Anda di halaman 1dari 31

Analisis Portofolio Optimal Saham Sebelum Dan Saat Terjadinya Krisis Keuangan

Global Pada Sektor Perbankan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-

2012

Amadeo Apraba Ramya

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat

Jln. Brigjen. H. Hasan Basri, Kotak Pos 219, Banjarmasin 70123, Kalimantan Selatan,

Email: deoapraba@gmail.com

ABSTRACT

This study was done to knows the magnitude of the different levels of return and risk
portfolio optimal formed of bank stocks listed on the Indonesia Stock Exchange before and
during the Global Financial Crisis years 2003-2012

Objects on this research is bank stocks listed on the the Indonesia Stock Exchange
(January 2003 - December 2012). The samples of this study gathered 19 consistent bank
stocks listed on the the Indonesia Stock Exchange, and The samples of this study is stocks
which were consistent on Indonesia Stock Exchange, active to trading on Indonesia Stock
Exchanges and available complete in January 2003 - Desember 2012.

Optimum portfolio by using Single Index Model formed before the Global Financial
Crisis produce has made Portfolio Return is 3.61% and Portfolio Risk is 4.56%, While ,
during the global financial crisis produce has made Portfolio Return is 1.87% and Portfolio
Risk is 5.29%. These results show that there are differences stock between return dan risk
portfolio optimum stock before and during the global financial crisis by Single Indeks Model
years January 2003 – December 2012.

Keywords : Optimum Stock Portfolio, Single Index Model, Global Financial Crisis.

1
ABSTRAK.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya perbedaan tingkat return dan
risiko portofolio optimal yang dibentuk dari saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Sebelum dan Saat terjadinya Krisis Keuangan Global tahun 2003-2012.

Objek pada penelitian ini adalah saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun Januari 2003 - Desember 2012. Sampel yang diperoleh sebanyak 19 saham
perbankan yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan data diperoleh dari saham
yang aktif melakukan transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia serta tersedia lengkap
periode Januari 2003 - Desember 2012.

Perbedaan Portofolio optimal yang dibentuk menggunakan Model Indeks Tunggal


sebelum krisis keuangan global menghasilkan Return portofolio ( ) sebesar 3.61% dengan
risiko portofolio ( ) sebesar 4.56%, sedangkan saat terjadinya krisis keuangan global Return
portofolio ( ) yang dihasilkan sebesar 1.87% dengan risiko portofolio ( ) sebesar 5.29%.
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara return dan risiko portofolio optimal
saham sektor perbankan sebelum dan saat terjadinya krisis keuangan global dengan Model
Indeks Tunggal pada tahun Januari 2003- Desember 2012.

Kata kunci : Portofolio Optimal Saham, Model Indeks Tunggal, Krisis Keuangan Global.

2
PENDAHULUAN

Peristiwa krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat adalah peristiwa dimana
sektor perekonomian negara adidaya Amerika Serikat mengalami guncangan yang berawal
dari pemberian kedit murah perumahan (Subprime Mortgages) bagi debitur, tetapi karena
kurangnya pengawasan dari pemerintah dan lembaga keuangan di Amerika Serikat, maka
terjadi kegagalan pembayaran (kredit macet) oleh para debitur tersebut. Sehingga hal tersebut
mengguncang perekonomian negara dan seperti memiliki efek domino bagi negara-negara
berkembang lainnya. Perekonomian dunia mengalami gejolak disebabkan dari efek krisis
keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan mempengaruhi negara lain di seluruh dunia.

Sektor Pasar Modal di Indonesia sendiri juga terkena dampak krisis keuangan global
mulai pada tahun 2008 tepatnya pada bulan Januari 2008. Pada akhir bulan Januari 2008 pasar
modal dikejutkan dengan pengungkapan kerugian Citybank sekitar 30% akibat dari kasus
Subprime Mortgage di Amerika Serikat (Jogiyanto,2009). Subprime Mortgage merupakan
kredit perumahan berisiko tinggi di Amerika Serikat, kredit ini diberikan kepada para nasabah
dengan posisi keuangan mereka yang kurang sehat dan akad kredit ini kemudian dijaminkan
kembali kepada perusahaan keuangan untuk mendapatkan pinjaman uang kembali.

Akibat dari peminjam kredit merupakan nasabah – nasabah kurang sehat


keuangannya, maka banyak terjadi kredit macet sehingga menimbulkan kerugian yang besar
pada beberapa investmen bank dan hedge fun. Akibat lebih lanjutnya, mereka menarik
portofolio di pasar modal seluruh dunia yang mengakibatkan kejatuhan nilai indeks pasar
modal seluruh dunia, salah satunya IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan).

Ditengah ancaman pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia akibat krisis keuangan,


perekonomian Indonesia juga akan mendapat tekanan yang cukup berat. Pelemahan
pertumbuhan ekonomi memberikan tekanan cukup besar bagi kinerja keuangan.Perbankan
sebagai sektor penting dalam menghimpun dan menyalurkan dana juga mendistribusikan uang
ke berbagai sektor di Indonesia diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi dengan lebih
bijak dalam menjaga nilai tukar dan tingkat suku bunga agar perekenomian di Indonesia dapat
terjaga dan tetap meyakinkan investor bahwa berinvestasi pada sektor keuangan dapat
memberikan keuntungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Upaya untuk mengatasi

3
dampak krisis keuangan global yang mempengaruhi kestabilan perekonomian Indonesia pada
sektor Perbankan, BI menempuh beberapa langkah, yaitu memperkuat likuiditas sektor
perbankan, menjaga pertumbuhan kredit pada tingkat yang sesuai untuk mendukung target
pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan terkait neraca pembayaran selain menjaga kestabilan
suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap dollar.

Analisis investasi sering menjadi masalah yaitu tentang penafsiran risiko yang
dihadapi oleh investor. Teori keuangan menjelaskan bahwa apabila tingkat risiko meningkat,
maka tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor akan meningkat. Sehingga untuk
meminimalisir risiko saham maka investor dapat berinvestasi dalam berbagai jenis saham dan
membentuk portofolio (Fabozzi,1999).

Instrumen investasi tersebut meliputi saham, obligasi, valas, deposito, indeks harga saham,
produk derivatif lainnya (Samsul,2006). Dalam berinvestasi, perlu juga adanya pertimbangan
bahwa tidak selalu keuntungan yang besar yang diperoleh akan tetapi, tingkat keuntungan
yang diharapkan juga disertai dengan tingkat risiko yang beragam baik itu risiko sistematik
dan risiko tidak sistematik.

Menurut Jogiyanto (2003), return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah.
Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus
ditanggung, semakin besar return yang akan diperoleh. Maka dari itu, berinvestasi pada aset
dengan risiko yang kecil, return yang akan diperoleh juga kecil. Risiko pada suatu sekuritas
tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, akan tetapi, risiko dapat diminimalisir dengan melakukan
diversifikasi. Diversifikasi ini dapat dilakukan dengan tidak menurunkan keuntungan (return)
yang diharapkan. Investor dapat melakukan diversifikasi dengan cara membentuk portofolio
optimal (Jogiyanto,2003). Portofolio juga diartikan sebagai kombinasi beberapa aktiva yang
diinvestasikan oleh investor, baik perorangan maupun institusi. Dalam pasar modal, portofolio
dikaitkan dengan portofolio aktiva finansial yaitu kombinasi beberapa saham sehingga
investor dapat memperoleh return optimal dan memperkecil risk (Sumariyah,1997). Menurut
Elton dan Gruber (1997) analisis portofolio berkenaan dengan keinginan memperoleh
sekuritas untuk dimiliki.

Penelitian ini mengoptimalkan tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat


risiko yang minimum dengan menekan risiko tersebut seminimal mungkin sebelum dan saat
krisis keuangan terjadi.

4
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini berjudul “Analisis
Portofolio Optimal Saham Sektor Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
Sebelum dan Saat Terjadinya Krisis Keuangan Global Tahun 2003-2012”.

Rumusan Masalah penelitian ini adalah "Apakah terdapat perbedaan pembentukan portofolio
optimal saham sebelum krisis keuangan global dan saat terjadi krisis keuangan global pada
sektor perbankan di Indonesia?”

Tujuan Penelitian. Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah maka tujuan penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui apakah terdapat perbedaan
sebelum dan saat terjadinya krisis keuangan global terhadap pembentukan portofolio optimal
saham pada sektor perbankan”.

Kerangka Pikir. Model indeks tunggal digunakan untuk membentuk portofolio optimal saham
sebelum dan saat terjadinya Krisis Keuangan Global. Maka kerangka pikir yang digunakan
dalam penelitian seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini

5
Gambar 1
Kerangka Pikiran

Klasifikasi data

Pembentukan
Portofolio
Optimal

Sebelum krisis Saat krisis


keuangan keuangan
global global

Model Indeks
Tunggal

Analisis tingkat return dan risiko portofolio


optimal saham Model Indeks Tunggal

Uji Statistik perbandingan portofolio


saham sebelum dan saat terjadinya
krisis keuangan global

Kesimpulan

Hipotesis. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan portofolio optimal saham perbankan
sebelum dan saat terjadinya krisis keuangan global, digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho = Tidak terdapat perbedaan pembentukan portofolio saham sebelum krisis keuangan

global dan saat terjadinya krisis keuangan global.

H1 = Terdapat perbedaan pembentukan portofolio saham pada sebelum krisis keuangan


global dan pada saat terjadinya krisis keuangan global.

6
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kuantitatif yang dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan variabel yang diteliti dalam
suatu situasi dengan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dengan mengambil harga
saham pada saat penutupan yang terbagi dalam beberapa periode yaitu sebelum terjadinya
krisis keuangan global dari tahun 2003 – 2007 dan pada saat terjadinya krisis keuangan global
dari tahun 2008 – 2012.

Objek penelitian ini adalah saham pada sektor perbankan, yaitu 32 perusahaan
perbankan yang terdapat di Indonesia dan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2003-
2012 dan perbankan yang terpilih untuk membentuk portofolio optimal dilihat melalui data
perdagangan saham pada saat penutupan (Closing Price). Berikut merupakan objek penelitian
yaitu saham perbankan yang tercatat di di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2012 :

Tabel 1

No Daftar Perbankan Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2012


1 PT. Bank Mandiri, Tbk 17 PT. Bank BPD Jawa Barat dan Banten, Tbk
2 PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk 18 PT. Bank BPD Jawa Timur, Tbk
3 PT. Bank Central Asia, Tbk 19 PT. Bank QNB Kesawan, Tbk
4 PT. Bank Negara Indonesia, Tbk 20 PT. Bank Bumi Arta. Tbk
5 PT. Bank CIMB Niaga, Tbk 21 PT. Bank Sinarmas, Tbk
6 PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk 22 PT. Bank Of India Indonesia, Tbk
7 PT. Pan Indonesia Bank, Tbk 23 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk
8 PT. Bank Permata, Tbk 24 PT. Bank Victoria Internasional, Tbk
9 PT. Bank International Indonesia, Tbk 25 PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk
10 PT. Bank Tabungan Negara, Tbk 26 PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk
11 PT. Bank ICB Bumiputera, Tbk 27 PT. Bank Wingu Kentjana Internasional, Tbk
12 PT. Bank Capital Indonesia, Tbk 28 PT. Bank Mega, Tbk
13 PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk 29 PT. Bank OCBC NISP, Tbk
14 PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk 30 PT. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
15 PT. Bank Mutiara, Tbk 31 PT. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk
16 PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk 32 PT. Bank Bukopin, Tbk
Sumber : IDX Statistik 2012

Teknik analisis pembentukan portofolio optimal dengan model indeks tunggal adalah

menganalisis sekuritas dengan menggunakan rasio excess return to beta (ERB). Analisis

7
dilakukan dengan menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat risiko dan tingkat

return masing-masing sekuritas yang diamati, dengan diketahuinya tingkat return saham dan

koefisien beta. Nilai ERB kemudian dibandingkan dengan nilai Cut-off Rate (Ci). Cut-off Rate

(Ci) merupakan perbandingan antara varian return pasar dengan return sekuritas individu

terhadap varian errors sekuritas. Sekuritas-sekuritas yang memiliki nilai ERB lebih besar dari

pada nilai Cut-off Rate (Ci) akan menjadi kandidat porofolio optimal saham, sedangkan

sekuritas-sekuritas yang nilai ERB lebih kecil daripada nilai Cut-off Rate (Ci), tidak dapat

dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal saham dan nilai Cut-off Rate (Ci) yang

paling besar disebut Cut-off Point (C*).

Analisis portofolio optimal saham perbankan sebelum dan saat terjadinya krisis

keuangan global dengan Model Indeks Tunggal ini dilakukan menggunakan Microsoft Excel

2010 dan setelah portofolio optimal saham terbentuk, dibandingkan kembali dengan SPSS 21

for Windows yang berfungsi untuk mengetahui perbedaan portofolio saham perbankan

sebelum dan saat krisis keuangan global terjadi.

Saham perbankan dijadikan sebagai objek penelitian karena karena merupakan sektor

penting bagi Indonesia untuk tetap menjaga stabilitas ekonomi di Indonesia dan bank sangat

terkait dengan penyediaan modal bagi usaha atau perdagangan, sehingga perekonomian dapat

berputar dan agenda liberalisasi menuju target sasaran, yakni sektor perbankan.

Selain itu, perkembangan harga saham sektor perbankan pada Bursa Efek Indonesia

pada periode sebelum krisis keuangan global mengalami pasang surut, pasalnya banyak

analisis dari pengamat ekonomi memperkirakan bahwa akan terjadi krisis keuangan global dan

resesi ekonomi dunia akan terasa pada tahun berikutnya, dan benar saja dampak dari krisis

8
keuangan global memberikan sentimen buruk bagi lembaga keuangan bank dan non bank di

Indonesia.

Model Indeks Tunggal. William Sharpe (1963) mengembangkan model yang disebut dengan

model indeks tunggal (single-index model). Model ini dapat digunakan untuk

menyederhanakan perhitungan pada model Markowitz dengan menyediakan parameter-

parameter input yang dibutuhkan di dalam perhitungan model Markowitz.

Disamping itu, model indeks tunggal dapat juga digunakan untuk menghitung return

ekspektasi dan risiko portofolio (Jogiyanto,2003). Indeks tunggal dikembangkan sebagai

penyempurnaan dari model Markowitz, dimana dalam model Indeks Tunggal investor

mempunyai banyak pilihan untuk memasukkan aktiva bebas risiko dalam portofolio. Model

ini beranggapan bahwa harga dari suatu sekuritaas selalu fluktuatif searah dengan indeks

harga pasar. Model ini disebut Sharpe single indeks model karena dikembangkan oleh William

Sharpe (1963) dan digunakan untuk memperkirkan hasil return berbagai sekuritas individual

maupun portofolio. Model Indeks Tunggal dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ri = α + β.RM + εi

Di mana: Ri = return saham, Rm = return pasar, α = konstanta yang merupakan titik potong

garis regresi dengan sumbu vertikal, dan β = slope garis regresi.

Langkah-langkah perhitungan dengan Model Indeks Tunggal adalah :

1. Expected Return (Rt)

Sebelum mencari nilai expected return (Rt), maka terlebih dahulu dicari nilai return saham

individu (Ri) untuk saham kandidat portofolio berdasarkan harga saham bulanan selama

9
periode observasi, setelah didapat Ri maka expected return dapat diketahui dengan

persamaan berikut ini:

∑ Rij
Ri =

Keterangan:

E ( Ri ) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi

Rij = Tingkat keuntungan saham individu

N = Jumlah periode investasi.

2. Tingkat bunga bebas risiko (Rf).

Risk Free (Rf) dicari dan dihitung dari data Suku Bunga SBI. Hal ini berdasarkan asumsi

bahwa kemungkinan risiko BI tidak membayar bunga sangat kecil.

3. Standar Deviasi σ digunakan untuk mengukur risiko dari realized return, yang dapat

dihitung dengan program Microsoft Excel menggunakan rumus STDEV.

σ =∑nt=

Keterangan:

σ = standar deviasi

Xi = realized return saham-i

X = rata-rata realized return saham-i

n = jumlah realized return saham-i

10
4. Variance (a2i) digunakan untuk mengukur risiko expected return saham-i. Variance dapat

dihitung dengan cara, yaitu mengkuadratkan standar deviasi atau dihitung dengan program

Microsoft Excel menggunakan rumusVAR atau menggunakan rumus:

Var = a2i

5. Beta βi adalah risiko dari saham individual, menghitung keserongan (slope) realized return

suatu saham dengan realized return pasar (IHSG) dalam periode tertentu. Beta digunakan

untuk menghitung Excess Return to Beta (ERB) dan Beta yang diperlukan untuk menghitung

Cut-Off Point (Ci). Beta dapat dihitung dengan program Microsoft Excel menggunakan

rumus Slope.

βi=

Keterangan:

βi = beta saham-i

σi = standar deviasi saham-i

σm = standar deviasi pasar

= korelasi realized return saham 5 dengan realized return pasar

6. Alpha Index. (Ai) merupakan intercept realized return saham-i dengan realized return pasar

(IHSG), membandingkan perhitungan realized return sahami dengan realized return pasar

(IHSG) dalam periode waktu tertentu. Alpha digunakan untuk menghitung variance error

(ei). Alpha dihitung dengan program Microsoft Excel menggunakan rumus Intercept atau

menggunakan rumus:

αi = Ri-βi* Rm

11
Keterangan:

αi = alpha saham ke-i

βi = beta saham ke-i

Rm = return pasar

7. Excess Return to Beta (ERB) digunakan untuk mengukur return premium saham relative

terhadap satu unit risiko yang tidak dapat di diversifikasikan yang diukur dengan Beta. ERB

menunjukkan hubungan antara return dan risiko yang merupakan faktor penentu investasi.

ERBi =

Keterangan:

ERBi = Excess Return to Beta saham-i

E(Ri) = expected return saham -i

Rf = risk free rate of return

βi = beta saham-i

8. Nilai Alpha Index (Ai) dihitung untuk mendapatkan nilai Ai, dan Beta (Bi) dihitung untuk

mendapatkan nilai Beta Bi, keduanya diperlukan untuk menghitung nilai Cutt-off Rate (Ci).

Penentuan nilai Ai dan Bi untuk masing saham ke-i sebagai berikut:

Ai =

βi dicari dengan persamaan:

βi =

12
Keterangan:

E(Ri) = expected return saham ke-i

Rf = risk free rate of return

βi = beta saham ke-i

= variance saham ke-i (unique risk).

9. Cut-Off Rate (Ci) merupakan nilai C untuk saham ke-i yang dihitung dari akumulasi nilai-

nilai Ai sampai dengan Ai dan nilai-nilai Bi sampai dengan Bi. Nilai Ci merupakan hasil

bagi varian pasar dan return premium terhadap variance error saham dengan varian pasar

dan sensitivitas saham individual terhadap variance error saham.

( )
∑nt=
Ci =
∑n
t-

Keterangan:

cr2m = variance realized return pasar (IHSG)

10. Cut-Off Point (C*) merupakan nilai Ci terbesar dari sederetan nilai Ci saham, dihitung

dengan program Microsoft Excel menggunakan rumus MAX.

11. Pembentukan Portofolio Saham. Saham-saham yang akan dimasukkan dalam pembentukan

portofolio optimal adalah saham-saham yang nilai ERBnya lebih besar dari nilai cut off

point (C*). Nilai cut off point (C*) ditentukan berdasarkan nilai ERB terakhir yang masih

lebih besar dari nilai cut off rate (Ci).

12. Menghitung Proporsi Dana. Proporsi dana pada masing-masing saham yang masuk dalam

pembentukan portofolio optimal dihitung dengan rumus berikut:

13

Dimana:

Xi = Proporsi saham-i

13. Expected return portofolio E(Rp) merupakan rata-rata tertimbang dari return individual

masing-masing saham pembentuk portofolio, dihitung dengan menggunakan rumus:

E(Rp) = ∑

Keterangan:

E(Rp) = Expected Return portofolio

Xi = proporsi dana saham ke-i

E(Ri) = Expected Return saham ke-i

14. Risiko atau standar deviasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari standar deviasi

individual masing-masing saham pembentuk portofolio, dihitung dengan menggunakan

rumus :

=∑

15. Solver merupakan aplikasi dalam Microsoft Excel yang berfungsi untuk meminimalisasi

risiko portofolio optimal saham dengan tingkat return tertentu. Solver dapat digunakan

setelah portofolio optimal saham telah dilakukan dan menghasilkan tingkat return dan

risiko tertentu. Penggunaan solver yaitu dengan memasukkaan hasil dari perhitungan return

dan risiko portofolio optimal saham dan tingkat proporsi dana tiap saham perbankan.

Tujuan dalam membentuk portofolio optimal adalah mendapat return tertentu dengan

14
tingkat risiko yang rendah, maka dalam penggunaan solver memiliki tujuan untuk

meminimalkan tingkat risiko seminimal mungkin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1

Perhitungan ERB Sebelum Terjadinya Krisis Keuangan Global (2003-2007)

Saham E(Ri) Rf βi ERB = ( E(Ri) - Rf) / βi


BSWD 0.0301 0.000131 0.0052 5.7200
BMRI 0.0305 0.000131 0.0625 0.4855
BCIC 0.0131 0.000131 0.0447 0.2897
BEKS 0.0204 0.000131 0.0933 0.2171
BVIC 0.0303 0.000131 0.1863 0.1622
BNGA 0.0362 0.000131 0.2752 0.1312
BDMN 0.0457 0.000131 0.5128 0.0889
PNBN 0.0314 0.000131 0.4678 0.0669
Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 1 memperlihatkan hasil perhitungan nilai Excess Return to Beta (ERB) pada periode

2003-2007 yaitu sebelum terjadinya krisis keuangan global. Tiap saham individu di atas

memiliki nilai ERB yang positif dan juga negatif. Dalam pembentukan portofolio optimal

memiliki syarat bahwa saham-saham yang dijadikan portofolio optimal harus memiliki nilai

ERB yang positif. Pada saham perbankan di tabel tersebut nilai ERB PT. Bank Nusantara

Parahyangan, Tbk (BBNP) memiliki nilai ERB yang negatif, maka saham perbankan tersebut

tidak dapat dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal.

15
Tabel 2

Perhitungan Cut-off Rate ( ) dan Penyeleksian Saham pada Model Indeks Tunggal

(periode 2003-2007).

No Saham Ai Bi Ci ERB

1 BSWD 0.0001 1.0000 0.0001 5.7200

2 BMRI 0.0031 1.0064 0.0031 0.4855

3 BCIC 0.0003 1.0010 0.0003 0.2897

4 BEKS 0.0007 1.0032 0.0007 0.2171

5 BVIC 0.0036 1.0233 0.0035 0.1622

6 BNGA 0.0067 1.0514 0.0064 0.1312

7 BDMN 0.0443 1.4988 0.0296 0.0899

8 PNBN 0.0191 1.2858 0.0149 0.0669

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 2 memperlihatkan perhitungan Cut-off Rate ( ) dan penyeleksian saham yang akan

dimasukkan ke dalam portofolio optimal pada periode 2003-2007, yaitu sebelum terjadinya

krisis keuangan global. Ketentuan dari saham yang ingin dibentuk kedalam portofolio optimal

adalah bahwa nilai Excess Return to beta harus lebih besar dari nilai Cut Of Rate (ERB > Ci).

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa semua kandidat saham memiliki nilai ERB lebih besar

dari nilai Cut Of point. Maka keseluruhan saham pada tabel tersebut dapat dibentuk ke dalam

portofolio optimal. Setelah diketahui besaran nilai ERB terhadap nilai Cut of Rate (Ci) dapat

ditentukan nilai Cut of Point (C*) yang diambil dari nilai Cut Of Rate (Ci) terakhir dari saham

yang termasuk dalam pembentukan portofolio optimal.

16
Tabel 3

Proporsi Dana ( ) Masing-Masing Saham pada Model Indeks Tunggal (periode2003-

2007).

No Saham ERB

1 BSWD 0.2201 5.7200 5.7052 1.26 8.85%

2 BMRI 6.4806 0.4855 0.4706 3.05 21.50%

3 BCIC 1.4434 0.2897 0.2748 0.40 2.80%

4 BEKS 2.1419 0.2171 0.2022 0.43 3.05%

5 BVIC 7.5756 0.1622 0.1473 1.12 7.87%

6 BNGA 11.8033 0.1312 0.1164 1.37 9.68%

7 BDMN 61.4776 0.0889 0.0740 4.55 32.08%

8 PNBN 38.6105 0.0669 0.0520 2.01 14.16%

∑=14.18 ∑=100%

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 3 memperlihatkan besarnya proporsi dana ( ) yang di investasikan untuk setiap saham

yang terdapat di dalam portofolio optimal sebelum terjadinya krisis keuangan global (tahun

2003-2007). Dapat dilihat pada tabel di atas, dari 8 saham portofolio optimal proporsi dana

paling besar ditujukan pada saham BDMN (PT. Bank Danamon, Tbk) sebesar 32.08%. hal itu

berarti dari 100% proporsi dana investasi, sebesar 32.08% di investasikan kepada saham

BDMN (PT. Bank Danamon, Tbk), selanjutnya 21.50% kepada saham BMRI (PT. Bank

Mandiri, Tbk), 14.16% pada saham PNBN (PT. Bank Pan Indonesia, Tbk), 9.68% pada saham

BNGA (PT. Bank Niaga, Tbk), 8.85% pada saham BSWD (PT. Bank of India Indonesia,

Tbk), 7.87% pada saham BVIC (PT. Bank Victoria Indonesia, Tbk), 3.05% pada saham BEKS

17
(PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk) dan tingkat proporsi dana terkecil di investasikan pada

saham BCIC (PT. Bank Mutiara, Tbk). Perhitungan proporsi dana tersebut dapat menjadi

sumber informasi bagi investor terhadap dana yang akan diinvestasikannya.

Tabel 4
Return dan Risiko Portofolio Sebelum Menggunakan Solver

Return Portofolio Risiko Portofolio


3.61% 5,77%
Sumber: Data diolah, 2013

Berdasarkan pada tabel 4, portofolio optimal yang terbentuk sebelum menggunakan solver

adalah return portofolio sebesar 3.61% dan risiko portofolio sebesar 5,77%. Hasil dari kinerja

portofolio optimal diatas akan dioptimalisasi kembali dengan fasilitas solver.

Tabel 5
Proporsi Dana ( ) Masing-masing Obligasi pada Model Indeks Tunggal
Setelah Menggunakan Solver
No Saham

1 BSWD 9.81%

2 BMRI 29.69%

3 BCIC 5.14%

4 BEKS 1.28%

5 BVIC 1.57%

6 BNGA 18.98%

7 BDMN 33.53%

8 PNBN 0.00%

Sumber : Data diolah, 2013

Pada tabel 5 memperlihatkan besarnya proporsi dana ( ) yang di investasikan untuk setiap
saham yang terdapat di dalam portofolio optimal sebelum terjadinya krisis keuangan global
(tahun 2003-2007) setelah menggunakan solver. Dapat dilihat pada tabel di atas, dari 8 saham

18
portofolio optimal proporsi dana paling besar ditujukan pada saham BDMN sebesar 33.53%.
hal itu berarti dari 100% proporsi dana investasi, sebesar 33.53% di investasikan kepada
saham BDMN, selanjutnya 29.69% kepada saham BMRI, 18.98% pada saham BNGA, 9.81%
pada saham BSWD, 5.14% pada saham BCIC, 1.57% pada saham BVIC, 1.28% pada saham
BEKS. Dan tingkat return dan risiko setelah menggunakan solver adalah sebagai berikut :

Tabel 6
Return dan Risiko Portofolio Setelah Menggunakan Solver

Return Portofolio Risiko Portofolio


3.61% 4.56%
Sumber: Data diolah, 2013

Pada tabel 6 menunjukkan perbedaan penurunan risiko portofolio setelah menggunakan solver

sebesar 1.21%, hal itu berarti dengan menggunakan solver risiko portofolio saham dapat

diminimalkan berdasarkan ketentuan-ketentuan penggunaan solver yang telah disebutkan.

Sedangkan return portofolio tidak terdapat perubahan atau tetap, karena tujuan dari penggunan

solver adalah untuk meminimalisasi risiko dengan tingkat return tertentu.

Tabel 7

Perhitungan nila ERB Saat Krisis Keuangan Global Terjadi (tahun 2008-

2012).

No Saham ̅ ̅ ERB

1 BABP 0.0252 0.0001 0.0251 0.0243 1.0341

2 BEKS 0.0156 0.0001 0.0155 0.0560 0.2765

3 NISP 0.0188 0.0001 0.0187 0.1051 0.1776

4 MEGA 0.0193 0.0001 0.0192 0.1087 0.1768

5 BKSW 0.0086 0.0001 0.0085 0.0545 0.1556

6 BBCA 0.0202 0.0001 0.0201 0.2018 0.0999

19
7 BMRI 0.0221 0.0001 0.0220 0.2733 0.0805

8 BBNI 0.0245 0.0001 0.0244 0.3223 0.0757

9 BNGA 0.0158 0.0001 0.0158 0.2234 0.0705

10 INPC 0.0097 0.0001 0.0096 0.1740 0.0550

11 BVIC 0.0049 0.0001 0.0048 0.0950 0.0509

12 BBRI 0.0184 0.0001 0.0183 0.3693 0.0496

13 PNBN 0.0077 0.0001 0.0076 0.1571 0.0484

14 BNLI 0.0147 0.0001 0.0146 0.3743 0.0391

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 7 menunjukkan pemeringkatan saham berdasarkan nilai ERB. Nilai ERB dihitung untuk

mengukur tingkat return terhadap suatu risiko individu yang tidak dapat di diversifikasi (Beta).

Pada tabel diatas saham BABP (PT.Bank ICB Bumiputera,tbk) berada di peringkat atas

dengan nilai 1.0341 hal itu berarti saham BABP merupakan saham dengan kinerja terbaik

dibandingkan dengan saham-saham lainnya.

Tabel 8

Perhitungan Cut-off Rate ( ) dan Penyeleksian Obligasi pada


Model Indeks Tunggal
No. Saham Ai Bi Ci ERB
1 BABP 0.0001 1.0001 0.0001 1.0341
2 BEKS 0.0002 1.0008 0.0002 0.2765
3 NISP 0.0006 1.0032 0.0006 0.1776
4 MEGA 0.0016 1.0089 0.0016 0.1768
5 BKSW 0.0004 1.0024 0.0004 0.1556
6 BBCA 0.0038 1.0377 0.0036 0.0999
7 BMRI 0.0031 1.0380 0.0029 0.0805
8 BBNI 0.0025 1.0331 0.0024 0.0757
9 BNGA 0.0015 1.0212 0.0015 0.0705
10 INPC 0.0008 1.0151 0.0008 0.0550
11 BVIC 0.0002 1.0036 0.0002 0.0509
12 BBRI 0.0039 1.0796 0.0037 0.0496

20
13 PNBN 0.0006 1.0127 0.0006 0.0484
14 BNLI 0.0029 1.0735 0.0027 0.0391
Sumber : Data diolah, 2013

Pada tabel 9 menunjukkan perhitungan Cut-off Rate ( ) dan penyeleksian saham yang akan

dimasukkan ke dalam portofolio optimal pada saat terjadinya krisis keuangan global tahun

2008 – 2012. Ketentuan dari saham yang ingin dibentuk kedalam portofolio optimal adalah

bahwa nilai Excess Return to beta harus lebih besar dari nilai Cut Of Rate (ERB > Ci). Dapat

dilihat pada tabel di atas bahwa semua kandidat saham memiliki nilai ERB lebih besar dari

nilai Cut Of point. Maka keseluruhan saham pada tabel tersebut dapat dibentuk ke dalam

portofolio optimal. Setelah diketahui besaran nilai ERB terhadap nilai Cut of Rate (Ci) dapat

ditentukan nilai Cut of Point (C*) yang diambil dari nilai Cut Of Rate (Ci) terakhir dari saham

yang ternasuk dalam pembentukan portofolio optimal.

Tabel 10

Proporsi Dana ( ) Masing-Masing Saham pada Model Indeks Tunggal

(periode 2003-2007).

̅ ̅
No Saham

1 BABP 0.5635 1.0341 1.0314 0.58 4.13%

2 BEKS 1.9719 0.2765 0.2738 0.54 3.84%

3 NISP 4.0887 0.1776 0.1750 0.72 5.09%

4 MEGA 10.9032 0.1768 0.1741 1.90 13.50%

5 BKSW 6.0065 0.1556 0.1529 0.92 6.53%

6 BBCA 25.0516 0.0999 0.0972 2.43 17.31%

7 BMRI 18.5968 0.0805 0.0778 1.45 10.29%

21
8 BBNI 13.7560 0.0757 0.0730 1.00 7.14%

9 BNGA 12.6801 0.0705 0.0679 0.86 6.12%

10 INPC 11.6549 0.0550 0.0524 0.61 4.34%

11 BVIC 5.1267 0.0509 0.0482 0.25 1.76%

12 BBRI 28.8520 0.0496 0.0469 1.35 9.63%

13 PNBN 10.7886 0.0484 0.0458 0.49 3.51%

14 BNLI 26.2797 0.0391 0.0364 0.96 6.80%

14.18 100%

Sumber: Data diolah, 2013

Tabel 10 menunjukkan besarnya proporsi dana ( ) yang di investasikan untuk setiap saham

yang terdapat di dalam portofolio optimal saat terjadinya krisis keuangan global (tahun 2008-

2012). Dapat dilihat pada tabel di atas, dari 14 saham portofolio optimal proporsi dana paling

besar ditujukan pada saham BBCA (PT.Bank Central Asia,tbk) sebesar 17.31%. hal itu berarti

dari 100% proporsi dana investasi, sebesar 17.31% di investasikan kepada saham BBCA

(PT.Bank Central Asia,tbk), selanjutnya 13.50% pada saham MEGA (PT.Bank Mega,tbk),

10.29% kepada saham BMRI (PT.Bank Mandiri,Tbk), 9.63% pada saham BBRI (PT.Bank

Rakyat Indonesia,tbk), 7.14% pada saham BBNI (PT.Bank Negara Indonesia,tbk), 6.80% pada

saham BNLI (PT.Bank Permata,tbk), 6.53% pada saham BKSW (PT.Bank QSB

Kesawan,tbk), 6.14% pada saham BNGA (PT.Bank Niaga Indonesia,tbk), 5.09% pada saham

NISP (PT.Bank OCBC NISP,tbk), 4.34% pada saha INPC (PT.Bank Artha Graha

International,tbk), 4.13% pada saham BABP (PT.Bank ICB Bumiputera,tbk), 3.84% pada

saham BEKS (PT.Bank Pundi Indonesia,tbk), 3.51% pada saham PNBN (PT.Bank Pan

Indonesia,tbk), dan tingkat proporsi dana terkecil untuk diinvestasikan adalah saham BVIC

(PT.Bank Victoria,tbk) sebesar 1.76%.

22
Tabel 11
Return dan Risiko Portofolio Sebelum Menggunakan Solver

Return Portofolio Risiko Portofolio


1.82% 6.52%
Sumber: Data diolah, 2013

Berdasarkan pada tabel 11 menunjukkan portofolio optimal yang terbentuk sebelum

menggunakan solver adalah return portofolio sebesar 1.82% dan risiko portofolio sebesar

5.84%. Hasil dari kinerja portofolio optimal diatas akan dioptimalisasi kembali dengan

fasilitas solver.

Tabel 12
Proporsi Dana ( ) Masing-masing Saham pada Model Indeks Tunggal
Setelah Menggunakan Solver
No Saham

1 BABP 9.12%

2 BEKS 0.00%

3 NISP 6.44%

4 MEGA 11.50%

5 BKSW 0.00%

6 BBCA 20.80%

7 BMRI 0.00%

8 BBNI 0.00%

9 BNGA 22.50%

10 INPC 0.00%

11 BVIC 13.01%

12 BBRI 0.00%

13 PNBN 0.00%

23
14 BNLI 16.62%

Sumber: Data diolah, 2013

Tabel 13

Return dan Risiko Portofolio Setelah Menggunakan Solver

Return Portofolio Risiko Portofolio


1.87% 5.29%
Sumber: Data diolah, 2013

Terdapat perbedaan penurunan risiko portofolio setelah menggunakan solver sebesar 1.23%,

hal itu berarti dengan menggunakan solver risiko portofolio saham dapat diminimalisasi

berdasarkan ketentuan-ketentuan penggunaan solver yang telah disebutkan. Sedangkan return

portofolio terdapat peningkatan return sebesar 0.05%, karena tujuan dari penggunan solver

adalah untuk meminimalisasi risiko dengan tingkat return tertentu.

Tabel 14
Perbandingan Return dan Risiko Periode Sebelum dan Saat terjadinya
Krisis Keuangan Global Saham Sebelum dan Setelah Menggunakan
Solver

No. Periode Return Return Risiko Risiko


sebelum setelah sebelum setelah
Solver Solver Solver Solver

1. Sebelum krisis keuangan global


(2003-2007) 3.61% 3.61% 5.77% 4.56%
2. Saat terjadinya krisis keuangan
global (2008-2012) 1.82% 1.87% 6.52% 5.29%
Sumber: Data diolah, 2013

Tabel 14 menunjukkan perbedaan tingkat return dan risiko portofolio optimal saham sebelum

dan saat terjadinya krisis keuangan global. Return portofolio setelah solver nilainya sama atau

tetap dari return portofolio sebelum solver pada periode sebelum krisis keuangan global, yaitu

sebesar 3.61%. Pada periode saat terjadinya krisis keuangan global terdapat peningkatan

24
return sebesar 0.05% menjadi 1.87% setelah menggunakan Solver, karena berdasarkan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pada solver yaitu untuk meminimalisasi risiko pada

tingkat return tertentu. Untuk risiko portofolio optimal nilainya berubah dari portofolio

sebelum optimalisasi yaitu sebesar 5.77% berkurang menjadi 4.56% sebelum krisis keuangan

global terjadi, sedangkan pada periode krisis keuangan global risiko sebesar 6.52% dapat

diminimalkan menjadi 5.29%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan solver,

risiko portofolio optimal pada Model Indeks Tunggal dapat lebih diminimalkan.

Tabel 15
Kolmogorov-Smirnov Test.
Test Statisticsa

Risiko

Absolute .196

Most Extreme Differences Positive .196

Negative -.179

Kolmogorov-Smirnov Z .443

Asymp. Sig. (2-tailed) .989

a. Grouping Variable: Tahun

Sumber : lampiran (spss).

Pada tabel 15 menjelaskan hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test untuk menganalisis risiko

sebelum dan saat terjadinya krisis keuangan global. Melalui Asymp. Sig (2-Tailed)

menunjukkan nilai sebesar (0.443) > 0.05 yang merupakan batas signifikasi yang telah

ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara risiko

saham sebelum krisis keuangan global dan saat krisis keuangan global.

25
Tabel 16
Kolmogorov-Smirnov Test.

Test Statisticsa

Return

Absolute .750

Most Extreme Differences Positive .750

Negative .000

Kolmogorov-Smirnov Z 1.692

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

a. Grouping Variable: Tahun

Sumber : Lampiran (spss)

Pada tabel 16 menjelaskan hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test untuk menganalisis hipotesis.

Melalui Asymp. Sig (2-Tailed) menunjukkan nilai sebesar (0.007) < 0.05 yang merupakan

batas signifikasi yang telah ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan

signifikan antara return saham sebelum krisis keuangan global dan sesudah krisis keuangan

global.

Tabel 18
Mann-Whithney U Test
Test Statisticsa

Return

Mann-Whitney U 16.000

Wilcoxon W 121.000

Z -2.730

Asymp. Sig. (2-tailed) .006

26
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .005b

a. Grouping Variable: Tahun

b. Not corrected for ties.

Sumber: Lampiran (SPSS)


Pada tabel 18 menjelaskan hasil uji Mann Whitney U untuk menganalisis hipotesis. Melalui

Asymp. Sig (2-Tailed) menunjukkan nilai sebesar (0.006) < 0.05 yang merupakan batas

signifikasi yang telah ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan signifikan

antara return saham sebelum krisis keuangan global dan sesudah krisis keuangan global.

Tabel 19
Kolmogorov-Smirnov Test.
Test Statisticsa

Risiko

Absolute .196

Most Extreme Differences Positive .196

Negative -.179

Kolmogorov-Smirnov Z .443

Asymp. Sig. (2-tailed) .989

a. Grouping Variable: Tahun

Sumber : lampiran (spss).

Pada tabel 19 menjelaskan hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test untuk menganalisis risiko

sebelum dan saat terjadinya krisis keuangan global. Melalui Asymp. Sig (2-Tailed)

menunjukkan nilai sebesar (0.443) > 0.05 yang merupakan batas signifikasi yang telah

ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara risiko

saham sebelum krisis keuangan global dan saat krisis keuangan global.

27
Tabel 5.22
Mann-Whithney U Test

Test Statisticsa

Risiko

Mann-Whitney U 52.000

Wilcoxon W 157.000

Z -.273

Asymp. Sig. (2-tailed) .785

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .815b

a. Grouping Variable: Tahun

b. Not corrected for ties.

Sumber : lampiran (spss)

Pada tabel 5.22 menjelaskan hasil uji Mann-Whitney U untuk menganalisis risiko sebelum dan
saat rerjadinya krisis keuangan global. Melalui Asymp. Sig (2-Tailed) menunjukkan nilai
sebesar (0.785) > 0.05 yang merupakan batas signifikasi yang telah ditetapkan. Sehingga
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara risiko saham sebelum krisis
keuangan global dan sesudah krisis keuangan global.

Kesimpulan

Terdapat 8 saham perbankan sebelum krisis keuangan global dan 14 saham yang membentuk

portofolio optimal dengan Model Indeks Tunggal saat terjadinya krisis keuangan global. Pada

Model Indeks Tunggal, 8 saham-saham perbankan yang membentuk portofolio optimal

sebelum krisis keuangan global antara lain saham BSWD, saham BMRI, saham BCIC, saham

BEKS, saham BVIC, saham BNGA, saham BDMN dan saham PNBN. Sedangkan pada saat

terjadinya krisis keuagan global 14 saham-saham yang membentuk portofolio antara lain

28
saham BABP, saham BEKS, saham NISP, saham MEGA, saham BKSW, saham BBCA,

saham BMRI, saham BBNI, saham BNGA, saham INPC, saham BVIC, saham BBRI, saham

PNBN dan saham BNLI.

Pembentukan portofolio optimal dari saham-saham perbankan dengan Model Indeks Tunggal

pada periode sebelum krisis keuangan global menghasilkan return portofolio ( ) sebesar

3.61% dan risiko portofolio ( ) yang siap ditanggung sebesar 4.56%, sedangkan portofolio

optimal yang dibentuk pada saat terjadinya krisis keuagan global menghasilkan return

portofolio ( ) sebesar 1.87% dan risiko portofolio ( ) yang siap ditanggung sebesar 5.29%.

Berdasarkan tingkat return dan risiko portofolio yang dihasilkan dari kedua periode tersebut,

dapat dilihat bahwa portofolio optimal yang dibentuk dengan Model Indeks Tunggal pada

periode sebelum krisis keuagan global memberikan tingkat return yang lebih tinggi dengan

risiko yang siap ditanggung lebih rendah. Hal tersebut terjadi karena pada saat krisis keuangan

global, saham-saham perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia mengalami resesi dan

penurunan.

Daftar Pustaka.

Bussines & Management Journal Bunda Mulia no.1, 2008. Analisis Portofolio Optimal
Saham-Saham LQ45 pada periode Agustus 2005-2006 dengan Menggunakan
Single Indeks Model di Bursa Efek Indonesia.

Darmaji T & Fakhruddin H.M 2006. Pasar Modal di Indonesia (Edisi 2). Jakarta: Salemba
Empat.

Elton, E.J, and Grubber, 1995, Modern Portfolio Theory and Invesment Analysis 5thed, John
Wiley & Sons, New York.

Fabozzi, Frank J. (1999). ManajemenInvestasi. BukuSatu. Jakarta: SalembaEmpat.

Habib, Aril. 2008. KiatJituPeramalanSaham, AnalisisdanTeknikal.Yogyakarta, Andi offset.

29
Husnan, Suad, 1998, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Pertama,
Yogyakarta, UPP AMP YKPN.

Husnan, Suad, 2001, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga,
Yogyakarta, UPP AMP YKPN.

Husnan, Suad, 2003, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kelima,
Yogyakarta, UPP AMP YKPN

Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Yogyakarta: Penerbit
BPFE.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisis Ketiga. Yogyakarta :BPEE
UGM

Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisis Keenam. Yogyakarta :BPEE
UGM

Kamaruddin Ahmad, 2004. Dasar-DasarManajemenInvestasiedisi 4.RinekaCipta. Jakarta

Kasmir. 2002. Manajemen Perbankan. Cetakan Ketiga. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Ketut Rindjin. 2000. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakart

Markowitz, M. Harry, 1959, Portfolio Selection, Journal of Finance, pp 77-91

Markowitz, M. Harry, 1959, Portfolio Selection: Efficient Diversification ofInvestment, The


John Wiley and Son, Inc.

Markowitz, M. Harry, Michael R.Tobin and A. Lintner, 1967, Portfolio Selection,Journal of


Finance and Accounting

Mohamad Samsul. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Jakarta: Erlangga

Ramadhan Aryasandi, 2012. Pembentukan Portofolio Optimal Saham-Saham Perbankan


dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal dan Constant Correlation Model.

Riska Rosdiana, 2010. Analisis Optimalisasi Portofolio Saham Syariah (Pada Jakarta Islamic
Indeks Tahun 2006-2010)

Sugiyono.(2010). MetodePenelitianBisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Sumariyah, 1997, Teori Portofolio: Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, UPPAMPN


YKPN, Yogyakarta.

Sharpe, William F. 1963. A Simplied Model for Portfolio Analysis, Management Science
Journal

30
Sunaryah, 2003.Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Sari Yuniarti, 2010. Pembentukan Portofolio Optimal Saham-Saham Perbankan dengan


Menggunkan Model Indeks Tunggal.

Tendelilin, Eduardus, 2007. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi ketujuh,
Yogyakarta: BPFE.

Umanto Eko, 2008. Analisis dan Penilaian Kinerja Portofolio Optimal Saham LQ4

Widoatmodjo, S. 2005. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Edisi Revisi. ElexMedia
Komputindo. Jakarta

www.idx.co.id/JSXStatistics/MONTHLY/tabid/183/language/id-ID/Default.aspx

diakses tanggal 10 Juli 2013

www.finance.yahoo.com, diakses tanggal 23 April 2013

http://hadiborneo.wordpress.com/2013/07/15/penentuan-portofolio-optimal-single-index-
model. Diakses tanggal 15 Juli 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia, diakses tanggal 03 Agustus 2013

www.bi.go.id. Diakses tanggal 15 Juli 2013

31

Anda mungkin juga menyukai