Anda di halaman 1dari 10

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KOGNITIF

Sri Wulandari

Jurusan Pendidikan Agama Islam,Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Mataram

EMAIL: 200101034.mhs@uinmataram.ac.id

Abstrak

Teori pembelajaran begitu banyak jumlahnya salah satu yang banyakdikaji adalah teori
kognitif. Artikel ini bertujuan mengkaji teori belajar kognitif. Adapun teori kognitif akan
digali secara mendalam berdasarkan pada perspektif Jean Piaget dan Lev S. Vygotsky.
Artikel ini bercorak kajian kepustakaan, data digali melalui studi pustaka dan dianalisis
melalui analisis konten. Hasil analisis artikel ini menemukan bahwa teori kognitif pada
beberapa aspek, yaitu:aspek tujuan pembelajaran, aspek lingkungan bahasa, aspek
penggunaan media, aspek kultur, aspek tingkatan pembelajaran dan aspek model
pembelajaran.

Kata kunci: Pembeljaran Kognitif

Abstract

So many number of learning theories, one of which is widely studied is cognitive theory. This
article aims to examine cognitive learning theory and its implications in learning Arabic. The
cognitive theory will be explored in depth based on the perspective of Jean Piaget and Lev S.
Vygotsky. This article has a pattern of library research, data is explored through literature and
analyzed through content analysis. The results of the analysis of this article found that
cognitive theory has implications in learning Arabic in several aspects, namely: aspects of
learning objectives, environmental aspects of language, aspects of media use, aspects of
culture, aspects of learning levels and aspects of learning models.

Keyword: Cognitif Learning


PENDAHULUAN

Proses pendidikan adalah usaha menempuh suatu alternatif yang telah ditentukan
sebelumnya. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan
berproses mengarah kepada perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan tingkah
laku. Dimana dan kapan saja pendidikan dapat diperolah. Pendidikan dapat diperoleh
dilingkungan sekolah (formal), lingkungan keluarga (informal) dan dilingkungan masyarakat
(nonformal). Di sekolah terjadi proses pembelajaran yang merupakan usaha sadar dan sengaja
dilakukan. Guru menjadi faktor utama keberhasilan di dalamnya. Namun, jika tidak didukung
oleh lingkungan keluarga (orang tua) dan masyarakat maka keberhasilan pendidikan siswa
tidak akan tercapai. Jika keberhasilan pendidikan siswa dilihat dari kemampuan tiga aspek,
maka akan melahirkan mutu lulusan (out put) yang baik sesuai dengan harapan orang tua/
masyarakat.

B. R Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2012) menyebut empat tokoh kognitif yaitu;
Max Wertheimer (1880-1943) pendiri psikologi gestalt, Jean Piaget 1896 teori epistemologi
genetik,Edward Chace Tolman (1886-1959) dengan teori behaviorisme purposif, Albert
Bandura 1925 teoritisi belajar obeservasional, dan masih ditambah satu lagi sumber lain yang
menyebutkan Lev S. Vygotsky teori perkembangan psikologi kultural-historis.

Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan; pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan
untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Pembelajaran kognitif mengatakan
bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan
oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau
potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia
mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori
psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi
terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir
yakni pengolahan informasi.

Belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Teori belajar kognitif memiliki
beberapa tokoh yaitu J. Piaget dan Jerome S. Brunner.
LANDASAN TEORI

Pembelajaran Kognitif

Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir.Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang berhubungan atau melibatkan
kognisi, atau berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris. Dalam pekembangan
selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi, baik
psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan.

Belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak
selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Teori kognitif lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional
yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik,
yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Jean Piaget (dalam
Gredler, 2013), menjelaskan bahwa,”untuk memahami gagasan tentang belajar yang
memadai, kita pertama-tama harus menjelaskan bagaimana individu bisa mengonstruksi dan
menciptakan, bukan hanya bagaimana dia mengulang dan meniru.” Fatimah Ibda (2015),
menjelaskan teori Piaget tersebut dikenal dengan genetic epistemologi (epistemologi genetik)
yakni sebuah kerangka yang ditujukan untuk melacak perkembangan kemampuan intelektual.
Hal ini menandakan bahwa pengetahuan dan kecerdasan bukan kuantitas statis.
Kebalikannya, Gredler (2013) menjelaskan, mengetahui adalah sebuah proses yang
berkembang melalui adaptasi individu terhadap lingkungannya dan terus-menerus berubah.
Oleh karena itu, proses pemerolehan pengetahuan baru seseorang tidak dapat dipisahkan
dengan lingkungan hidupnya. Dengan kata lain pengetahuan menurut Piaget dalam Fatimah
Ibda (2015) adalah genetic artinya pengetahuan itu berkembang atau developmental bukan
sesuatu yang diwariskan secara biologis. Sehingga, pengetahuan dalam pandangan Piaget
(dalam Puspo Nugroho, 2015) datang dari tindakan yang berimplikasi pada perkembangan
kognitifnya. Hal ini dipengaruhi oleh sebarapa jauh individu aktif memanipulasi dan aktif
berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan Kualitatif dalam Proses Penalaran Fatimah
Ibda (2015) menjelaskan fase perkembanan kognitif menurut Piaget dibagi menjdi empat
tahap, yaitu: tahap sensori motor (0-1,5 tahun), tahap praoperasional (1,5-6 tahun), tahap
operasional konkrit (6-12 tahun), dan tahap operasional formal (12 tahun ke
atas).Perkembangan ini terus berlanjut bahkan hingga memasuki masa tua. Hal ini
berdasarkan hasil penelitian Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl (2012:89) dari Universitas
California, Los Angelos, yang menyatakan bahwa bagian otak yang berfungsi memahami
kata-kata (Werrnicke) jumlah dendrit mempunyai korelasi dengan kuantitas belajar.Hal ini
menguatkan teori Piaget, alih-alih semakin berkurang, kecerdasan manusia akan semakin
berkembang ketika manusia terus belajar. Proses Fundamental

Menurut Margaret E. Gredler (2013), terdapat empat faktor yang memengaruhi


perkembangan kognitif dari satu bentuk ke bentuk lainnya, yaitu: lingkungan fisik,
kematangan, pengaruh sosial, dan proses penyeimbangan.Sementara proses fundamental
perkembangan yang terjadi adalah asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi,dan B. R Hergenhahn
dan Matthew H. Olson (2011) menambahkan proses interiorisasi. Fatimah Ibda (2015),
menjelaskan asimilasi terjadi ketika pengintegrasian informasi, persepsi, konsep dan
pengalaman baru ke dalam struktur yang sudah ada dalam benak seseorang. Margaret E.
Gredler (2013) menambahkan, terjadi penggabungan elemen eksternal (objek atau kejadian)
ke dalam sensorimotor atau skema konseptual subjek. Dapat pula dipahami sebagai respon
internal berupa pengubahan struktur skema informasi yang diperoleh dengan skema
konspetual pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seseorang. Akomodasi menurut Margaret
E. Gredler (2013) terjadi ketika struktur internal menyesuaikan diri dengan dengan
karakteristik tertentu dari objek dan peristiwa.Sebagai proses penyesuaian atau penyusunan
yang membentuk skema ke dalam situaasi baru sebagaimana dijelaskan oleh Fatimah Ibda
(2015). Ekuilibrasi bagi Willis F. Everten dan Jeanette McCarthy Gallagher (1977)
merupakan proses yang dilakukan dalam memelihara keadaan yang tetap saat perubahan
terus berlangsung. Proses ini menurut Margaret E. Gredler (2013:337-339) merupakan proses
yang kompleks dan dinamis yang mengatur perilaku secara terus-menerus.Hal ini disebabkan
oleh adanya abstraksi reflektifyang terjadi akibat adanya konflik kognitif yang berimplikasi
adanya reorganisasi cara berpiki individu ke peringkat yang lebih tinggi.

Beberapa aspek wicara tersebut dibagi menjadi empat tahap pemikiran.Pertama, wicara
pra-intelektual,Margaret E. Gredler (2013) dicirikan dengan alat kontak sosial di tahun
pertama kehidupan; termasuk tertawa, mengocek, menunjuk, dan member isyarat. Kedua,
bicara otonom dicirikan dengan “kata” yang diucapkan anak untuk menyebut suatu objek
konkret yang tampak; namun, ia tidak dipakai secara konsisten. Ketiga, psikologi naif
dicirikan dengan wicara dan pemikiran mulai berbarengan di tahun kedua kehidupan saat
anak menemukan hal-hal yang memiliki nama; banyak kata digunakan tanpa dipahami makna
sebenarnya, (misalnya, karena, tetai, ketika).Ketiga, dominasi bicara eksternal (egosentris –
komunikatif)dicirikan dengan wicara memenuhi fungsi sosial. Pembicaraan pertama
mengiringi tindakan anak dalam perencanaan dan memecahkan masalah, kemudian ia
menjadi esensial dalam perencanaan,”penghubung tengah” di antara wicara eksternal dan
internal. Keempat, wicara batin (tahap intelektual) dicirikan dengan operasi eksternal
bergerak ke tataran internal dan mengalami banyak perubahan; wicara menjadi di batin saja.
Perbandingan Teori Kognitif Perspektif Piaget dan Vygotsky.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian library research digunakan dalam artikel ini. Sumber data diambil dari
eksplorasi literatur kepustakaan terkait kajian dan akhirnya akan dianalisa secara kritis dan
mendalam melalui triangulasi data; reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

PEMBAHASAN

Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model
perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih
kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Teori kognitif
menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan dirinya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.

Teori kognitif sangat besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran, akibatnya pembelajaran
di Indonesia pada umumnya lebih cenderung cognitif oriented (berorientasi pada intelektual
atau kognisi). Implikasinya lulusan pendidikan atau pembelajaran kaya intelektual tetapi
miskin moral kepribadian. Mestinya proses pembelajaran harus mampu menjaga
keseimbangan antara peran kognisi dengan peran afeksi, sehingga lulusan pendidikan
memiliki kualitas intelektual dan moral kepribadian yang seimbang.

Secara umum teori kognitif memiliki pandangan bahwa belajar atau pembelajaran adalah
suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu,
belajar juga dapat dikatakan bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berfikir yang sangat
kompleks dan komprehensif.

Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget.

Menurut Piaget, pengetahuan dibentuk oleh individu melalui interaksi secara terus menerus
dengan lingkungan. Ada empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, yaitu :
a. Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun). individu memahami sesuatu atau tentang dunia
dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris, (seperti melihat, dan
mendengar) dan dengan tindakan-tindakan motorik fisik. Dengan kata lain, pada usia ini
individu dalam memahami sesuatu yang berada di luar dirinya melalui gerakan, suara atau
tindakan yang dapat diamati atau dirasakan oleh alat inderanya. Selanjutnya sedikit demi
sedikit individu mengembangkan kemampuannya untuk membedakan dirinya dengan benda-
benda lain.

b. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Individu mulai melukiskan dunia melalui tingkah
laku dan kata-kata. Tetapi belum mampu untuk melakukan operasi, yaitu melakukan tindakan
mental yang diinternalisasikan atau melakukan tindakan mental terhadap apa yang dilakukan
sebelumnya secara fisik.

c. Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun). Individu mulai berpikir secara logis tentang
kejadian-kejadian yang bersifat konkret.Individu sudah dapat membedakan benda yang sama
dalam kondisi yang berbeda.

d. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Sementara Salvin menjelaskan bahwa pada
operasional formal terjadi pada usia 11 sampai dewasa awal. Pada masa ini individu mulai
memasuki dunia “kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau individu mengalami
perkembangan penalaran abstrak. Individu dapat berpikir secara abstrak, lebih logis dan
idealis.

Kecepatan perkembangan setiap individu melalui urutan, dan setiap tahap tersebut berbeda
dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap tersebut. Setiap tahap ditandai
dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang
memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks. Hal ini berarti bahwa semakin
bertambah umur seseorang, maka semakin kompleks susunan sel syarafnya dan semakin
meningkat pula kemampuan kognitifnya.

Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Proses belajar lebih penting daripada hasil.

b. Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar menunjukkan tingkah laku
seorang individu.

c. Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah.

d. Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan.


e. Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks.

Ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran kognitif

a. Mementingkan apa yang ada pada diri si anak (nativistik)


b. Mementingkan keseluruhan (holistic)
c. Mementingkan peranan kognitif
d. Mementingkan keseimbangan dalam diri si pelajar (dynamic equilibrium)
e. Mementingkan kondisi pada waktu sekarang
f. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
g. Dalam pemecahan masalah, ciri khasnya adalah insight

Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif.
Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya. Berikut
adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif

Kelebihan Teori Belajar Kognitif

a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri

 Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak
hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang
diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan
pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa
mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa
menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung
dengan orang lain dengan.

b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

 Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena
siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan
menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta
didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
Kelemahan Teori Belajar kognitif

a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.


b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.

PENUTUP

Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui
proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang
memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi
yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke
dalam pikiran dan perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar
merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan
manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara
keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan
proses belajar. Dari belajar teori ini terdapat Kelebihan dan Kelemahan yaitu :

Kelebihan Teori Belajar Kognitif

· Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri

· Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

Kelemahan Teori Belajar kognitif

· Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.

· Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.

· Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. & David R. K. (ed). (2010). Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azman, I.( 2016). Dinamika Perkembangan Pembelajaran Bahasa Arab: Antara Teori dan
Praktik. Jurnal Lisanuna.

Baroroh, U. (2018). Model-Model Belajar Bahasa Arab Efektif. Yogyakarta: CV Istana


Agency.

Muslim, B. (2016). Konsep Scientific Approach dalam Pembelajaran Bahasa Arab di


Perguruan Tinggi. Jurnal Lisanuna. 5 (1). 105-126.
http://dx.doi.org/10.22373/l.v5i1.858

Jaenudin, C. (2018). Pengajaran Bahasa Arab di Taman Kanak-Kanak. Jurnal Lisanuna. 8 (1).
32-44. http://dx.doi.org/10.22373/l.v8i1.3475

Effendy, A. F. (2012). Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Everten, W. F. & Jeanette M. G. (Ed). (1977). Knowledge an Development. New York:


Plenum Press.

Gredler, M. E. (2013). Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.

Hamka. (2013). Pendekatan Sosioogis (Fungsional, Konflik, Interpretatif). Makassar: Jurnal


Shaut Al-‘Arabiyah.

Hanafi, A. H. & Amrina. (2013). .Desain Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta: Diadit Media
Press.

Helmy, A. (2011). Teori Kognitif dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Bahasa. Malang:
Jurnal Linguistik Terapan. 1 (2). https://jltpolinema.org/?page_id=79

Hergenhahn, B. R & Matthew H. O. (2012) .Theories Learning (Teori Belajar). Jakarta:


Kencana.

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia.

Ibda, F. (2015). Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Banda Aceh :Jurnal
Intelektualita.
Illeris, K. (2011). Contemporary Theories of Learning: Teori-Teori Pembelajaran
Kontemporer. Bandung: Nusa Media.

Anda mungkin juga menyukai