Anda di halaman 1dari 21

PERSOALAN BANJIR DI KOTA SEMARANG

(Analisis Hukum Terhadap Rencana Induk Sistem


Drainase Kota Semarang Tahun 2011 – 2031)

SKRIPSI
Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Oleh
Maya Selviana Dwiany
8111415151

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019

i
PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “PERSOALAN BANJIR DI KOTA SEMARANG

(Analisis Hukum Terhadap Rencana Induk Sistem Drainase Kota Semarang

Tahun 2011 – 2031)” disusun oleh Maya Selviana Dwiany (NIM. 8111415151)

telah dipertahankan dihadapan Sidang Ujian Skripsi Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang, pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 15 Januari 2020

Penguji Utama

Dr. Martitah, M.Hum


NIP. 196205171986012001

Penguji I Penguji II

Dr. Rofi Wahanisa, S.H., M.H Saru Arifin, S.H., LL.M


NIP. 132327010 NIP. 19781121200912001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum UNNES

Dr.Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si.


NIP. 197206192000032001

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Maya Selviana Dwiany

NIM : 8111415151

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERSOALAN BANJIR DI KOTA

SEMARANG (Analisis Hukum Terhadap Rencana Induk Sistem Drainase

Kota Semarang Tahun 2011 – 2031)” adalah hasil karya saya sendiri, dan

semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan

benar. Apabila dikemudian hari diketahui adanya plagiasi maka saya siap

mempertanggung jawabkan secara hukum.

Semarang, 16 Januari 2020


Yang menyatakan,

Maya Selviana Dwiany


NIM. 8111415151

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Negeri Semarang, saya yang bertandatangan

dibawah ini :

Nama : Maya Selviana Dwiany

NIM : 8111415151

Program Studi : Ilmu Hukum (S1)

Fakultas : Hukum

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Universitas Negeri Semarang Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-

Exlusive Royalty Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul : “PERSOALAN

BANJIR DI KOTA SEMARANG (Analisis Hukum Terhadap Rencana

Induk Sistem Drainase Kota semarang Tahun 2011 – 2031)”.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Negeri Semarang berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang
Pada tanggal : 16 Januari 2020
Yang menyatakan,

Maya Selviana Dwiany


NIM. 8111415151

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Do your best and let Allah SWT do the rest”

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

rahmat dan ridha-Nya skripsi ini dengan tulus saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Sardiyanto dan Ibu Anny Suharjati

2. Kedua Adik saya Agung Pramono dan Fathur Rahman Adi Pramono yang

telah memberikan sedikit semangat dan dukungan kepada saya.

3. Kakak perempuan saya Riris Pratama Yanny yang sudah terlebih dahulu di

surga

4. Bapak dan ibu Dosen yang mengajari saya di Fakultas Hukum UNNES.

5. Kawan kawan Fakultas Hukum UNNES angkatan 2015.

6. Almamaterku Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang tercinta

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala ridha dan limpahan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PERSOALAN BANJIR DI KOTA SEMARANG (Analisis Hukum
Terhadap Rencana Induk Sistem Drainase Kota Semarang Tahun 2011 –
2031)” sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Strata 1 (S1) dan memperoleh
gelar Sarjana pada program studi Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari peran dan bantuan
dari berbagai pihak. Maka dari itu skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Allah SWT, atas rahmat dan karunianya-Nya telah memberikan kesehatan dan
kekuatan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum Rektor Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Rodiyah, S.Pd.,S.H., M.Si, Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang.
4. Dr. Martitah, M.Hum Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang.
5. Dr. Ali Mahsyar, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan
Keuangan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
6. Tri Sulistyono, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
7. Ratih Damayanti., S.H., selaku Ketua Bagian HTN-HAN Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang.
8. Saru Arifin S.H., LL.M., selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan, bantuan kritik, dan saran hingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
9. Seluruh dosen dan Staff Akademik Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang.
10. Kedua orang tua saya Bapak Sardiyanto dan Ibu Anny Suharjati, serta kedua
adik saya Agung Pramono dan Fathur Rahman Adi Pramono yang selalu
memberikan dukungan dan doa dalam menyelesikan skripsi ini.

vii
11. Bapak Martin Stevanus Dacosta selaku Kepala Bidang Ketertiban Umum dan
Ketentraman Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Semarang.
12. Bapak M. Hisam Ashari selaku Seksi Sumber Daya Air dan Drainase Dinas
Pekerjaan Umum Kota Semarang.
13. Bapak Purnomo Dwi selaku Kepala Bagian Hukum dan Mayarakat Dewan
Perwakilan Daerah Kota Semarang.
14. Keluarga PAHAMPALAM yang menemani saya semasa perkuliahan,
memberikan arti baru dalam kehidupan.
15. Almamater Universitas Negeri Semarang.
16. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu
memberikan semangat, dukungan, motivasi, dan berbagi ilmu pengatahuan
dan saran dalam proses penelitian ini hingga selesai.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan tambahan
pengetahuan maupun wawasan bagi para pembacanya.

Semarang, 16 Januari 2020

Penulis

viii
ABSTRAK
Dwiany, Maya Selviana. 2019. PERSOALAN BANJIR DI KOTA SEMARANG
(Analisis Hukum Terhadap Rencana Induk Sistem Drainase Kota Semarang
Tahun 2011 – 2031). Skripsi Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing : Saru Arifin S.H., LL.M.

Kata Kunci: Banjir; Sistem Drainase; Pelaksanaan Perda No. 7 Tahun 2014.

Pemerintah Kota Semarang di tahun 2014 telah mengundangkan Peraturan


Daerah No. 7 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Sistem Drainase Kota
Semarang Tahun 2011 – 2031. Tetapi pada tanggal 3 Desember 2018 terjadi
genangan di hampir semua wilayah yang ada di Kota Semarang. Buruknya sistem
drainase merupakan permasalahan utama Kota Semarang dalam penyelesaian
persoalan banjir sehingga, setiap tahunnya di beberapa wilayah di Kota Semarang
terendam banjir. Faktor permasalahan drainase Kota Semarang meliputi,
sedimentasi, alih fungsi lahan, hingga perubahan cuaca ekstrem.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti ingin mengkaji mengenai
Persoalan banjir di Kota Semarang berdasarkan peraturan daerah yang sudah ada,
sehingga dapat di rumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana kebijakan
penanganan sistem drainase Kota Semarang dalam pengendalian banjir
berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014. (2) Bagaimana pelaksanaan
Peraturan Daerah Kota Semarang No. 7 Tahun 2014 terhadap pengelolaan sistem
drainase di Kota Semarang.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori otonomi daerah,
teori pelayanan publik dalam konsep good governance, teori perundang-
undangan, teori kebijakan public, dan teori sistem hukum. Landasan konseptual
dalam penelitian ini meliputi tinjauan tentang banjir di Kota Semarang, sistem
drainase, pembangunan infrastruktur demi kepentingan umum, serta peranan
peraturan daerah. Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian yuridis sosiolosis atau socio-legal research.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebijakan sistem drainase Kota
Semarang dalam pengendalian banjir berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 Tahun
2014 dibagi menjadi 4 (empat) sistem, yaitu sistem drainase wilayah Mangkang,
Sistem Drainase Wilayah Semarang Barat, Sistem Drainase Wilayah Semarang
Tengah, dan Sistem Drainase Semarang Timur. . Dalam pelaksanaannya terdapat
faktor pendukung yang berasal dari kinerja Dinas Pekerjaan Umum Kota
Semarang dengan instansi terkait. Selain faktor pendukung dalam pelaksanaannya
terdapat faktor penghambat pemberlakuan perda di masyarakat diantaranya
masyarakat belum berperan aktnif dalam pelaksanaan perda yang diundangkan
oleh Pemerintah, lambannya respon pemerintah, kurangnya sarana dan prasarana,
dan penataan ruang Kota Semarang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
dan Wilayah (RTRW).
Peneliti berharap pemerintah dapat memperbaiki kualitas sistem drainase
yang ada. Pemerintah Kota Semarang perlu memenuhi optimalisasi teknologi
yang dipergunakan untuk penanganan rob dan banjir. Hendaknya dilakukan
perubahan struktur dengan melibatkan semua elemen Pemerintah dengan warga
secara terus menerus mengenai Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014.

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii

PENGESAHAN ............................................................................................. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................vii

ABSTRAK ..................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1........................................................................................... Latar Belakang

1.2..................................................................................... Idetifikasi Masalah

1.3.................................................................................. Pembatasan Masalah

1.4...................................................................................... Rumusan Masalah

1.5........................................................................................ Tujuan Penelitian

1.6...................................................................................... Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

x
2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 11

2.2. Landasan Teoritis ................................................................................. 14

2.2.1. Teori Otonomi Daerah .............................................................. 14

2.2.2. Teori Pelayanan Publik Dalam Konsep Good Governance ...... 16

2.2.3. Teori Perundang - undangan ..................................................... 21

2.2.4. Teori Kebijakan Publik.............................................................. 27

2.3. Landasan Konseptual .......................................................................... 28

2.3.1. Sistem Drainase ........................................................................ 30

2.3.2. Banjir Di Kota Semarang .......................................................... 32

2.3.3. Pembangunan Infrastruktur Demi Kepentingan Umum ........... 33

2.3.4. Peranan Peraturan Daerah ......................................................... 39

2.4. Kerangka Berpikir ................................................................................ 43

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 44

3.2. Jenis Penelitian ..................................................................................... 45

3.3. Lokasi Penelitian .................................................................................. 46

3.4. Sumber Data ......................................................................................... 47

3.5. Teknik Pengambilan Data .................................................................... 47

3.6. Validitas Data ....................................................................................... 48

3.7. Analisis Data ........................................................................................ 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kebijakan Sistem Drainase Kota Semarang ......................................... 52

4.2. Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Semarang No. 7 Tahun 2014 ..... 77

BAB V

xi
5.1. Simpulan ............................................................................................... 88

5.2. Saran ..................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 91

LAMPIRAN .................................................................................................. 95

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Observasi Kesbangpol Semarang ................................ 95

Lampiran 2 Surat Izin Observasi di DPU Kota Semarang .............................. 96

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian di Satpol PP Kota Semarang ...................... 97

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian di Dinas Tata Ruang Kota Semarang ......... 98

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian di DPRD Kota Semarang ........................... 99

Lampiran 6 Surat Balasan Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang ............ 100

Lampiran 7 Foto Hasil Penelitian di Satpol PP Kota Semarang ................... 101

Lampiran 8 Foto Hasil Penelitian di DPRD Kota Semarang ........................ 101

Lampiran 9 Foto Hasil Penelitian di DPU Kota Semarang............................ 102

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banjir atau terjadinya genangan di suatu kawasan perkotaan atau

pemukiman masih banyak terjadi di berbagai kota di Indonesia terutama di musim

hujan. Genangan tidak hanya dialami oleh kawasan perkotaan yang terletak di

dataran rendah saja, bahkan dialami kawasan yang terletak di dataran tinggi.

Banjir atau genangan di suatu kawasan terjadi apabila sistem yang berfungsi untuk

menampung debit itu tidak mampu bekerja dengan baik, hal ini diakibatkan oleh

beberapa kemungkinan, diantaranya hujan ekstrem yang meningkat,

meningkatnya alih fungsi lahan, berkurangnya kawasan resapan air dan hutan,

adanya degradasi sungai, serta terbatasnya drainase (Kepala Pusat Data,

Informasi, dan Hubungan Mayarakat BNPB : 2019). Sistem drainase secara

umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk

mengurangi dan atau membuang kelebihan air (banjir) dari suatu kawasan atau

lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal, jadi sistem drainase

merupakan sistem rekayasa infrastruktur di suatu kawasan untuk mengulangi

adanya genangan banjir (Suripin, 2004).

Sistem jaringan drainase di suatu kawasan semestinya dirancang untuk

menampung debit aliran yang normal, terutama pada saat musim hujan. Artinya

kapasitas saluran drainase sudah diperhitungkan untuk dapat menampung debit air

yang terjadi sehingga kawasan yang dimaksud tidak mengalami genangan atau

banjir. Jika kapasitas sistem saluran drainase menurun dikarenakan oleh berbagai

sebab maka debit yang normal sekalipun tidak akan bisa ditampung oleh system

1
2

yang ada. Sedangkan peyebab turunnya kapasitas suatu sistem drainase antara

lain, terdapat endapan, terjadi kerusakan fisik pada sistem jaringan, adanya

bangunan lain yang ada di atas sistem jaringan. Pada waktu tertentu saat musim

hujan sering terjadi peningkatan debit aliran, maka kapasitas sistem yang ada

tidak dapat lagi menampung debit aliran, sehingga menyebabkan banjir di suatu

kawasan. Sedangkan penyebab meningkatnya debit antara lain, curah hujan yang

tinggi, perubahan tata guna lahan, kerusakan lingkungan pada suatu Daerah Aliran

Sungai (DAS) di suatu kawasan, hingga rusaknya sistem jaringan yang ada. Jika

suatu perkotaan atau kawasan terjadi penurunan kapasitas sistem sekaligus terjadi

peningkatan debit aliran, maka banjir akan semakin meningkat baik frekuensinya,

luasan kawasan yang terkena banjir, kedalaman, hingga durasinya. Pesatnya

perkembangan Kota Semarang berdampak pada dampak perubahan tata guna

lahan yang menyebabkan kenaikan tajam kuantitas debit aliran dan sedimentasi

pada sungai sehingga mengakibatkan terjadinya pendangkalan dan peningkatan

banjir karena sistem pengendali banjir dan drainase yang dikembangkan menjadi

sangat kurang setiap kali turun hujan deras, bahkan dengan durasi kurang dari satu

jam genangan selalu muncul di sejumlah jalan.

Berdasar observasi yang dilakukan penulis, banjir lokal yang terjadi di

Kota Semarang berada di Jalan Imam Bonjol, Jalan Tentara Pelajar, Jalan Arteri

Soekarno-Hattta, Jalan Brigjen Soediarto, Mataram dan kawasan Genuk yang

kerap menjadi langganan banjir. Penataan drainase kecil di perkampungan dan

tepi jalan juga tidak menuhi standar karena sering terjadi drainase yang ada tidak

terdapat air, tetapi jalanan di kawasan tersebut banjir padahal pemerintah Kota
3

Semarang dalam pembuatan drainase sudah menggunakan master plan, termasuk

pembangunan sistem polder.

Drainase merupakan salah satu kompenen yang tidak terpisahkan dalam

rancangan perencanaan pembangunan nasional. Menurut Pasal 1 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional yang dimaksud dengan sistem perencanaan pembangunan

nasional merupakan suatu kesatuan tata cara untuk menghasilkan rencana-rencana

pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang

dilaksanakan oleh unsur penyelenggara Negara dan masyarakat di tingkat pusat

dan daerah. Praktik penyelenggaraan pemerintahan dalam hubungan antar

pemerintah, dikenal dengan konsep sentralisasi dan desentralisasi. Menurut

Siswanto Sunarno (2006:11) konsep sentralisasi menunjukan karakteristik bahwa

semua kewenangan penyelenggaraan pemerintah berada di pemerintah pusat,

sedangkan sistem desentralisasi menunjukan karakteristik sebagian kewenangan

urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban pemerintah, diberikan kepada

Pemerintah Daerah.

Permasalahan drainase yang terjadi di Kota Semarang melibatkan

Pemerintah Pusat secara langsung dalam perumusan dan pengarahan pelaksanaan

kebijakan untuk perbaikan atau penyempurnaan penyelenggara pemerintahan.

Yang mana menjadi urusan pemerintah daerah dalam bidang Pekerjaan Umum

dan Penataan Ruang yang terdapat didalam Lampiran Undang – Undang Republik

Indonesia No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.

Kebutuhan akan penggunaan tanah dan ruang sering berbenturan dalam

pengadaan sistem drainase, mengingat jumlah luas tanah yang terbatas, sedangkan
4

ledakan pertumbuhan penduduk terjadi terus menerus. Negara dimanapun di dunia

ini dalam rangka melaksanakan pembangunan selalu berkaitan dengan tanah dan

memerlukan tanah. Dalam melaksanakan program pembangunan berbenturan

dengan tanah yang sudah ada alas haknya atau sudah dikuasai oleh orang atau

badan hukum tertentu. Sebagai dalih untuk mendapatkan tanah tersebut

pemerintah menggunakan istilah untuk kepentingan umum demi terpenuhinya

fasilitas umum. Pemberian pelayanan umum yang diberikan oleh pemerintah

kepada masyarakat harus terus mengalami pembaruan, baik dari sisi paradigma

maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan

perubahan didalam pemerintahan itu sendiri.

L.P.Sinambela (1992:198) menyatakan, pada dasarnya setiap manusia

membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa

pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Masyarakat selalu

menuntut pelayanan publik yang berkualitas, meskipun tuntutan tersebut tidak

sesuai dengan keadaan di lapangan yang secara empiris mengatakan bahwa

pelayanan publik yang terjadi selama ini masih terkesan berbelit-belit, lambat,

mahal, dan melelahkan. Oleh karena itu dibutuhkan reformasi pelayanan publik

untuk mendudukan “pelayan” dan yang “dilayani” ke pengertian yang

sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum

kadang dibalik menjadi pelayan masyarakat terhadap Negara. (Kencana dkk.,

1999:V)

Serangkaian kebijakan telah diambil dalam pengembangan daerah

perkotaan sebagai wilayah permukiman, industri, jaringan jalan, jaringan air

minum, bangunan umum, maupun jalur hijau yang merupakan sarana dan
5

prasarana dalam pengembangan tata ruang (T.J Jayaginata, 1992: 25) hal tersebut

sejalan dengan definisi kota yang di kemukakan oleh John Brickerhoff Jackson

(1984:12) yaitu:

“City is a place of human habitation, which is a manifestation of planning

and design that is filled by sharing elements such as buildings, roads, and

publik green space”

Kebutuhan akan ruang dan lahan yang meningkat terutama untuk kegiatan

pemukiman, kegiatan perekonomian, kegiatan sosial, hingga lahan untuk

infrastruktur pendukung maupun kepentingan umum lain berawal dari

pertambahan jumlah penduduk yang sangat cepat diatas rata-rata pertumbuhan

nasional yang diakibatkan dari urbanisasi, baik migrasi musiman atau permanen.

Pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan sarana

prasarana perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan yang tidak

tertib, sehingga menyebabkan persoalan drainase di Kota Semarang menjadi

sangat kompleks.

Pasal 3 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

menjelaskan bahwa, penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk

menciptakan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan

berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Selaras

dengan amanat Undang – Undang tersebut, Pemerintah Kota Semarang juga

menyusun dan menetapkan Perda No. 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031 tujuan penataan ruang Kota

Semarang sendiri ingin mewujudkan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan

dan jasa berskala internasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
6

Rencana Tata Ruang pada dasarnya mengakomodir kebutuhan – kebutuhan ruang

khususnya dalam kawasan budidaya yang diakibatkan oleh pertumbuhan

penduduk untuk jangka waktu 20 tahun kedepan.

Laporan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota Semarang

disebutkan bahwa lokasi yang sering terjadi banjir berada di 10 Kecamatan yaitu

Kecamatan Gajahmungkur, Kec. Gayamsari, Kec. Ngaliyan, Kec. Tugu, Kec.

Semarang Barat, Kec. Semarang Tengah, Kec. Semarang Utara, Kec. Semarang

Timur, dan Kecamatan Genuk. Banjir yang sering melanda Kota Semarang

menandakan adanya kesemrawutan dalam penataan Sistem Drainase oleh sebab

itu Pemerintah Kota Semarang menerbitkan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014

Tentang Rencana Induk Drainase Kota Semarang Tahun 2011-2031.

Banjir atau genangan air akibat peristiwa hujan yang terjadi di area

Semarang pada tanggal 3 Desember 2018 lalu tidak dapat dipisahkan dari unsur

tanah atau lahan (Di akses di http://jateng.tribunnews.com/2018/12/03/banjir-di-

jalan-protokol-kota-semarang-kepala-bpbd-sebut-perbaikan-saluran-drainase-

belum-kelar Pada tanggal 25 Januari 2019, Pukul 20.03 WIB). Pembangunan fisik

yang terus menerus dilakukan tanpa melihat unsur tata ruang yang ada merupakan

penyumbang terjadinya banjir, seperti pembangunan jalan yang mana pemerintah

Kota Semarang lupa membangun drainase yang baik. Peningkatan jumlah

penduduk yang berdampak pada pembangunan yang tidak sesuai tata letak kota

sehingga bangunan – bangunan yang didirikan mengesampingkan pembangunan

saluran air hujan. Sedangkan hujan yang merupakan peristiwa alam tidak dapat

dihindarkan maupun dicegah kejadiannya. oleh karena itu, perubahan tata guna
7

lahan sangat berpengaruh terhadap naik turunnya debit maupun volume aliran

permukaan atau limpasan air hujan akibat peristiwa hujan.

Selain penyebab banjir tersebut, terdapat beberapa faktor akar

permasalahan banjir di suatu perkotaan atau satu wilayah berawal dari

pertambahan penduduk yang sangat cepat dari kota atau wilayah tersebut. hal ini

terjadi akibat dari pertumbuhan penduduk yang sangat cepat diatas rata-rata

pertumbuhan penduduk diatas rata-rata pertumbuhan nasional, akibat dari

urbanisasi baik migrasi atau permanen. Pertumbuhan penduduk yang tidak

diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan yang memadahi

menyebabkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi tidak tertib dan tidak

terkendali dengan baik. Selain itu juga disebabkan kesadaran Sumber Daya

Manusia (SDM) di dalam institusi pemerintahan, serta daya dukung masyarakat

yang masih rendah, acuh tak acuh terhadap permasalahan yang dihadapi kota,

khusunya kinerja sistem drainasenya. Hal inilah yang menyebabkan persoalan

drainase perkotaan atau wilayah menjadi sangat komplek. Permasalahan banjir

perkotaan atau wilayah tidak semata-mata persoalan teknis tetapi juga erat

kaitannya dengan masalah non teknis yaitu kondisi sosial, budaya, dan ekonomi

masyarakat. Oleh karena itu penyelesaian permasalahan banjir di Kota Semarang

tidak dapat diselesaikan hanya merujuk pada disiplin ilmu tetapi juga partisipasi

atau keterlibatan masyarakat sangat mempengaruhi terutama dalam hal

operasional dan pemeliharaannya.

Berdasar pada uraian permasalahan yang telah di paparkan diatas, peneliti

tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai permasalahan yang timbul dari

buruknya sistem drainase yang ada. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan
8

penelitian dengan judul: “PERSOALAN BANJIR DI KOTA SEMARANG

(Analisis Hukum Terhadap Rencana Induk Sistem Drainase Kota Semarang

Tahun 2011 – 2031).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat berbagai permasalahan

yang dapat di identifikasi adalah:

1. Pemerintah Kota Semarang telah mengeluarkan peraturan terkait Rencana

Induk Sistem Drainase Kota Semarang untuk tahun 2011 – 2031.

2. Banjir di Kota Semarang masih terjadi pada bulan Desember tahun 2018

hampir di beberapa wilayah.

3. Arus urbanisasi di Kota Semarang yang cepat di atas rata-rata

pertumbuhan nasional tidak diimbangi dengan penyediaan sarana dan

prasarana perkotaan yang memadai.

4. Pergeseran tata guna tanah maupun lahan di Kota Semarang.

5. Daya dukung masyarakat Kota Semarang yang rendah mengenai kinerja

dari sistem drainase di Kota Semarang.

6. Kondisi sistem drainase di sejumlah wilayah Kota Semarang bermasalah.

7. Pelaksanaan Peraturan Daerah yang telah di undangkan.

8. Pengelolaan sistem drainase Kota Semarang.

1.3. Pembatasan Masalah

Agar arah penelitian ini lebih terfokus, tidak kabur, dan sesuai dengan

tujuan penelitian, maka penulis merasa perlu untuk membatasi masalah yang akan

di teliti. Pembatasan masalah tersebut adalah:


9

1. Kebijakan dalam penanganan sistem drainase yang ada di Kota Semarang

berdasarkan Peraturan Darah No. 7 Tahun 2014.

2. Pelaksanaan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 terhadap pengelolaan

sistem drainase di Kota Semarang.

3. Data yang tersaji dalam penelitian ini hanya terbatas hingga tahun 2018.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kebijakan Sistem Drainase Kota Semarang dalam

pengendalian banjir berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 ?

2. Bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 terhadap

pengelolaan sistem drainase di Kota Semarang

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana peran Pemerintah Kota Semarang dalam

menangani permasalahan banjir di Kota Semarang.

2. Untuk menganalisis kebijakan pengaturan sistem drainase serta

pelaksanaan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 di Kota Semarang.

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi beberapa

pihak, diantaranya:

a. Manfaat Teoritis
10

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perkembangan ilmu

Hukum Tata Negara terkait dengan pelaksanaan peraturan daerah agar terciptanya

suatu tata pemerintahan yang baik di suatu kawasan.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pembuat kebijakan

Peraturan Pemerintah Daerah bahwa setiap adaya Undang-undang akan direspon

oleh masyarakat terkait dengan penataan sistem drainase terkait merujuk pada

rencana tata ruang daerah Kota Semarang. Serta dapat menjadikan bahan masukan

bagi pemerintah maupun pihak yang berkepentingan dalam menangani persolan

banjir di Kota Semarang.

Anda mungkin juga menyukai