Anda di halaman 1dari 3

a.

Apa sajakah Langkah kritikal lintas sektor yang perlu didorong & diharmonisasikan terkait
dengan data driven economy & tantangan keamanan data?
1. MASALAH SAAT ENTRI DATA
Integrasi data berarti sinkronisasi data yang berasal dari berbagai sumber dengan struktur data
yang beraneka ragam. Data yang heterogen ini sangat mungkin memiliki standarnya sendiri.
Belum lagi kategorisasi yang tumpang-tindih, inkonsistensi format, dan duplikasi data yang bisa
mempersulit dan memperlambat pencarian data. Oleh sebab itu, proses entri data sangat
krusial dalam integrasi data.
2. LAMANYA MENCARI DATA
Biasanya data-data perusahaan memiliki volume sangat besar. Hal itulah yang kemudian
berpotensi mempersulit pencarian data, terlebih bila saat entri data yang dilakukan
sebelumnya kurang tepat. Masalah tersebut pun akan semakin besar apabila data yang dicari
harus tersedia dengan cepat.
3. KEAMANAN DATA KURANG ANDAL
Keamanan data harus menjadi salah satu prioritas utama dari solusi integrasi data. Kebocoran
data, sanksi Pemerintah, atau hilangnya reputasi perusahaan adalah beberapa contoh dampak
keamanan integrasi data yang kurang andal.
4. KINERJA PEMEGANG AKSES (ADMINISTRATOR)
Kewenangan pemegang akses (admin) yang tak terbatas dalam mengubah data berpotensi
mengurangi keamanan dalam pusat data. Selain itu, banyaknya jumlah pemegang akses ke
penyimpanan data tersebut pun akan mempersulit pengawasan yang nantinya rentan
terhadap cyber attack.
5. PROSES PEMANTAUAN DATA
Meski proses integrasi data sudah dilakukan, bukan berarti tugas telah selesai. Perusahaan juga
harus melakukan pemantauan data. Proses tersebut dibutuhkan guna menyusun laporan atau
dokumen yang bisa membantu manajemen untuk mengambil keputusan bisnis vital.
6. ESTIMASI BIAYA YANG TIDAK AKURAT
Data tumbuh dengan sangat cepat karena ditransfer dari berbagai sumber. Ketika situasi ini
terjadi, perusahaan akan menyadari bahwa mereka perlu menambah kapasitas penyimpanan
dan kemampuan pemrosesan akan meningkat secara eksponensial. Hal-hal ini tentu akan
berimplikasi terhadap membengkaknya biaya operasional.
b. Alat pembayaran di Indonesia berkembang sangat pesat dan maju. Alat pembayaran terus
berkembang dari alat pembayaran tunai (cash based) ke alat pembayaran nontunai (non-cash)
seperti alat pembayaran berbasis kertas (paper based) misalnya cek dan bilyet giro yang diproses
menggunakan mekanisme kliring/settlement. Selain itu dikenal juga alat
pembayaran paperless seperti transfer dana elektronik dan alat pembayaran memakai Kartu
ATM, Kartu Kredit, Kartu Debit dan Kartu Prabayar (card-based)

c. Menurut data Indonesia Credit Card Association (2013), sistem pembayaran dalam e-
commerce di Indonesia yang paling populer adalah: Transfer Bank (57%), Cash on Delivery
(28%), Kartu Kredit (7%), dan lain-lain (8%). Dari data tersebut diketahui bahwa sistem
pembayaran yang paling banyak digunakan di Indonesia Bank. Padahal suatu web dikatakan
100% ecommerce jika transaksi pembayarannya dilakukan secara online seperti dijelaskan oleh
Laudon dan Traver (2009) terkait macam sistem pembayaran dalam e-commerce. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis jenis sistem pembayaran elektronik yang ada dalam e-commerce
sehingga dapat mencari data mengenai sistem pembayaran elektronik yang paling banyak
digunakan dalam e-commerce di Indonesia.Untuk membuat kuesioner menggunakan modifikasi
model sukses sistem informasi DeLone dan McLane dan model penerimaaan teknologi oleh
Tella (2012). Kemudian melakukan evaluasi faktorfaktor yang mendukung bukti tersebut untuk
meningkatkan kesuksesan sistem pembayaran elektronik dalam e-commerce.

d. Pada tahun 2018, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan gerakan Making Indonesia
4.0. Gerakan ini sejalan dengan era digitalisasi yang memfasilitasi pengintegrasian informasi
untuk tujuan peningkatan produktivitas, efisiensi dan kualitas layanan. Pemanfaatan ekonomi
digital ini memiliki potensi yang besar dikarenakan potensi Indonesia baik secara modal manusia
dan infrastruktur yang mendukung perluasan akses ekonomi digital secara inklusif.
Dalam perkembangan ekonomi digital semua aktivifitas dan transaksi yang menggunakan
berbagai platform internet akan tercatat dan terkoleksi sebagai himpunan data dalam jumlah yang
sangat besar rumit dan tak berstruktur (big data). Big data merupakan aset baru yang harus
dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai dasar merencanakan pengembangan inovasi produk dan
inovasi distribusi serta kebijakan pemerintah di masa depan. Penguasaan big data dan
kemampuan menganalisa big data haruslah dianggap sebagai sebuah aset yang menjadi modal
untuk mengefisienkan proses produksi dan distribusi barang dan jasa. Kemampuan memiliki dan
memanfaatkan big data menjadi prioritas di era digitalisasi.
e. Dalam rangka merespons digitalisasi ekonomi dan keuangan, bank sentral telah menginisiasi
visi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 yang antara lain ditujukan untuk
mendorong integrasi dan keuangan digital nasional, mendukung digitalisasi perbankan, dan
menjamin interlink antara fintech dengan perbankan. Kemudian menjamin keseimbangan antara
inovasi dengan perlindungan konsumen, integritas, stabilitas, dan persaingan usaha yang sehat,
serta menjamin kepentingan nasional dalam konteks ekonomi keuangan digital antar negara.

Fintech terus bertumbuh seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi informasi di tanah air.
Dengan nilai transaksi mencapai Rp 19,2 triliun di sepanjang 2021, jumlah pengguna uang
elektronik di Indonesia mencapai angka lebih dari 500 juta yang berarti dua kali lipat dari jumlah
penduduk.Dari sisi teknologi yang dimanfaatkan //end user//, Fintech juga mendukung ekosistem
UMKM. Hingga November 2021, lebih dari 12 juta merchant yang didominasi UMKM telah
terhubung dengan layanan barcode QRIS.

Anda mungkin juga menyukai