Referat Trauma Kolon: Disusun Oleh Lanny Burlian 130221220507
Referat Trauma Kolon: Disusun Oleh Lanny Burlian 130221220507
Trauma Kolon
Disusun oleh
Lanny Burlian
130221220507
Pembimbing
dr. Tommy Ruchimat, Sp. B., Subsp. BD (K)
1
RUMAH SAKIT HASAN
SADIKIN BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
2
sekitar 5% dan colon sekitar 9%. Diperlukan keterampilan dari seorang ahli
bedah untuk penanganan yang tepat 3.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada
rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi
rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau
berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah
2.2. Insidensi
Satu tinjauan dari National Pediatric Trauma Registry oleh Cooper dkk
melaporkan bahwa 8% dari pasien (total = 25301) telah cedera abdominal.
83% dari cedera mereka disebabkan karena mekanisme trauma tumpul.
4
2.3. Etiologi
Data internasional yang didapat dari World Health Organization
mengindikasikan penyebab utama dari trauma tumpul pada abdomen adalah
jatuh dari ketinggian kurang dari 5 meter dan kecelakaan mobil.data ini
mencakup
5
semua jenis luka, bukan luka akibat trauma tumpul abdomen saja. Penyebab
tersering dari trauma tumpul abdomen akibat kecelakaan kendaraan
bermotor. Penyebab-penyebab umum lainnya termasuk terjatuh dan
kecelakaan industri atau rekreasi. Trauma tumpul abdomen dapat
disebabkan oleh: pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau
2.4. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang
ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari
jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada
keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk
menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan
benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang
terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan.
Hal tersebut dapat terjadi cedera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme :
Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat
6
oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman
yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur
dari organ padat maupun organ berongga.
Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior
dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat
7
Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju)
biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul
velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel, seperti organ
dapat terjadi 7.
2.5. Klasifikasi
8
Cedera tumpul abdomen dibagi menjadi :
1. Benturan benda tumpul, dgn akibat :
Perforasi pada organ visera berongga.
Perdarahan pada organ visera padat.
9
2. Cedera kompresi, dgn akibat :
Robekan dan hematom pada organ visera padat.
2.6. Komplikasi
Ruptur diaphragma
panggul
Ruptur limpa
Ruptur pankreas
10
Ruptur vas deferens 9.
11
2.7. Diagnosis
2.7.1.Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat seperti:
Trauma pada abdomen akibat benturan benda tumpul
6 .
abdominal.( ).
12
Observasi pernapasan pasien, karena pernapasan abdominal
mengindikasikan adanya trauma pada sistem spinal. Perhatikan
juga adanya tanda-tanda distensi dan perubahan warna pada
daerahabdomen.
13
(periumbilical ecchymosis) mengindikasikan perdarahan
retroperitoneal, namun biasanya tanda ini tidak langsung positif.
Jika ditemukan memar dan bengkak pada daerah panggul kita
harus curiga kearah trauma retroperitoneal.
Inspeksi daerah genitalia dan perineum untuk melihat adanya luka,
Palpasi
Palpasi seluruh permukaan abdomen dengan hati-hati sambil
melihat respon dari pasien. Perhatikan adanya massa abnormal,
tenderness , dan deformitas.
Konsistensi yang padat dan pucat dapat menunjukkan adanya
perdarahan intraabdominal.
Krepitasi atau ketidakstabilan dari rongga thoraks bagian bawah
mengindikasikan kemungkinan adanya cedera lien atau hepar yang
berhubungan dengan cedera costa bawah.
Instabilitas pelvis mengindikasikan adanya luka pada traktus
urinarius bagian bawah, seperti juga pada pelvic dan hematom
retroperitoneal. fraktur terbuka pelvis juga mengindikasikan
potensi cedera pada traktus urinarius bagian bawah cedera serta
hematom panggul dan retroperitoneal. Fraktur pelvis terbuka juga
14
berhubungan dengan angka mortalitas yang melebihi 50 %. Lakukan
pemeriksaan rektal dan pelvis vagina untuk
mengidentifikasi kemungkinan perdarahan atau cedera.
15
Lakukan pemeriksaan sensorik dari dada dan abdomen untuk
mengevaluasi kemungkinan terjadinya cedera saraf tulang
belakang. Cedera saraf tulang belakang dapat dinilai dengan akurat
dari abdomen melalui berkurangnya atau hilangnya persepsi nyeri.
Perkusi
Percussion tenderness merupakan tanda peritoneal
surgical consultation.
16
darah, dan tes kehamilan (untuk wanita-wanita usia reproduksi) 6.
17
[ACTH], aldosterone, antidiuretic hormone [ADH]) dan terjadi
pengisian transkapiler, anemia tidak akan terjadi. Jangan tidak
memberi transfusi pada pasien yang hasil hematokritnya relatif
normal (>30%) tetapi ada bukti klinis shock, cedera serius (contoh:
fraktur pelvis terbuka), atau kehilangan darah yang signifikan
secara terus menerus.
Penggunaan transfuse platelet untuk mengobati pasien dengan
thrombocytopenia platelet count <50,000/mL) dan perdarahan terus
menerus.
Bedside diagnostic testing with rapid hemoglobin or hematocrit
machines may quickly identify patients who have physiologically
significant volume deficits and hemodilution. Reported hemoglobin from
ABGs also may be useful in identifying anemia.
Beberapa penelitian telah menhubungkan hematoktrit awal yang
18
Kenaikan kadar amilase dalam waktu 3-6 jam post trauma biasanya
lebih akurat untuk menentukan adany perlukaan pada pankreas.
19
Urinalisis
masa subur6.
Faktor pembekuan darah
Skrining dan jenis darah dari semua pasien yang diduga cedera
trauma tumpul abdomen. Jika cedera sudah diidentifikasi, praktik
ini sangat mengurangi waktu yang diperlukan untuk crossmatch.
20
Lakukan crossmatch awal minimum 4-6 unit bagi pasien tersebut
dengan bukti yang jelas dari cedera abdominal dan ketidakstabilan
hemodinamik.
21
Sampai crossmatched darah tersedia, memanfaatkan O-negatif atau
CBC6.
Skrining obat dan alkohol
Lakukan skrining obat dan alcohol pada pasien-pasien trauma yang
22
2.7.3.2. Pemeriksaan Imaging
1. Foto Rontgen
Pada penderita dengan hemodinamik normal maka
23
melindungi tulang punggung) mungkin berguna untuk mengetahui
udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah
24
Gambar 1. Peritoneal Lavage 10
dari 500 mL 6.
25
seorang sonographer berpengalaman dapat dengan cepat
mengidentifikasi cairan bebas intraperitoneal. Sensitivitas
untuk cedera organ solid yang tidak berkapsul adalah sedang
dalam penelitian. Cedera
26
viscus berongga jarang diidentifikasi, namun bebas cairan
dapat dilihat dalam kasus ini. Untuk pasien-pasien dengan
nyeri yang persisten atau tenderness atau bagi berkembang
menjadi gejala peritoneal, pertimbangkan FAST sebagai
27
28
Gambar 2.
29
lebih jauh mengevaluasi pasien yang stabil dengan cairan bebas.
Sensitivitas dan spesifisitas dari studi ini berkisar antara 85-95% 6.
30
4. Computed Tomography (CT scan)
Meskipun mahal dan berpotensi menghabiskan waktu, CT
scan sering memberikan gambar yang detil dari kelainan
trauma dan dapat membantu dalam penentuan intervensi
pembedahan 2.
intravena 2.
31
32
Gambar 3.
33
Tabel 1. Perbandingan Pemeriksaan DPL, USG, dan CT Scan Pada
Trauma Tumpul 2.
kulit pankreas
Gagal
mengetahui cedera
diafragma usus,
34
da
n
pankreas
2.8. Penatalaksanaan
2.8.1. Survei Primer
Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure)
Survei ini dikerjakan secara serentak dan harus selesai dalam 2-5
menit2.
2.8.1.1 Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas
dgn bebas ?
35
Jika ada obstruksi, lakukan :
Chin lift/ Jaw thrust
Suction
Guedel Airway
Intubasi trakea
2.8.1.2 Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan : Beri
oksigen
2.8.1.3 Circulation
AWAKE A
RESPON BICARA (VERBAL) V
RESPON NYERI P
TAK ADA RESPONS U
Lepaskan baju dan semua penutup tubuh pasien, supaya dapat
dicari semua cidera yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera
leher atau tulang belakang, maka immobilisasi in line harus
36
dikerjakan2.
37
Bagan 1. Manajemen Trauma Tumpul Abdomen pada Dewasa dan
Anak- Anak Dibawah 12 Tahun 10.
38
Pasien gelisah karena hipoksia
Bernafas menggunakan otot nafas tambahan / gerak dada paradoks
39
Sianosis
Waspada adanya benda asing di jalan nafas.
Jangan memberikan obat sedativa pada pasien seperti ini.
4. Menjaga stabilitas tulang leher
5. Pertimbangkan untuk memasang jalan nafas buatan
Indikasi tindakan ini adalah :
Obstruksi jalan nafas yang sukar diatasi
Luka tembus leher dengan hematoma yang membesar
Apnea
Hipoksia
Trauma kepala berat
Trauma dada
Trauma wajah / maxillo-facial
2.
40
Patah tulang iga
Emfisema kulit
Dengan perkusi mencari hemotoraks dan atau
pneumotoraks
41
Auskultasi / dengar (LISTEN)
Suara nafas, detak jantung, bising usus Suara
nafas menurun pada pneumotoraks Suara
nafas tambahan / abnormal 2.
Jika ada distres nafas maka rongga pleura harus dikosongkan dari
udara dan darah dengan memasang drainage toraks segera tanpa menunggu
pemeriksaan sinar X. Jika diperlukan intubasi trakhea tetapi sulit, maka
kerjakan krikotiroidotomi 2.
42
2.11. PENGELOLAAN SIRKULASI
43
Prioritas ketiga adalah perbaikan sirkulasi agar memadai. ‘ Syok’
urine 2.
golongan darah 2.
2.11.1. Urine
Produksi urine menggambarkan normal atau tidaknya fungsi sirkulasi
jumlah seharusnya adalah > 0.5 ml/kg/jam. Jika pasien tidak sadar dengan
44
Penyediaan darah donor mungkin sukar, disamping besarnya risiko
ketidak sesuaian golongan darah, hepatitis B dan C, HIV / AIDS. Risiko
penularan penyakit juga ada meski donornya adalah keluarga sendiri.
Transfusi harus dipertimbangkan jika sirkulasi pasien tidak stabil meskipun
telah mendapat cukup koloid / kristaloid. Jika golongan darah donor yang
sesuai tidak tersedia, dapat digunakan darah golongan O (sebaiknya pack
red cel dan Rhesus negatif.
45
Transfusi harus diberikan jika Hb dibawah 7g / dl jika pasien masih terus
berdarah
2
.
dengan ketamin.
lama (bahkan juga di cuaca tropis). Pasien mudah menjadi dingin tetapi
46
sangat penting. Cairan oral maupun intravena harus dipanaskan 40-42 C.
Resusitasi cairan hipotensif : Pada kasus-kasus dimana penghentian
perdarahan tidak definitive atau tidak meyakinkan volume diberikan dengan
menjaga tekanan sistolik antara 80 - 90 mmHg selama evakuasi. Cairan koloid
keluar, cairan elektrolit masuk ! Hasil penelitian terbaru dengan
47
kelompok kontrol menemukan sedikit efek negatif dari penggunaan
koloid dibandingkan elektrolit untuk resusitasi cairan.
Resusitasi cairan lewat mulut (per-oral) cukup aman dan efisien jika
pasien masih memiliki gag reflex dan tidak ada cedera perut. Cairan yang
diminum harus rendah gula dan garam. Cairan yang pekat akan
menyebabkan penarikan osmotik dari mukosa usus sehingga timbullah
efek negatif. Diluted cereal porridges yang menggunakan bahan dasar
lokal/setempat sangat dianjurkan.
Analgesia untuk pasien trauma dapat menggunakan ketamin dosis
berulang 0,2 mg/kg. Obat ini mempunyai efek inotropik positif dan tidak
mengurangi gag reflex, sehingga sesuai untuk evakuasi pasien trauma
berat 2.
48
asang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus
Setelah kondisi pernafasan dan hemodinamik stabil, maka
pertimbangkan apakah akan dilakukan terapi konservatf atau terapi operatif
2.
49
intraabdomen yang nyata. Terapi konservatif dengan cara observasi, dapat
dilakukan sampai 2x24 jam 9.
rongga perut) 5.
2.13. Pankreas
2.13.1. Anatomi
50
Terletak retroperitoneal melintang di abdomen bagian atas dengan
51
Proc uncinatus (bag caput yg menonjol ke bwh) 11.
Cap
ut
o Meliputi vena cava setinggi L2
o Bagian posterior bertetangga dengan ginjal kanan, v.renalis,
glandula adrenalis
52
Gambar 4. Vaskularisasi Arteri Pankreas
10.
53
Banyak variasi antara:
1. Ductus Santorini
2. Ductus Wirsungi
54
Umumnya ductus santorini < Ductus wirsungi
1. Saraf-saraf simpatis
2. Cabang-cabang N.vagus
Nyeri oleh caput pankreas menyebar ke paramedia
epigastrik
1.
2. Endokrin, terdiri dari 3 jenis sel:
a. α cell
o memproduksi glukagon
meningkatkan glukagon
55
menurunkan kadar glukosa
Hyperglycemic factor
o sel bulat dg dinding tipis
b. β cell
56
o memproduksi insulin
o Hypoglycemic factor
o bertentangan dengan sel α
menurunkan glukagon
meningkatkan glukosa
c. ∂ cell – belum diketahui
Ketiga macam sel ini terdapat di pulau-pulau langerhans: ± 200 rb – 2 juta sel
2.13.3. Fisiologis
Eksokrin
1. Sekretin
Dihasilkan oleh duodenum dan merangsang pengeluaran bikarbonat
2. Pancreozymin
Dihasilkan oleh duodenum dan mungkin juga oleh jejunum dan anthrum
di lambung
57
3. Gastrin
Merangsang asam lambung dan pankreas
58
Terdapat gastrin I dan II
Hormon yang lain adalah Cholecystokinin – menyebabkan relaksasi
59
dari luka pada caput pankreas hanya berguna untuk minor laceratum dan
ductus pancreaticusnya masih utuh, atau sebagai tindakan sementara pada
pasien dengan luka yang multiple sehingga mempermudah operasi dan tidak
memperpanjang masa operasi.formasi dari pankreatikus fistula memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pseudokista atau abses, hal ini
dapat mempengaruhi
60
gangguan elektrolit, excoriasi kulit, dan infeksi sekunder. Sedangkan
pancreatectomy distal merupakan manajejem bila trauma terjadi pada
corpus dan cauda pankreas.Pancreaticoduodenostomy tidak boleh dilakukan
pada bila trauma hanya di caput pankreas saja, tetapi perlu dilakukan paa
trauma hebat dimana terjadi kerusakan pada duodenum dan pankreas dan
Trauma tumpul
61
o Jika dibiarkan lama-lama nyeri abdomen menyeluruh,
leukositosis,
2.14.1. DIAGNOSIS
Pada setiap pasien dengan nyeri perut bagian atas yang hebat timbul tiba-
tiba, perlu dipikirkan kemungkinan pankreatitis akut. Kriteria adanya
pankreatitis akut adalah sebagai berikut
1) Kenaikan kadar amilase serum atau urin atau kadar lipase dalam
serum sedikitnya tiga kali harga normal tertinggi.
2) Atau penemuan ultrasonografi yang sesuai dengan pankreatitis akut.
3) Atau penemuan operasi/autopsi yang sesuai dengan pankreatitis akut
11. Peningkatan amilase atau lipase serum merupakan kunci untuk
diagnosis.
2.15. Prognosis
Prognosis keseluruhan untuk pasien yang menderita trauma tumpul abdominal
adalah baik
62
Tanpa data-data statistik yang menunjukkan bahwa jumlah kematian di
luar rumah sakit dan total jumlah pasien dengan trauma tumpul
perut, gambaran prognosis yang spesifik untuk pasien dengan lcedera
intra- abdominal adalah hal yang sulit.
Angka mortalitas untuk pasien-pasien di rumah sakit adalah sekitar
5-10%
6
.
63
64