Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL PENELITIAN TINDAK LAYANAN

PENERAPAN TEKNIK SELF CONTROL UNTUK MENGENDALIKAN


EMOSI NEGATIF PADA SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN
KELOMPOK DI SMP NEGERI 07 MUARO JAMBI

Dosen Pengampu :

Rully Andi Yaksa S.Pd.,M.Pd

Dr. Akmal Sutja M.Pd

Disusun Oleh :

Wahyu Fitriana

A1E119044

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang mana berkat rahmat dan
hidayahnya, penulis dapat mengerjakan serta menyelesaikan proposal penelitian
tindak layanan dengan judul “Penerapan Teknik Self Control Untuk
Mengendalikan Emosi Negatif Pada Siswa Melalui Layanan Bimbingan
Kelompok di SMP Negeri 07 Muaro Jambi ”

Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih


kepada Bapak Dr. Akmal Sutja, M.Pd dan Bapak Rully Andi Yaksa, S.Pd.,M.Pd
sebagai Dosen Pengampu mata kuliah “Penelitian Tindakan Layanan”, untuk
segala bimbingan dan ilmu yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat baik Orang Tua, dan teman-teman yang
telah memberikan bantuan dan dukungannya hingga penelitian ini dapat
diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih terdapat banyak


kekurangan, karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
lebih menyempurnakan proposal penelitian yang akan penulis buat dimasa yang
akan datang. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan ini
terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Semoga proposal penelitian ini
dapat bermanfaat dengan baik.

Jambi, Mei 2022

Wahyu Fitriana

A1E119044

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3

C. Tujuan Penelitian............................................................................................................3

D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................4

1. Manfaat Teoritis.......................................................................................................4

2. Manfaat Praktis.........................................................................................................5

E. Pengertian Istilah............................................................................................................5

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Pengertian Self Kontrol..................................................................................................7

B. Prosedur Teknik Self Kontrol..........................................................................................

........................................................................................................................................8

C. Manfaat Self Kontrol......................................................................................................9

D. Mengendalikan Emosi Negatif......................................................................................13

E. Layanan Bimbingan Kelompok.....................................................................................14

1. Pengertian Bimbingan Kelompok...........................................................................14

2. Tujuan Bimbingan Kelompok.................................................................................18

3. Tahap Bimbingan Kelompok..................................................................................21

iii
F. Kaitan Penerapan Teknik Self Control Dalam Mengendalikan Emosi Siswa

Melalui Layanan Bimbingan Kelompok.......................................................................24

G. Kerangka Konseptual....................................................................................................24

H. Hipotesis Tindakan........................................................................................................25

BAB III METODE PENELITIAN TINDAK LAYANAN

A. Setting Penelitian...........................................................................................................26

B. Subjek Penelitian...........................................................................................................26

C. Instrumen Penelitian......................................................................................................27

D. Prosedur Penelitian........................................................................................................29

E. Jadwal Penelitian...........................................................................................................31

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum..........................................................................................................32

B. Hasil Siklus....................................................................................................................33

C. Pembahasan...................................................................................................................34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan........................................................................................................................35

B. Saran .............................................................................................................................35

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Control diri merupakan sebuah pengendalian diri dalam situasi

apapun selain itu control diri juga merupakan upaya seseorang dalam

mengendalikan tingkah laku. Kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu

aktivitas pengendalian tingkah laku. Kemampuan untuk menyusun,

membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat

membawa individu ke arah konsekuensi positif.

Menurut Hurlock (2004) individu yang memiliki kontrol diri akan

memiliki kesiapan diri untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan norma,

adat, nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama dan tuntutan lingkungan

masyarakat di mana individu tersebut tinggal. Kontrol diri merupakan satu

potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-

proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang

terdapat di lingkungan sekitarnya. Kontrol diri dapat diartikan sebagai

perasaan bahwa seseorang dapat membuat keputusan dan mengambil

tindakan yang efektif untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan dan

menghindari sesuatu yang tidak diinginkan (Sudrajat, 2011). Kontrol diri

tidak hanya sebatas pada kontrol perilaku saja, tetapi termasuk kontrol

emosi, kontrol kognitif atau cara berfikir, dan kontrol dalam mengambil

keputusan. Selain itu, menurut Calhoun (1990) kontrol diri memiliki

1
makna sebagai suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi

diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola

faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk

menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi. Selanjutnya Borba &

Michele (2008) menjelaskan kontrol diri (self control) merupakan

pengendalian pikiran serta tindakan agar dapat menahan dorongan dari

dalam maupun dari luar sehingga dapat bertindak dengan benar. Kontrol

diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang,

terkait dengan hal tersebut fenomena yang terjadi saat sekarang ini adalah

lemahnya kontrol diri dalam mengendalikan emosi negative

Berdasarkan hasil observasi penliti di SMP N 07 Muaro Jambi,

banyak ditemukan para peserta didik yang kurang control diri dalam

mengendalikan emosi negative. Terkhusus di kelas VIII D yang

merupakan kelas binaan peneliti. Di kelas VIII D ada beberapa siswa/I

yang masih kurang dalam pengendalian diri. Contoh kasusnya yaitu seperti

mereka yang memiliki latar belakang broken home sering kali memiliki

tingkah laku seperti berkelahi dengan teman dan juga melakukan tindakan

lainnya seperti membolos sekolah, merokok diluar sekolah dan terjerumus

ke pergaulan bebas. Dari beberapa contoh kasus tersebut, dapat diartikan

bahwa masih banyak individu atau siswa yang kurang dalam control diri

terutama dalam mengendalikan emosi negative.

Berdasarkan fenomena di atas, hal ini harus menjadi perhatian bagi

semua kalangan khususnya guru BK/konselor di sekolah untuk diberikan

penanganan, sehingga kontrol diri siswa dapat berkembang dengan baik.

2
Hal tersebut dapat dilakukan melalui pelaksanaan program-program yang

ada dalam pelayanan BK di sekolah. Salah satunya melalui layanan

bimbingan kelompok, melalui layanan ini guru BK/konselor dapat

memberikan pemahaman yang baru kepada siswa sehingga siswa dapat

mengembangkan control dirinya terutama dalam mengendalikan emosi

negatif. Selanjutnya, dalam penanganan kontrol diri yang rendah ini

penulis menggunakan layanan bimbingan kelompok untuk membimbing

kontrol diri siswa yang rendah di sekolah. Layanan informasi ini dilakukan

secara klasikal.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana penerapan self control dalam mengendalikan emosi

negative pada siswa?

2. Bagimana prosedur pelaksanaan penerapan self control dalam

mengendalikan emosi negative pada siswa ?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui, mendeskripsi, dan menganalisis penerapan

teknik self control dalam mengendalikan emosi negative pada siswa

melalui layanan bimbingan kelompok di SMP Negeri 07 Muaro Jambi.

3
C. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penelitian

ini diharapkan memiliki manfaat, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dalam Bimbingan dan Konseling

khususnya mengenai penerapan teknik self control dalam

mengendalikan emosi pada siswa melalui layanan bimbingan

kelompok di SMP N 07 Muaro Jambi.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi

konselor atau guru BK mengenai penerapan teknik self control dalam

mengendalikan emosi pada siswa melalui layanan bimbingan

kelompok di SMP N 07 Muaro Jambi.

D. Pengertian Istilah

1. Self Control

Menurut Hurlock (2004) individu yang memiliki kontrol diri akan

memiliki kesiapan diri untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan

norma, adat, nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama dan tuntutan

lingkungan masyarakat di mana individu tersebut tinggal. Kontrol diri

merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan

individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam

4
menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Kontrol

diri dapat diartikan sebagai perasaan bahwa seseorang dapat membuat

keputusan dan mengambil tindakan yang efektif untuk menghasilkan

sesuatu yang diinginkan dan menghindari sesuatu yang tidak

diinginkan (Sudrajat, 2011). Kontrol diri tidak hanya sebatas pada

kontrol perilaku saja, tetapi termasuk kontrol emosi, kontrol kognitif

atau cara berfikir, dan kontrol dalam mengambil keputusan.

2. Mengendalikan Emosi Negative

Mengendalikan emosi negative adalah bagaimana seorang individu

memiliki control diri dalam bertingkah laku dan bertindak untuk

menghadapi segala hal-hal yang berdampak negative yang hadir dalam

dirinya. Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia,

khususnya untuk mereduksi ketegangan yang timbul akibat emosi yang

memuncak. Emosi menyebabkan terjadinya. ketidakseimbangan

hormonal di dalam tubuh, dan memunculkan ketegangan psikis,

terutama pada emosi-emosi negatif.

3. Layanan Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok adalah suatu teknik pemberian bantuan pada dua

individu atau lebih secara berkelompok sehingga dapat memahami diri

dan lingkungannya agar dapat mencegah timbulnya masalah dan

mengembangkan potensinya secara optimal. Bimbingan kelompok

merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi

5
kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi

ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan,

pekerjaan, pribadi dan sosial. Pemberian informasi dalam bimbingan

kelompok terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman

tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan dan cara-cara yang

dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan

dalam studi, karier ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan

untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan

pemahan lingkungan, penyesuaian diri serta pengembangan diri.

6
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pengertian Self Kontrol

Menurut Hurlock (2004) individu yang memiliki kontrol diri akan

memiliki kesiapan diri untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan norma,

adat, nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama dan tuntutan lingkungan

masyarakat di mana individu tersebut tinggal. Kontrol diri merupakan satu

potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-

proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang

terdapat di lingkungan sekitarnya. Kontrol diri dapat diartikan sebagai

perasaan bahwa seseorang dapat membuat keputusan dan mengambil

tindakan yang efektif untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan dan

menghindari sesuatu yang tidak diinginkan (Sudrajat, 2011). Kontrol diri

tidak hanya sebatas pada kontrol perilaku saja, tetapi termasuk kontrol

emosi, kontrol kognitif atau cara berfikir, dan kontrol dalam mengambil

keputusan.

Selain itu, menurut Calhoun (1990) kontrol diri memiliki makna

sebagai suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri

dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola

faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk

menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi. Selanjutnya Borba &

Michele (2008) menjelaskan kontrol diri (self control) merupakan

pengendalian pikiran serta tindakan agar dapat menahan dorongan dari

7
dalam maupun dari luar sehingga dapat bertindak dengan benar. Kontrol

diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang,

terkait dengan hal tersebut fenomena yang terjadi saat sekarang ini adalah

lemahnya kontrol diri dalam mengendalikan emosi negative.

B. Prosedur Teknik Self Kontrol

1. Perencanaan

Membuat prosedur pelaksanaan penelitian dan menyiapkan sarana

prasarana yang diperlukan.

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan berupa menyepakati norma waktu, tempat, dan aturan

sederhana, seperti datang tepat waktu,terlibat dalam proses, dan

mengikuti kegiatan dengan baik.

b. Memberikan penjelasan tentang topic yang akan dibicarakan.

c. Mengajak peserta didik untuk brainstorming / curah pendapat.

d. Memberi beberapa pertanyaan terkait materi layanan kepada

peserta didik.

e. Membuat catatan – catatan observasi selama proses layanan.

3. Evaluasi

Dalam tahap ini evaluasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu

mengamati sikap dan perilaku siswa selama mengikuti kegiatan

8
4. Refleksi

Peneliti mencari kekurangan atau kendala kemudian membuat

perencanaan perbaikan untuk menyempurnakan tindakan pada

siklus berikutnya.

C. Manfaat Self Kontrol

1. Mampu Menghadapi Segala Keadaan

Dalam menerapkan self control di kehidupan sehari-hari, individu

tersebut mampu untuk menghadapi segala keadaan yang ia alami

sendiri. Maka dengan begitu, individu tersebut mampu untuk

memberikan penjelasan terkait hal-hal yang berhubungan dengan

kondisi atau keadaan yang dapat mengarahkan dirinya ke arah

kondisi yang lebih aman dan tenang.

2. Mampu Mengatur Berbagai Kepentingan

Menerapkan self control di kehidupan sehari-hari dapat

berdampak pada diri individu dalam menunda keputusan untuk

dirinya sendiri. Dengan kata lain, self control mampu untuk

mengatur atau mengendalikan diri individu dalam menentukan

mana kepentingan yang harus didahulukan dan mana yang tidak.

9
3. Memiliki Inisiatif yang Tinggi untuk Diri Sendiri

Selanjutnya, dalam menerapkan self control di kehidupan sehari-

hari ialah individu tersebut mampu untuk membangun inisiatif

bagi individu itu sendiri. Memang, tidak semua individu yang

menerapkan self control akan terlihat secara langsung bahwa

dirinya memiliki sikap inisiatif yang tinggi. Terlebih apabila

individu tersebut harus memecahkan atau menyelesaikan suatu

permasalahan yang memang membutuhkan tingkat inisiatif tinggi

dari diri individu tersebut.

4. Mampu Mengendalikan Berbagai Keputusan

Menerapkan self control di kehidupan sehari-hari akan membuat

individu tersebut mampu untuk mengontrol atau mengendalikan

berbagai keputusan, terutama di hidupnya. Hal ini juga didasari

pada pola pikir atau tingkat inisiatif individu tersebut

(berhubungan pula pada poin ketiga) dalam mengendalikan dan

menentukan keputusan.

5. Mampu Memberikan Arah Tujuan yang Jelas

Menerapkan self control di kehidupan memang akan berpengaruh

pada kejelasan tujuan hidup individu tersebut. Ia mampu untuk

memberikan suatu arah yang jelas terkait tujuan ke depannya.

Kembali lagi ke pada hakikat self control yang memang bertujuan

untuk mengendalikan diri, individu tersebut akan mudah

10
mengontrol dirinya terhadap berbagai kemungkinan yang datang.

Dalam hal tersebut, dirinya akan mempertimbangkan

kemungkinan-kemungkinan tersebut dengan berbagai tujuan yang

telah ia tetapkan.

6. Lebih Mudah Meraih Tujuan yang Diinginkan

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya. Selain, mampu

memberikan arah tujuan yang jelas, individu yang memiliki self

control dengan baik akan lebih mudah meraih tujuan atau goals

dalam hidupnya. Hal itu karena, ia mengerti kapan saat dirinya

harus terus bergerak dan kapan saatnya harus rehat sementara.

7. Mampu untuk Mengendalikan Emosi dan Frustrasi

Mungkin setiap individu akan merasa kesulitan dalam

mengendalikan emosi yang pernah atau sedang dialami olehnya.

Akan tetapi, tidak bagi individu yang menerapkan self control bagi

dirinya. Individu tersebut dapat menjangkau dan menguasai

dirinya sendiri sehingga mampu untuk mengendalikan emosi serta

frustrasi yang ada pada dirinya. Dengan kata lain, individu

tersebut baik dalam melakukan kontrol diri.

8. Mampu Menjadi Pribadi yang Lebih Kuat

Setiap individu tentunya memiliki berbagai konflik dalam

hidupnya, entah itu konflik batin ataupun konflik fisik. Individu

11
dengan self control yang baik, mungkin akan sangat paham

rasanya berada di titik atau posisi terendah di dalam hidupnya.

9. Menjadi Pribadi yang Disiplin

Self control yang dimiliki oleh individu, akan membuahkan sikap

disiplin pada dirinya. Sadar tak sadar, dirinya akan memberikan

stimulus di pikirannya sehingga sikapnya akan merespon dengan

baik. Apabila individu tersebut mampu mengendalikan dan

mengontrol dirinya dalam bersikap di suatu lingkungan, akan

terjalinlah sikap positif pada dirinya.

10. Mampu Membangun Keharmonisan dengan Orang Lain

Individu yang memiliki self control yang baik, besar kemungkinan

memiliki hubungan yang kuat dan baik pula, entah itu hubungan

dirinya dengan anggota keluarganya, circle pertemanan, ataupun

asmara. Keharmonisan itu lahir karena dirinya menerapkan self

control di kehidupan sehari-harinya. Individu tersebut mampu

untuk mengendalikan sikap, baik sikap dirinya atau orang lain,

dengan sangat pas. Apabila muncul konflik besar yang terjadi

antara dirinya dengan lingkungan pertemanannya, tentunya

individu tersebut akan tahu bagaimana dan kapan ia harus

bertindak dengan baik. Hal itu karena didukung dengan penerapan

self control yang baik pada dirinya.

12
D. MENGENDALIKAN EMOSI NEGATIF

1. Pengertian Mengendalikan Emosi Negatif

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti

bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa

kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.

Menurut Daniel Goleman (2002) emosi merujuk pada suatu

perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan

psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar

dan dalam diri individu. Sebagai contoh, emosi gembira

mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara

fisiologis terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang untuk

menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan

berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting

dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat menjadi motivator

perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu

parilaku intensional manusia,(Prawitasari,1995). Beberapa tokoh

seperti Descrates, JB Watson, dan Daniel Goleman

mengemukakan tentang macam-macam emosi. Menurut

Descrates, emosi terbagi atas : desire (hasrat), hate (benci), sorrow

(sedih/luka), wonder (heran), love (cinta), dan joy

(kegembiraan).Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam

emosi, yaitu : fear (ketakutan), rage (kemarahan), dan love (cinta).

Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia,

13
khususnya untuk mereduksi ketegangan yang timbul akibat emosi

yang memuncak. Emosi menyebabkan terjadinya.

ketidakseimbangan hormonal di dalam tubuh, dan memunculkan

ketegangan psikis, terutama pada emosi-emosi negatif. Dalam

konteks ini, al- Qur’an memberi petunjuk manusia agar

mengendalikan emosinya guna mengurangi ketegangan-

ketegangan fisik dan psikis, dan menghilangkan efek negatif.

Kajian-kajian modern dalam kedokteran psikosomatis

membuktikan bahwa kegoncangan aspek emosional pada diri

manusia merupakan penyebab utama timbulnya banyak gejala

sakit fisik. Sebagian statistik mengemukakan banyak diantara

pasien yang biasanya sering datang ke rumah sakit adalah orang-

orang yang pada dasarnya mengeluhkan kegoncangan-

kegoncangan emosional mereka yang timbul dari problem-

problem psikis yang sedang mereka hadapi. Yang mereka

butuhkan bukanlah terapi medis, tetapi sebenarnya mereka

membutuhkan terapi psikis.

E. LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang

diberikan dalam suasana kelompok. Gazda ( 1978 )

mengemukakan bahwa bimbingan kelompok disekolah merupakan

kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu

14
mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Gazda juga

menyebutkan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk

memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan

sosial. Menurut Kartono (1985), bimbingan merupakan

pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah

dipersiapkan (dengan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan-

ketrampilan tertentu yang diperlukan dalam menolong) kepada

orang lain yang memerlukan pertolongan bimbingan dalam rangka

menemukan pribadi dimaksudkan agar individu mengenal

kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerima secara

positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih

lanjut.Crow dan Crow (dalam Loekmono, 1983) mendefinisikan

bimbingan sebagai bentuk pemberian bantuan kepada individu

dengan pertolongan khusus saat dibutuhkan.

Bimbingan kelompok di sekolah merupakan bagian

program layanan bimbingan konseling yang tergolong ke dalam

komponen pelayanan dasar. Pelayanan dasar ini diartikan sebagai

proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli dalam hal ini

siswa, melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara

klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam

rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan

tahap dan tugas-tugas perkembangan. Bimbingan kelompok

dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau

kesulitan pada diri konseli (Nurihsan, 2005).

15
Bimbingan kelompok yang diberikan, adalah berupa

penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah

pengembangan keterampilan dan kemampuan dalam berbagai

bidangyaitu bidang pendidikan pekerjaan, pemahaman pribadi,

penyesuaian diri, dan masalah hubungan antar pribadi. Informasi

tersebut diberikan terutama dengan tujuan untuk memperbaiki dan

mengembangkan pemahaman diri individu dan pemahaman

terhadap orang lain. Bimbingan kelompok tidak hanya berupa

pemberian informasi, tetapi menyajikan informasi dan kegiatan-

kegiatan lain yang sesuai dengan kebutuhan individu dan dapat

membantu pemecahan masalah serta tercapainya tujuan yang telah

dirumuskan. Perubahan sikap pada anggota-anggota kelompok

merupakan tujuan yang tidak langsung dari bimbingan kelompok

(Romlah, 2001).Menurut Jones (dalam Nursalim dan Suradi,

2002) bimbingan kelompok dapat membantu peserta belajar

memahami perasaan peserta lain dan masalahnya, dan juga

memberi kesempatan kepada peserta mengungkapkan perasaan-

perasaanya. Sehingga setiap angota dapat bebas mengutarakan apa

saja yang dia rasakan, dan bebas untuk menyampaikan

pendapatnya tentang masalah yang sedang dibahas dalam

bimbingan kelompok tersebut. Hal ini dapat membantu siswa

untuk berkembang dalam hal sosialisasi dan mengutarakan

pendapatnya dimuka umum dan memahami berbagai macam

persoalan dan bagaimana penyelesainnya. Sedangkan menurut

16
Winkel & Sri Hastuti, (2004) mengatakan bahwa ”bimbingan

adalah proses membantu orang-perorangan dalam memahami

dirinya sendiri dan lingkungannya”. Bimbingan kelompok

menekankan bahwa kegiatan bimbingan kelompok lebih pada

proses pemahaman diri dan lingkungnya yang dilakukan oleh satu

orang atau lebih yang disebut kelompok.

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan kelompok

diatas, penulis menyimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah

suatu teknik pemberian bantuan pada dua individu atau lebih

secara berkelompok sehingga dapat memahami diri dan

lingkungannya agar dapat mencegah timbulnya masalah dan

mengembangkan potensinya secara optimal. Bimbingan kelompok

merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam

situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa

penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas

masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.

Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama

dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan,

aturan-aturan dalam kehidupan dan cara-cara yang dapat

dilakukan untuk menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan

dalam studi, karier ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok

diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman

diri dan pemahan lingkungan, penyesuaian diri serta

pengembangan diri.

17
2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan

pemahaman emosi diri dan mampu mengendalikan emosi negatif.

Bimbingan kelompok tidak hanya berupa pemberian informasi,

tetapi menyajikan informasi dan kegiatan-kegiatan lain yang

sesuai dengan kebutuhan individu dan dapat membantu

pemecahan masalah serta tercapainya tujuan yang telah

dirumuskan. Perubahan sikap pada anggota-anggota kelompok

merupakan tujuan yang tidak langsung dari bimbingan kelompok

(Romlah, 2001). Menurut Jones (dalam Nursalim dan Suradi,

2002) bimbingan kelompok dapat membantu peserta belajar

memahami perasaan peserta lain dan masalahnya, dan juga

memberi kesempatan kepada peserta mengungkapkan perasaan -

perasaanya. Sehingga setiap angota dapat bebas mengutarakan apa

saja yang dia rasakan, dan bebas untuk menyampaikan

pendapatnya tentang masalah yang sedang dibahas dalam

bimbingan kelompok tersebut. Hal ini dapat membantu siswa

untuk berkembang dalam hal sosialisasi dan mengutarakan

pendapatnya dimuka umum dan memahami berbagai macam

persoalan dan bagaimana penyelesainnya. Sedangkan menurut

Winkel & Sri Hastuti, (2004) mengatakan bahwa ”bimbingan

adalah proses membantu orang-perorangan dalam memahami

dirinya sendiri dan lingkungannya”. Bimbingan kelompok

18
menekankan bahwa kegiatan bimbingan kelompok lebih pada

proses pemahaman diri dan lingkungnya yang dilakukan oleh satu

orang atau lebih yang disebut kelompok.

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan kelompok

diatas, penulis menyimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah

suatu teknik pemberian bantuan pada dua individu atau lebih

secara berkelompok sehingga dapat memahami diri dan

lingkungannya agar dapat mencegah timbulnya masalah dan

mengembangkan potensinya secara optimal. Bimbingan kelompok

merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam

situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa

penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas

masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.

Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama

dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan,

aturan-aturan dalam kehidupan dan cara-cara yang dapat

dilakukan untuk menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan

dalam studi, karier ataupun kehidupan. Adapun tujuan bimbingan

kelompok menurut Bennett (dalam Romlah, 2001) menyebutkan:

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar hal-hal yang

penting dan dapat berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan

dengan masalah pendidikan, pekerjaan pribadi dan sosial.

b. Memberikan layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok.

c. Pencapaian tujuan secara ekonomis dan efektif daripada melalui

kegiatan bimbingan individual.

19
d. Untuk melaksanakan layanan konseling secara efektif. Yaitu

dengan mempelajari masalah-masalah umum yang dialami oleh

individu dengan merendahkan hambatan emosional melalui

kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap individu akan

lebih mudah.

Tujuan bimbingan kelompok menurut Winkel (dalam Nursalim

dan Suradi, 2002) ialah:

a. Supaya orang yang dilayani mampu mengatur kehidupannya

sendiri.

b. Memiliki pandangan sendiri dan tidak sekedar mengikuti

pendapat orang lain. Mengambil sikap sendiri dan berani

menanggung sendiri konsekuensi konsekuensi dari

tindakannya.

Menurut Jones (dalam Nursalim dan Suradi, 2002) tujuan

bimbingan kelompok adalah membantu peserta menyadari

kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalahnya, membantu

peserta memahami perasaan peserta lain dan masalahnya. Dan

juga memberi kesempatan kepada peserta mengungkapkan

perasaan-perasaannya. Menurut Suardiman (dalam Nursalim

dan Suradi, 2002) bimbingan kelompok digunakan untuk

meningkatkan pengertian diri sendiri dan orang lain. Penulis

menyimpulkan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah untuk

memahami individu atas dirinya sendiri dan lingkungannya,

agar individu itu dapat mengendalikan emosi negative secara

20
optimal untuk mencegah timbulnya masalah dan menyelesaikan

masalah yang dimiliki individu tersebut. Selain memiliki tujuan,

bimbingan kelompok juga memiliki manfaat, menurut Slameto

(dalam Nursalim dan Suradi, 2002) diperoleh manfaat sebagai

berikut:

a. Anak dapat mengenal dirinya melalui hidup bergaul dengan

teman lain, sehingga dapat mengukur kemampuan dirinya

lebih pandai atau kurang, sehingga anak lalu mengambil

sikap bagaimana kalau lebih dan bagaimana kalau kurang.

b. Dalam interaksi sosial terpengaruh sifat dan sikapnya

menjadi baik.

c. Dapat mengurangi rasa malu, agresif, penakut, emosional,

pemarah dan sebagainya.

d. Dapat mengurangi ketegangan emosional, konflik dan

frustasi.

e. Dapat mendorong anak lebih gairah didalam melaksanakan

tugas, suka berkorban kepada kepentingan orang lain, suka

menolong, bertindak teliti dan hati-hati.

3. Tahap Bimbingan Kelompok

Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995)

ada empat tahapan, yaitu:

21
a. Tahap Pembentukan

Di dalam tahap pembentukan ini merupakan tahap pengenalan

individu, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke

dalam kehidupan suatu kelompok. Di dalam tahap ini

umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga

mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin

dicapai baik oleh masing-masing individu, sebagian individu,

maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang

bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan

tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa

bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan

aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok

ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka

akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas

kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar

orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada

mereka.

b. Tahap Peralihan

Tahap kedua ini merupakan “penghubung” antara tahap

pertama dan ketiga. Ada saatnya penghubung ditempuh

dengan sangat mudah dan lancar, artinya para anggota

kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga

dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada saatnya juga

22
menghubungkan tahap tersebut ditempuh dengan susah payah,

artinya para anggota kelompok tidak memasuki tahap

kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga.

Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya

kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti

dan menghubungkan tahap-tahap ini dengan benar.

c. Tahap Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka

aspek-aspek yang menjadi isi dan pengantarya cukup banyak,

dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian

yang seksama dari pemimpin kelompok.ada beberapa yang

harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai

pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan

tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan

penguatan serta penuh empati.

d. Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok

perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu

harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh

kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil

yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus

23
melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara

penuh.

F. Kaitan Penerapan Teknik Self Control Dalam Mengendalikan

Emosi Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

Kaitan penerapan teknik self control dalam mengendalikan emosi

siswa melalui layanan bimbingan kelompok yaitu apabila seorang

individu atau anak telah mengerti apa itu control diri dan mengerti cara

serta menerapkan control diri dalam segala aspek kehidupan, maka

dapat dipastikan individu tersebut dapat dengan mudah mengendalikan

segala tindakan terutama dalam mengendalikan emosi negative. Begitu

pula sebaliknya.

I. Kerangka Konseptual

Layanan
Bimbingan Teknik Self
Kelompok Control

Mengendalikan
Emosi Negatif

24
Berdasarkan ilustrasi atau gambar diatas, dapat diartikan bahwa

kerangka konseptual pada penerapan teknik control diri dalam

mengendalikan emosi negative pada siswa di SMP N 07 Muaro Jambi,

yaitu peneliti memberikan layanan bimbingan kelompok dengan

menggunakan teknik control diri di kelas VIII D shift ganjil. Tujuan

menggunakan teknik control diri yaitu agar siswa memiliki kualitas

diri yang baik dan memiliki pengendalian tingkah laku yang baik pula.

Disini peneliti mengajak para siswa untuk mampu memiliki control

diri yang baik dan peneliti juga membekali beberapa cara control diri

yang baik dalam mengendalikan emosi negative.

J. Hipotesis Tindakan

Penerapan teknik self control atau control diri dalam mengendalikan

emosi negative melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa di

SMP N 07 Muaro Jambi dapat meningkatkan pengendalian diri yang

baik dalam menghadapi masalah atau pada saat hadirnya emosi

negative.

25
BAB III

METODE PENELITIAN TINDAKAN LAYANAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Layanan (PTL). Menurut Sutja,

dkk (2017:140) menyatakan bahwa PTL adalah usaha penemuan

perbaikan atau pemantapan praktik layanan Bimbingan dan Konseling

yang dilakukan secara sistematis, berdaur ulang (siklus) dan bersifat

reflektif yang dilakukan oleh praktisi BK secara mandiri atau kolaboratif

dengan setting kelas, kelompok atau individual.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 07 Muaro Jambi di kelas VIII D

shift ganjil dengan menggunakan teknik self control atau control diri

dalam mengendalikan emosi negative melalui layanan bimbingan

kelompok di SMP N 07 Muaro Jambi.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan satu siklus. Siklus pertama

dilaksanakan pada 25 Mei 2022

B. Subjek Penelitian

Menurut Sutja dkk (2017:148), ”Subjek penelitian yaitu pihak atau

sekelompok individu yang terlibat atau dikenai secara langsung oleh

tindakan/layanan, sama halnya dengan populasi dan sampel dalam

26
penelitian konvesional”. Orang yang dikenakan Penelitian Tindakan

Layanan (PTL) disebut dengan subjek. Penilitian tindak layanan ini

dilaksanakan dilingkungan sekolah dengan subjek penelitian yaitu siswa/i

kelas VIII D shift ganjil.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian tindakan layanan adalah alat yang dapat digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian yang melibatkan peran serta peneliti,

dimana peneliti bertindak sebagai instrumen kunci atau instrumen pokok

dalam penelitian tindakan layanan dan berpartisipasi penuh dalam

pengumpulan data.

1. Berikut Jenis – Jenis instrument penelitian :

a. Observasi

Menurut Sutja,dkk (2017:151) Observasi adalah cara pengumpulan

data dimana peneliti terjun kedalam proses layanan dengan cara

mengamati layanan tersebut secara langsung atau melihat dengan

mata kepalanya, dengan observasi peneliti dapat memperoleh data

yang benar dan akurat, asli bahkan dapat memperoleh data yang

semula enggan untuk diungkapkan subjek karena bersifat

kelemahan atau kekurangannya, macam macam observasi ada 3

yaitu Observasi partisipatif, observasi terbuka, observasi

tersembunyi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi

parsitipatif, observasi parsitipatif adalah pengamatan yang dimana

27
peneliti masuk menjadi bagian dari penelitian itu, tidak

memperlihatkan diri sebagai pengamat tetapi melaksanakan layanan

sekaligus juga mengamati proses layanan itu layaknya spionase.

(Sutja,2017 :151).

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln

dan Guba (1985:266), antara lain : mengkonstruksi mengenai

orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

kepedulian dan lain-lain kebulatan; mengkonstruksi kebulatan-

kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu;

memproyeksikan kebulatan- kebulatan sebagai yang diharapkan

untuk dialami paada masa yang akan datang; memverivikasi,

mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang

lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan

memverivikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang

dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

28
D. Prosedur Penelitian

Siklus dalam PTL sama halnya dengan jumlah pengulangan unlimited

(tidak terbatas). Dalam satu siklus peneliti hanya melaksanakan layanan

selama 1 kali pertemuan, jika 2 siklus sudah terlihat peningkatan dari hasil

pelaksanaan layanan yang dilakukan, maka peneliti hanya akan

melaksanakan 1 siklus saja, akan tetapi jika 1 siklus telah dilakukan tetapi

tidak ada perubahan maka peneliti akan melanjutkan ke siklus ke 2.

Berikut gambar siklus dalam penelitian tindak layanan.

Siklus 1

Rencana

Refleksi Tindakan

Evaluasi

29
1. Prosedur Siklus

a. Perencanaan

Membuat prosedur pelaksanaan penelitian dan menyiapkan

sarana prasarana yang diperlukan.

b. Pelaksanaan

1. Kegiatan berupa menyepakati norma waktu, tempat, dan aturan

sederhana, seperti datang tepat waktu,terlibat dalam proses, dan

mengikuti kegiatan dengan baik.

2. Memberikan penjelasan tentang topic yang akan dibicarakan.

3. Mengajak peserta didik untuk brainstorming / curah pendapat.

4. Memberi beberapa pertanyaan terkait materi layanan kepada peserta

didik.

5. Membuat catatan – catatan observasi selama proses layanan.

c. Evaluasi

Dalam tahap ini evaluasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu

mengamati sikap dan perilaku siswa selama mengikuti kegiatan.

d. Refleksi

Peneliti mencari kekurangan atau kendala kemudian membuat

perencanaan perbaikan untuk menyempurnakan tindakan pada

siklus berikutnya.

30
E. Jadwal Penelitian

Jadwal siklus penelitian yang akan menjadi panduan dalam penelitian yang

akan dilaksanakan sebagai berikut :

NO HARI / KEGIATAN TEMPAT

TANGGAL

Rabu 25 Mei Pemberian layanan pada Ruang kelas VIII D


1.
2022 siklus 1 SMP N 7 Muaro Jambri

Sabtu 27 Mei Pemberian layanan pada Ruang kelas VIII D


2.
2022 siklus 2 SMP N 7 Muaro Jambi

31
BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

SMP Negeri 7 Muaro Jambi merupakan sekolah yang ada di

kabupaten Muaro Jambi. Terletak di Jl. Lintas Sumatra, Mendalo Darat,

Kec, Jambi Luar kota, Kabupaten Muaro jambi, Jambi 36361 sekolah

tersebut menempati lokasi yang cukup strategis karena mudah dijangkau

oleh siswa. Hal ini merupakan potensi fisik yang dapat menunjang proses

pembelajaran. SMP Negeri 7 Muaro Jambi sudah dilengkapi dengan

beberapa sarana prasarana penunjang KBM. Adapun sarana prasarana

yang dimiliki oleh SMP Negeri 7 Muaro Jambi diantaranya adalah gedung

sekolah yang terdiri dari ruang belajar, ruang kantor, ruang penunjang, dan

halaman sekolah yang biasa digunakan untuk kegiatan apel pagi, olahraga

(bola basket, bola voli, kegiatan bulutangkis), kegiatan ekstrakulikuler.

Penelitian dilakukan atas persetujuan pihak sekolah, yang dibantu

oleh guru BK sebagai guru kolaborator yaitu ibu Dra. Parida Ariati,

M.Pd.I. penelitian ini dilakukan merupakan mata kuliah dari Penelitian

Tindak Layanan yang bertujuan memperbaiki setiap siklus dan melihat

perubahan serta perkembangan siswa dan mengevaluasi diri peneliti dalam

pemberian layanan. Layanan yang diberikan juga merupakan kesepakatan

dengan siswa sehingga siswa merasa terbantu dan mmapu menemukan

solusi yang terbaik dalam masalah yang dihadapinya.

32
B. Hasil Siklus

Siklus ini terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan / observasi,

evaluasi dan refleksi.

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini, siklus 1 dilakukan dalam satu kali

pertemuan yaitu pada hari rabu tanggal 25 Mei 2022, dengan alokasi

waktu kurang lebih 30 menit ( 10.50 – 11.20 WIB ). Materi yang

diberikan yaitu mengenai control diri dalam mengendalikan emosi

negative. Dalam hal ini, praktikan memberi layanan bimbingan

kelompok dengan teknik self control dalam mengendalikan emosi

negative. Bimbingan kelompok ini dalam format klasikal yang

dilaksankan di ruang kelas VIII D pada shift ganjil.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Kegiatan berupa menyepakati norma waktu, tempat, dan aturan

sederhana, seperti datang tepat waktu,terlibat dalam proses, dan

mengikuti kegiatan dengan baik.

b. Memberikan penjelasan tentang topic yang akan dibicarakan.

c. Mengajak peserta didik untuk brainstorming / curah pendapat.

d. Memberi beberapa pertanyaan terkait materi layanan kepada

peserta didik.

e. Membuat catatan – catatan observasi selama proses layanan.

33
3. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan melihat antusias selama kegiatan

berlangsung. Pada saat kegiatan berlangsung masih ada beberapa

siswa yang kurang antusias untuk mengikuti kegiatan ini.

4. Refleksi

Jika dilihat dari tindakan atau aktivitas yang dilakukannya sehari-

hari disekolah sudah dapat dikatakan cukup baik, walupun belum

maksimal baik. Mereka dapat dikatakan cukup baik karna pada saat

ada temannya yang ganggu atau memancing emosi, dia cukup

tenang dan tidak ada perlawanan yang membuat masalah menjadi

keruh.

C. Pembahasan

Penerapan teknik Self Control pada siklus 1 sudah dapat dikatakan cukup

baik dan dikatakan berhasil karna dilihat dari tindakan dan tingkah laku

mereka yang cukup baik dalam merespon emosi negative yang datang.

Contohnya seperti pada saat ia duduk tenang, kemudian ada temannya

yang tiba-tiba mengejek atau nyagil ia meresponnya dengan sikap yang

tenang dan tidak ada perlawanan atau ejekan balik kepada orang tersebut.

Hal ini menandakan bahwa individu tersebut telah mampu menerapak self

control untuk mengendalikan emosi negative dalam kehidupan sehari-

harinya.

34
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik

self control dalam mengendalikan emosi negative, dapat meningkatkan

kualitas control diri individu dalam mengendalikan emosi negative yang

hadir dalam dirinya. Penerapan teknik self control dilakukan dengan satu

siklus. Pada siklus ini, penerapan teknik Self Control pada siklus 1 sudah

dapat dikatakan cukup baik dan dikatakan berhasil karna dilihat dari

tindakan dan tingkah laku mereka yang cukup baik dalam merespon emosi

negative yang datang. Hal ini menandakan bahwa individu tersebut telah

mampu menerapak self control untuk mengendalikan emosi negative

dalam kehidupan sehari-harinya.

B. Saran

Peneliti berharap agar teknik self control ini dapat menjadi pedoman bagi

setiap individu terutama dalam mengendalikan emosi negative. Tidak

hanya sebagai pedoman, namun teknik self control ini juga perlu

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta mampu menjadi hal yang

berdampak positif untuk kedepannya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aviyah, E., & Farid, M. (2014). Religiusitas, kontrol diri dan kenakalan remaja.

Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 3(02).

Aroma, I. S., & Suminar, D. R. (2012). Hubungan antara tingkat kontrol diri

dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja. Jurnal Psikologi

Pendidikan dan Perkembangan, 1(2), 1-6.

Nadhiroh, Y. F. (2017). Pengendalian Emosi. SAINTIFIKA ISLAMICA: Jurnal

Kajian Keislaman, 2(01), 53-62.

Yuliani, R. (2013). Emosi negatif siswa kelas XI SMAN 1 Sungai Limau. Jurnal

Ilmiah Konseling, 2(1), 151-155.

Suhardita, K. (2011). Efektivitas penggunaan teknik permainan dalam bimbingan

kelompok untuk meningkatkan percaya diri siswa. Edisi khusus, 1, 127-

138.

Putra, S. A., Daharnis, D., & Syahniar, S. (2013). Efektivitas layanan bimbingan

kelompok dalam meningkatkan self efficacy siswa. Konselor, 2(2).

36
37

Anda mungkin juga menyukai