABC daripada sistem tradisional
menunjukkan bahwa dari sisi besaran biaya yang dikonsumsi dalam proses produksi
sistem ABC menghabiskan biaya yang lebih tinggi dibandingkan sistem tradisional.

4
Silviana agustami dan dedi irawan, analisis perbandingan sistem tradisional dengan
sistem activity based cost dalam perhitungan harga pokok produksi di PT PINDAD (PERSERO),
jurnal riset akuntansi dan keuangan, vol 12 no 1, 2014,Hal 266

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Harga pokok produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses
produksi untuk mengubah bahan mentah/baku menjadi barang jadi pada suatu periode.
sistem tradisional adalah sistem perhitungan biaya berdasarkan jumlah unit yang
diproduksi. Menurut sistem tradisional jumlah biaya yang dikeluarkan akan bertambah
sesuai dengan besarnya jumlah unit yang diproduksi.
Sistem tradisional lebih tepat digunakan pada perusahaan yang factor produksinya
lebih dominan pda penggunaan bahan baku dan tenaga kerja, yang hanya menggunakan
sedikit biaya overhead pabrik
Penentuan harga pokok produksi menurut volume based cost/vbc/ sistem
tradisional digunakan metode tarif tunggal dan tarif departemen. Perbedaan antara
activity based cost dengan volume based cost: pertama Harga pokok produksi sistem
activity based cost (ABC) memberikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
harga pokok produksi sistem tradisional atau volume based cost.
Kedua Tingginya rata-rata harga pokok produksi sitem ABC daripada sistem
tradisional menunjukkan bahwa dari sisi besaran biaya yang dikonsumsi dalam proses
produksi sistem ABC menghabiskan biaya yang lebih tinggi dibandingkan sistem
tradisional.

B. SARAN
Dengan dibahasnya materi mengenai harga pokok produksi dengan sistem Volume
based cost atau metode tradisional atau VBC maka diharapkan pembaca memahami
dan dapat mempraktekkannya di waktu yang diperlukan.

12
DAFTAR KEPUSTAKAAN

agustami Silviana dan dedi irawan.2014.analisis perbandingan sistem tradisional dengan sistem
activity based cost dalam perhitungan harga pokok produksi di PT PINDAD
(PERSERO).jurnal riset akuntansi dan keuangan, vol 12 no 1.
paskalia sariningsih Anis dan ida farida adi prawira.2017. perbedaan penetapan harga pokok
produksi dengan menggunakan metode tradisional dan metode activity-based costing(studi
kasus pada CV anugrah jaya Indonesia bandung). jurnal riset akuntansi dan bisnis, vol 17
no.2.
stefanie rotikan Gloria.2013.penerapan metode activity based costing dalam penentuan harga
pokok produksi pada PT tropicacocoprima. jurnal EMBA.vol 1 no 3.
wacana satya,.buku kajian teori.Universitas Kristen

13

Anda mungkin juga menyukai