TINJAUAN PUSTAKA
Penghambat yang Berkaitan dengan Pekerjaan dan Karir (Career and Job-Related
intrapersonal, beban kerja dan dukungan yang kurang dari tempat kerja sebagai
dengan akademis.
bahwa terdapat enam faktor yang menjadi penghambat utama partisipasi jenjang
dari keluarga (family), secara spiritual (spiritually), teman (friend) dan tempat kerja
(work).
6
7
oleh Sucipto (2016). Sucipto (2016) meneliti tentang pengaruh investasi pendidikan
Maslow (1943) yang menghipotesiskan bahwa dalam diri setiap manusia terdapat
diri yang dilakukan dengan cara menempuh pendidikan yang lebih tinggi dalam
kesempatan untuk mendapatkan posisi atau pekerjaan lain yang lebih baik.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Knutsen (2011) mengenai motivasi
dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi, ditemukan bahwa faktor ekstrinsik
(extrinsic motivation factors) dan intrinsik (intrinsic motivation factors) sebagai faktor
yang memotivasi orang dewasa yang bekerja untuk melanjutkan pendidikan yang
memperkayakan hidup.
sebagai berikut:
9
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang
Daya Manusia (SDM) suatu negara. Pritchard & Roberts (2006:56) mengemukakan
bahwa pendidikan tinggi memberikan kualifikasi tingkat yang lebih tinggi untuk
program gelar dan ijazah nasional yang lebih tinggi. Prospects (2002) dalam Gorard
waktu satu tahun atau lebih, yang mengarah pada kualifikasi yang diberikan oleh
institusi pendidikan tinggi atau badan penghargaan nasional yang diakui secara luas.
memberikan banyak keuntungan pribadi dan sosial. Salah satu keuntungan pribadi
pendidikan tinggi antara lain, mendapatkan pekerjaan dengan gaji awal yang lebih
baik dan mobilitas sosial. Selain itu, secara lebih luas, mengikuti pendidikan tinggi
bahwa tujuan jangka Panjang dari mendapatkan gelar pendidikan tinggi adalah
11
lebih tinggi dan tidak mungkin untuk memasuki profesi tersebut tanpa kualifikasi
ini.
memiliki gelar.
3) Semua program gelar, apakah khusus untuk profesi tertentu atau tidak,
kemampuan pemecahan masalah, kerja tim, pemikiran analitis dan kreatif dan
menggunakan inisiatif.
belajar akademis dan membantu seseorang merasa lebih percaya diri tentang
berbasis efisiensi, sehingga penelitian dan inovasi harus mengambil peran yang
lebih menonjol dalam pendidikan tinggi. Sistem pendidikan tinggi di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh model Amerika (Anglo Saxon) kecuali di beberapa bidang seperti
12
pendidikan medis dan kejuruan di mana beberapa bentuk model Eropa (benua)
diadopsi. Sebelum mengadopsi model Amerika di akhir tahun 70-an, sistem Belanda
Pendidikan Tinggi merupakan bagian penting dari sistem pendidikan nasional yang
pendidikan perguruan tinggi yang mendidik lulusan pendidikan menengah atas, baik
akademi, sekolah tinggi, politeknik, institut, dan universitas. Merujuk data PD Dikti
Perguruan Tinggi (PT) yakni berjumlah 2.439 dari total 4.482 PT. Bentuk akademi
menempati peringkat kedua dengan jumlah 1.106 atau sekitar 25 persen dari total
PT. Universitas berada pada posisi ketiga dengan jumlah 548 atau 13 persen
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Lebih lanjut lagi, sistem
Hukum Pendidikan Tinggi, sistem gelar terdiri dari gelar sarjana (S1), magister (S2)
dan doktor (PhD, atau S3) (akademik atau terapan) dan gelar profesional (misalnya
obat). Lama studi yang ditetapkan untuk gelar sarjana adalah empat tahun, dengan
dua tahun lagi untuk gelar master dan tiga tahun lagi untuk PhD. Di sisi kejuruan,
13
ada program yang mengarah ke diploma setelah satu hingga empat tahun studi (D1-
D4). Pada prinsipnya ada jalur fleksibel antara berbagai jenis pendidikan tinggi
sesuai dengan apa yang disebut sistem multi-entry, multi-exit (OECD, 2015:187).
UU No. 12 Tahun 2012 Pasal 4 bahwa pendidikan tinggi memiliki 3 (tiga) fungsi
sebagai berikut:
Seperti halnya pengertian dan fungsi pendidikan tinggi, tujuan pendidikan tinggi juga
tertuang dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yaitu pada pasal
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
bangsa.
bangsa.
14
manusia.
Sumber daya manusia merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi
keterampilan dan sikap yang baik dalam bekerja. Pendidikan dan pelatihan
2) Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan antara lain
dan adanya kesepatan bagi bawahan untuk berpikir dan bertindak secara
inovatif,
manajerial partisipatif,
operasionalnya.
organisasi.
yang dihadapi,
kemampuan kerjanya,
konflik yang nantinya bisa memperbesar rasa percaya pada diri sendiri,
16
pengalaman kerja, dan hubungan antar pribadi. Pritchard & Roberts (2006:10-12)
percaya diri dan harga diri; 6) pembayaran (kompensasi) yang lebih baik; 7)
khususnya pada Pendidikan tinggi. Mereka mungkin berada di bawah tekanan untuk
mendapatkan pekerjaan pada usia dini atau mungkin memiliki keluarga untuk
siap untuk belajar ketika situasi kehidupan mereka menciptakan kebutuhan untuk
pada pemecahan masalah, daripada belajar yang berpusat pada subjek. Lebih lanjut
lagi, Knowles dkk menambahkan bahwa orang dewasa cenderung lebih termotivasi
17
kehidupan mereka atau menghasilkan imbalan internal. Hal ini bukan berarti bahwa
imbalan eksternal (misalnya, kenaikan gaji) tidak memiliki relevansi, tetapi bahwa
dalam keputusan mereka untuk mengubah arah dan kembali belajar. Tantangan
dorongan signifikan bagi siapa saja yang sebelumnya kurang memiliki kepercayaan
diri. Wlodwski (1985 dalam Knowles dkk, 2005:199) berpendapat bahwa motivasi
orang dewasa untuk belajar mencakup empat faktor, yaitu: 1) Sukses. Orang
dewasa ingin menjadi pembelajar yang sukses; 2) Kemauan. Orang dewasa ingin
dapat memilih dalam pembelajaran mereka; 3) Nilai. Orang dewasa ingin belajar
sesuatu yang mereka anggap bernilai; dan 4) Kenikmatan. Orang dewasa ingin
mereka kuliah lebih awal dan tidak menunggu sampai nanti untuk memperoleh gelar
atau uang, yang menghalangi mereka untuk belajar. Pritchard & Roberts (2006:7)
kepercayaan diri dapat menjadi penghambat untuk belajar. Hal ini mungkin berarti
pekerjaan rutin yang telah menjadi membosankan dan yang mereka lakukan tidak
dihargai dengan baik. Sehingga, kepuasan kerja menjadi rendah dan keinginan
18
mereka untuk berubah yang dimotivasi oleh kebutuhan akan tantangan pribadi,
1) Kesempatan untuk belajar yang terbatas. Banyak mahasiswa dewasa yang tidak
mungkin telah meninggalkan sekolah lebih awal. Mungkin ada tekanan untuk
keluarga, atau mungkin tidak ada tradisi dalam keluarga untuk masuk ke
bukanlah hari yang paling membahagiakan dalam hidup mereka dan orang-
orang ini kemungkinan memiliki sedikit kenangan indah pada waktu itu. Ini bisa
untuk segala macam alasan seperti bullying, masalah keluarga, kurang percaya
diri atau takut gagal secara akademis. Semua ini memengaruhi pengalaman
pendidikan seseorang dan dapat membuat orang cemas untuk kembali belajar
3) Keterbatasan waktu. Hanya sedikit orang yang memiliki cukup waktu untuk
melakukan semua hal yang ingin mereka lakukan. Ini terutama jika individu
5) Usia yang sudah tidak muda lagi menyebabkan sebagian orang dewasa ragu
6) Kurang percaya atas kemampuan diri. Jika seseorang tidak belajar untuk
beberapa waktu tertentu, kemungkian orang tersebut merasa tidak yakin tentang
dalam hidup mereka sementara yang lain senang untuk melanjutkan dengan apa
yang mereka ketahui dan rasa aman dalam melakukannya. Kembali belajar akan
menakutkan.
informasi (TI).
dari keluarga dan teman-teman jika mereka tidak ikut serta dalam pengambilan
10) Kecemasan akan tugas esai dan ujian. Kebanyakan orang dewasa merasa
khawatir tentang menulis esai dan ujian terutama jika mereka belum
oleh seseorang pada waktu tertentu seperti krisis kehidupan, kesehatan yang
buruk, harus merawat kerabat yang sakit, tidak memiliki transportasi yang
kelembagaan terus ada dan relatif mudah untuk diperbaiki jika ada kemauan
untuk melakukannya. Misalnya, lingkungan fisik yang tidak sesuai dapat diubah
dalam banyak kasus sementara biaya yang terlalu mahal terkadang dapat
kadang dapat diperbaiki oleh pemasaran yang lebih cerdik tetapi secara aktif
4) Psikososial: hal ini adalah keyakinan disposisional atau sikap, persepsi, nilai
mungkin tidak sesuai seperti “orang yang telah berumur akan sulit menerima
pelajaran baru”.
penghambat partisipasi dalam pendidikan tinggi dibagi atas dua, yaitu penghambat
(2015) yang menyatakan bahwa keuangan atau kekurangan dana adalah inhibitor
yang mempengaruhi partisipasi pada pendidikan yang lebih tinggi. Pritchard &
mereka, atau berhenti bekerja sama sekali, saat mereka belajar dan ini jelas akan
merasa bahwa mereka perlu melakukan kerja paruh waktu ketika mereka belajar
kerja merasa sangat sulit untuk mengatur waktu mereka sambil mengejar pendidikan
dengan pendidikan tinggi. Menurut Pritchard & Roberts (2006:18), hanya sedikit
orang yang memiliki cukup waktu untuk melakukan semua hal yang ingin mereka
lakukan. Hal ini terutama jika individu tersebut bekerja, memiliki keluarga dan
kehidupan sosial. Solusi dari masalah ini adalah menggunakan waktu seefektif dan
kurang dari tempat kerja merupakan faktor penghambat yang berkaitan dengan
pekerjaan dan karir. Menurut Hunter-Johnson dan Smith (2015) faktor pekerjaan
jadwal kuliah, juga menyeimbangkan tugas kerja dengan tugas kuliah. Lebih lanjut,
dalam beberapa kasus, sulit untuk mendapatkan cuti belajar, jam kerja fleksibel atau
rotasi karyawan untuk menghadiri kuliah. Situasi ini mengakibatkan peserta tidak
1.2.3 Motivasi
dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan yang
(1943) mengemukakan bahwa motivasi adalah dorongan kerja yang timbul pada diri
keanggotaan kelompok.
sendiri.
lebih besar antara proses pembelajaran dan aplikasi yang dirasakan dengan
kebutuhan peserta didik (Knowles, 1990 dalam Knutsen 2011). Banyak mahasiswa
dalam keputusan mereka untuk mengubah arah dan kembali belajar. Mendapatkan
gaji yang lebih baik dan keinginan untuk mendapatkan promosi di tempat kerja
merupakan faktor yang memotivasi untuk mengikuti pendidikan tinggi. Selain itu,
belajar untuk kesenangan merupakan faktor motivasi yang tidak bisa diabaikan.
beberapa orang mungkin tidak menginginkan promosi, perubahan arah atau untuk
membuktikan diri sendiri. Mereka mungkin hanya ingin mempelajari sesuatu yang
baru.
mempelajari isi dari program pelatihan dan pengembangan. Motivasi untuk belajar
kepentingannya sendiri.
Motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
yang lebih tinggi, faktor ekstrinsik (extrinsic motivation factors) dan intrinsik (intrinsic
motivation factors) sebagai faktor yang memotivasi orang dewasa yang bekerja
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Motivasi intrinsik dipandang sebagai
dilihat sebagai bentuk motivasi yang kurang diinginkan atau lebih lemah (Kember,
2012:22).
motivasi melalui minat dalam tugas belajar yang dilakukan. Motivasi intrinsik adalah
pengakuan dari individu atas nilai kegiatan tertentu dan bahwa kegiatan itu sendiri
memuaskan. Motivasi tersebut berasal dari kesenangan atas kegiatan itu sendiri
sehingga orang yang termotivasi secara intrinsik tidak akan memerlukan imbalan
atau insentif eksternal untuk melakukannya. Oleh karena itu, seseorang termotivasi
25
secara intrinsik terlibat dalam kegiatan mengejar pendidikan tinggi untuk tujuan
kepuasan diri dan pemenuhan diri (Kolesnick, 1978 dalam Knutsen 2011).
pengembangan diri yang dilakukan dengan cara menempuh pendidikan yang lebih
membuat perbedaan di dunia. Pada intinya, motivasi intrinsik didorong oleh tindakan
melakukan dan bukan oleh imbalan yang dicapai secara timbal balik. Penghargaan
fisik atau fisik bukanlah motivasi yang mendasar bagi individu yang termotivasi
secara intrinsik.
berdasarkan sasaran atau imbalan eksternal terhadap perilaku itu sendiri. Tujuan
atau insentif ini adalah imbalan yang berfungsi sebagai motivasi untuk mencapai
tujuan tertentu (Kolesnick, 1978 dalam Knutsen 2011). Menurut Kember (2012:22),
eksternal yang paling sering disebutkan adalah: gelar yang diperoleh, pekerjaan
faktor utama dari motivasi ekstrinik. Senada dengan Knutsen, O’connor (2013)
menyatakan bahwa faktor dari luar yang dapat memotivasi partisipasi dalam
berubah cepat, belajar dan belajar kembali akan menjadi sangat penting di masa
depan. Menurut Heelan (2001 dalam Knutsen, 2011), penting bagi pekerja untuk
melek teknologi jika mereka ingin mengejar dan maju dalam karir mereka. Karena
membutuhkan pendidikan yang lebih tinggi jika mereka ingin tetap kompetitif di
tempat kerja. Faktor ekstrinsik lain yang dapat memotivasi pekerja untuk mengejar