LITERATURE REVIEW
SKRIPSI
Oleh :
Eva Ayu Permatasari
NIM. 17010008
LITERATURE REVIEW
SKRIPSI
Oleh :
Eva Ayu Permatasari
NIM. 17010008
LITERATURE REVIEW
oleh :
Eva Ayu Permatasari
NIM. 17010008
Pembimbing
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan Ridho-nya yang
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya.
1. Kepada kedua orang tua saya, Ayah Saeran dan Ibu Siti Fatimah yang
telah memberikan kasih sayang penuh, support, dan doa sehingga saya
Soebandi Jember.
motivasi dalam menyusun karya ilmiah ini serta bapak Sutrisno, SST.,
Iklin Mawar Diana, Eka Binti Wulandari, Rahmatul Maula, Nabila Nur
Faiza, Wulan Rismawati, Fatimatus Zehro, dan Intan Ayu Wandira yang
vii
MOTTO
”Tidak masalah seberapa lambat kamu berjalan, asalkan kamu tidak berhenti”
(Confucius)
”Barangsiapa belajar sesuatu semata-mata karena Allah, mencari ilmu yang ada
bersama-Nya, maka dia akan menang. Dan barang siapa yang belajar sesuatu
karena selain Allah, maka dia tidak akan mencapai tujuannya, juga pengetahuan
(Hasan al-Basri)
viii
ix
ABSTRAK
Permatasari, Eva, Ayu*. Susilo, Arief, Judi**. Fatarona, Anita***. 2021.
Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Lansia
. Literature Riview.Proram Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr.
Soebandi Jember.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi secara ilmiah
dan tanpa disadari akan mengalami berbagai perubahan seperti perubahan
fisiologis, kognitif dan psikososial. Salah satu perubahan pada segi fisiologis yang
terjadi pada lansia yaitu adanya gangguan tidur.Perubahan tidur dapat
mempengaruhi kualitas tidur. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi gangguan tidur tersebut adalah dengan menggunakan terapi relaksasi
Benson. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh teknik
relaksasi benson terhadap kualitas tidur lansia. Penelitian ini menggunakan studi
literature review dengan desain penelitian quasy eksperimen with pre-post control
grup dan metode pengumpulan artikel menggunakan database Google Scholar,
Portal Garuda, Pubmed dan Science Direct. Di peroleh 96 jurnal, kemudian
dikategorikan berdasarkan kriteria inklusi, lalu didapatkan 5 jurnal yang sesuai
dengan kriteria inklusi yang akan dilakukan review. Hasil analisiskelima artikel
didapat bahwa kualitas tidur sebelum dilakukan terapi benson yaitu kualitas tidur
baik (26,06) dan kualitas tidur buruk (73,54). Sedangkan kualitas tidur setelah
dilakukan terapi benson yaitu kualitas tidur baik (82,68) dan kualitas tidur buruk
(16,92). Dari hasil review kelima artikel didapatkan hasil p value sebesar 0,0105
yang artinya ada pengaruh relaksasi benson terhdap kulitas tidur lansia.
Disarankan hasil literature review ini dapat digunakan untuk menunjang literature
review lainnya untuk penelitian yang lebih lanjut, namun disarankan untuk
memperdalam permasalahan tentang terapi relaksasi benson untuk meringankan
gangguan pada lansia.
*peneliti
**pembimbing 1
***pembimbing 2
x
ABSTRACT
Permatasari, Eva, Ayu *.Susilo, Arief, Judi **.Fatarona, Anita ***. 2021. The
Effect of Benson Relaxation Therapy on Sleep Quality in the Elderly.
Literature Review. Nursing Study Program STIKES dr. Soebandi
Jember.
*Researcher
**Advicer 1
***Advicer
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..............................................................................................................x
ABSTRACK ......................................................................................................... xi
xii
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................4
xiii
2.3.1 Definisi Terapi Non Farmakologi ............................................ 22
2.4 Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Lansia ..28
4.5 Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Lansia ....50
xiv
1.1 Kualitas Tidur Sebelum Terapi Relaksasi Benson .................................52
1.3 Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Lansia ....60
BAB 6 PENUTUP.................................................................................................66
LAMPIRAN .........................................................................................................71
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Hasil Analisis Kualitas Tidur Lansia Sebelum Dilakukan Terapi
Tabel 4.5 Hasil Analisis Kualitas Tidur Lansia Setelah Dilakukan Terapi
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Lansia dii Panti
xviii
DAFTAR ISTILAH
EEG : Electroencephalogram
EMG : Elektromiogram
EOG : Elektro-okulogram
UU : Undang-Undang
xix
BAB I
PENDAHULUAN
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan di dalam kehidupan manusia
yang terjadi secara ilmiah.Pertambahan usia tanpa disadari lansia akan mengalami
satu perubahan pada segi fisiologis yang terjadi pada lansia yaitu adanya
penurunan dalam jumlah, kualitas, atau waktu dalam tidur.Lansia yang mengalami
mengubah perilaku, suasana hati menjadi negatif, serta dapat pula mengakibatkan
Secara global populasi lansia akan semakin meningkat pada tahun 2020 dan
pada tahun 2050 mayoritas 80% penduduk lansia berada di Negara berkembang
(WHO, 2018). Di Indonesia populasi lansia pada tahun 2016 sebanyak 22,6 juta
lansia atau 8,75 persen, pada tahun 2017 sebanyak 23,66juta jiwa (9,03%), pada
tahun2018 yaitu 9,3%, atau 24,4 juta jiwa, tahun2019 menjadi 25,9 juta jiwa
(9,7%), 2020 yaitu berjumlah 27,08 juta jiwa lansia (BPS, 2018). Diprediksi pada
tahun 2025 sebanyak 33,69 juta jiwa lansia, tahun 2035 sebanyak 48,19 juta jiwa
lansia, serta pada tahun 2050 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah
lansia yang tinggi di bandingkan dengan Negara yang berada dikawasan Asia
(Kemenkes RI, 2018). Sedangkan untuk prevalensi gangguan tidur pada lansia
1
2
cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Gangguan tidur yang dapat terjadi pada lansia
dan bangun lebih awal atau tidak terpenuhinya waktu normal untuk tidur
(Potter,2015).
kualitas tidur.Kualitas tidur merupakan suatu keadaan tidur normal yang dialami
tidur.Kualitas tidur terdiri dari berbagai aspek seperti waktu tidur, latensi tidur dan
aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur merupakan kondisi dimana seseorang
mampu untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur
Rapid Eye Movement (REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM) yang normal
tidur pada lansia terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi.Terapi
farmakologi memiliki efek yang cepat, tetapi hal ini dapat menimbulkan efek
bahwa terjadi peningkatan angka mortalitas pada lansia yang menggunakan obat
tidur (Stanley, 2007). Sedangkan terapi non farmakologi untuk yang dapat
gangguan tidur yaitu terapi relaksasi. Terapi relaksasi adalah suatu metode terapi
yang dapat digunakan untuk membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks yang
Teknik relaksasi seperti ini juga dapat digunakan mengurangi rasa lelah yang
dalam kondisi sakit atau sehat. Terapi relaksasi terdiri dari berbagai macam
Salah satu terapi relaksasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
tidur lansia adalah dengan menggunakan terapi relaksasi benson. Terapi relaksasi
benson merupakan salah satu terapi yang dapat digunakan untuk meredakan nyeri,
menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu (Potter & Perry, 2010). Cara
merupakan salah satu terapi yang hemat biaya dan mudah untuk diaplikasikan
serta tidak memiliki efek samping yang berbahaya (Rambod ,dkk, 2013). Teknik
relaksasi Benson merupakan teknik latihan nafas, dengan latihan nafas yang
teratur dan dilakukan dengan benar agar tubuh menjadi rileks dan segar kembali.
Teknik relaksasi benson dapat dilakukan 2 kali sehari selama 10-20 menit (Tetti
Solehati, 2015).
4
(2016) serta beberapa peneliti lainnya tentang pengaruh relaksasi Benson terhadap
kualitas tidur lansia didapatkan hasil yang signifikan yaitu terjadi peningkatan
kualitas tidur lansia setelah diberikan terapi relaksasi Benson. Dan berdasarkan
yaitu Bagaimana pengaruh terapi relaksasi Benson terhadap kualitas tidur lansia?
relaksasi benson.
terapirelaksasi benson
yang efektif untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia serta sangat
TINJAUAN PUSTAKA
secara individu (Hawari, dikutip dalam Efendi & Makhfudli, 2013, p. 635).
(Muhammad, 2010).
Lanjut usia adalah suatu proses tumbuh kembang dari bayi sampai akhirnya
menjadi tua dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang tidak dapat dihindari.
Lansia merupakan individu yang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
Menurut Efendi & Makhfudli (2013) dari beberapa pendapat para ahli,
6
7
a. Tipe arifbijaksana
b. Tipemandiri
Pada tipe ini lansia banyak kegiatan yang tidak dapat lagi dilakukam
c. Tipe tidakpuas
Tipe ini lansia memikiki konflik lahir batin menentang proses penuaan
d. Tipebingung
kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
8
d. Mempersiapkan kehidupanbaru.
Perubahan fisik dan fungsi lansia Menurut Nugroho (2014) terdiri dari :
a. Sel
b. Sistem persarafan
c. Sistem pendengaran
d. Sistem penglihatan
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem pernapasan
kaku.
berkurang
g. Sistem integumen
5) Sistem pencernaan
menurun.
h. Sistem mulkuluskeletal
i. Perubahan psikososial
keluarga/family.
11
j. Agama/kepercayaan
selama periode tertentu. Seseorang yang tidur dengan waktu yang cukup, mereka
waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan
yang berikutnya.
Menurut Ulimudin (2011), pada saat tidur akan terjadi proses pemulihan,
proses ini dapat bermanfaat untuk mengembalikan kondisi seseorang dari tubuh
pemulihan yang terhambat dapat mengakibatkan sistem dalam tubuh tidak mampu
menjalankan fungsinya secara maksimal, akibatnya orang yang kurang tidur akan
Tidur adalah keadaan yang dilakukan secara berulang dan teratur yang
ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak dan terjadinya peningkatan ambang
Tidur tidak hanya hilangnya keadaan terjaga akan tetapi suatu proses aktif
yang terjadi secara berulang. Pada saat seseorang tidur aktivitas otak tidak
Menurut Hodgson (1991) dalam potter & Perry (2005) fungsi tidur tetap
belum jelas akan tetapi tidur dapat berfungsi dalam pemeliharaan fungsi jantung.
Tubuh seseorang yang sedang tidur akan melepaskan hormon pertumbuhan yang
akan digunakan untuk meregenasi sel epitel seperti sel diotak. Otak akan
menangkap segala informasi yang telah terjadi selama seharian dan otak akan
mendapatkan asupan oksigen serta aliran darah serebral dengan optimal sehingga
selama tidur terjadi penyimpanan memori dan pemulihan kognitif. Fungsi lainnya
adalah adanya reaksi otot sehingga laju metabolik basal akan menurun. Hal
yang mengalami gangguan tidur maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh, baik
Menurut Siregar (2011), tidur memiliki banyak manfaat bagi tubuh karena
saat tidur akan memperbarui sel-sel tubuh yang rusak menjadi sel-sel yang baru,
pada bagian pons. Selain itu reticular activating system (RAS) akan memberikan
rangsangan seperti rangsangan visual, pendengaran nyeri dan perabaan serta dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses
pikir. Dalam keadaan terjaga, neuron dalam RAS akan melepaskan non epinefrin.
Pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari
sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar
keseimbangan implus yang diterima di pusat otak dan sistem limbik (Hidayat A,
2015).
dalam otak dapat direkam dalam suatu grafik.Alat ini juga dapat memperlihatkan
fluktuasi energi (gelombang otak) pada kertas grafik. Berdasarkan hasil penelitian
okulogram (EOG), dan elektromiogram (EMG) diketahui ada dua tahapan tidur,
yaitu gerakan mata tidak cepat (non-rapid eye movement-NREM) dan gerakan
mata cepat (rapid eye movement-REM) (Kozier,2010).Ada dua tipe tidur yaitu :
14
otak orang yang sedang tidur lebih lambat dibandingkan dengan gelombang
alfa dan beta orang yang sedang bangun. Kebanyakan tidur dimalam hari
adalah tidur NREM. Tidur NREM adalah tidur yang dalam dan tenang serta
dapat menurunkan beberapa fungsi fisiologis dalam tubuh. Pada saat tidur
kerja otot menjadi lambat (Kozier, 2011). Tidur NREM dibagi menjadi 4
tahap yaitu:
1) Tahap I
seseorang merasa mengantuk dan relaks, bola mata bergerak dari satu
dan tahap ini akan berlangsung selama beberapa menit (Kozier, 2011).
2) Tahap II
bergerak dari satu sisi ke sisi lain, denyut jantung dan frekuensi
pernapasan sedikit menurun dan suhu tubuh menurun. Tahap ini hanya
3) Tahap III
Tahap ini denyut jantung, frekuensi pernapasan serta proses tubuh lain
4) Tahap IV
Tahap ini menandai tidur yang dalam, disebut dengan tidur delta.
NREMdan mimpi paling sering terjadi selama tidur REM. Mimpi yang terjadi
ditidur REM biasanya dapat diingat sebab mimpi tersebut masuk kedalam
memori otak.Selama tidur REM otak sangat aktif dan metabolisme otak dapat
meningkat sebesar 20%.Tipe tidur ini juga disebut tidur paradoksial yang
artinya tidur dapat terjadi secara simultan dengan tipe aktivitas otak ini.Pada
fase ini, seseorang yang tertidur sulit untuk dibangunkan atau dapat bangun
sekitar 7 periode tidur. Sebagian bayi tidur selama 22 jam perhari, bayi lain
tidur selama 12- 14 jam perhari. Sekitar 20%-30% tidur adalah tidur REM. Di
akhir tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur sebanyak 1-2 kali sehari dan
b. Balita (Todler)
c. Pra Sekolah
Anak pra sekolah biasanya memerlukan 11-12 jam per malam, terutama
d. Usia Sekolah
Anak usia sekolah tidur antara 8-12 jam per malam tanpa tidur siang.
Anak usia sekolah yang berumur 8 tahun biasanya memerlukan 10 jam tidur
setiap malam. Saat anak berusia 11 atau 12 tahun, waktu tidur dapat telat
e. Remaja
Sebagian besar remaja memerlukan 8-10 jam waktu tidur setiap malam
Perubahan pola tidur biasanya terjadi pada remaja. Sekitar 20% tidur pada
f. Dewasa Muda
memerlukan 7-8 jam setiap malam tetapi bisa kurang dari waktu tersebut.
Mereka biasanya tidur 6-8 jam per malam.Sekitar 20% tidur berupa tidur
REM.
h. Lansia
Lansia tidur sekitar 6 jam setiap malam. Sekitar 20%-25% tidur berupa
tidur REM. Banyak lansia terbangun lebih sering dimalam hari dan sering
sekali mereka memerlukan waktu yang lama untuk dapat kembali tidur.
Kebutuhan tidur lansia adalah sekitar 6 jam setiap malam. Sekitar 20%
sampai 25% tidur berupa tidur REM. Tidur tahap ke IV menurun dan pada
beberapa keadaan tidak terjadi tahap IV. Banyak lansia terbangun di malam hari
dan seringkali mereka memerlukan waktu yang lama untuk dapat kembali tidur
(Kozier dkk,2011).
Menurut Khasanah (2012) perubahan tidur normal pada lansia saat terjadi
atau tidur dalam. Perubahan pola tidur normal lansia dapat disebabkankarena
penurunan jumlah dan ukuran neuron pada sistem saraf pusat, sehingga distribusi
non epinefrin yang merupakan zat yangmerangsang tidur juga menurun. Lansia
kualitas tidur yang berhubungan dengan proses penuaan antara lain peningkatkan
latensi tidur, penurunan efisiensi tidur, bangun lebih awal, mengurangi tahapan
tidur nyenyak dan gangguan irama sirkardian, peningkatan tidur siang. Selain itu,
jumlah waktu yang diperlukan untuk tidur lebih sedikit dan mudah terbangun.
Kualitas tidur adalah suatu kondisi dimana tidur yang dijalani seorang
(Khasanah & Khusnul, 2012). Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk
tetap tertidur dan mendapatkan sejumlah tidur REM dan NREM yang pas
(Kozier,2010).
Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif seperti durasi tidur, latensi tidur,
serta aspek subyektif seperti tidur dalam dan istirahat (Khasanah et al, 2012).
Kualitas tidur lansia dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda- tanda
penelitian melaporkan bahwa jumlah tidur pada lansia adalah 20-25% (wahid et
al, 2016).
19
Kuantitas tidur adalah lama waktu tidur berdasarkan jumlah jam tidur
sedangkan kualitas tidur mencerminkan keadaan tidur yang restoratif dan dapat
menyegarkan tubuh keesokan harinya (Asmadi, 2008). Kuantitas tidur yang buruk
berbeda dengan kualitas tidur yang buruk. Kuantitas tidur yang buruk mencakup
durasi tidur pendek yaitu kurang dari 6 jam sedangkan kualitas tidur yang buruk
meliputi kesulitan untuk tidur dan seringkali terbangun dimalam hari atau dini
Hidayat (2007) dalam Khasanah & Hidayati (2012) menyatakan kualitas tidur
seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukan tanda- tanda kekurangan tidur
terbagi menjadi dua, yaitu tanda fisik dan tandapsikologis.Tanda fisik kekurangan
tidur meliputi ekspresi wajah (area gelapdisekitar maka, bengkak dikelopak mata,
psikologis dari kekurangan tidur seperti menarik diri, apatis dan respon menurun,
(PSQI). Alat ini merupakan alat untuk menilai kualitas tidur.Alat ini terdiri dari 19
lansia.19 pertanyaan itu mengkaji secara luas faktor yang berhubungan dengan
tidur seperti durasi tidur, latensi tidur, dan masalah tidur.Setiap komponen skor
0-21, dimana skor lebih tinggi 5 menandakan kualitas tidur yang buruk (Buysse
Kualitas tidur yang terjadi pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapaa
a. Usia
1) Remaja (Usia 12 sampai 18 tahun) : tidur 8,5 jam/hari dan sekitar 20%
2) Dewasa muda (Usia 18 sampai 40 tahun) : tidur 6-8 jam/hari , 20- 25%
4) Dewasa tua (Usia 60 tahun keatas): tidur sekitar 6 jam/hari, sekitar 20-
b. Penyakit
c. Faktor lingkungan
yang baik berhubungan dengan waktu bangun dan tidur yang cukup sehingga
salah satu gejala yang banyak muncul pada gangguan tidur sehingga dapat
e. Obat-obatan
tidur karena obat ini dapat menyebabkan terputus-putusnya fase tidur REM
(Prakasa, 2016).
diharapkan menjadi pilihan pertama untuk gangguan pada pasien usia lanjut
(Galimi, 2010).
a. Stimulus control
hanya untuk tidur dan menghindari aktivitas lain seperti membaca dan
tempat tidur, akan tetapi jika selama 15- 20 menit berada disana pasien tidak
bisa tidur maka pasien harus bangun dan melakukan aktivitas lain sampai
merasa mengantuk baru kembali ke tempat tidur. Metode terapi ini mampu
23
Terapi ini tidak hanya bermanfaat untuk insomnia primer tapi juga untuk
b. Sleep restriction
kualitas tidur. Pada usia lanjut yang sebagian besar sudah tidak beraktivitas
buruk karena pola tidur menjadi tidak teratur. Melalui Sleep Restriction ini
c. Sleep hygiene
secara teratur pada pagi hari, tidur secara teratur, melakukan aktivitas yang
waktu bangun pagi, menghindari merokok dan minum alkohol 2 jam sebelum
tidur dan tidak makan daging terlalu banyak sekitar 2 jam sebelum tidur
(Petit, 2003).
d. Terapi relaksasi
Tujuan terapi ini adalah mengatasi gangguan tidur pada lansia dimalam
Pada pasien usia lanjut sangat sulit melakukan metode ini karena tingkat
seorang ahli penulis medis dari fakultas kedokteran Harvard yang bernama
manfaat dari doa dan meditasi yang dilakukan seseorang terhadap peningkatan
kesehatan. Teknik ini dikenal sebagai teknik relaksasi Benson (Solehati &
Kosasih, 2018).
makna ungkapan tertentu berupa nama-nama Tuhan, atau kata yang memiliki
dengan ritme teratur disertai sikap pasrah (Benson & Proctor, 2000).
relaksasi ini, tetapi harus pasrah dan memiliki keyakinan bahwa relaksasi ini akan
relaksasi yang lebih kuat dibandingkan dengan sekadar relaksasi tanpa melibatkan
unsur keyakinan terhadap hal tersebut (Benson & Proctor, 2000). Hal ini terjadi
karena pada dasarnya semua orang yakin, bahwa Sang Maha Penciptalah yang
memberikan kesembuhan dan kesehatan tersebut, oleh karena itu mereka yakin
bahwa relaksasi Benson akan membantu dalam mengurangi derita yang sedang
mereka alami, seperti terbebas dari rasa nyeri dan cemas (Solehati & Kosasih,
2018).
Menurut Dr. Benson dalam Mitchell (2013) relaksasi ini bermanfaat dalam
menetralkan efek fisiologis, stres atau berada pada tekanan yang berlebihan
dan kesehatan yang lebih baik dengan melepaskan diri dari pemikiran sehari-hari
dan memilih kata atau doa kemudian fokus pada pernapasan diri sendiri. Terapi
yang dapat mengakibatkan penurunan oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh
meliputi :
kata atau frase yang singkat yang diulang dalam hati sesuai dengan
keyakinan. Kata atau frase yang singkat adalah fokus dalam melakukan
relaksasi benson. Fokus pada kata atau frase tertentu akan meningkatkan
c. Sikap pasif ini sangat penting karena berguna untuk mengalihkan pikiran-
atau frase.
Terdapat empat syarat dasar agar teknik relaksasi Benson dapat berhasil,
kata yang dipilih dan mampu untuk bersikap positif dari pikiran-pikiran yang
Waktu terbaik untuk berlatih Respon Relaksasi adalah di pagi hari selama
sepuluh sampai dua puluh menit, dilakukan sekali atau dua kali sehari dapat
27
cukup untuk melawan respon stres dan membawa relaksasi dan kedamaian batin
(Benson, 2000).
Menurut Benson & Proctor (2000), ada beberapa langkah yaang harus
a. Atur posisi pasien senyaman mungkin dapat dilakukan dengan cara duduk,
Menurut Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa jumlah tidur totaltidak
akan berubah dengan perubahan usia. Kualitas tidur seseorang di katakan baik
apabila di tandai dengan tidur yang tenang,merasa segar pada pagi hari, dan
banyaknya efek negatif karena penggunaan obat maka seharusnya pengobatan non
farmakologis lebih efektif.Selain itu dosis obat yang tidak praktis serta jenis obat
Maka dari itu perlu di lakukan pengobatan alternatif seperti terapi relaksasi
benson.
yang menstimulais turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem syaraf
simpatis, dan menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh syaraf
dengan bertambahnya salah satu aktivitas sistem akan menghambat atau menekan
Ketika seseorang mengalami gangguan tidur maka ada ketegangan pada otak
akan mudah untuk masuk ke kondisi tidur. Pada saat tubuh dan pikiran rileks,
dengan mengatur mekanisme pernafasan yaitu pada irama dan intensitas yang
lebih lambat dan dalam. Keteraturan dalam bernafas khususnya dengan irama
yang tepat akan menyebabkan sikap mental dan badan yang rileks, sedangkan
pelatihan otot akan menyebabkan otot semakin lentur dan dapat menerima situasi
Terapi Benson dilakukan secara teratur dan dilakukan dengan benar akan
endorphin kebutuhan tidur akan terpenuhi dan lansia akan merasa lebih rileks dan
30
nyaman dalam tidurnya. Pemberian relaksasi benson yang dilakukan sesuai SOP
diukur maupun yang tidak diukur oleh peneliti) yang terdapat pada tinjauan
pustaka.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas
tidur :
1. Usia Lansia
2. Penyakit
3. Faktor Lingkungan
4. Gaya Hidup dan
Kualitas Tidur
Kebiasaan
Buruk
5. Obta-obatan
Terapi
Benson
Kualitas
Keterangan : Tidur
Meningkat
------------ : Tidak Diteliti
: Diteliti
METODE PENELITIAN
dilakukan pada bulan September sampai November 2020. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari pengalaman
langsung, akan tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
jurnal bereputasi baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah
menggunakan dua database dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang, yaitu
31
32
atau jurnal yang digunakan. Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan
dengan Medical Subject Heading (MeSH) dan terdiri dari sebagai berikut:
OR OR OR
Sumber :(Google Scholar, Garuda Journal, Science Direct dan Pubmed 2020)
d. Outcome yaitu hasil yang diperoleh pada studi terdahulu yang sesuai
e. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang
akan di review.
mengalami gangguan
kualitas tidur
terhadap kualitas
tidur lansia
menjelaskan bahwa
terdapat pengaruh
terapi benson
terhadap kualitas
34
tidur lansia
grup
sampai 2020
Inggris
sehingga diperlukan intervensi yang dapat mengatasi masalah gangguan tidur dan
meningkatkan kualitas tidur yaitu intervensi terapi relaksasi benson. Artikel dicari
lakukan screening apakah judul pada artikel tersebut ada yang sesuai atau tidak.
Setelah menemukan artikel judul yang sesuai kemudian artikel tersebut dilakukan
Review ini yaitu artikel yang sesuai dengan topik yang diangkat, Artikel yang
mempunyai topik pengaruh terapi relaksasi benson terhadap kualitas tidur lansia.
Peneliti memilih artikel dalam rentang tahun 2016-2020 dan ditemukan 3 artikel
artikel Pubmed, jadi total artikel yang ditemukan yaitu 96 Artikel yang
lansia. Dari total 96 artikel yang ditemukan, hanya 5 artikel yang memenuhi
kriteria yaitu 3 artikel dari Google Scholar dan 2 artikel dari Garuda
Journal.Sedangkan kriteria ekslusi dalam pencarian artikel yaitu artikel yang tidak
berkaitan dengan topik, populasi tidak berkaitan dengan topik, artikel dalam
melakukan include artikel yang masuk dalam kriteria inklusi, artikel yang tidak
didapatkan hasil bahwa tidak ada artikel yang termasuk kriteria eklusi lagi
sehingga hasil akhir yang ada dapat dilakukan review. Hasil seleksi artikel studi
3.1 DiagramAlur
Gambar 3.1. Diagram Alur literature review berdasarkan PRISMA 2009 (Polit
and Beck, 2013 dalam Nursalam,2020)
BAB IV
Pada bab ini, hasil telaah studi Literature Review"Pengaruh Terapi Relaksasi
Benson Terhadap Kualitas Tidur Lansia.” akan dilaporkan oleh peneliti dalam
37
38
No Penulis dan Tahun Terbit Judul Desain Penelitian, Sampel, Hasil Kesimpulan Database
1. Handono Fakthur Pengaruh Desain penelitian ini Hasil peneltian Ada pengaruh terapi Google
Rohmab, Ririn Terapi menggunakan desain quasy pada jurnal ini relaksasi benson Scholar
Handayani, Baitus Relaksasi eksperimen. Sampel terdiri dari 50 menunjukkan p terhadap kualitas
Sholehah (2019) Benson responden yang terbagi menjadi 2 value< 0.05 yaitu tidur lansia
2. Ira sri budiarti Pengaruh Desain penelitian ini Hasil peneltian Ada pengaruh terapi Google
(2020) Relaksasi menggunakan desain quasy pada jurnal ini relaksasi benson Scholar
Terhadap responden yang terbagi menjadi 2 value< 0.05 yaitu tidur lansia
3. Indah Maulinda, Erlisa Pengaruh Desain penelitian ini Hasil peneltian Ada pengaruh terapi Garuda
Candrawati, Ragil Catur Terapi menggunakan desain quasy pada jurnal ini relaksasi benson Journal
(2017) Benson responden yang terbagi menjadi 2 value<0.05 yaitu tidur lansia
U test.
4. Mitra Habibollahpour The Impact of Desain penelitian ini Hasil peneltian Ada pengaruh terapi Garuda
Msc, Fatemeh Ranjkesh Benson’s menggunakan desain quasy pada jurnal ini relaksasi benson Journal
MSc , Seyedeh Ameneh Relaxation eksperimen. Sampel terdiri dari 75 menunjukkan p terhadap kualitas
Motalebi PhD , Fatemeh Technique on responden yang terbagi menjadi 2 value< 0.05 yaitu tidur lansia
5. Nur Baharia Marabessy, Benson's Desain penelitian ini Hasil peneltian Ada pengaruh terapi Google
Lucky Herawati, Irhamdi Relaxation menggunakan desain quasy pada jurnal ini relaksasi benson Scholar
Achmad. Therapy and eksperimen. Sampel terdiri dari 48 menunjukkan terhadap kualitas
(2020) Sleep Quality responden yang terbagi menjadi 2 pvalue< 0.05 tidur lansia
1. Handono Fakthur Rohmab, Ririn Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur 50 ( Tidak disebutkan jenis
Handayani, Baitus Sholehah (2019) Lansia di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bondowoso kelamin )
2. Ira sri budiarti (2020) Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Lansia Laki-laki = 10
3. Indah Maulinda, Erlisa Candrawati, Ragil Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Perempuan = 20
4. Mitra Habibollahpour Msc, Fatemeh The Impact of Benson’s Relaxation Technique on the Quality Laki-laki = 34
PhD(2019)
45
5. Nur Baharia Marabessy, Lucky Herawati, Benson's Relaxation Therapy and Sleep Quality among Laki-laki= 16
Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dari kelima jurnal diatas yaitu laki-laki sebanyak 60 responden (35%) dan
perempuan sebanyak 111 responden (65%), total keseluruhan yaitu sebesar 171 responden. Jadi, dapat disimpulkan bahawa karakteristik responden
1. Handono Fakthur Rohmab, Ririn Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Tidak disebutkan
Handayani, Baitus Sholehah (2019) Lansia di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bondowoso
2. Ira sri budiarti (2020) Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Lansia 60-74 tahun = 14 orang
di Panti Sosial Tresna Wherdha Sabai Nan Alui Sicincin 75-84 tahun = 12 orang
3. Indah Maulinda, Erlisa Candrawati, Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur 60-64 tahun = 4 orang
Ragil Catur Adi W (2017) Lansia di Posyandu Permadi Tlogomas Kota Malang 65-69 tahun = 9 orang
4. Mitra Habibollahpour Msc, Fatemeh The Impact of Benson’s Relaxation Technique on the 65 tahun = 38 orang
Ranjkesh MSc , Seyedeh Ameneh Quality of Sleep in the Elderly 67 tahun = 37 orang
PhD(2019)
5. Nur Baharia Marabessy, Lucky Benson's Relaxation Therapy and Sleep Quality among 56-74 tahun = 25 orang
Herawati, Irhamdi Achmad.(2020) Elderly at a Social Institution in Inakaka, Indonesia ≥ 75 tahun = 21 orang
Tabel 4.3 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur dari kelima jurnal diatas yaitu 60-74 tahun = 134 (78,4 %) dan 75-85 tahun = 37
(21.6%), total keseluruhan yaitu sebesar 327 respondenJadi, dapat disimpulkan bahawa karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar
Handayani, Baitus Sholehah (2019) Kualitas Tidur Lansia di Upt Pelayanan Sosial Kualitas tidur sedang= (44%)
2. Ira sri budiarti (2020) Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Kualitas tidur baik =(13.3%)
Kualitas Tidur Lansia dii Panti Sosial Tresna Kualitas tidur buruk = (86.7%)
3. Indah Maulinda, Erlisa Candrawati, Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kualitas tidur baik = (0%)
Ragil Catur Adi W (2017). Kualitas Tidur Lansia di Posyandu Permadi Kualitas tidur cukup = (30%)
4. Mitra Habibollahpour Msc, Fatemeh The Impact of Benson’s Relaxation Kualitas tidur baik = (0%)
Ranjkesh MSc , Seyedeh Ameneh Technique on the Quality of Sleep in the Kualitas tidur cukup baik = (2%)
5. Nur Baharia Marabessy, Lucky Benson's Relaxation Therapy and Sleep Kualitas tidur baik = (37%)
Herawati, Irhamdi Achmad.(2020) Quality among Elderly at a Social Institution Kualitas tidur buruk = (63%)
in Inakaka, Indonesia
Tabel 4.4 menunjukkan hasil analisis kualitas tidur sebelum dilakukan terapi benson yaitu kualitas tidur baik (26,06) dan kualitas tidur buruk (73,54).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kualitas tidur sebelum diberikan terapi relaksasi benson yatitu mengalami kualitas tidur buruk yaitu
sebesar (73,54%).
Handayani, Baitus Sholehah (2019) Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Upt Kualitas tidur ringan = (56%)
49
2. Ira sri budiarti (2020) Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Kualitas tidur baik = (66.7%)
Kualitas Tidur Lansia dii Panti Sosial Kualitas tidur buruk = (33.3%)
3. Indah Maulinda, Erlisa Candrawati, Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Kualitas tidur baik = (70%)
Ragil Catur Adi W.(2017) Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Kualitas tidur cukup = (30%)
Malang
4. Mitra Habibollahpour Msc, Fatemeh The Impact of Benson’s Relaxation Kualitas tidur baik = (2%)
Ranjkesh MSc , Seyedeh Ameneh Technique on the Quality of Sleep in the Kualitas tidur cukup baik = (78%)
5. Nur Baharia Marabessy, Lucky Benson's Relaxation Therapy and Sleep Kualitas tidur baik = (66.7%)
Herawati, Irhamdi Achmad.(2020) Quality among Elderly at a Social Kualitas tidur buruk = (33.3%)
Tabel 4.5 menunjukkan hasil analisis kualitas tidur setelah dilakukan terapi benson yaitu kualitas tidur baik (82,68) dan kualitas tidur
buruk (16,92). Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kualitas tidur setelah diberikan terapi relaksasi benson yatitu mengalami
Handayani, Baitus Sholehah (2019 Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Upt terapi relaksasi benson terhadap kualitas tidur lansia
Bondowoso
51
2. Ira sri budiarti (2020) Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
Kualitas Tidur Lansia dii Panti Sosial terapi relaksasi benson terhadap kualitas tidur lansia
Sicincin
3. Indah Maulinda, Erlisa Candrawati, Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
Ragil Catur Adi W. Terhadap Kualitas Tidur Lansia di terapi relaksasi benson terhadap kualitas tidur lansia
Malang
4. The Impact of Benson’s Relaxation Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
Mitra Habibollahpour Msc, Fatemeh
Technique on the Quality of Sleep in terapi relaksasi benson terhadap kualitas tidur lansia
Ranjkesh MSc , Seyedeh Ameneh
the Elderly dengan nilai p value = 0.000
Motalebi PhD , Fatemeh Mohammadi
Ph(2019)
52
5. Nur Baharia Marabessy, Lucky Benson's Relaxation Therapy and Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
Herawati, Irhamdi Achmad. Sleep Quality among Elderly at a terapi relaksasi benson terhadap kualitas tidur lansia
Indonesia
Tabel 4.6 menunjukkan hasil analisis pengaruh terapi benson terhadap kualitas tidur lansia didapatkan nilai p value sebesar 0,01 artinya p value< 0,05
artinya ada pengaruh terapi relaksasi Benson terhadap kualitas tidur lansia.
BAB V
PEMBAHASAN
Kualitas tidur merupakan keadaan tidur yang dijalani seorang individu untuk
aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif
eyemovement.(REM) dan Non rapid eye movement (NREM)yang normal (Potter &
berlebihan pada siang hari dan kurang berenergi serta menyebabkan gangguan
kejiwaannya.
Benson yaitu artikel pertama oleh Handono,dkk. (2019) sebagian besar memiliki
kualitas tidur berat yaitu sebanyak 52%, artikel kedua oleh Indah, dkk.(2017)
sebagian besar memiliki kualitas tidur berat yaitu sebanyak 70%, artikel ketiga
oleh Ira Sri Budiarti. (2020) sebagian besar memiliki kualitas tidur buruk yaitu
besar memiliki kualitas tidur cukup buruk yaitu sebanyak 52%dan artikel kelima
oleh Nur Baharia, dkk. (2020)sebagian besar memiliki kualitas tidur buruk yaitu
sebanyak 63%. Jadi, berdasarkan hasil penelitian dari 5 artikel yang telah di
52
53
diberikan terapi relaksasi bensonyaitu sebagian besar kualitas tidur lansia sebagian
besar kualitas tidur sebelum diberikan terapi relaksasi benson yatitu mengalami
penurunan dalam jumlah, kualitas, atau waktu dalam tidur. Lansia yang
diderita, mengubah perilaku, suasana hati menjadi negatif, serta dapat pula
tingkat pendidikan dan status ekonomi dan stress (Kang,et al ,2013). Perubahan
tidur yang mempengaruhi kualitas tidur yang berhubungan dengan proses penuaan
pada seperti meningkatkan latensi tidur, efesiensi tidur berkurang, bangun lebih
peningkatan tidur siang. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk tidur lebih dalam
menurun. Lansia melaporkan sering tidur siang dan mengalami kesulitan jatuh
Ganguan tidur juga sering ditemukan pada lansia yang tinggal di panti jompo,
terutama lansia yang biasa bekerja dan setelah di panti jompo tidak bekerja,
sedikitnya lima kali setiap malam. Setelah terbangun sulit untuk tidur kembali,
Menurut Amir (2007), perubahan yang sangat menonjol pada tidur lansia
dimalam hari. Umumnya waktu tidur yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk
tidur tidaklah sama, tidak saja akan menjadi semakin berkurang seiring dengan
oleh setiap orang sangat bervariasi (bisa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi atau
tergantung pada keadaan - keadaan yangsedang dialami atau dihadapi). Hal ini
akan tergantung pula pada bagaimana keadaan perasaan atau kesehatan tubuhnya.
Hal tersebut di atas didukung dengan pendapat Potter & Perry (2005) mengatakan
bahwa jumlah tidur total tidak berubah sesuai dengan perubahan usia akan tetapi
berlebihan pada siang hari dan kurang berenergi serta menyebabka gangguan
Menurut opini peneliti, perubahan yang terjadi pada lansia seringkali dapat
menyebabkan perubahan tidur pada lansia. Lansia akan sangat rentan mengalami
berhubungan dengan proses penuaan. Selain itu, jumlah waktu yang diperlukan
55
untuk tidur lebih sedikitdan mudah terbangun.Gangguan tidur juga dapat terjadi
karena beberapa faktor, salah satu adalah perbedaan gender, perubahan tidur akan
lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki karena perempuan lebih
perempuan lebih banyak mengalami tekanan dari pada laki-laki. Kualitas tidur
yang buruk pada lansia dapat ditandai dengan seringnya lansia terbangun pada
malam hari serta sulit untuk memulai tidur kembali.Kualitas tidur yang baik dapat
memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh
gangguan tidur.Salah satu upaya untuk mengatasi perubahan tidur tersebut adalah
yang cepat, tetapi hal ini dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi
kesehatan lansia. Selain itu dosis obat yang tidak praktis serta jenis obat yang sulit
terhadap terapi pengobatan yang di lakukan menjadi tidak efektif. Pengobatan non
lakukan juga tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi lansia..
Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila ditandai dengan tidur yang
tenang merasa segar pada pagi hari,dan merasa semangat untuk melakukan
obat kimia maka seharusnya pengobatan non farmakologis lebih efektif.Selain itu
56
dosis obat yang tidak praktis serta jenis obat yang sulit di dapat mengakibatkan
yang dilakukan menjadi tidakefektif. Salah satu upaya un tuk mengatasi masalah
Benson yaitu artikel pertama oleh Handono,dkk. (2019) sebagian besar memiliki
kualitas tidur ringan yaitu sebanyak 56%, artikel kedua oleh Indah, dkk.(2017)
sebagian besar memiliki kualitas tidur baik yaitu sebanyak 70%, artikel ketiga
oleh Ira Sri Budiarti. (2020) sebagian besar memiliki kualitas tidur baik yaitu
besar memiliki kualitas tidur cukup baik yaitu sebanyak 78% dan artikel kelima
oleh Nur Baharia, dkk. (2020)sebagian besar memiliki kualitas tidur baik yaitu
sebanyak 66.7%. Jadi, berdasarkan hasil penelitian dari 5 artikel yang telah di
Review didapatkan bahwa hasil distribusi frekuensi kualitas tidur setelah diberikan
terapi relaksasi benson yaitu sebagian besar mengalami kualitas tidur baik yaitu
sebesar (82,68%).
Kualitas tidur adalah suatu kondisi dimana tidur yang dijalani seorang
mendapatkan sejumlah tidur REM dan NREM yang pas (Kozier,2010). Kualitas
tidur mencakup aspek kuantitatif seperti durasi tidur, latensi tidur, serta aspek
57
subyektif seperti tidur dalam dan istirahat (Khasanah et al, 2012). Kualitas tidur
lansia dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda- tanda kekurangan tidur
bahwa jumlah tidur pada lansia adalah 20-25% (wahid et al, 2016).
Hidayat (2007) dalam Khasanah & Hidayati (2012) menyatakan kualitas tidur
seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukan tanda- tanda kekurangan tidur
baik apabila di tandai dengan tidur yang tenang merasa segar pada pagi hari, dan
kekurangan tidur terbagi menjadi dua, yaitu tanda fisik dan tandapsikologis.Tanda
fisik kekurangan tidur meliputi ekspresi wajah (area gelapdisekitar maka, bengkak
dikelopak mata, konjungtiva berwarna kemerahan, dan mata cekung), kantuk yang
psikologis dari kekurangan tidur seperti menarik diri, apatis dan respon menurun,
Sampel dalam penelitian ini adalah lansia, maka perubahan sistem tubuh pada
lansia bisa mempengaruhi kebutuhan tidur, seperti yang diungkapkan oleh Anies
(2005) bahwa gangguan pemenuhan kebutuhan tidur yang sering dijumpai pada
lanjut usia adalah ketidakmampuan tidur pada saat seseorang seharusnya tidur.
Keluhan yang kerap kali disampaikan oleh mereka adalah kesukaran untuk
58
memulai tidur, atau sering terbangun selama tidur atau tidur cepat, tapi terlalu
cepat bangun pada dini hari untuk kemudian tidak dapat tidur kembali.
Salah satu upaya untuk mengatasi untuk mengatasi gangguan tidur adalah
meredakan stress, membantu tidur nyenyak, dapat digunakan segala tempat dan
relaksasi benson ini tidak menimbulkan efeksamping (Purwanto, 2006). Hal ini
berpendapat bahwa dengan latihan nafas yang teratur dan dilakukan dengan benar,
tubuh akan menjadi lebih rileks, menghilangkan ketegangan saat mengalami stress
mekanisme pernafasan yaitu pada irama dan intensitas yang lebih lambat dan
dalam. Keteraturan dalam bernafas khususnya dengan irama yang tepat akan
menyebabkan sikap mental dan badan yang rileks, sedangkan pelatihan otot akan
menyebabkan otot semakin lentur dan dapat menerima situasi yang merangsang
luapan emosi tanpa membuatnya kaku (Novitasari, 2014). Selain itu juga fokus
dan spiritual, terapi benson bertujuan untuk memusatkan perhatian pada suatu
penyakit darah tinggi penyakit jantung dan hendak susah tidur, sakit kepala,
berbagai aspek kesehatan fisik. Setelah di lakukan terapi relaksasi benson dengan
latihan nafas dalam yang teratur dan dilakukan dengan benar, tubuh akan menjadi
lebih rileks, menghilangkan ketegangan saat mengalami stress dan bebas dari
tidur akan terpenuhi dan lansia akan merasa lebih rileks dan nyaman dalam
alternatif yang sangat tepat digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia,
dibandingkan dengan relaksasi biasanya karena hal ini didasarkan pada faktor
kesembuhan dan kesehatan tersebut. Terapi ini akan menciptakan suasana damai
pada diri seorang lansia itu tersendiri. Keberhasilan dari relaksasi benson ini
adalah terletak pada kemampuan untuk memusatkan perhatian pada suatu fokus
hening dan jauh dari keramaian agar lansia dapat fokus terhadap fikirannya dan
pasien mencapai kondisi kesehatan dan kualitas tidur yang lebih baik lagi.
memiliki nilai p value sebesar 0,0005, artikel kedua oleh Indah, dkk. (2017)
memiliki nilai p value sebesar 0,000, artikel ketiga oleh Ira Sri Budiarti, tahun
(2020) memiliki nilai p value sebesar 0.006, artikel kelima oleh Mitra
kelima oleh Nur Baharia, dkk. (2020) memiliki nilai p value 0,046. Berdasarkan
hasil penelitian dari 5 artikel yang telah diperoleh didapatkan bahwa nilai p value
61
dari kelima artikel menunjukkan <0,05 yaitu sebesar 0,01 yang artinya ada
relaksasi ini, tetapi harus pasrah dan memiliki keyakinan bahwa relaksasi ini akan
relaksasi yang lebih kuat dibandingkan dengan sekadar relaksasi tanpa melibatkan
unsur keyakinan terhadap hal tersebut (Benson & Proctor, 2000). Hal ini terjadi
karena pada dasarnya semua orang yakin, bahwa Sang Maha Penciptalah yang
memberikan kesembuhan dan kesehatan tersebut, oleh karena itu mereka yakin
bahwa relaksasi Benson akan membantu dalam mengurangi derita yang sedang
mereka alami, seperti terbebas dari rasa nyeri dan cemas (Solehati & Kosasih,
2018).
dan tidur sehingga berimplikasi tidak menimbulkan efek samping dan membantu
perbaikan pola makan, pola tidur serta penyelesaian penyebab psikologis maka
obat – obatan hanya dapat mengatasi gangguan yang bersifat sementara dan tidak
Terapi relaksasi Benson adalah teknik relaksasi yang sangat sederhana yang
seseorang telah mencapai tahap relaksasi yang tepat, tubuh dapat mengalami
neurotransmiter yang bertindak sebagai obat penenang. Selain itu, terapi relaksasi
bahwa terapi relaksasi secara klinis memiliki efek yang sama dengan penggunaan
Cara kerja teknik relaksasi Benson ini adalah berfokus pada kata atau kalimat
tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme teratur yang disertai sikap
pasrah seperti duduk, berlutut atau tiduran sambil menarik nafas dalam.
Pernafasan yang panjang dapat memberikan energi yang cukup, karena pada
63
kekurangan oksigen (hipoksia). Saat tarik nafas panjang otot-otot dinding perut
menekan iga bagian bawah kearah belakang serta mendorong sekat diafragma ke
merangsang aliran darah baik vena cava inferior maupun aorta abdominalis,
terutama organ - organ vital seperti otak, sehingga O2 tercukupi didalam otakdan
Latihan nafas yangdilakukan dengan teratur dan benar membuat tubuh akan
enkephalin dan β endorphin,akan merasa lebih rileks dan nyaman (Taylor, 1997
menyebabkan perubahan tidur pada lansia. Lansia akan sangat rentan mengalami
gangguan tidur. Gangguan tidur juga dapat terjadi karena beberapa faktor, salah
satu adalah perbedaan gender, perubahan tidur akan lebih sering terjadi pada
64
tekanan dari pada laki-laki. Salah satu upaya untuk mengatasi perubahan tidur
farmakologi memiliki efek yang cepat, tetapi hal ini dapat menimbulkan efek
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia adalah
yang paling efektif untuk meningkatkan kualitas tidur terutama pada lansia karena
pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan yang tenang sehingga dapat
Terapi relaksasi benson adalah salah satu terapi alternatif yang sangat tepat
digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia, hal ini disebabkan karena
biasanya karena hal ini didasarkan pada factor keyakinan seseorang bahwa sang
ini akan meciptakan suasana damai pada diri seorang lansia itu tersendiri. Dengan
latihan nafas yang teratur dan dilakukan dengan benar, tubuh akan menjadi rileks,
65
benson ini adalah terletak pada kemampuan untuk memusatkan perhatian pada
ditempat hening dan jauh dari keramaian agar lansia dapat fokus terhadap
Benson adalah salah satu teknik relaksasi yang sangat efektif karena dapat
dilakukan di segala tempat, selain itu teknik ini juga tidak menimbulkan efek
samping yang dapat membahayakan bagi kesehatan lansia dan terapi ini salah satu
teknik relaksasi yang hemat biaya dan sederhana,sehingga terapi relaksasi Benson
ini sangat di sarankan untuk dijadikan salah satu pengobatan altenatif khusunya
bagi lansia untuk mengatasi gangguan tidur dan untuk meningkatkan kuaitas tidur
pada lansia.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Tinjauan dari kelima jurnal yang telah di review didapatkan kesimpulan yaitu
1) Kualitas tidur pada lansia sebelum dilakukan terapi relaksasi Benson rata-
rata mengalami kualitas tidur buruk dan hanya sebagian kecil yang
2) Kualitas tidur pada lansia setelah dilakukan terapi relaksasi Benson rata-
rata meningkat dan sebagian besar lansia mengalami kualitas tidur baik
serta hanya sebagian kecil saja yang mengalami kualitas tidur buruk
6.2 Saran
6.2.1 Saran Teoritis
Hasil literature review ini disarankan dapat digunakan untuk
sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat dan informasi menjadi lebih
lengkap.
66
67
samping.
.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses & Praktik (7 ed., Vol. I). Jakarta: EGC.
68
69
Mubarak, Wahit Iqbal., Lilis Indrawati., & Joko Susanto.(2015). Buku Ajar
IlmuKeperawatan Dasar (hlm. 3-24). Jakarta: Salemba Medika
Solehati, T & Kosasih CE. (2018). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung : PT Refika Aditama
Lampiran 1
72
73
74
75
76
Lampiran 2
77
78
79
80
81
82
83
84
Lampiran 3
85
86
87
88
89
90
91
Lampiran 4
92
93
94
95
96
Lampiran 5
97
98
99
100
101
102
Lampiran 7
CURRICULUM VITAE
A. Biodata Peneliti
Nama : Eva Ayu Permatasari
NIM : 17010008
Tempat,Tanggal Lahir : Banyuwangi, 16 Oktober 1998
Alamat : Dusun Sumberjati, Rt 05 Rw 02 Desa Grajagan
Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No Telepon : 081337990104
Email : evapermatasari12@gmail.com
Status : Mahasiswa
B. Riwayat Pendidikan
1. MI NU 1 Grajagan
2. SMP Negeri 1 Purwoharjo
3. SMA Negeri 1 Tegaldlimo
4. S1 Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember