Anda di halaman 1dari 7

PENTINGNYA MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN

DIRI TERHADAP KEBERHASILAN AKADEMIK


MAHASISWA GENERASI Z

Intan Nadia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
intan.nadia.2203516@students.um.ac.id

Abstrak:

Mahasiswa generasi Z, sebagai kelompok yang tumbuh dan berkembang di era digital,
dihadapkan pada berbagai tantangan dan peluang dalam mencapai keberhasilan akademik. Artikel
ini membahas peran kunci motivasi belajar dan manajemen diri dalam meraih keberhasilan
akademik mahasiswa generasi Z. Motivasi belajar, sebagai dorongan internal untuk mencapai
tujuan belajar, memiliki dampak signifikan terhadap tingkat keterlibatan, semangat, dan
pencapaian akademik mahasiswa. Dorongan intrinsik dan ekstrinsik memainkan peran vital dalam
memotivasi generasi Z, memacu mereka untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Selain
motivasi belajar, manajemen diri juga muncul sebagai faktor penting. Kemampuan untuk
mengatur waktu, merencanakan, dan memonitor progres belajar memungkinkan mahasiswa
generasi Z untuk mengatasi tuntutan akademik dengan efektif. Dengan menguraikan pentingnya
motivasi belajar dan manajemen diri, artikel ini memberikan wawasan yang mendalam tentang
faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik mahasiswa generasi Z. Penelitian ini
memberikan landasan bagi pengembangan pendekatan pendidikan yang lebih efektif dan relevan
untuk mendukung keberhasilan akademik dalam era perkembangan teknologi ini.

Kata Kunci: Motivasi Belajar, Manajemen Diri, Prestasi Akademik, Mahasiswa Generasi Z

PENDAHULUAN
Dalam era yang didominasi oleh teknologi dan infromasi yang berkembang pesat,
mahasiswa Generasi Z memiliki banyak tantangan dalam menjalankan pendidikannya di
dunia akademik. Generasi Z yang sering kali disebut sebagai digital natives, adalah
sekelompok individu yang lahir antara pertengahan tahun 1997 hingga tahun 2012 (Barhate &
Dirani, 2022). Generasi Z tumbuh dalam era digital yang memungkinkan akses instan
terhadap informasi, transformasi media, dan konektivitas global. Saat ini Generasi Z tumbuh
dalam era teknologi yang terus berkembang pesat, yang secara signifikan mempengaruhi cara
mereka belajar, berinteraksi, beradaptasi dan berprestasi di lingkungan akademik. Menurut
penelitian dari Bencsik & Machova (2016, dalam Putra, 2016) menunjukkan bahwa ada
perbedaan karakteristik yang signifikan antara generasi Z dan generasi lain. Salah satu faktor
utama yang membedakan generasi Z dengan generasi lain yaitu penguasaan informasi dan
teknologi. Bagi geneasi Z, informasi dan teknologi adalah suatu hal yang sudah melekat dan
menjadi bagian kehidupan mereka. Oleh karena itu, teknologi sangat berpengaruh terhadap
nilai-nilai, pandangan dan tujuan hidup mereka.
Namun, seiring dengan berkembangnya zaman yang diikuti dengan perkembangan
teknologi yang sangat pesat, kemajuan teknologi tersebut juga menjadi boomerang bagi
mahasiswa Generasi Z. Mahasiswa Generasi Z dihadapkan pada sejumlah tantangan yang
besar. Tantangan tersebut mencakup adanya distraksi media sosial, tekanan akademik yang
tinggi, gaya hidup, kecemasan terkait karir, kurangnya kemampuan dalam manajemen diri
dan gangguan digital yang dapat menghambat motivasi dan fokus mereka. Hal ini sesuai
dengan pendapat oleh Mahadi, (2017) yang menyatakan bahwa salah satu tantangan yang
dihadapi oleh Generasi Z adalah penggunaan teknologi yang kurang tepat sehingga dapat
mengganggu konsentrasi dan fokus belajar. Selain itu, pertumbuhan teknologi yang pesat dan
ketergantungan pada media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental yang pada akhirnya
akan mempengaruhi keberhasilan akademik mereka.
Selain itu, kondisi sosial dan budaya yang berbeda dari generasi sebelumnya juga
memiliki pengaruh yang signifikan. Mahasiswa generasi Z dihadapkan pada tekanan yang
semakin meningkat terkait pencapaian akademik, ketidakpastian karier, dan perubahan
dinamis dalam lingkungan sosial mereka. Ketidakpastian akan masa depan pekerjaan,
persaingan yang ketat dalam dunia kerja, serta tuntutan untuk memiliki keterampilan yang
beragam dan fleksibel telah menimbulkan tekanan tambahan bagi mahasiswa generasi Z
dalam meraih keberhasilan akademik dan persiapan karier yang sukses.
Motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan
keberhasilan akademik mahasiwa, terutama mahasiswa generasi Z saat ini. Motivasi
merupakan penggerak atau hasrat seseorang dalam bertindak atau melakukan sesuatu hal.
Hal ini dipertegas oleh Riyono, (2012) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu
kekuatan yang mendorong seseorang mengerjakan sesuatu, menentukan seberapa kuat
dorongan tersebut, dan mengerahkan tujuan dari suatu perilaku. (Latipah, 2010)
menegaskan bahwa siswa yang berprestasi akademik tinggi cenderung memiliki motivasi
(Riyono B. , 2012) daya saing yang kuat dibanding dengan siswa yang berprestasi
rendah.
Selain memerlukan motivasi belajar, seorang mahasiswa juga perlu memiliki
manajemen diri yang baik. Manajemen diri merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
mengatur dirinya dalam melakukan suatu aktivitas yang efektif dan semaksimal mungkin.
Manajemen diri atau pengaturan diri adalah kemampuan dalam diri seseorang untuk
memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan dan perilaku untuk mencapai suatu
tujuan tertentu, dalam hal ini ialah tujuan belajar (Adicondro, 2011). Mahasiswa harus
memiliki kemampuan untuk mengatur hidupnya sendiri, mengatur tujuan, dan menyediakan
penguat untuk diri sendiri sehingga dapat berpikir dan mengatur tingkah lakunya, menentukan
target, mengevaluasi kesuksesan saat mencapai target, dan memberikan penghargaan pada diri
mereka sendiri karena telah mencapai tujuan tersebut.
Motivasi belajar dan manajemen diri merupakan dua aspek yang saling terkait dan
saling memengaruhi dalam mencapai keberhasilan akademik mahasiswa, khususnya
mahasiswa generasi Z. Motivasi tidak hanya sebatas dorongan untuk mendapatkan nilai
tinggi, tetapi juga melibatkan hasrat untuk memahami materi, mengembangkan keterampilan,
dan meraih impian karir. Di sisi lain, manajemen diri mencakup kemampuan untuk mengelola
waktu, menetapkan tujuan, dan menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan
akademik. Kedua aspek ini saling terkait dan saling memperkuat, membentuk dasar
keberhasilan akademik yang kokoh bagi seorang mahasiswa. Melalui pemahaman yang lebih
mendalam tentang hubungan antara motivasi belajar, manajemen diri, dan keberhasilan
akademik, diharapkan artikel ini dapat memberikan wawasan berharga untuk membantu
mahasiswa Generasi Z meraih potensi penuh mereka dalam dunia pendidikan tinggi.

PEMBAHASAN
Pentingya Motivasi Belajar Bagi Mahasiswa Generasi z
a. Definisi Motivasi Belajar
Motivasi adalah perubahan dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan yang
timbul dari diri sendiri untuk mencapai suatu tujuan. Dorongan dan upaya-upaya yang timbul
disebabkan oleh kebutuhan untuk mencapai prestasi dalam kehidupan. Ini mengakibatkan
individu memiliki upaya, keinginan, dan dorongan untuk mencapai pencapaian belajar yang
optimal. Di sisi lain, motivasi belajar merupakan kompleksitas dari keadaan psikologis dan
faktor eksternal yang mendorong seseorang untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran
dengan tujuan pencapaian hasil tertentu. Dalam konteks pendidikan, motivasi belajar dapat
melibatkan upaya untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau pemahaman yang lebih
mendalam mengenai suatu subjek atau topik.
Menurut Mc Donald dalam Kompri, (2016), motivasi adalah suatu perubahan energi
di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Dengan demikian munculnya motivasi ditandai dengan adanya
perubahan energi dalam diri seseorang yang dapat disadari atau tidak. Dengan demikian
motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada
pencapaian suatu tujuan tertentu. (Winkel, 1991) menyatakan bahwa motivasi belajar merujuk
pada semua dorongan psikologis yang mendorong peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan proses belajar, dan mengarahkan kegiatan belajar tersebut
menuju pencapaian tujuan tertentu. Peran penting motivasi belajar terlihat dalam memberikan
stimulasi dan semangat belajar, sehingga siswa yang memiliki motivasi yang tinggi memiliki
energi yang cukup untuk mengambil bagian aktif dalam proses pembelajaran. Menurut
Sardiman (2006), motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai suatu usaha yang
mengilhami seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif adalah daya penggerak dari dalam diri
untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan. Dengan demikian, motivasi belajar adalah
daya penggerak psikologis yang mendorong peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan
pembelajaran, memastikan kelangsungan proses belajar, dan mengarahkan kegiatan belajar
tersebut menuju pencapaian tujuan tertentu.
b. Peran Penting Motivasi Belajar
Berikut merupakan Peran Penting Motivasi Belajar Terhadap Keberhasilan
Akademik Mahasiswa Generasi Z :
1. Peningkatan Kualitas Belajar
Motivasi dan Belajar adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi belajar
sangat penting bagi mahasiswa generasi Z karena tidak hanya menjadi pendorong untuk
menyelesaikan tugas, tetapi juga mendorong mereka untuk memahami materi secara
mendalam. Mahasiswa yang termotivasi tidak hanya belajar untuk memenuhi
persyaratan akademis, tetapi dengan niat untuk memperoleh pemahaman yang kokoh
dan mendalam tentang materi Pelajaran yang ia terima. Secara konseptual, Imron (1996)
menyatakan bahwa motivasi memiliki hubungan erat dengan pencapaian atau hasil
pembelajaran. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat motivasi yang
tinggi dalam proses pembelajaran berkorelasi dengan pencapaian akademis yang tinggi.
Individu yang memperlihatkan motivasi yang kuat cenderung mencapai hasil yang
memuaskan dalam prestasi belajarnya. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki motivasi
yang rendah, prestasi belajar yang diperoleh mungkin tidak sesuai dengan harapan yang
diinginkan.
2.Motivasi sebagai pendorong Perbuatan
Motivasi dapat dikatakan sebagai pendorong perbuatan atau tingkah laku seseorang. Ini
mencakup kekuatan internal yang mendorong individu untuk bertindak atau melakukan
suatu aktivitas dengan tujuan mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu. Motivasi
melibatkan dorongan-dorongan, kebutuhan, atau hasrat yang menggerakkan individu
untuk berperilaku atau mengambil langkah-langkah tertentu . Menurut Azhar, 2018
suatu perbuatan seseorang dapat timbul karena dipicu oeh adanya motivasi Seseorang
melakukan aktivitas belajar karena motivasi sebagai dasar yang mendorong untuk
melakukan aktivitas belajar. Sebagai contoh, pada mulanya seseorang tidak memiliki
Hasrat untuk belajar, akan tetapi karena ada sesuatu yang dituju sebagai motivasi maka
muncullah minatnya untuk belajar. Hamalik (2001) menegaskan bahwa motivasi m
endorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan, tanpa adanya motivasi maka tidak
akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.
3. Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan
Motivasi sebagai penggerak perbuatan berperan sebagai pemicu untuk memulai suatu
tindakan, memberikan fokus pada tujuan yang ingin dicapai, dan memberikan daya
tahan atau ketekunan untuk menjalani proses pencapaian tujuan tersebut. Sebagai
contoh, motivasi sebagai penggerak perbuatan dapat terlihat ketika seseorang merasa
termotivasi untuk belajar dengan giat demi mencapai hasil akademik yang tinggi.
Dorongan untuk mencapai prestasi tersebut bertindak sebagai pendorong yang
menggerakkan individu untuk belajar dengan tekun dan mempertahankan upaya belajar
mereka (hasnuddin, 2017). Pietono (2022) menjelaskan bahwa motivasi sebagai
penggerak perbuatan berarti motivasi mampu menggerakkan seseorang untuk melakukan
sesuatu.
4. Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan
Motivasi sebagai pengarah perbuatan merujuk pada peran motivasi dalam memberikan
arah atau tujuan tertentu pada perilaku individu. Motivasi memberikan kejelasan
tentang tujuan atau hasrat yang ingin dicapai oleh individu sehingga individu tersebut
memiliki arah yang jelas mengenai tindakan atau aktivitas yang mereka lakukan.
Dengan memberikan arah yang jelas, motivasi dapat meningkatkan produktivitas
individu. Individu yang termotivasi secara efektif mengarahkan upaya mereka menuju
pencapaian tujuan, sehingga mencapai hasil yang lebih baik. Hasanuudin
(2017)menjelaskan bahwa peran motivasi sebagai pengarah perbuatan adalah motivasi
dapat mebantu seseorang untuk menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan
mana perbuata yang tidak perlu dilakukan. Selain itu, Ormrord (2009) menguatkan
bahwa motivasi memiliki beberapa pengaruh terhadap pembelajaran dan perilaku,
salah satunya motivasi berperan untuk mengarahkan perilaku seseorang ke tujuan
tertentu.
5. Meningkatkan Ketekunan Belajar
Motivasi belajar memainkan peran yang signifikan dalam menentukan tingkat
ketekunan belajar seseorang. Ketekunan belajar adalah kemampuan untuk
mempertahankan upaya dan konsentrasi dalam menghadapi tantangan atau kesulitan
selama proses pembelajaran. Seseorang yang termotivasi akan lebih mampu menjaga
semangatnya selama proses pembelajaran. Hal ini membantu mencegah kelelahan atau
kebosanan yang dapat mengurangi tingkat ketekunan belajar. Rasidi&Sakim (2021)
memaparkan bahwa seseorang yang telah termotivasi untuk belajar, maka akan
berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun dengan tujuan untuk memperoleh
hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak belajar menyebabkan seseorang memiliki
ketekunan dalam belajar. Hadiaynto (2021) juga menjelaskan bahwa salah satu
peranan motivasi adalah untuk meningkatkan ketekunan belajar yang artinya individu
yang memiliki motivasi akan semangat dalam bertindak supaya mendapatkan hasil
yang lebih baik. Jika dalam diri seseornag tidak terdapat motivasi untuk melakukan
perubahan diri maka ia tidak akan menemui perubahan dirinya untuk menjadi lebih
baik.
Pentingya Manajemen Diri Bagi Mahasiswa Generasi Z
a. Definisi Manajemen Diri
Manajemen diri adalah kemampuan individu untuk mengatur dan mengelola dirinya
sendiri secara baik dan efektif. Hal tersebut melibatkan pengelolaan waktu, emosi, energi,
dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan pribadi, profesional, atau akademis.
Manajemen diri melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap kekuatan dan kelemahan
individu serta kemampuan untuk mengambil tindakan yang sesuai untuk meningkatkan
kinerja dan kesejahteraan pribadi. Manajemen diri juga mencakup kemampuan untuk
mengatasi hambatan, menetapkan tujuan yang realistis, dan tetap fokus dalam mencapai hasil
yang diinginkan.
Nursalim (2005) mendefiniskan manajemen diri sebagai suatu proses di mana
seorang individu mengarahkan perubahan perilaku mereka sendiri yang melibatkan
penggunaan satu atau kombinasi strategi, dan dalam konteks terapi kognitif behavior
berlandaskan pada teori belajar dengan tujuan untuk membantu seseorang dalam mengontrol
dan mengubah perilaku mereka menuju perilaku yang lebih efektif. Sudaryo, dkk., (2016)
juga menambahkan bahwa manajemen diri merupakan suatu kemampuan dalam mengatur
perasaan dan Hasrat diri dan suatu proses untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Sedangkan menurut Sinambela (2021) menjelaskan bahwa manajemen diri
merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya sendiri., serta pengakuan
terhadap nilai dan kepercayaan dalam situasi pekerjaan sebagai sumber motivasi alami.
Menurut Gie (1983) manajemen diri berarti segenap langkah dan tindakan mengatur,
mengelola diri. Selain itu, manajemen diri juga bisa berarti mengatur semua unsur potensi
pribadi, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan
berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna.
b. Peran Penting Manajemen Diri
Berikut merupakan Peran Penting Motivasi Belajar Terhadap Keberhasilan
Akademik Mahasiswa Generasi Z :
1. Membantu Mencapai Tujuan Secara Profesional
Manajemen diri membantu individu untuk merencanakan, mengatur, dan mengevaluasi
langkah-langkah menuju pencapaian tujuan pribadi secara terarah dan lebih profesional.
Majaemen diri membantu dalam penetapan tujuan yang realistis, perencanaan waktu,
dan pengelolaan sumber daya. Hal tersebut didukung oleh pendapat Amir (2016)
mengatakan bahwa bila tidak ditunjang dengan kemampuan manajemen diri yang baik
maka individu tidak akan mampu mencapai prestasi yang optimal. Individu yang
menggunakan manajemen diri dengan yang tidak menggunakan manajemen diri
memiliki
perbedaan. Individu yang memiliki manajemen diri lebih mampu mengelola dirinya dan
bertahan dalam menghadapi setiap permasalahan ataupun tekanan yang ada dalam
pekerjaan apapun.
2. Sebagai Proses Mencapai Kemandirian
Manajemen diri memainkan peran kunci dalam membentuk kemandirian individu.
Dengan merencanakan tujuan pribadi, mengembangkan strategi, dan mengelola waktu
secara efisien, seseorang dapat mengarahkan langkah-langkahnya menuju kemandirian.
Kemampuan pengambilan keputusan sendiri dan fokus pada pengembangan
keterampilan mendukung individu untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab atas
hidupnya. Selain itu, manajemen diri melatih adaptasi terhadap perubahan, membantu
mengatasi tantangan dengan ketangguhan mental, dan memperkuat kontrol emosi serta
motivasi internal. Dengan demikian, proses manajemen diri yang baik adalah fondasi
yang esensial untuk mencapai kemandirian yang berkelanjutan. Jazimah (2014)
mendukung bahwa manajemen diri dapat digunakan sebagai proses mencapai
kemandirian (personal autonomy). Hal tersebut dikarenakan dengan adanya manajemen
diri yang baik maka seseorang akan mampu menempatkan dirinya pada tempat yang
sesuai untuknya dan menjadikan individu layak menempati suatu posisi sehingga
tercapai suatu kedudukan posisi yang tepat sesuai dengan tujuan yang telah ia tetapkan.
3. Menjadikan Pekerjaan Lebih Teratur dan Mudah
Manajemen diri berperan signifikan dalam membuat pekerjaan lebih teratur dan mudah.
Melalui perencanaan waktu yang baik, penetapan tujuan harian atau mingguan, dan
pengelolaan tugas prioritas, individu dapat mengorganisir pekerjaan mereka dengan
lebih efisien. Pembagian pekerjaan menjadi bagian-bagian yang terkelola, disiplin diri
untuk mematuhi jadwal, dan pengaturan lingkungan kerja yang mendukung
produktivitas juga merupakan elemen-elemen manajemen diri yang mendukung
keteraturan pekerjaan. Selain itu, manajemen diri melibatkan evaluasi dan penyesuaian
terhadap rencana kerja serta kemampuan untuk mengelola stres, membantu individu
menjaga ketenangan pikiran dan meningkatkan kualitas pekerjaan. Dengan menerapkan
prinsip-prinsip manajemen diri ini, individu dapat mengoptimalkan kinerja mereka dan
menjadikan pekerjaan lebih mudah diatasi. Menurut Neolaka (2019) mengatakan bahwa
salah satu peran dan manfaat manajemen diri adalah agar seseorang mampu
menyelesaikan pekerjaannya secara teratur dan lebih mudah.
4. Sebagai Salah Satu Kunci Kesuksesan Seseorang
Manajemen diri merupakan kunci utama kesuksesan seseorang karena membawa
elemen-elemen krusial seperti pengelolaan waktu, penetapan tujuan yang jelas,
pengambilan keputusan bijaksana, dan kontrol emosi. Individu yang mampu mengelola
diri mereka sendiri memiliki kemampuan untuk merencanakan langkah-langkah menuju
tujuan, mengatasi tantangan dengan fleksibilitas, dan terus-menerus mengembangkan
keterampilan untuk mencapai kesuksesan. Manajemen diri juga memberikan
pemberdayaan diri yang memungkinkan individu untuk mengambil kendali atas
hidupnya, menciptakan dasar yang kokoh untuk inisiatif dan kemandirian. Dengan
mengintegrasikan prinsip-prinsip manajemen diri ini, seseorang dapat membentuk
landasan yang kuat untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan
Neolaka (2019) menjelaskan bahwa pribadi yang sukses adalah orang yang memiliki
kemampuan untuk memanajemen dirinya dengan baik karena kesulitan akan sulit
dicapai jika seseorang tidak memiliki tujuan hidup dan konsep diri yang jelas sehingga
tidak mampu mengelola dirinya dengan baik untuk mencapai kesuksesan.
Integrasi Motivasi Belajar Dan Manajemen Diri
Motivasi belajar dan Manajemen Diri merupakan hal yang saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan dalam mencapai suatu keberhasilan. Kedua hal tersebut memiliki peranan
yang sangat penting dalam membantu kesuksesan seseorang. Menurut Zulhariansyah (2019)
Motivasi belajar dan manajemen diri sangat penting untuk meraih kesuksesan mahasiswa
dalam proses pendidikan di perguruan tinggi. Dengan memiliki motivasi belajar yang kuat,
mahasiswa dapat melaksanakan tugas dan kewajiban perkuliahan dengan efektif, mencapai
tujuan awal yang telah direncanakan, dan meningkatkan prestasi akademik untuk masa depan
yang lebih baik. Sementara itu, dengan penerapan manajemen diri, mahasiswa mampu
mengelola kehidupan sehari-hari dengan baik, dan berhasil mencapai standar kompetensi
yang ditetapkan oleh perguruan tinggi, menjadikan mereka sebagai generasi yang unggul di
masa mendatang.

SIMPULAN
Dalam meraih keberhasilan akademik, mahasiswa generasi Z perlu memahami
bahwa motivasi belajar dan manajemen diri adalah dua elemen kunci yang saling melengkapi.
Motivasi belajar memberikan dorongan emosional yang diperlukan untuk terlibat dengan
semangat dalam proses pembelajaran, sementara manajemen diri memberikan kerangka
praktis untuk mengatur waktu, mengelola tugas, dan menjaga konsistensi dalam usaha belajar.
Kedua aspek ini bukan hanya penentu pencapaian prestasi akademik yang optimal, tetapi juga
membentuk karakter dan kemandirian mahasiswa, mempersiapkan mereka untuk menghadapi
tuntutan dunia yang terus berubah di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa
generasi Z untuk menggabungkan motivasi belajar yang tinggi dengan keterampilan
manajemen diri yang efektif guna mencapai keberhasilan akademik dan membentuk dasar
yang kokoh untuk karir dan kehidupan yang sukses.

DAFTAR RUJUKAN
Adicondro, N. (2011). Efikasi Diri, Dukungan Sosial, Keluarga dan Self Regulated Learning
Pada Siswa Kelas VIII. Humanitas, VIII.
Amir, H. (2016). Korelasi Pengaruh Faktor Efikasi Diri dan Manajemen Diri Terhadap
Motibasi Beprestasi Pada Mahasiswa Pendidikan Kimia Universitas Bengkulu.
Jurnal Manajer Pendidikan, 10, 336-342.
Barhate, B., & Dirani, K. M. (2022). Career Aspirations Of Generation Z: A Systematic
Literature Review. European Journal of Training and Development, 46, 139-157.
Gie, T. (1983). Garis Besar Estetik Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Supersukses.
Hadiyanto, N. R. (2021). Saatnya Revolusi Diri. Malang: Guepedia.
hasnuddin. (2017). Biopsikologi Pembelajaran. Banda Aceh: Syah Kuala University.
Imron, A. (n.d.). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Jaya.
Jazimah, H. (2014). Implementasi Manajemen Diri Mahasiswa dalam Pendidikan Islam.
Jurnal Kajian Pendidikan Islam, 6, 221-250.
Jazimah, H. (2014). Implementasi Manajemen Diri Mahasiswa Dalam Pendidikan Islam.
Jurnal Kajian Pendidikan Islam, 6, 221-250.
Kompri. (2016). Motovasi Pemblejaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT Remaja
Rosdayakarya.
Latipah, E. (2010). Strategi sel-regulated learning dan prestasi belajar : Kajian meta analisis.
Jurnal Psikologi, 37, 110-129.
Mahadi, T. S. (2017). Academic Pressure Among University Students: The Role Of
Technology Use. Coomputer In Human Behavior, 68, 272-279.
Neolaka, A. (2019). Isu Isu Kritis Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Nursalim, M. (2005). Straregi Konseling. UNESA: UNESA University Press.
Oemar, H. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ormrod, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan : Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pietono, Y. D. (2016). The Winner : 8 Kekuatan Pengembang Potensi Anak. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Putra, Y. S. (2016). Teori Perbedaa Generasi. Jurnal Among Makarti, 9.
Rasidi, & Salim, M. (2021). Motivasi Anak dalam Menigkatkan Motovasi Belajar. Lamongan:
Academia Publication.
Riyono, B. (2012). Motivasi Dengan Persepektif Psikologi Islam . Yogyakarta : Quality
Publishing.
Riyono, B. (2012). Motivasi dengan Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta : Quality
Publishing.
Sudaryo, Y., Aribowo, A., & Sofiati, N. A. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Winkel, W. S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Zulhariansyah, T. (2019). Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Self Management
Mahasiswa Fakltas Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang.

Anda mungkin juga menyukai