Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MENGIDENTIFIKASI RACUN

(pemeriksaan secaa fisika-kimia)

DISUSUN OLEH:

ADELIA VERLITA DOM (N15221047)

ARDEEVA DWI PUTRI (N15221072)

KHOLISA PERMADI (N15221086)


MENGIDENTIFIKASI RACUN

( pemeriksaan secara fisika – kimia )

A.Latar Belakang

Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui identitas bahan, zat, atau obat yang diduga
sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penanggulangannya dapat dilakukan
dengan tepat, cepat, dan tuntas kimia untuk menetapkan racun penyebabnya.

Jika bahan, zat, atau obat, dalam bentuk campuran atau tercampur dan terdapat dalam muntahan
atau isi perut maka perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu. Untuk maksud ini dapat digunakan
metode "Goldstone" (yang semula hanya digunakan untuk analisa makanan) untuk analisa racun
pada umumnya dan metode "Stas-Otto-Gang" khusus untuk obat-obatan. Selain itu, dapat juga
dilakukan dengan metode modern yang lebih cepat, tapi memerlukan peralatan yang canggih.

Cara fisika yang digunakan terutama dengan menentukan titik leleh dari bahan atau zat yang
dalam keadaan murni dan dengan cara kromatografi yang hanya memerlukan peralatan sederhana,
kemudian diteruskan dengan cara kimia. Sedangkan cara kimia, antara lain dengan reaksi warna,
dan pembentukan gas yang berwarna, atau baunya yang spesitik.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagamiana cara mengidentifikasi racun?

C. TUJUAN

a. Untuk mengidentifikasi racun


PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil identifikasi dengan cara fisika dan/atau cara kimia, identitas racun dapat
ditentukan dengan cara membandingkan atau mencocokkan dengan identitas bahan, zat, atau obat
yang telah diketahui dan terdapat dalam buku atau literatur lain yang resmi.

Beberapa hal yang perlu untuk diketahui dan akan membantu dalam mengidentifikasi racun
selanjutnya, antara lain:

a. Disekitar tempat kejadian, mungkin ditemukan bahan, zat atau obat yang berbahaya. Misalnya,
kalsium sianida yang dengan air akan membebaskan gas asam sianida yang sangat toksik. Dengan
ditemukannya bahan, zat, atau obat yang berbahaya, disekitar tempat kejadian atau bahkan dalam
muntahan atau isi perut penderita, belum tentu bahan, zat atau obat tersebut menjadi penyebab
keracunan. Selain itu, ada kemungkinan keracunan disebabkan oleh campuran bermacam-macam
bahan, zat, atau obat yang berbahaya.

c. Akan lebih membantu dalam pemeriksaan selanjutnya, jika tersedia contoh bahan, zat, dan obat
yang berbahaya, untuk dapat membandingkan bahan, zat, atau obat, yang ditemukan di tempat
kejadian atau dari muntahan dan isi perut penderita. Selanjutnya dapat dipastikan dengan
penetapan identitas, baik dengan hasil pemeriksaan titik leleh, reaksi warna, dan/atau dengan cara
kromatografi.

d. Tersedianya buku-buku atau literatur lain yang terkait akan sangat membantu, selain alternatif
terakhir dengan meminta informasi langsung dari pihak yang memproduksi bahan, zat, atau obat
tersebut.

A. Pemeriksaan Pendahuluan

Pemeriksaan pendahuluan dapat dilakukan berdasarkan efek dan gejala yang timbul pada
penderita keracunan dan pemeriksaan fisik racun penyebabnya.

Efek dan Gejala Keracunan

Beberapa efek dan gejala keracunan yang umum dapat memberikan petunjuk ke arah beberapa
macam atau golongan racun sebagai penyebabnya, antara lain :

a. Kematian mendadak

Beberapa racun dapat menimbulkan efek atau akibat yang cepat

b. Mata
Selain pupil yang membesar atau mengecil, sebagai akibai keracunan dapat juga menyebabkan
gangguan penglihatan.

c. Napas

Dari napas penderita keracunan, dapat tercium bau beberapa racun yang spesifik.

d. Mulut

Sebagai akibat keracunan, mulut dapat menjadi kering atau basah (air liur mengalir keluar) atau
menjadi putih pucat.

e. Kulit

Sebagai akibat keracunan, kulit dapat menjadi kering, timbul rash, sianosis (kulit menjadi biru
karena kekurangan oksigen yang dapat disebabkan oleh keracunan timbal, senyawa kimia yang
bersifat korosif, atau keracunan makanan), dan kerusakan kulit (disebabkan oleh senyawa asam
atau alkali kuat, jika melalui mulut, muntahan akan berwarna coklat atau hitam yang bercampur
darah dan bagian selaput lendir).

f. Efek dan gejala lain

1. Mual, muntah, dan diare.

Gejala mual, muntah, dan diare, disebabkan oleh iritasi pada lambung

2. Pingsan, delirium, dan paralisis.

Pingsan, antara lain dapat disebabkan oleh keracunan obat golongan opioid dan alkohol.

Pemeriksaan Fisik Racun

Pemeriksaan pendahuluan fisik racun, berdasarkan sifat-sifat organoleptik, seperti bentuk, warna,
bau, dan rasa. Selain itu, dengan dilakukan pemijaran akan dapat diketahui apakah bahan atau zat
yang kita periksa merupakan senyawa organik atau anorganik.

a. Bentuk

Bentuk racun dapat berupa bahan atau zat padat (serbuk, kristal, tablet, kapsul), bahan atau zat cair
(larutan, sirop, suspensi, obat suntik), setengah padat (salep, krim), campuran bahan atau zat padat
dengan cairan (muntahan, isi perut), dan mungkin juga gas atau uap

b. Warna

Bahan atau zat kimia pada umumnya tidak berwarna atau berwarna putih, tapi beberapa
diantaranya mempunyai warna asli. Warna asli tersebut dapat berubah jika terjadi oksidasi oleh
udara

B. Pemeriksaan Secara Fisika

Jika bahan atau zat yang diperiksa dalam keadaan murni, maka dari pemeriksaan pendahuluan
secara fisika yang meliputi pemeriksaan titik leleh, titik didih, indeks bias, dan lain-lain, sudah
dapat untuk mengidentifikasi racun. Dari penentuan tetapan-tetapan tersebut, pemeriksaan titik
leleh merupakan pemeriksaan yang memadai, mudah, dan hanya memerlukan peralatan yang
sederhana dan murah.

C. Pemeriksaan Secara Kimia

Identifikasi racun yang akurat harus dilakukan oleh seorang ahli racun yang terlatih dan terampil
dalam analisa racun secara kimia. Racun yang diperiksa, antara lain dapat dari muntahan, isi perut,
jaringan dan organ tubuh penderita keracunan yang sudah mati. Dengan demikian, sebelum
penyebab keracunan diteliti dan diperiksa secara akurat oleh seorang ahli racun, kita perlu dan
harus dengan cepat mengidentifikasi racun penyebabnya, sehingga dapat dilakukan tindakan
pertolongan pertama dengan tepat dan sempurna, Tindakan Pendahuluan

Sebelum dilakukan pemeriksaan secara kimia, perlu dilakukan tindakan pendahuluan yang akan
mendukung tindakan selanjutnya, antara lain :

a. Teliti label atau etiket botol/wadah bahan, zat atau obat yang ditemukan. Dari keterangan yang
terdapat pada label atau etiket, kita dapat mengetahui atau menduga isinya.

b. Untuk mengetahui efek racun, kita dapat memperkirakan apakah racun masih di lambung,
sudah sampai diusus, atau sudah memasuki peredaran darah.
c. bentuk bahan atau obat yang mengandung racun tersebut. Jika berbentuk larutan dalam air atau
alkohol, akan cepat terabsorpsi dibandingkan dengan bentuk tablet atau kapsul.

d. Kemudian dilakukan pemeriksaan bahan, zat, atau obat penyebab keracunan, dengan:

1. Memperhatikan warna, dengan mengingat bahwa bahan, zat, atau obat yang berwarna putih
dapat berubah karena ditambah atau pengaruh dari bahan lain, juga pengaruh waktu dan udara.

2. Mengenali bau yang spesifik dari bahan, zat, atau obat, yang diperiksa

3. Memeriksa pH dengan kertas lakmus, sehingga dengan cepat diketahui sifat asam atau
alkalinya.
D. PEMBAHASAN

Penetapan ldentitas

Penetapan identitas racun secara kimia, dapat dilakukan langsung, atau jika bahan, zat, atau obat,
terdapat sebagai campuran atau tercampur dalam muntahan atau isi perut, perlu dilakukan
pemisahan terlebih dahulu, Pemisahan dapat dilakukan dengan cara kromatagrafi, dengan metode
Stas-Otto-Gang untuk obat, dan dengan metode Goldstone terutama untuk logam. Jika bahan, zat,
atau obat, terdapat dalam jumlah yang sedikit, pemisahan dan penetapan identitas dapat dilakukan
dengan cara yang lebih canggih Bahan, zat, atau obat, yang diperiksa dapat berupa gas, cairan,
atau padat. Untuk yang berupa:

1. Gas, dapat dikenali dari baunya karena beberapa gas mempunyai bau yang spesifik, selain dapat
juga digunakan tes kertas yang dapat memberikan hasil lebih baik.

2. Cairan, dapat dilakukan penetapan identitas secara langsung.

3. Padat, jika merupakan senyawa anorganik dapat dilarutkan sejumput bahan dalam 10 ml air
(jika perlu dipanaskan sampai mendidih).

Untuk golongan alkaloid, dicoba dulu kelanetannya dalam air. Jika larut dalarn air, dapat langsung
digunakan untuk penetapan identitas. Sedangkan jika tidak larut dalarn air, kocok dengan etanol
95 % dan biarkan untuk beberapa waktu. Setelah terjadi pengendapan, bagian yang jernih dapat
digunakan untuk penetapan identitas selanjutnya.

3. Asam sianida

Dari napas dan muntahan penderita keracunan sianida akan tercium bau amandel.

Tes 1:

Celupkan kertas saring ke dalam eampuran 20 ml larutan mErkuri klorida dalam air, 10 ml larutan
metil orange 2,5 % dan 2 ml gliserin. Kemudian dikeringkan. Kertas saring akan berubah menjadi
merah muda, jika ditempatkan didepan muIut penderita selama 2 menit (reagen Sherrard).

4. Asam sulfat

Larutan asam sulfat encer akan merubah warna kertas lakmus menjadi merah muda, dan jika
terkena pakaian akan timbul warna merah.
Identifikasi:

Pada 1 ml larutan yang diperiksa, ditambahkan 1 ml larutan barium klorida dan 1 ml larutan asam
nitrat encer. Akan terbentuk endapan putih barium sulfat.

5. Amonium hidroksida

Selain membuat kertas lakmus menjadi biru, bau amonium hidroksida yang spesifik terdeteksi dari
napas penderita dan muntahannya.

Identifikasi:

Dekatkan botol terbuka yang berisi asam klorida pekat pada bahan yang diperiksa. Akan terbentuk
uap amonium klorida yang berwarna putih.

6. Antimoni

Penetapan identitas antimoni dilakukan dengan spot tes untuk metal dan metaloid. Dengan larutan
amonium sulfida, menimbulkan warna oranye yang spesifik.

7. Arsen

Penempatan identitas arsen dapat dilakukan dengan spot tes untuk metal dan metaloid. Jika tidak
memberikan hasil, mungkin tercampur dengan senyawa organik yang perlu dihancurkan terlebih
dahulu dengan metode Strzyzowski, seperti pada penetapan antimoni. Caranya dengan
memanaskan dengan hati-hati 20 g bahan yang diperiksa dengan 10 ml larutan jenuh magnesium
nitrat yang dibuat alkali dengan magnesium oksida dalam krus porselen dengan tutup.

Tes 1:

Dilakukan spot tes untuk metal dan metaloid, dengan larutan amonium silfida. Warna kuning akan
terbentuk perlahan-lahan.

8. Etanol

Etanol merupakan komponen penting dari minuman keras.

Identifikasi:
Tes 1:

Pada 2 ml larutan yang diperiksa, ditambahkan beberapa tetes larutan natrium hidroksida dan
teteskan tingtur yodium sampai warna menjadi kuning muda yang permanen. Bau yodoform yang
spesifik atau terbentuk kristal (agar terbentuk kristal, perlu dipanaskan selama 1 menit dan
didinginkan) menunjukkan etanol, aseton dan beberapa senyawa lain, tapi metanol tidak
membentuk yodoform.

9. Formaldehid

Formalin merupakan larutan 40 % atau 40 mg formaldehid dalam 100 ml, atau 37 mg/100 mg.
Larutan formalin yang sudah lama atau terkena panas atau sinar matahari akan menjadi keruh
karena terjadi polimerisasi dan terbentuk paraformaldehid. Untuk mencegahnya, biasa ditambah
metanol 10-15%.

Identifikasi:

Dapat tercium bau formaldehid dari napas penderita. Selain itu, jika 3 ml larutan yang diperiksa
dicampur dengan 10 tetes larutan fenilhidrazin HCl 5%, 2 tetes larutan natrium prusid 0,5%, dan
10 tetes larutan natrium hidroksida akan timbul warna biru yang berubah menjadi hijau dan
kemudian kuning-merah yang menunjukkan formaldehid

10. Karbon monoksida

Karbon monoksida mempunyai afinitas 200-300 kali lebih besar terhadap hemoglobin
dibandingkan dengan oksigen, sehingga mudah terbentuk methemoglobin.

Identifikasi:

Tes 1:

Pada 2 tetes darah penderita keracunan dilempeng porselen, ditambahkan 2 tetes larutan natrium
hidroksida encer. Jika perlahan-lahan terbentuk endapan merah muda, menunjukkan karbon
monoksida. Endapan coklat, tidak menunjukkan karbon monoksida (Tes Kunkel). Untuk
perbandingan juga dilakukan tes yang sama, pada darah orang normal.

11. Merkuri
Garam merkuri yang digunakan, merupakan garam merkuro dan merkuri. Keracunan dapat terjadi,
antara lain menggunakan rnerkuri klorida atau sublimat yang sangat beracun sebagai laksan,
sebagai pengganti merkuro klorida yang tidak begitu beracun.

Identifikasi:

Jika terjadi keracunan senyawa merkuri dalam jam pertama masih terdapat dalam lambung dan
usus dan setelah 1 hari hampir semuanya terdapat dalam hati dan ginjal. Setelah 4 hari sudah
dikeluarkan dari tubuh.

Tes l:

Dapat diketahui dari spot tes untuk metal dan metaloid.

12. Natrium nitrit

Pada penderita keracunan natrium nitrit, kematian terjadi sebagai akibat gagal pernapasan atau
kadang-kadang juga dari akibat gagal jantung. Identifikasi:

Nitrit dapat ditemukan dalam urin.

Tes 1:

Tes nyala api memberikan warna kuning dari natrium.

Anda mungkin juga menyukai