Anda di halaman 1dari 11

BAB II

DASAR PEMIKIRAN

2.2 Kajian Teori


2.2.1 Game
Game merupakan sebuah aktivitas interaktif yang melibatkan satu pemain
atau lebih yang didalamnya terdapat peraturan, tujuan, dan tantangan.
Menurut Joseph Saulter dalam buku Introduction to Video Game Design
and Development (2007: 4), sebuah game memiliki beberapa karakteristik
utama yaitu:
 One or more player
Sebuah konsep game dapat terwujud hanya apabila terdapat pemain
yang dapat diidentifikasi. Beberapa game dapat hanya dimainkan oleh
satu pemain seperti solitaire, namun banyak game membutuhkan lebih
dari satu pemain seperti sepakbola atau basket.
 Set of rules
Sebuah game harus memiliki rules atau peraturan yang lengkap dan
dapat mencakup segala variasi bermain yang memungkinkan.
Peraturan juga harus dapat mengklarifikasi semua konsekuensi dari
setiap aksi pemain.
 Player ineraction with an opposing force
Sebuah game harus melibatkan konflik, dan pemain harus berinteraksi
dengan pihak penentang/ lawan. Pihak lawan harus memiliki objektif
yang menimbulkan konflik dengan objektif pemain sehingga pemain
harus mencari solusi dari konflik tersebut. Pihak lawan dapat berupa
pemain lain, komputer, atau peraturan dari game itu sendiri.
 Organized method of play
Sebuah game harus dapat dimainkan, dan sequence of play harus logis
dan seimbang. Strategi yang lebih efektif dapat berkembang seiring
dengan saat pemain lebih mengenal dengan method of play.

10
 Desirable goal and outcome
Sebuah game harus memiliki goal atau tujuan dan satu atau lebih dari
satu outcome yang berdasarkan strategi dan pilihan atau langkah yang
ditentukan oleh pemain saat berada dalam lingkungan game.

2.2.2 Game Simulasi


Game simulasi merupakan game yang bertujuan mencoba
mereplikasi sistem, mekanisme, dan pengalaman menggunakan peraturan
yang akurat sesuai dengan dunia nyata (Novak, 2012:47). Game
simulasi juga bertujuan untuk memberikan edukasi terhadap pemain dari
pengalaman dan kegiatan yang akurat aturannya sesuai dengan aslinya.
Mayoritas game simulasi dibuat untuk tujuan hiburan,
namun ada juga institusi pemerintah dan militer yang mengembangkan
game simulasi untuk keperluan pelatihan dan penerimaan anggota baru.
Ada beberapa tipe game simulasi seperti simulasi berkendara (vehicle
simulation), simulasi olah raga (sport and participatory simulation), dan
simulasi konstruksi manajemen (process simulation / construction &
management). Berikut penjelasannya:
a. Vehicle Simulation
Dalam game simulasi kendaraan, pemain biasanya mengoprasikan
kendaraan yang kompleks, seperti pesawat jet, kapal, atau tank baja.
Microsoft Flight Simulator merupakan game simulasi pertama yang
populer. Sebagian besar game simulasi ini memiliki tingkat akurasi
yang tinggi hingga kedalam kontrol perlengkapan dan penggunaan
secara manual pada pesawatnya. Selain bertujuan sebagai hiburan,
adaptasi simulasi ini digunakan oleh militer untuk tujuan pelatihan dan
penerimaan anggota barunya.
b. Sport and Participatory Simulation
Game simulasi Sport and Participatory mengikutsertakan pemain
untuk merasakan pengalaman menjadi peserta didalamnya. Sport
simulation termasuk kedalam tipe participatory, karena seperti game

11
simulasi lainnya sport simulation memiliki peraturan dan strategi yang
akurat seperti olah raga dalam kehidupan nyata.
c. Process Simulation (Construction & Management)
Process Simulation melibatkan sistem atau proses dunia nyata. Game
ini juga dikenal dengan Construction & Management Sims (CMS), god,
atau toy games. Tipe game ini tidak berfokus pada pengoprasian mesin
(operating machinery) dan cara menggunakan controls seperti pada
simulasi kendaraan, namun lebih fokus kepada pemeliharaan sebuah
sistem, yang dapat berupa konstruksi sosial hingga ekonomi yang
melibatkan orang, makhluk hidup, objek, atau dunia yang utuh. Tujuan
dari game simulasi tipe ini bukan untuk mengalahkan lawan main
namun lebih kepada membangun sesuatu dalam sebuah proses.
2.2.2.1 Tujuan Game Simulasi
Game simulasi bertujuan untuk memberikan edukasi terhadap
pemain dari pengalaman dan kegiatan yang akurat aturannya sesuai
dengan aslinya. Game simulasi memberikan kesempatan kepada pemain
untuk mendapatkan exposure dan pengalaman dilingkungan unik yang
tidak dapat dilakukan didunia nyata.

2.2.3 Game Development


Game development merupakan tahap-tahap yang harus dilalui untuk
merancang dan mendesain sebuah game (Novak 2012: 352). Berikut ini
adalah langkah-langkah yang harus dilalui menurut Novak:
a. Concept
Fase pengembangan konsep dimulai pada saat ide untuk game
dibayangkan dan berakhir pada saat keputusan dibuat untuk memulai
merencanakan proyek (fase pra-produksi). Pada saat fase
pengembangan konsep, tim pengembang hanya sedikit, mungkin hanya
melibatkan desainer, programmer, artis, dan juga produser. Tujuan dari
pengembangan konsep adalah untuk menentukan untuk apa game ini
dirancang dan menyampaikan ide kepada anggota yang lain dalam
format tulisan.

12
b. Pre-Production
Jika perancangan konsep telah disetujui oleh seluruh anggota tim, maka
langkah selanjutnya adalah membuat proposal dan memasuki tahap
pra-produksi. Dokumen yang dirancang pada fase ini meliputi art style
guide dan production plan. Fase ini berakhir dengan perancangan game
design document atau GDD dan technical design document.
c. Prototype
Tujuan selanjutnya adalah untuk mewujudkan prototype. Pada
dasarnya prototype didalam game industri adalah sebuah software yang
berfungsi untuk menangkap esensi dari apa yang membuat game
menarik dan berbeda dari game yang lainnya, dan apa yang dapat
membuat game tersebut sukses. Pembuatan dari digital prototype
adalah esensi didalam proses pengembangan yang sangat berpengaruh
kedepannya, apakah akan dilanjutkan ke tahap berikutnya atau tidak.
d. Production
Pada saat prototype telah disetujui, tim pengembang harus bersiap –
siap untuk memasuki fase terpanjang dalam perancangan game yaitu
fase produksi dimana game akan benar-benar dirancang. Fase ini
biasanya berdurasi enam hingga dua tahun yang hasil akhirnya adalah
game yang telah selesai diproduksi.
e. Alpha
Fase alpha adalah titik dimana suatu game dapat dimainkan dari awal
hingga selesai. Dalam tahap ini, tim pengembang lebih fokus terhadap
finishing dan polishing game tersebut. Untuk menyelesaikan tahap
alpha, elemen-elemen berikut ini harus lengkap:
a. Playable from beginning to end
b. Primary language text
c. Basic interface with preliminary documentation
d. Compability with most specified hardware and software
configurations
e. Minimum system requirements tested
f. Most manual interfaces tested for compability
g. Placeholder art and audio

13
h. Multiplayer functionality tested (if applicable)
i. Draft of game manual
f. Beta
Setelah game yang dibuat melewati fase alpha maka akan memasuki
fase beta yang berfokus pada memperbaiki bugs. Tujuan dari fase ini
adalah untuk menghilangkan sebanyak-banyaknya bugs dan masalah
performance didalam game sebelum mendistribusikannya kepada
pasar. Dibawah ini adalah syarat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tahap beta:
a. Code
b. Content
c. Language version text
d. Game path navigation
e. User interface
f. Hardware and software compatibility
g. Manual interface compatibility
h. Art and audio
i. Game manual
g. Gold
Setelah game yang dibuat melewati fase beta, game tersebut dapat
dianggap sebagai gold. Game kemudian dikirim untuk diproduksi
dengan menggunakan salah satu master game disc yang sudah
sepenuhnya diuji dan dianggap sudah layak. Memproduksi game
membutuhkan waktu beberapa minggu dan setelah itu game akan di
distribusikan ke pasar
h. Post-production
Selama tahap post-production, beberapa versi dari game tersebut akan
dikeluarkan di pasar yang akan menggantikan dan memperbarui game
yang original dengan tujuan untuk meningkatkan longevity dari game
tersebut.
2.2.4 Game Design
Game design merupakan proses menciptakan konten dan peraturan
atau rules dalam sebuah game. Game design yang baik merupakan proses

14
menciptakan tujuan atau obyektif dimana pemain bisa merasa termotivasi
untuk mencapai obyektif tersebut dan menciptakan peraturan yang harus
diikuti oleh pemain (Brenda Brathwaite 2009: 26). Adapun beberapa tipe
game design sebagai berikut:
a. World Design
Proses perancangan keseluruhan latar belakang cerita, setting, dan tema
game.
b. System Design
Proses perancangan peraturan dan pola-pola matematis dalam game.
System Design merupakan game design yang paling umum karena
semua tipe game memiliki peraturan.
c. Content Design
Proses perancangan karakter game, items, puzzles, dan misi-misi
dalam game pada umunya.
d. Game Writing
Penulisan dialog, teks, dan cerita dalam dunia game.
e. Level Design
Perancangan level di dalam game, termasuk layout maps, dan
penempatan objek dan tantangan dalam map.
f. User Interface
Terdapat dua hal penting yang berkaitan dengan user interface yaitu
bagaimana pemain berinteraksi dengan game dan bagaimana pemain
mendapatkan informasi dan feedback dari game.

2.2.5 Gameplay
Gameplay adalah cara yang spesifik dimana pemain dan game dapat
berinteraksi. Selain itu Gameplay merupakan suatu pola yang dapat
didefinisikan melalui peraturan, tantangan, plot dalam game dan
koneksinya terhadap pemain. Adapun beberapa aspek penting dalam
merancang suatu gameplay sebagai berikut (Novak, 2012:184):
a. Rules of Play
Dapat didefinisikan sebagai pilihan, tantangan, atau konsekuensi yang
dihadapi pemain saat bernavigasi dalam lingungan virtual game.

15
Tantangan dalam sebuah game biasanya saling berhubungan seperti
merepresentasikan sebuah plot dalam cerita dan strategi yang
digunakan oleh pemain menjadi pertimbangan dalam setiap tantangan
yang dihadapi. Dalam rules of play terdapat kondisi dimana pemain
mendapatkan kemenangan dan kondisi dimana pemain mendapatkan
kekalahan. Kondisi kemenangan dapat diperoleh apabila pemain
dapat berhasil menyelesaikan dan mengatasi semua tantangan dan
rintangan dalam game, sedangkan kondisi kekalahan adalah apabila
pemain tidak berhasil menyelesaikan tantangan dan rintangan dalam
game.
b. Interactivity Modes
Interactivity Modes merupakan interaksi antara pemain dengan game
yang dimainkan. Ada beberapa tipe dari interactivity seperti player- to-
game, playerto-player, dan player-to-platform. Dalam mode interaktif
tersebut keputusan pemain sangat penting, karena interaksi itu berasal
dari para pemain itu sendiri.
c. Game Theory
Banyak gameplay yang menerapkan elemen dari teori game clasik yang
berfokus pada tipe konflik yang ada didalam game, dan bagaimana
pemain merespon terhadap konflik tersebut. Game Theory berlaku pada
game yang memiliki lawan main satu atau lebih. Salah satu lawan
mainnya bisa saja merupakan NPC atau game itu sendiri, yang bukan
dimainkan oleh seorang pemain. Memahami dasar dari game theory
dapat membantu untuk memastikan seorang pemain tertantang dalam
bermain game. Tantangan ini biasanya berkaitan erat dengan plot cerita
yang menaikan tensi dramatis didalam game. Ada juga beberapa tipe
dalam game theory yaitu, Zero-Sum, Non Zero- Sum.
d. Challenge
Challenge disini merupakan tantangan yang akan dihadapi pemain saat
bermain game. Tantangan dan genre game itu sendiri sangat berkaitan,
bahkan pemain yang fokus terhadap genre tertentu sudah
mengharapkan suatu tantangan khusus dari genre game yang
dipilihnya. Ada beberapa macam tantangan yang terdapat dalam

16
sebuah game seperti implicit & explicit, perfect & imperfect
information, intrinsic & extrinsic knowledge, spatial awareness,
pattern recognition & matching, resource management, dan reaction
time.
e. Balance
Sebuah game dapat disebut dengan balance atau seimbang jika pemain
menganggap bahwa game tersebut konsisten, adil, dan juga
menyenangkan. Untuk mmbuat sistem yang seimbang bagi pemain,
maka gameplay harus menyediakan tantangan yang konsisten, fair
playing experiences, lack of stagnation, lack of trivial decisions,
feedback, dan difficulty levels.
2.2.5.1 Game Mechanics
Game Mechanics adalah aturan, proses, dan data didalam game.
Game Mechanics menentukan bagaimana progres didalam game, apa
yang terjadi dan kapan, serta bagaimana kondisi menang dan kalah dalam
game. Adapun beberapa macam game mechanics yang dapat ditemukan
didalam game (Adams, 2012: 6):
a. Internal Economy
Internal economy merupakan mekanisme transaksi dalam game yang
dapat dikumpulkan, dikonsumsi, dan diperdagangkan oleh pemain.
Economy dalam game dapat berupa resources atau sumber seperti
uang, energi, amunisi, senjata, aksesoris dan lain-lain ataupun health,
skill points, popularity, dan magical powers.
b. Progression Mechanisms
Didalam beberapa game, level design mengatur bagaimana pemain
dapat bergerak melalui dunia suatu game. Biasanya, karakter pemain
harus dapat mencapai suatu tempat untuk menolong seseorang atau
mengalahkan karakter yang jahat dan menyelesaikan sebuah level.
Dalam game seperti ini, pemain diatur secara ketat oleh beberapa
mekanisme yang memblokir atau memberikan akses terhadap suatu
area.

17
c. Tactical Maneuvering
Game dapat memiliki mekanisme yang berhubungan dengan
penempatan dari unit game dalam sebuah map untuk keuntungan
penyerangan atau pertahanan. Tactical Maneuvering sangat penting
pada game strategi tetapi dan juga didalam beberapa role-playing
games dan simulation games.
d. Social Interaction
Social Interaction merupakan suatu fitur yang memungkinkan pemain
untuk berinteraksi dengan player yang lain. Hal ini memungkinkan
pemain untuk bertukar hadiah, mengundang teman baru, dan
berpartisipasi dalam kegiatan sosial lainnya di dalam game. Biasanya
fitur ini ada dikebanyakan game online.
2.2.6 Isometric Drawing
Isometric Drawing atau Gambar Isometrik adalah cara untuk menajikan
desain atau gambar tiga dimensi. Agar desain atau gambar terlihat tiga
dimensi, maka sudut 30o diterapkan pada desain atau gambar tersebut
pada setiap sisinya. Isometric sendiri berasal dari Bahasa Yunani yang
berarti “ukuran yang sama”, merefleksikan proyeksi masing-masing
sumbu objek dengan sama.
2.2.7 Kewirausahaan
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan prilaku seseorang dalam
menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan
berbagai risiko yang mungkin dihadapinya (Suryana, 2013:2).
Kewirausahaan yang berkembang saat ini berasal dari konsep Joseph
Schumpeter (1934). Kewirausahaan menurut Schumpeter yang dikutip
oleh Suryana (2013:11) adalah seorang pengusaha yang menerapkan
perubahan-perubahan baru didalam pasar melalui kombinasi – kombinasi
baru, kombinasi ini bisa berupa produk baru, metode produksi baru, dan
membuka pasar yang baru.

18
2.2.7.1 Jiwa Kewirausahaan
Menurut Suparyanto (2012:24), jiwa kewirausahaan dapat dimiliki
seseorang sebagai bakat pembawaan sejak kelahirannya. Jiwa
kewirausahaan juga dapat dibentuk melalui proses pendidikan dan
pengalaman. Berikut ini adalah enam komponen penting nilai – nilai
hakiki yang dibutuhkan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan:
a. Percaya Diri
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri selalu memiliki nilai
keyakinan, optimism, individualitas, dan ketidakbergantungan
terhadap sesuatu. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung
memiliki keyakinan akan kemampuan untuk mencapai keberhasilan
(Zimmer dalam Suryana, 2013:39).
b. Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Seseorang yang berorientasi pada tugas dan hasil selalu mengutamakan
nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada keberhasilan, dan
berinisiatif. Untuk memulai diperlukan adanya niat dan tekad yang
kuat. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan
menyusul sehingga usahanya semakin maju dan berkembang (Suryana,
2013:40).
c. Keberanian Menghadapi Resiko
Keberanian yang tinggi dalam menghadapi risiko dengan perhitungan
matang dan optimisme yang dimiliki harus disesuaikan dengan
kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian
menghadapi risiko dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi
oleh kepercayaan diri. Kepercayaan diri muncul apabila kita memiliki
kemauan dan kemampuan. Kemampuan diisi dengan pendidikan dan
pengalaman. Pendidikan saja tanpa pengalaman bagaikan seseorang
yang belajar teori renang tanpa berenang, tentu tidak akan bisa
berenang Kala (2011) yang dikutip oleh Suryana (2013:40).
d. Berorientasi ke Masa Depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki
pandangan yang jauh ke masa depan, ia selalu berusaha, berkarya, dan

19
dapat mencuri peluang. Kuncinya adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada
saat ini (Suryana, 2013:42).
e. Kepemimpinan
Seorang wirausahawan yang berhasil selalu memiliki sifat
kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil
berbeda, menjadi yang pertama, dan menonjol. Dengan menggunakan
kemampuan kreatif dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan
jasa-jasa yang dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu, dan segera
berada di pasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan
berbeda sehingga menjadi pelopor dalam proses produksi ataupun
pemasaran. Oleh karena itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki
jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaruan untuk menciptakan
nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang dan terbuka
terhadap kritik serta saran yang kemudian dijadikan peluang. Artinya,
kritik dan saran harus dijadikan peluang, tidak dijadikan suatu
ketersinggungan (Suryana, 2013:42).
f. Keorisinalitasan
Menurut Schumpeter yang dikutip daru Suryana (2013:12) bahwa
pengusaha bukan sebagai pencipta atau penemu kombinasi-kombinasi
baru (kecuali kalau kebetulan) melainkan lebih sebagai pelaksana dari
kombinasi-kombinasi yang kreatif. Maksud kerorisinalitasan disini
lebih kepada percaya diri dengan pendapat sendiri dan tidak mengikuti
orang lain. Nilai inovatif, kreatif, dan fleksibilitas merupakan unsur –
unsur keorisinalitasan seseorang. Pengusaha yang inovatif adalah
orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara baru yang lebih baik
dengan ciri-ciri sebagai berikut (Wirasasmita dalam Suryana,
2013:43):
a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukannya saat ini,
meskipun cara tersebut tidak cukup baik.
b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.
c. Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan.

20

Anda mungkin juga menyukai