Global Pada Sektor Perbankan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-
2012
Jln. Brigjen. H. Hasan Basri, Kotak Pos 219, Banjarmasin 70123, Kalimantan Selatan,
Email: deoapraba@gmail.com
ABSTRACT
This study was done to knows the magnitude of the different levels of return and risk
portfolio optimal formed of bank stocks listed on the Indonesia Stock Exchange before and
during the Global Financial Crisis years 2003-2012
Objects on this research is bank stocks listed on the the Indonesia Stock Exchange
(January 2003 - December 2012). The samples of this study gathered 19 consistent bank
stocks listed on the the Indonesia Stock Exchange, and The samples of this study is stocks
which were consistent on Indonesia Stock Exchange, active to trading on Indonesia Stock
Exchanges and available complete in January 2003 - Desember 2012.
Optimum portfolio by using Single Index Model formed before the Global Financial
Crisis produce has made Portfolio Return is 3.61% and Portfolio Risk is 4.56%, While ,
during the global financial crisis produce has made Portfolio Return is 1.87% and Portfolio
Risk is 5.29%. These results show that there are differences stock between return dan risk
portfolio optimum stock before and during the global financial crisis by Single Indeks Model
years January 2003 – December 2012.
Keywords : Optimum Stock Portfolio, Single Index Model, Global Financial Crisis.
1
ABSTRAK.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya perbedaan tingkat return dan
risiko portofolio optimal yang dibentuk dari saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Sebelum dan Saat terjadinya Krisis Keuangan Global tahun 2003-2012.
Objek pada penelitian ini adalah saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun Januari 2003 - Desember 2012. Sampel yang diperoleh sebanyak 19 saham
perbankan yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan data diperoleh dari saham
yang aktif melakukan transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia serta tersedia lengkap
periode Januari 2003 - Desember 2012.
Kata kunci : Portofolio Optimal Saham, Model Indeks Tunggal, Krisis Keuangan Global.
2
PENDAHULUAN
Peristiwa krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat adalah peristiwa dimana
sektor perekonomian negara adidaya Amerika Serikat mengalami guncangan yang berawal
dari pemberian kedit murah perumahan (Subprime Mortgages) bagi debitur, tetapi karena
kurangnya pengawasan dari pemerintah dan lembaga keuangan di Amerika Serikat, maka
terjadi kegagalan pembayaran (kredit macet) oleh para debitur tersebut. Sehingga hal tersebut
mengguncang perekonomian negara dan seperti memiliki efek domino bagi negara-negara
berkembang lainnya. Perekonomian dunia mengalami gejolak disebabkan dari efek krisis
keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan mempengaruhi negara lain di seluruh dunia.
Sektor Pasar Modal di Indonesia sendiri juga terkena dampak krisis keuangan global
mulai pada tahun 2008 tepatnya pada bulan Januari 2008. Pada akhir bulan Januari 2008 pasar
modal dikejutkan dengan pengungkapan kerugian Citybank sekitar 30% akibat dari kasus
Subprime Mortgage di Amerika Serikat (Jogiyanto,2009). Subprime Mortgage merupakan
kredit perumahan berisiko tinggi di Amerika Serikat, kredit ini diberikan kepada para nasabah
dengan posisi keuangan mereka yang kurang sehat dan akad kredit ini kemudian dijaminkan
kembali kepada perusahaan keuangan untuk mendapatkan pinjaman uang kembali.
3
dampak krisis keuangan global yang mempengaruhi kestabilan perekonomian Indonesia pada
sektor Perbankan, BI menempuh beberapa langkah, yaitu memperkuat likuiditas sektor
perbankan, menjaga pertumbuhan kredit pada tingkat yang sesuai untuk mendukung target
pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan terkait neraca pembayaran selain menjaga kestabilan
suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap dollar.
Analisis investasi sering menjadi masalah yaitu tentang penafsiran risiko yang
dihadapi oleh investor. Teori keuangan menjelaskan bahwa apabila tingkat risiko meningkat,
maka tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor akan meningkat. Sehingga untuk
meminimalisir risiko saham maka investor dapat berinvestasi dalam berbagai jenis saham dan
membentuk portofolio (Fabozzi,1999).
Instrumen investasi tersebut meliputi saham, obligasi, valas, deposito, indeks harga saham,
produk derivatif lainnya (Samsul,2006). Dalam berinvestasi, perlu juga adanya pertimbangan
bahwa tidak selalu keuntungan yang besar yang diperoleh akan tetapi, tingkat keuntungan
yang diharapkan juga disertai dengan tingkat risiko yang beragam baik itu risiko sistematik
dan risiko tidak sistematik.
Menurut Jogiyanto (2003), return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah.
Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus
ditanggung, semakin besar return yang akan diperoleh. Maka dari itu, berinvestasi pada aset
dengan risiko yang kecil, return yang akan diperoleh juga kecil. Risiko pada suatu sekuritas
tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, akan tetapi, risiko dapat diminimalisir dengan melakukan
diversifikasi. Diversifikasi ini dapat dilakukan dengan tidak menurunkan keuntungan (return)
yang diharapkan. Investor dapat melakukan diversifikasi dengan cara membentuk portofolio
optimal (Jogiyanto,2003). Portofolio juga diartikan sebagai kombinasi beberapa aktiva yang
diinvestasikan oleh investor, baik perorangan maupun institusi. Dalam pasar modal, portofolio
dikaitkan dengan portofolio aktiva finansial yaitu kombinasi beberapa saham sehingga
investor dapat memperoleh return optimal dan memperkecil risk (Sumariyah,1997). Menurut
Elton dan Gruber (1997) analisis portofolio berkenaan dengan keinginan memperoleh
sekuritas untuk dimiliki.
4
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini berjudul “Analisis
Portofolio Optimal Saham Sektor Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
Sebelum dan Saat Terjadinya Krisis Keuangan Global Tahun 2003-2012”.
Rumusan Masalah penelitian ini adalah "Apakah terdapat perbedaan pembentukan portofolio
optimal saham sebelum krisis keuangan global dan saat terjadi krisis keuangan global pada
sektor perbankan di Indonesia?”
Tujuan Penelitian. Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah maka tujuan penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui apakah terdapat perbedaan
sebelum dan saat terjadinya krisis keuangan global terhadap pembentukan portofolio optimal
saham pada sektor perbankan”.
Kerangka Pikir. Model indeks tunggal digunakan untuk membentuk portofolio optimal saham
sebelum dan saat terjadinya Krisis Keuangan Global. Maka kerangka pikir yang digunakan
dalam penelitian seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini
5
Gambar 1
Kerangka Pikiran
Klasifikasi data
Pembentukan
Portofolio
Optimal
Model Indeks
Tunggal
Kesimpulan
Hipotesis. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan portofolio optimal saham perbankan
sebelum dan saat terjadinya krisis keuangan global, digunakan hipotesis sebagai berikut :
6
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kuantitatif yang dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan variabel yang diteliti dalam
suatu situasi dengan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dengan mengambil harga
saham pada saat penutupan yang terbagi dalam beberapa periode yaitu sebelum terjadinya
krisis keuangan global dari tahun 2003 – 2007 dan pada saat terjadinya krisis keuangan global
dari tahun 2008 – 2012.
Objek penelitian ini adalah saham pada sektor perbankan, yaitu 32 perusahaan
perbankan yang terdapat di Indonesia dan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2003-
2012 dan perbankan yang terpilih untuk membentuk portofolio optimal dilihat melalui data
perdagangan saham pada saat penutupan (Closing Price). Berikut merupakan objek penelitian
yaitu saham perbankan yang tercatat di di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2012 :
Tabel 1
Teknik analisis pembentukan portofolio optimal dengan model indeks tunggal adalah
menganalisis sekuritas dengan menggunakan rasio excess return to beta (ERB). Analisis
7
dilakukan dengan menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat risiko dan tingkat
return masing-masing sekuritas yang diamati, dengan diketahuinya tingkat return saham dan
koefisien beta. Nilai ERB kemudian dibandingkan dengan nilai Cut-off Rate (Ci). Cut-off Rate
(Ci) merupakan perbandingan antara varian return pasar dengan return sekuritas individu
terhadap varian errors sekuritas. Sekuritas-sekuritas yang memiliki nilai ERB lebih besar dari
pada nilai Cut-off Rate (Ci) akan menjadi kandidat porofolio optimal saham, sedangkan
sekuritas-sekuritas yang nilai ERB lebih kecil daripada nilai Cut-off Rate (Ci), tidak dapat
dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal saham dan nilai Cut-off Rate (Ci) yang
Analisis portofolio optimal saham perbankan sebelum dan saat terjadinya krisis
keuangan global dengan Model Indeks Tunggal ini dilakukan menggunakan Microsoft Excel
2010 dan setelah portofolio optimal saham terbentuk, dibandingkan kembali dengan SPSS 21
for Windows yang berfungsi untuk mengetahui perbedaan portofolio saham perbankan
Saham perbankan dijadikan sebagai objek penelitian karena karena merupakan sektor
penting bagi Indonesia untuk tetap menjaga stabilitas ekonomi di Indonesia dan bank sangat
terkait dengan penyediaan modal bagi usaha atau perdagangan, sehingga perekonomian dapat
berputar dan agenda liberalisasi menuju target sasaran, yakni sektor perbankan.
Selain itu, perkembangan harga saham sektor perbankan pada Bursa Efek Indonesia
pada periode sebelum krisis keuangan global mengalami pasang surut, pasalnya banyak
analisis dari pengamat ekonomi memperkirakan bahwa akan terjadi krisis keuangan global dan
resesi ekonomi dunia akan terasa pada tahun berikutnya, dan benar saja dampak dari krisis
8
keuangan global memberikan sentimen buruk bagi lembaga keuangan bank dan non bank di
Indonesia.
Model Indeks Tunggal. William Sharpe (1963) mengembangkan model yang disebut dengan
model indeks tunggal (single-index model). Model ini dapat digunakan untuk
Disamping itu, model indeks tunggal dapat juga digunakan untuk menghitung return
penyempurnaan dari model Markowitz, dimana dalam model Indeks Tunggal investor
mempunyai banyak pilihan untuk memasukkan aktiva bebas risiko dalam portofolio. Model
ini beranggapan bahwa harga dari suatu sekuritaas selalu fluktuatif searah dengan indeks
harga pasar. Model ini disebut Sharpe single indeks model karena dikembangkan oleh William
Sharpe (1963) dan digunakan untuk memperkirkan hasil return berbagai sekuritas individual
Ri = α + β.RM + εi
Di mana: Ri = return saham, Rm = return pasar, α = konstanta yang merupakan titik potong
Sebelum mencari nilai expected return (Rt), maka terlebih dahulu dicari nilai return saham
individu (Ri) untuk saham kandidat portofolio berdasarkan harga saham bulanan selama
9
periode observasi, setelah didapat Ri maka expected return dapat diketahui dengan
∑ Rij
Ri =
Keterangan:
Risk Free (Rf) dicari dan dihitung dari data Suku Bunga SBI. Hal ini berdasarkan asumsi
3. Standar Deviasi σ digunakan untuk mengukur risiko dari realized return, yang dapat
σ =∑nt=
Keterangan:
σ = standar deviasi
10
4. Variance (a2i) digunakan untuk mengukur risiko expected return saham-i. Variance dapat
dihitung dengan cara, yaitu mengkuadratkan standar deviasi atau dihitung dengan program
Var = a2i
5. Beta βi adalah risiko dari saham individual, menghitung keserongan (slope) realized return
suatu saham dengan realized return pasar (IHSG) dalam periode tertentu. Beta digunakan
untuk menghitung Excess Return to Beta (ERB) dan Beta yang diperlukan untuk menghitung
Cut-Off Point (Ci). Beta dapat dihitung dengan program Microsoft Excel menggunakan
rumus Slope.
βi=
Keterangan:
βi = beta saham-i
6. Alpha Index. (Ai) merupakan intercept realized return saham-i dengan realized return pasar
(IHSG), membandingkan perhitungan realized return sahami dengan realized return pasar
(IHSG) dalam periode waktu tertentu. Alpha digunakan untuk menghitung variance error
(ei). Alpha dihitung dengan program Microsoft Excel menggunakan rumus Intercept atau
menggunakan rumus:
αi = Ri-βi* Rm
11
Keterangan:
Rm = return pasar
7. Excess Return to Beta (ERB) digunakan untuk mengukur return premium saham relative
terhadap satu unit risiko yang tidak dapat di diversifikasikan yang diukur dengan Beta. ERB
menunjukkan hubungan antara return dan risiko yang merupakan faktor penentu investasi.
ERBi =
Keterangan:
βi = beta saham-i
8. Nilai Alpha Index (Ai) dihitung untuk mendapatkan nilai Ai, dan Beta (Bi) dihitung untuk
mendapatkan nilai Beta Bi, keduanya diperlukan untuk menghitung nilai Cutt-off Rate (Ci).
Ai =
βi =
12
Keterangan:
9. Cut-Off Rate (Ci) merupakan nilai C untuk saham ke-i yang dihitung dari akumulasi nilai-
nilai Ai sampai dengan Ai dan nilai-nilai Bi sampai dengan Bi. Nilai Ci merupakan hasil
bagi varian pasar dan return premium terhadap variance error saham dengan varian pasar
( )
∑nt=
Ci =
∑n
t-
Keterangan:
10. Cut-Off Point (C*) merupakan nilai Ci terbesar dari sederetan nilai Ci saham, dihitung
11. Pembentukan Portofolio Saham. Saham-saham yang akan dimasukkan dalam pembentukan
portofolio optimal adalah saham-saham yang nilai ERBnya lebih besar dari nilai cut off
point (C*). Nilai cut off point (C*) ditentukan berdasarkan nilai ERB terakhir yang masih
12. Menghitung Proporsi Dana. Proporsi dana pada masing-masing saham yang masuk dalam
13
∑
Dimana:
Xi = Proporsi saham-i
13. Expected return portofolio E(Rp) merupakan rata-rata tertimbang dari return individual
E(Rp) = ∑
Keterangan:
14. Risiko atau standar deviasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari standar deviasi
rumus :
=∑
15. Solver merupakan aplikasi dalam Microsoft Excel yang berfungsi untuk meminimalisasi
risiko portofolio optimal saham dengan tingkat return tertentu. Solver dapat digunakan
setelah portofolio optimal saham telah dilakukan dan menghasilkan tingkat return dan
risiko tertentu. Penggunaan solver yaitu dengan memasukkaan hasil dari perhitungan return
dan risiko portofolio optimal saham dan tingkat proporsi dana tiap saham perbankan.
Tujuan dalam membentuk portofolio optimal adalah mendapat return tertentu dengan
14
tingkat risiko yang rendah, maka dalam penggunaan solver memiliki tujuan untuk
Tabel 1
Tabel 1 memperlihatkan hasil perhitungan nilai Excess Return to Beta (ERB) pada periode
2003-2007 yaitu sebelum terjadinya krisis keuangan global. Tiap saham individu di atas
memiliki nilai ERB yang positif dan juga negatif. Dalam pembentukan portofolio optimal
memiliki syarat bahwa saham-saham yang dijadikan portofolio optimal harus memiliki nilai
ERB yang positif. Pada saham perbankan di tabel tersebut nilai ERB PT. Bank Nusantara
Parahyangan, Tbk (BBNP) memiliki nilai ERB yang negatif, maka saham perbankan tersebut
15
Tabel 2
Perhitungan Cut-off Rate ( ) dan Penyeleksian Saham pada Model Indeks Tunggal
(periode 2003-2007).
No Saham Ai Bi Ci ERB
Tabel 2 memperlihatkan perhitungan Cut-off Rate ( ) dan penyeleksian saham yang akan
dimasukkan ke dalam portofolio optimal pada periode 2003-2007, yaitu sebelum terjadinya
krisis keuangan global. Ketentuan dari saham yang ingin dibentuk kedalam portofolio optimal
adalah bahwa nilai Excess Return to beta harus lebih besar dari nilai Cut Of Rate (ERB > Ci).
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa semua kandidat saham memiliki nilai ERB lebih besar
dari nilai Cut Of point. Maka keseluruhan saham pada tabel tersebut dapat dibentuk ke dalam
portofolio optimal. Setelah diketahui besaran nilai ERB terhadap nilai Cut of Rate (Ci) dapat
ditentukan nilai Cut of Point (C*) yang diambil dari nilai Cut Of Rate (Ci) terakhir dari saham
16
Tabel 3
2007).
No Saham ERB
∑=14.18 ∑=100%
Tabel 3 memperlihatkan besarnya proporsi dana ( ) yang di investasikan untuk setiap saham
yang terdapat di dalam portofolio optimal sebelum terjadinya krisis keuangan global (tahun
2003-2007). Dapat dilihat pada tabel di atas, dari 8 saham portofolio optimal proporsi dana
paling besar ditujukan pada saham BDMN (PT. Bank Danamon, Tbk) sebesar 32.08%. hal itu
berarti dari 100% proporsi dana investasi, sebesar 32.08% di investasikan kepada saham
BDMN (PT. Bank Danamon, Tbk), selanjutnya 21.50% kepada saham BMRI (PT. Bank
Mandiri, Tbk), 14.16% pada saham PNBN (PT. Bank Pan Indonesia, Tbk), 9.68% pada saham
BNGA (PT. Bank Niaga, Tbk), 8.85% pada saham BSWD (PT. Bank of India Indonesia,
Tbk), 7.87% pada saham BVIC (PT. Bank Victoria Indonesia, Tbk), 3.05% pada saham BEKS
17
(PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk) dan tingkat proporsi dana terkecil di investasikan pada
saham BCIC (PT. Bank Mutiara, Tbk). Perhitungan proporsi dana tersebut dapat menjadi
Tabel 4
Return dan Risiko Portofolio Sebelum Menggunakan Solver
Berdasarkan pada tabel 4, portofolio optimal yang terbentuk sebelum menggunakan solver
adalah return portofolio sebesar 3.61% dan risiko portofolio sebesar 5,77%. Hasil dari kinerja
Tabel 5
Proporsi Dana ( ) Masing-masing Obligasi pada Model Indeks Tunggal
Setelah Menggunakan Solver
No Saham
1 BSWD 9.81%
2 BMRI 29.69%
3 BCIC 5.14%
4 BEKS 1.28%
5 BVIC 1.57%
6 BNGA 18.98%
7 BDMN 33.53%
8 PNBN 0.00%
Pada tabel 5 memperlihatkan besarnya proporsi dana ( ) yang di investasikan untuk setiap
saham yang terdapat di dalam portofolio optimal sebelum terjadinya krisis keuangan global
(tahun 2003-2007) setelah menggunakan solver. Dapat dilihat pada tabel di atas, dari 8 saham
18
portofolio optimal proporsi dana paling besar ditujukan pada saham BDMN sebesar 33.53%.
hal itu berarti dari 100% proporsi dana investasi, sebesar 33.53% di investasikan kepada
saham BDMN, selanjutnya 29.69% kepada saham BMRI, 18.98% pada saham BNGA, 9.81%
pada saham BSWD, 5.14% pada saham BCIC, 1.57% pada saham BVIC, 1.28% pada saham
BEKS. Dan tingkat return dan risiko setelah menggunakan solver adalah sebagai berikut :
Tabel 6
Return dan Risiko Portofolio Setelah Menggunakan Solver
Pada tabel 6 menunjukkan perbedaan penurunan risiko portofolio setelah menggunakan solver
sebesar 1.21%, hal itu berarti dengan menggunakan solver risiko portofolio saham dapat
Sedangkan return portofolio tidak terdapat perubahan atau tetap, karena tujuan dari penggunan
Tabel 7
Perhitungan nila ERB Saat Krisis Keuangan Global Terjadi (tahun 2008-
2012).
No Saham ̅ ̅ ERB
19
7 BMRI 0.0221 0.0001 0.0220 0.2733 0.0805
Tabel 7 menunjukkan pemeringkatan saham berdasarkan nilai ERB. Nilai ERB dihitung untuk
mengukur tingkat return terhadap suatu risiko individu yang tidak dapat di diversifikasi (Beta).
Pada tabel diatas saham BABP (PT.Bank ICB Bumiputera,tbk) berada di peringkat atas
dengan nilai 1.0341 hal itu berarti saham BABP merupakan saham dengan kinerja terbaik
Tabel 8
20
13 PNBN 0.0006 1.0127 0.0006 0.0484
14 BNLI 0.0029 1.0735 0.0027 0.0391
Sumber : Data diolah, 2013
Pada tabel 9 menunjukkan perhitungan Cut-off Rate ( ) dan penyeleksian saham yang akan
dimasukkan ke dalam portofolio optimal pada saat terjadinya krisis keuangan global tahun
2008 – 2012. Ketentuan dari saham yang ingin dibentuk kedalam portofolio optimal adalah
bahwa nilai Excess Return to beta harus lebih besar dari nilai Cut Of Rate (ERB > Ci). Dapat
dilihat pada tabel di atas bahwa semua kandidat saham memiliki nilai ERB lebih besar dari
nilai Cut Of point. Maka keseluruhan saham pada tabel tersebut dapat dibentuk ke dalam
portofolio optimal. Setelah diketahui besaran nilai ERB terhadap nilai Cut of Rate (Ci) dapat
ditentukan nilai Cut of Point (C*) yang diambil dari nilai Cut Of Rate (Ci) terakhir dari saham
Tabel 10
(periode 2003-2007).
̅ ̅
No Saham
21
8 BBNI 13.7560 0.0757 0.0730 1.00 7.14%
14.18 100%
Tabel 10 menunjukkan besarnya proporsi dana ( ) yang di investasikan untuk setiap saham
yang terdapat di dalam portofolio optimal saat terjadinya krisis keuangan global (tahun 2008-
2012). Dapat dilihat pada tabel di atas, dari 14 saham portofolio optimal proporsi dana paling
besar ditujukan pada saham BBCA (PT.Bank Central Asia,tbk) sebesar 17.31%. hal itu berarti
dari 100% proporsi dana investasi, sebesar 17.31% di investasikan kepada saham BBCA
(PT.Bank Central Asia,tbk), selanjutnya 13.50% pada saham MEGA (PT.Bank Mega,tbk),
10.29% kepada saham BMRI (PT.Bank Mandiri,Tbk), 9.63% pada saham BBRI (PT.Bank
Rakyat Indonesia,tbk), 7.14% pada saham BBNI (PT.Bank Negara Indonesia,tbk), 6.80% pada
saham BNLI (PT.Bank Permata,tbk), 6.53% pada saham BKSW (PT.Bank QSB
Kesawan,tbk), 6.14% pada saham BNGA (PT.Bank Niaga Indonesia,tbk), 5.09% pada saham
NISP (PT.Bank OCBC NISP,tbk), 4.34% pada saha INPC (PT.Bank Artha Graha
International,tbk), 4.13% pada saham BABP (PT.Bank ICB Bumiputera,tbk), 3.84% pada
saham BEKS (PT.Bank Pundi Indonesia,tbk), 3.51% pada saham PNBN (PT.Bank Pan
Indonesia,tbk), dan tingkat proporsi dana terkecil untuk diinvestasikan adalah saham BVIC
22
Tabel 11
Return dan Risiko Portofolio Sebelum Menggunakan Solver
menggunakan solver adalah return portofolio sebesar 1.82% dan risiko portofolio sebesar
5.84%. Hasil dari kinerja portofolio optimal diatas akan dioptimalisasi kembali dengan
fasilitas solver.
Tabel 12
Proporsi Dana ( ) Masing-masing Saham pada Model Indeks Tunggal
Setelah Menggunakan Solver
No Saham
1 BABP 9.12%
2 BEKS 0.00%
3 NISP 6.44%
4 MEGA 11.50%
5 BKSW 0.00%
6 BBCA 20.80%
7 BMRI 0.00%
8 BBNI 0.00%
9 BNGA 22.50%
10 INPC 0.00%
11 BVIC 13.01%
12 BBRI 0.00%
13 PNBN 0.00%
23
14 BNLI 16.62%
Tabel 13
Terdapat perbedaan penurunan risiko portofolio setelah menggunakan solver sebesar 1.23%,
hal itu berarti dengan menggunakan solver risiko portofolio saham dapat diminimalisasi
portofolio terdapat peningkatan return sebesar 0.05%, karena tujuan dari penggunan solver
Tabel 14
Perbandingan Return dan Risiko Periode Sebelum dan Saat terjadinya
Krisis Keuangan Global Saham Sebelum dan Setelah Menggunakan
Solver
Tabel 14 menunjukkan perbedaan tingkat return dan risiko portofolio optimal saham sebelum
dan saat terjadinya krisis keuangan global. Return portofolio setelah solver nilainya sama atau
tetap dari return portofolio sebelum solver pada periode sebelum krisis keuangan global, yaitu
sebesar 3.61%. Pada periode saat terjadinya krisis keuangan global terdapat peningkatan
24
return sebesar 0.05% menjadi 1.87% setelah menggunakan Solver, karena berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pada solver yaitu untuk meminimalisasi risiko pada
tingkat return tertentu. Untuk risiko portofolio optimal nilainya berubah dari portofolio
sebelum optimalisasi yaitu sebesar 5.77% berkurang menjadi 4.56% sebelum krisis keuangan
global terjadi, sedangkan pada periode krisis keuangan global risiko sebesar 6.52% dapat
diminimalkan menjadi 5.29%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan solver,
risiko portofolio optimal pada Model Indeks Tunggal dapat lebih diminimalkan.
Tabel 15
Kolmogorov-Smirnov Test.
Test Statisticsa
Risiko
Absolute .196
Negative -.179
Kolmogorov-Smirnov Z .443
Pada tabel 15 menjelaskan hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test untuk menganalisis risiko
sebelum dan saat terjadinya krisis keuangan global. Melalui Asymp. Sig (2-Tailed)
menunjukkan nilai sebesar (0.443) > 0.05 yang merupakan batas signifikasi yang telah
ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara risiko
saham sebelum krisis keuangan global dan saat krisis keuangan global.
25
Tabel 16
Kolmogorov-Smirnov Test.
Test Statisticsa
Return
Absolute .750
Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z 1.692
Pada tabel 16 menjelaskan hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test untuk menganalisis hipotesis.
Melalui Asymp. Sig (2-Tailed) menunjukkan nilai sebesar (0.007) < 0.05 yang merupakan
batas signifikasi yang telah ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan
signifikan antara return saham sebelum krisis keuangan global dan sesudah krisis keuangan
global.
Tabel 18
Mann-Whithney U Test
Test Statisticsa
Return
Mann-Whitney U 16.000
Wilcoxon W 121.000
Z -2.730
26
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .005b
Asymp. Sig (2-Tailed) menunjukkan nilai sebesar (0.006) < 0.05 yang merupakan batas
signifikasi yang telah ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan signifikan
antara return saham sebelum krisis keuangan global dan sesudah krisis keuangan global.
Tabel 19
Kolmogorov-Smirnov Test.
Test Statisticsa
Risiko
Absolute .196
Negative -.179
Kolmogorov-Smirnov Z .443
Pada tabel 19 menjelaskan hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test untuk menganalisis risiko
sebelum dan saat terjadinya krisis keuangan global. Melalui Asymp. Sig (2-Tailed)
menunjukkan nilai sebesar (0.443) > 0.05 yang merupakan batas signifikasi yang telah
ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara risiko
saham sebelum krisis keuangan global dan saat krisis keuangan global.
27
Tabel 5.22
Mann-Whithney U Test
Test Statisticsa
Risiko
Mann-Whitney U 52.000
Wilcoxon W 157.000
Z -.273
Pada tabel 5.22 menjelaskan hasil uji Mann-Whitney U untuk menganalisis risiko sebelum dan
saat rerjadinya krisis keuangan global. Melalui Asymp. Sig (2-Tailed) menunjukkan nilai
sebesar (0.785) > 0.05 yang merupakan batas signifikasi yang telah ditetapkan. Sehingga
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara risiko saham sebelum krisis
keuangan global dan sesudah krisis keuangan global.
Kesimpulan
Terdapat 8 saham perbankan sebelum krisis keuangan global dan 14 saham yang membentuk
portofolio optimal dengan Model Indeks Tunggal saat terjadinya krisis keuangan global. Pada
sebelum krisis keuangan global antara lain saham BSWD, saham BMRI, saham BCIC, saham
BEKS, saham BVIC, saham BNGA, saham BDMN dan saham PNBN. Sedangkan pada saat
terjadinya krisis keuagan global 14 saham-saham yang membentuk portofolio antara lain
28
saham BABP, saham BEKS, saham NISP, saham MEGA, saham BKSW, saham BBCA,
saham BMRI, saham BBNI, saham BNGA, saham INPC, saham BVIC, saham BBRI, saham
Pembentukan portofolio optimal dari saham-saham perbankan dengan Model Indeks Tunggal
pada periode sebelum krisis keuangan global menghasilkan return portofolio ( ) sebesar
3.61% dan risiko portofolio ( ) yang siap ditanggung sebesar 4.56%, sedangkan portofolio
optimal yang dibentuk pada saat terjadinya krisis keuagan global menghasilkan return
portofolio ( ) sebesar 1.87% dan risiko portofolio ( ) yang siap ditanggung sebesar 5.29%.
Berdasarkan tingkat return dan risiko portofolio yang dihasilkan dari kedua periode tersebut,
dapat dilihat bahwa portofolio optimal yang dibentuk dengan Model Indeks Tunggal pada
periode sebelum krisis keuagan global memberikan tingkat return yang lebih tinggi dengan
risiko yang siap ditanggung lebih rendah. Hal tersebut terjadi karena pada saat krisis keuangan
global, saham-saham perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia mengalami resesi dan
penurunan.
Daftar Pustaka.
Bussines & Management Journal Bunda Mulia no.1, 2008. Analisis Portofolio Optimal
Saham-Saham LQ45 pada periode Agustus 2005-2006 dengan Menggunakan
Single Indeks Model di Bursa Efek Indonesia.
Darmaji T & Fakhruddin H.M 2006. Pasar Modal di Indonesia (Edisi 2). Jakarta: Salemba
Empat.
Elton, E.J, and Grubber, 1995, Modern Portfolio Theory and Invesment Analysis 5thed, John
Wiley & Sons, New York.
29
Husnan, Suad, 1998, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Pertama,
Yogyakarta, UPP AMP YKPN.
Husnan, Suad, 2001, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga,
Yogyakarta, UPP AMP YKPN.
Husnan, Suad, 2003, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kelima,
Yogyakarta, UPP AMP YKPN
Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Yogyakarta: Penerbit
BPFE.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisis Ketiga. Yogyakarta :BPEE
UGM
Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisis Keenam. Yogyakarta :BPEE
UGM
Kasmir. 2002. Manajemen Perbankan. Cetakan Ketiga. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Ketut Rindjin. 2000. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakart
Mohamad Samsul. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Jakarta: Erlangga
Riska Rosdiana, 2010. Analisis Optimalisasi Portofolio Saham Syariah (Pada Jakarta Islamic
Indeks Tahun 2006-2010)
Sharpe, William F. 1963. A Simplied Model for Portfolio Analysis, Management Science
Journal
30
Sunaryah, 2003.Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Tendelilin, Eduardus, 2007. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi ketujuh,
Yogyakarta: BPFE.
Umanto Eko, 2008. Analisis dan Penilaian Kinerja Portofolio Optimal Saham LQ4
Widoatmodjo, S. 2005. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Edisi Revisi. ElexMedia
Komputindo. Jakarta
www.idx.co.id/JSXStatistics/MONTHLY/tabid/183/language/id-ID/Default.aspx
http://hadiborneo.wordpress.com/2013/07/15/penentuan-portofolio-optimal-single-index-
model. Diakses tanggal 15 Juli 2013.
31