Anda di halaman 1dari 3

LEARN TO BECOME A SUCCESSFUL ENTREPRENEUR

Nama Kelompok :
1. Rini Wahyuni, S.Pd
2. Diyah Puspito Rini, S.Pd
3. Mahindra Wisnu Putra S.Pd
4. Mahendrik Ajis Jatmiko, S.Pd
5. Muhammad Hafid, S.Pd
Kelas : VII

1. Definisi Entrepreneur (Wirausaha)


Wirausaha merupakan penggabungan dari dua kata, yaitu : Wira dan Usaha. Wira artinya
manusia yang unggul, sedangkan Usaha adalah bekerja. Jika diartikan secara harfiah, maka makna
dari wirausaha adalah orang yang membuat suatu produk, menentukan cara produksi, menyusun
operasi untuk mengadakan produk baru hingga mengatur permodalan serta pemasarannya.
Secara sederhana, pengertian atau definisi wirausaha adalah suatu proses melakukan
identifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan yang berujung dengan
dibentuknya sebuah usaha. Sedangkan secara umum, definisi wirausaha adalah suatu kegiatan usaha
atau bisnis mandiri dengan kondisi seluruh sumber daya dan upaya dibebankan kepada pelaku
usaha (wirausahawan) dalam mengenali produk baru, menentukan konsep dan proses produksi,
menyusun strategi hingga memasarkan serta mengatur permodalannya. Tujuan adanya kegiatan ini
adalah untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih tinggi dibandingkan saat sebelum diolah.
Orang yang menjalankan kegiatan wirausaha disebut dengan wirausahawan, yang
bertanggung jawab dalam menyusun manajemen operasional dari keseluruhan proses kegiatan
tersebut, mulai dari pengadaan sampai dengan pemasaran produk. Wirausahawan juga selayaknya
mempunyai kemampuan untuk bisa membaca tren pasar agar tidak sampai salah sasaran dalam
memasarkan produknya.

2. Tujuan Berwirausaha
Adapun tujuan utama dari wirausaha tentu saja adalah untuk mendapatkan keuntungan.
Namun, beberapa tujuan lainnya antara lain:
a. Untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan sebelum diolah.
b. Dapat mendorong semangat atau mensosialisasikan pengaruh jiwa wirausaha kepada orang lain.
c. Untuk membantu membangun karakteristik wirausaha yang baik dan kompeten.
d. Untuk menghasilkan banyak wirausahawan yang berkualitas.
e. Untuk membantu membangun kesejahteraan masyarakat.

3. Ciri-ciri dan Karakteristik Wirausaha


Seorang wirausahawan umumnya memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

A. Selalu Berpikir Positif


Berpikir positif adalah suatu hal yang penting jika kamu ingin memulai wirausaha.
Terutama saat kamu akan mengambil keputusan dalam sebuah bisnis.

B. Berani
Berani di sini maksudnya adalah memiliki keberanian untuk mengambil keputusan serta
menghadapi berbagai risiko. Risiko akan selalu ada dalam setiap keputusan yang kamu ambil.
Selain itu juga berani memikul tanggung jawab atas apapun yang terjadi di dalam bisnis tersebut.

C. Berorientasi Pada Masa Depan


Menjadi seorang wirausahawan maka artinya selalu mampu berpikir untuk situasi yang akan
datang. Misalnya, mencari peluang untuk menciptakan bisnis yang lebih sukses di masa yang akan
datang. Seorang yang visioner atau selalu berorientasi pada masa depan, akan menjadikan
kekurangan dan kesalahan di masa lalu sebagai pembelajaran, dan tidak akan terlalu mengingat-
ingat kekurangan atau kegagalan tersebut.
D. Selalu Percaya Diri
Selain bisa untuk selalu berpikir positif, jika ingin menjadi seorang wirausahawan maka
kamu juga perlu memiliki sikap penuh percaya diri. Yakinlah bahwa usaha yang kamu dirikan
sendiri ini bisa sukses. Hal ini bisa turut mendukung pekerjaan yang sedang dijalankan sehingga
diri menjadi lebih termotivasi untuk mewujudkan sebuah usaha yang sukses.yang mungkin terjadi
dalam dunia bisnis. Yakin terhadap kemampuan diri sendiri tanpa bersikap angkuh dan bebal juga
termasuk kepercayaan diri dan daya juang yang tinggi

E. Berorientasi pada Hasil


Menjadi wirausahawan juga berarti kamu mampu berorientasi pada setiap hasil yang
didapatkan. Hal ini penting, karena dalam dunia bisnis akan selalu ada hambatan yang bisa saja
mempengaruhi kamu untuk menyerah. Hal ini juga berkaitan dengan keinginan kuat untuk
mendapat hasil yang maksimal dari segala usaha yang dilakukan.

F. Memiliki Kreativitas dan Inovasi yang Tinggi


Apalah jadinya sebuah bisnis tanpa kreativitas dan keberanian untuk berinovasi? Persaingan
semakin lama akan semakin tinggi, jika produk yang kamu jual tidak bisa berinovasi mengikuti
perkembangan atau tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baru, maka kemungkinan bisnismu akan
ditinggalkan oleh para konsumen.

G. Memiliki Jiwa Kepemimpinan


Bagaimana jika kamu mendirikan sebuah perusahaan, namun tidak memiliki jiwa
kepemimpinan? Saat kamu memutuskan untuk berwirausaha, maka secara otomatis kamu akan
menjadi seorang bos atau pimpinan. Di sini kamu membutuhkan keahlian yang baik dalam
memimpin, memotivasi, dan juga berorganisasi. Bersikap cerdas dalam memercayakan berbagai
pekerjaan pada orang lain dan mendorong pekerjanya memberikan hasil terbaik.

4. Berwirausaha Dalam Pandangan Agama


Dalam pandangan Islam, bekerja dan berusaha merupakan bagian tak terpisahkan dari
kehidupan manusia karena keberadaannya untuk memakmurkan seseorang ke arah yang lebih baik.
Bekerja tidak saja menghidupi diri sendiri, tetapi juga menghidupi orang-orang yang ada dalam
tanggungan dan bahkan bila sudah berkecukupan dapat memberikan sebagian dari hasil kerja untuk
menolong orang lain yang memerlukan.
Dalam konteks kewirausahaan, agama akan mempengaruhi sikap dan perilaku wirausaha
melalui penciptaan nilai, menjalankan kegiatan bisnis dengan lebih menekankan pada moral dan
etika bisnis. Berusaha dalam bidang bisnis dan perdagangan adalah usaha kerja keras. Dalam kerja
keras itu, tersembunyi kepuasan batin yang tidak dinikmati oleh profesi lain. Dunia bisnis
mengutamakan prestasi lebih dulu, baru kemudian prestise, bukan sebaliknya. Prestasi dimulai
dengan kerja keras dalam semua bidang. Bekerja keras merupakan hal yang penting dari
kewirausahaan. Prinsip kerja keras dalam kewirausahaan merupakan langkah nyata yang harus
dilakukan agar dapat menghasilkan kesuksesan, tetapi harus melalui proses yang penuh dengan
tantangan atau risiko.

5. Membangun Ekonomi Umat


Perekonomian Indonesia sedang menghadapi tantangan besar. Tantangan ini terkait upaya
mengubah pola pertumbuhan ekonomi yang sarat tergantung pada sumber daya alam yang
berlimpah dan upah tenaga kerja yang murah, menjadi pola pertumbuhan ekonomi yang lebih
inklusif (inclusive growth) serta ramah lingkungan dan berkelanjutan (green growth). Pertumbuhan
yang inklusif didefinisikan sebagai pertumbuhan yang tidak hanya menghasilkan peluang ekonomi,
tetapi juga menjamin akses yang adil bagi seluruh anggota masyarakat terhadap peluang ekonomi
yang tercipta.
Islam mengajarkan umatnya untuk mengejar kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Kesejahteraan akhirat saya kira kita sudah jelas. Sedangkan kesejahteraan dunia adalah tidak bisa
lepas dari terwujudnya kualitas hidup yang meliputi kesejahtraan harta. Dalam memperoleh harta
harus dengan cara yang baik tidak boleh merugikan orang lain dan tidak boleh membuat kerusakan
(harus menjaga lingkungan). Adapun perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi lainnya adalah dalam hal konsep distribusi kekayaan di tengah masyarakat.
Menurut sistem ekonomi sosialis, distribusi kekayaan di tengah masyarakat dilakukan oleh
negara secara mutlak. Negara akan membagikan harta kekayaan kepada individu rakyat dengan
sama rata, tanpa memperhatikan lagi kedudukan dan status sosial mereka. Akibatnya adalah
meskipun seluruh anggota masyarakat memperoleh harta yang sama, namun penghargaan yang adil
terhadap jerih payah setiap orang menjadi tidak ada. Sebab berapapun usaha dan produktivitas yang
mereka hasilkan, tetap saja mereka memperoleh pembagian harta (distribusi) yang sama dengan
orang lain, meskipun orang tersebut memberikan jerih payah yang kecil atau bahkan sama sekali
tidak bekerja. Karena itulah sistem ekonomi sosialis menolak mekanisme pasar (harga) dalam
distribusi kekayaan.
Suatu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa realitas ekonomi umat dewasa ini sedang
mengalami ketepurukan, hal itu dapat dibuktikan dengan masih banyaknya masyarakat-masyarakat
miskin, masyarakat yang hanya menjadi masyarakat konsumtif, jadi buruh-buruh kasar dan
karyawan-karyawan perusahaan asing yang mayoritas pengusahanya atau sahamnya dikuasai oleh
orang-orang asing, mereka memperoleh keuntungan yang berlimpah dari masyarakat muslim. Dan
jika kita lihat lebih lebih jauh hampir semua negara-negara muslim berada di bawah pengaruh dan
jajahan negara Barat, baik dari segi budaya, politik maupun ekonomi, yang mengakibatkan kondisi
umat Islam dari hari ke hari semakin berada dalam kesulitan dan keterpurukan, Sehingga telah
menggiring dan mempengaruhi semua aturan-aturan Islam kepada aturan mereka, mulai dari
perilaku, peradaban sampai kepada sistem ekonomi, dan tanpa sadar umat Islam sendiri telah
melakukan praktek-praktek yang tidak sesuai dengan aturan-aturan dan sistem ekonomi Islam, kita
lebih memilih ekonomi ala kapitalis, sosialis dan bahkan komunis daripada sistem Islam sendiri
yang telah dijamin oleh Allah akan kesuksesannya, yang pada akhirnya umat Islam terus dijajah
dengan kebijakan-kebijakan ekonomi yang bertentangan dengan ajaran dan norma-norma Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Diakses pada tanggal 05 Juli 2022 dari https://money.kompas.com › Money › Whats New

Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2002)

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Cet. Ke-1, (Jakarta, Gema Insani Press,1997)

"Wirausaha Muda Mandiri" Diakses pada tanggal 2022-07-05

Anda mungkin juga menyukai