BAB I
PENDAHULUAN
para pihak melalui bantuan, baik oleh ombudsman sendiri maupun melalui
mediator yang dibentuk oleh ombudsman.
Rumah sakit sebagai salah satu BLU (Badan Lembaga Umum) dibentuk
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kekayaan BLU
merupakan bagian dari kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta
dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU
yang bersangkutan.
Rumah sakit adalah salah satu organisasi sektor publik yang bergerak
dalam bidang pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan
suatu upaya kesehatan secara berdaya, guna dan berhasil dengan
mengutamakan atau mementingkan upaya penyembuhan dan pemulihan yang
telah dilaksanakan secara serasi dan terpadu oleh pihak rumah sakit dalam
upaya peningkatan dan pencegahan penyakit serta upaya perbaikan. (Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.983/Men.Kes/SK/XI/1992). Rumah
sakit tidak hanya sekedar menampung orang sakit saja melainkan harus lebih
memperhatikan aspek kepuasan bagi para pemakai jasanya, dalam hal ini
pasien.
rumah sakit, hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan informasi
tentang kinerja manajemen atau pengelola yang telah diberikan kepercayaan
untuk mengelola sumber daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua hasil
penilaian kinerja rumah sakit dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan
pertimbangan kepada siapa (rumah sakit) mereka akan mempercayakan
perawatan kesehatannya.
1. pegawai diharapkan konsisten dengan waktu yang telah di tentukan oleh pihak
rumah sakit. Di papan informasi jam buka mulai pukul 08.00-16.00 WIT kecuali
hari Jum’at dan Sabtu. Namun, pelayanan dibuka pada pukul 08.00 dan
pendaftaran ditutup sampai pukul 15.00.
4. Pasien lansia (60 tahun ke atas) & balita (0-5 tahun) didahulukan saat
melakukan pendaftaran dan kartu identitas pasien.
10. Serahkan KIB (Kartu Identitas Berobat) kepada pasien dan jelaskan “jika
bapak/ibu datang berobat ke RSUD Namlea harap kartunya dibawa, untuk
memudahkan pencarian kembali data bapak/ibu”.
11. komunikasi informasi dan edukasi pasien tentang printout formulir identitas
pasien serta general consent, setelah pasien memahami isi general consent,
petugas mempersilahkan pasien untuk menandatangani general consent
tersebut.
13. Mempersilahkan pasien untuk menuju ke nurse station poliklinik yang di tuju.
Dari standar pelayanan yang dijelaskan di atas, dapat kita ketahui bahwa
pelayanan yang baik dapat menjadi sebuah rujukan untuk melayani pasien yang
hendak akan berobat, untuk itu ada prosedur yang perlu diikuti seperti yang di
jelaskan di atas sehingga edukasi yang dijelaskan oleh pegawai dapat di pahami
oleh pasien sehingga tidak kebingungan dalam mendaftar atau mengikuti
prosedur untuk merujuk kepada poliklinik yang di tuju untuk berkonsultasi gejala-
gejala penyakit yang di derita pasien.
Tetapi masih saja ada pegawai yang tidak paham tentang standar
pelayanan yang baik kepada pasien sehingga tidak banyak ditemukan pelayanan
yang tidak efisien terhadap standar pelayanan dan juga Standar operasional
prosedur (SOP) yang kita ketahui sebagai dokumen yang berkaitan dengan
8
Beranjak dari latar belakang masalah pokok, dan tujuan penilitian adapun
yang menjadi manfaat dilakukannya penelitian ini terdiri atas dua manfaat, yaitu
manfaat terhadap kepentingan akademis dan manfaat terhadap kepentingan
praktis. :
1. Manfaat Akademis
2. Manfaat Praktis
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini mengupas tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,
instrument penelitian, penentuan informasi, jenis data penelitian, sumber data,
serta teknik analisis data yang digunakan
BAB II
11
TINJAUAN PUSTAKA
Rasanya kurang lengkap jika Anda tahu arti implementasi, tapi tidak
dapat menyebutkan contoh implementasi. Dalam kehidupan sehari-sehari,
sebenarnya ada banyak contoh implementasi yang dapat disebutkan.
12
2. Masuk akal, suatu standar yang tidak masuk akal, misalnya ditetapkan
terlalu tinggi sehingga mustahil dapat dicapai, bukan saja sulit
dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para pelaksana;
Prinsip dasar perumusan standar Prinsip yang harus dipenuhi dalam proses
perumusan maupun pengembangan dalam menghasilkan dokumen standar
adalah (BSN, 2009)
1. Transparan (Transparent)
2. Keterbukaan (Openness)
5. Koheren (Coherent)
15
Menurut Kotler, setiap kegiatan dan juga tindakan yang ditawarkan oleh
pihak yang satu kepada pihak yang lain selalu didasarkan pada hal yang tidak
berwujud sehingga tidak mengakibatkan bentuk kepemilikan apa pun. Semua
proses produksi dapat dihubungkan satu produk fisik. Dari penjelasan itu,
pengertian pelayanan bisa diartikan sebagai perilaku produsen untuk memenuhi
kebutuhan konsumen demi tercapainya kepuasan.
Istilah publik berasal dari bahasa inggris “public” yang berarti umum,
masyarakat, Negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa
Indonesia baku menjadi publik yang berarti umum, orang banyak. Inu dan
kawan-kawan mendefinisikan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki
kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan
baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki (Inu DKK dalam
Sinambela 2006 : 5).
Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikan pada suatu produk
secara fisik (Sinambela, 2006 : 5). Pelayanan publik pada dasarnya dapat
didefinisikan sebagai aktifitas seseorang, kelompok dan/atau organisasi baik
langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan (Pasolong,
2011:128).
2. Jenis Pelayanan Barang, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan
berwujud fisik termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada
konsumen langsung (sebagai unit atau sebagai individual) dalam satu
20
3. Jenis Pelayanan Jasa, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa penyediaan sarana dan prasarana serta
penunjangnya. Pengoperasiannya berdasarkan satu system
pengoperasian tertentu dan pasti, produk akhirnya berupa jasa yang
mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis
terpakai dalam jangka waktu tertentu. Contoh jenis pelayanan ini adalah
pelayanan angkutan darat, laut, dan udara, pelayanan kesehatan,
pelayanan perbankan, pelayanan pos, dan pelayanan pemadaman
kebakaran (Kep.MENPAN No. 58/ KEP/M. PAN/9/2002).
3. Terpadu
dilaksanakan oleh instansi atau satuan kerja dalam suatu departemen yang
2. Kejelasan
5. Akurasi Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) adalah unit kerja atau SKPD
pemerintah daerah yang paling banyak diubah statusnya menjadi BLUD (Badan
Layanan Umum Daerah) “Pengangkatan” RSUD menjadi BLUD dapat dimaknai
sebagai sebuah bentuk keprofesional pelayanan publik di pemerintahan daerah.
Wolper dan Pena (dalam Azwar, 1996) menyatakan bahwa rumah sakit
adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran
serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan
berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Association of
Hospital Care (dalam Azwar, 1996) menjelaskan bahwa rumah sakit adalah
suatu pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan dan penelitian
kedokteran diselenggarakan.
1. Pemilik Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit
pemerintah (goverment hospital) dan rumah sakit swasta (privat hospital).
2. Filosofi yang dianut Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
rumah sakit yang tidak mencari keuntungan (non-profit hospital) dan
rumah sakit yang mencari keuntungan (profit hospital).
rumah sakit pusat jika lokasinya di ibukota negara, rumah sakit propinsi
jika lokasinya di ibukota propinsi dan rumah sakit kabupaten jika lokasinya
di ibukota kabupaten.
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi karena
pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Kemampuan
rumah sakit kelas D hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan
kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga menampung pelayanan rujukan yang
berasal dari puskemas.
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang
menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah
sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah
sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan lain sebagainya.
Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang
merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh
BPJS Kesehatan untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan
operasional penyelenggaraan program Jaminan Sosial, Peserta adalah setiap
orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran.
Kesehatan membayar iuran sebesar Rp. 25000, untuk kelas 2 peserta BPJS
Kesehatan membayar iuran sebesar Rp. 52000, untuk kelas 1 peserta BPJS
Kesehatan membayar iuran sebesar Rp. 85000, dan selanjutnya bahwa alasan
mengapa pembayaran iuran ataupun peserta BPJS Kesehatan di bagi dalam tiga
kelas, karena mengingat keadaan masyarkat kita di indonesia yang tidak sama
dalam hal ekonomi, jadi masyarakat di beri kebebasan untuk memilih kelas mana
yang akan mereka pakai dalam jaminan kesehatan mereka saat mereka
melakukan pengobatan, tentunya akan ada sedikit perbedaan mengenai obat-
obatan yang di pakai dan fasilitas yang akan di berikan untuk di pakai oleh
pasien/peserta BPJS Kesehatan.
Untuk itu disarankan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, untuk lebih meningkatkan pelayanan dengan
memperhatikan standar pelayanan yang berlaku Khususnya pada Produk
Pelayanan perlu diperhatikan lagi mengenai ketenangan pada saat jam besuk
bagi keluarga pasien yang sering membuat keributan sehingga mengganggu
30
Oleh karena itu, peran pemerintah sangat besar dalam pemenuhan hak
fundamental bagi seluruh warga negara Indonesia. Selanjutnya, didalam
Pembukaan UUD 1945 pemenuhan hak fundamental dituangkan dalam tujuan
pembangunan nasional bangsa Indonesia, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.
umum bagi seluruh Rakyat Indonesia dan diuraikan lebih rinci dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Pasal 4 Tentang Pelayanan Publik, bahwa
pelayanan publik berasaskan pada kepentingan umum, kesamaan hak, dan
persamaan perlakuan/tidak diskriminatif. Pelayanan publik rumah sakit berkaitan
dengan pengaturan dan keteraturan.
Adapun bunyi Pasal tersebut bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
33
sendiri adalah upaya yang dilakukan sendiri maupun bersama-sama baik dari
pemerintahan maupun swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang
baik perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
nyawa pasien. Sejauh ini pembuat dan pelaksana dari kebijakan berupa Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan belum berjalan dengan
optimal. Fakta di lapangan masih ada masyarakat Kota Binjai yang tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan instalasi gawat darurat yang baik.
Oleh karena itu dalam melaksanakan perannya yang strategis ini, rumah
sakit perlu dilengkapi dengan berbagai kebijakan yang mengatur bagaimana
melindungi rumah sakit sebagai institusi yang memberikan pelayanan kesehatan
dan masyarakat sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan. Ini berarti
keterpaduan dan kontinuitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah
sakit kepada masyarakat dapat terjaga.
Rumah Sakit Umum Daerah sebagai ujung tombak dan pelaksana dari
berbagai kebijakan yang menyangkut pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dalam prakteknya selalu mengacu pada kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah daerah dan kebijakan yang dikeluarkan oleh instansi Rumah
Sakit Umum Daerah itu sendiri.
lebih lama dan kesan yang dirasakan oleh pasien dalam hal melayaninya lebih
dirasakan oleh pasien itu sendiri sehingga ia dapat menilai lebih objektif dalam
hal pelayanannya.
Selain itu untuk melayani pasien rawat inap diperlukan berbagai sarana
dan prasarana serta fasilitas pelayanan yang kompleks dan unik sesuai dengan
kondisi pasien itu sendiri. Pelayanan terhadap pasien rawat inap memiliki
peluang untuk menciptakan kemandirian dan lebih profesional dalam hal yang
menyangkut kualitas pelayanan. Baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat
inap pertama kali yang ingin ia temui adalah tenaga kesehatan seperti; dokter,
perawat, laboran dan tenaga teknis kesehatan yang bertugas digaris depan (front
line).
Keadaan semacam ini tidak bisa dibiarkan bagi Rumah Sakit Umum
Daerah tidak ada cara lain selain untuk merespon tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang memadai, dengan cara meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan atau
pasien. Peningkatan kepuasan pelayanan kepada pasien harus dijadikan strategi
oleh Rumah Sakit Umum Daerah itu sendiri, sebab akan membawa nama bagi
Rumah Sakit Umum Daerah sendiri dan nama Pemerintah Daerah dimana
Rumah Sakit Umum Daerah tersebut berada.
Peraturan Menkes
NO: 129/menkes/SK/II/2018
RSUD Namlea
terhadap SOP
Kepuasan Pasien
2.7. Definisi Konsep dan Operasional
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Data primer yaitu data yang di ambil langsung dari sumber pertama.
b. Data sekunder yaitu data pelengkap yang di ambil dari dokumen dokumen
yang valid untuk membantu penelitian ini.
BAB IV
Pulau Buru adalah salah satu pulau besar dari sekian banyak pulau-pulau
kecil yang berada di Wilayah Provinsi Maluku. Sebelumnya Pulau Buru
merupakan Wilayah Kecamatan dibawah Pemerintah Kabupaten Maluku
Tengah, semenjak adanya pemekaran wilayah di masa reformasi, Pulau Buru
berdiri sendiri menjadi Kabupaten.
Asal muasal Nama Maluku sendiri berasal dari istilah para pedagang
Arab vagi daerah tersebut, jazirah al-Muluk atau negeri banyak raja. Di kawasan
ini terletak kepulau rempah-rempah “Indonesia Timur. Tentu saja kepulau ini
mencakup Pulau Buru, yang juga mendapat sebutan Tanah Raja-Raja. Secara
adat diwilayah Buru sendiri juga terbagi menjadi 8 wilayah petuanan/rehensaf,
yaitu Petuanan Kayeli, Liliali, Tagalisa, Lisela, Masarete, Fogi, Waisama dan
Ambalau. Tiap petuanan ini dipimpin oleh seorang Raja.
43
hasil kekayaan alam hutan dan laut yang melimpah. Hal ini terbukti seabad
kemudian ketika sebagian wilayah Pulau Buru dijadikan kawasan pembangunan,
pembuangan tahan politik PKI pada saat itu, yang sedang direhabilitasi.
Para Tahanan Politik itu bekerja keras membuka lahan dari bekas hutan
untuk persawahan. Kini di kawasan itu dan sekitarnya tempat para tahanan
politik dahulu menjalani kerja keras menjadi lahan persawahan yang subur. Pada
perang dunia ke 2, saat zaman pendudukan jepang di Indonesia wilayah Pulau
Buru ini menjadi posisi penting dalam pertahanan dan keamanan.
Pada tahun 1991, Menteri dari Belanda yang juga Ketua Negara-Negara
Donor untuk Indonesia (IGGI) pernah mengunjungi Pulau Buru, ia menemui
bekas Tahanan Politik yang menetap di Pulau Buru sebagai petani. Saat itu ia
menyanggupi bantuan pembangunan saluran irigasi sesuai permintaan para
bekas Tahanan Politik. Akan tetapi bantuan pembangunan irigasi urung
dilaksanakan, karena Presiden Soeharto menolak bantuan pembangunan
Belanda, dan memutuskan hubungan dengam IGGI (in-terGovermental Group on
Indonesia). Karena terkenalnya Pulau Buru itu masih identik dengan kamp
Tahanan Politik PKI.
Pada hal, kini bekas kamp tahanan politik itu telah menjadi kawasan
persawahan yang sangat subur. Pulau Buru telah menjadi daerah dengan
lumbung pangan di Wilayah Provinsi Maluku. Tidak ada lagi barak-barak
tahanan, kawat berduri atau pos pengawasan yang menjadi tanda sebuah
tempat isolasi kebebasan manusia. Akan tetapi dimata kebanyakan orang
Indonesia maupun orang asing yang belum pernah mengunjungi Pulau Buru,
sampai sekarang masih terbayang bekas kamp Tahanan Politik PKI pada saat
itu.
tahun 1966, banyak orang PKI yang pada tahun 1965 dianggap terlibat Gerakan
30 September (G30S), di tahan di Pulau Buru. Mulai dari 6 lebih, Hlm 10 34
tokoh-tokoh intelektual, seniman, wartawan, guru, mahasiswa, pemuda, buruh
anggota PKI sampai para simpatisannya.
Di pulau yang masih baru ini, mereka tanpa kecuali harus bekerja keras
mengolah tanah bekas hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sastrawan
terkenal Pramodya Ananta Toer bekas ketua LEKRA (Lembaga Kebudayaan
Rakyat), organ kebudayaan PKI, termasuk yang menjalani hidup sebaga petani
“masa pembuangan” di Pulau Buru.
Tentu saja, Pram hanya salah satu dari sekian banyak Tahan Politik yang
ditahan di Pulau Buru. Sebelum ditahan di Pulau Buru bersama Tahanan Politik
PKI lainnya, Pram sudah berpindah-pindah penjara dari Kodam ke Guntur,
Cipinang, Tangerang, Salemba, dan Nusa Kambangan. Terakhir ia di
berangkatkan ke Pulau Buru, Agustus 1969. Ia Pram menghabiskan
kehidupannya di Pulau Buru sepanjang 1969-1979. Di Pulau Buru, ia harus
bekerja keras bersama Tahanan Politik lainnya dibawah pengawasan tentara.
Pada zaman Orde Baru, semua karya Pram dilarang beredar, kini di
zaman Reformasi, larangan itu sudah tidak ada lagi. Berbagai penghargaan dari
luar Negeri juga diterimannya, antara lain Freedom to Write Award (PEN),
Wertheim Award, Ramon Magsaysay Award, UNESCO Madanjeet Singh Prize,
New York Fondetation For The Arts Award, dan Fukuoka Cultural Grand Prize.
35 Selain itu, ia mendapat gelar Doctor of Humane Letters dari Universitas
Michigan, Amerika Serikat. Bagaimanapun, Pulau Buru telah memberikan
inspirasi bagi karya-karya Pram, bahkan langsung atau tidak langsung ikut
berperan membesarkan namanya di dunia Internasional.
46
Untuk menuju bekas kamp tapol PKI itu, yang di Buru popular dengan
sebutan Unit atau Mako itu, tersedia anggkutan umum atau ojek.Perjalanan
kesana dari Kota Namlea naik melewati Desa Batuboi, penuh pemandangan
indah, Perbukitan, dan sore hari tampak di kejauhan teluk Kayeli yang begitu
indah.Ketenangan dan kebisuan teluk Kayeli yang luas dan indah ini, seakan-
akan seperti pelabuhan armada yang sudah berabad-abad di tinggalkan,
demikian Pramoedya Ananta Toer melukiskan dalam novelnya nyanyi sunyi
seorang bisu.
47
Tabel IV.1
TAHUN
KECAMATAN
2016 2017 2018 2019
Tabel IV.2
Tabel IV.3
No Mulai Akhir
Bupati Prd. Ket. Wakil Bupati
. Jabatan Jabatan
4.1.11 Pendidikan
Tabel IV.4
4.1.12 Kesehatan
Tabel IV.5
Puskesmas
Kecamatan Rumah sakit Poliklinik puskesmas apotek
pembantu
Namlea 1 1 1 1 15
Waeapo - - 2 3 4
Waplau - - 1 6 1
Bata bual - - 1 4 -
Teluk kaiely - - 1 3 -
Waelata - - 1 8 -
Lolong guba - - 1 8 2
Lilialy - - 2 2 2
Air buaya - - 1 4 1
Fena leisela - - 1 3 -
TOTAL 1 1 12 42 25
Gambar IV.2
Berikut adalah Jumlah tenaga kerja di RSUD dapat di lihat di dalam tabel
di bawah ini.
Tabel IV.6
Ketenagaan RSUD Namlea
55
Dokter Umum 5
Dokter Gigi 2
Perawat 195
Bidan 48
Farmasi 15
Gizi 9
Kesehatan masyarakat 9
Kesehatan lingkungan 11
Keterapian fisik -
Keteknisian medik 15
Teknik biomedika 12
Tabel IV.7
1/1
RUMAH SAKIT
UMUM
DAERAH
NAMLEA
Ditetapkan Direktur
di tuju.
4. Petugas pada unit pelayanan memeriksa pasien.
5. Petugas pada unit pelayanan merujuk pasien pada unit terkait
sesuai kebutuhan pasien jika memerlukan penunjang.
6. Petugas tersebut menegakkan diagnosa dan membuat resep
untuk pasien rawat jalan. Dan memberikan inform consent
untuk pasien rawat inap. Setelah petugas dalam unit.
pelayanan tersebut menerima hasil pemeriksaan penunjang
7. Petugas meminta pasien menyerahkan resep bagian
obat/apotik.
8. Petugas pada bagian obat menerima resep dan menyiapkan
obat.
9. Petugas memberikan obat pada pasien dan menjelaskan
prosedur mengkonsumsinya jika pasien merupakan pasien
rawat jalan.
10. Petugas berkoordinasi dengan petugas rawat inap untuk
mempersiapkan persiapan selanjutnya. Jika pasien
merupakan pasien rawat inap.
Unit Terkait 1. Semua unit dan divisi yang terkait dalam RSUD Namlea
1. pasien
Distribusi
2. Pendaftaran
Gambar IV.3
Memberikan
Mendapatkan
pelayanan/tindakan
pelayanan penunjang
sesuai instruksi dokter
medis
Mendapatkan
perawatan/pelayanan
lanjutan di ruang Pulang
perawatan sesuai
kebutuhan pasien
1. Visi
Menjadi rumah sakit dengan pelayanan kesehatan peripurna yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat Kabupaten Buru.
2. Misi
Mengoptimalkan layanan kesehatan sesuai standar rumah
sakit
Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan rumah
sakit
59
Gambar IV.2
Struktur Organisasi RSUD Namlea
DIREKTUR
KELOMPOK JABATAN
SUNGSIONAL KA – SUB TATA USAHA
Atas dasar uraian tersebut maka berikut ini yang akan disajikan secara
berturut-turut gambaran hasil penelitian dan pembahasan melalui berbagai
indicator-indikator antara lain sebagai berikut.
“Menurut saya sosialisasi belum berlalu efektif oleh pihak RSUD karena
masih ada masyarakat yang belum, mengetahui alur pelayanan di
RSUD jadi harapan, saya pihak rumah sakit harus lebih efektif dalam
menjalankan sosialisasi sehinga masyarakat dapat mengetahui alur
pelayanan rumah sakit tersebut”.
Tipe sosialisasi ini tergolong tipe sosialisasi formal sebab sosialisasi ini
terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang
berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah salah satunya. Menyangkut
dengan sosialisasi yang di lakukan oleh pihak RSUD Namlea ini merupakan
salah satu langkah yang terbilang sangat baik, sebab sosialisasi tentang standar
pelayanan RSUD Namlea kepada masyarakat harusnya lebih efektif. Ini
dikarenakan dengan jarak setiap perkampungan dengan RSUD Namlea terbilang
cukup jauh sehingga ada sebagian masyarkat yang tidak mengetahui tentang
sosialisasi tersebut.
Sebagai bentuk jenis pelayanan jasa pada instansi negara RSUD juga
didasari dengan aturan-aturan undang-undang, yaitu UU No 25 Tahun 2009
tentang pelayanan publik. Di dalam pasal (18) tentang hak dan kewajiban
masyarakat di dalam poin (a) mengetahui kebenaran isi standar pelayanan dan
poin (b) mengawasi pelaksanaan standar pelayanan.
Oleh karena itu secara otomatis berbagai fasilitas pelayanan kesehatan harus
lebih didekatkan, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat yang
membutuhkan.
dengan kondisi rumah sakit setempat baik rumah sakit swasta maupun
pemerintah.
“ada juga yang mengikuti SOP dan ada juga yang tidak mengikuti SOP,
artinya bahwa SOP ini kan menjadi rujukan pegawai dalam melalukan
pelayanan kepada masyarakat tetapi kita sama-sama tau bahwa masih
saja ada sebagian pegawai yang tidak mengikuti SOP. Salah satunya
mungkin mementingkan keluarga agar di dahulukan untuk lebih cepat
mendapatkan pelayanan. Karena kita tidak bisa pungkiri bahwa
kebiasaan ini sangat sulit untuk di hilangkan dalam budaya kita di
maluku.”
67
“Konsistensi pegawai RSUD saat ini menurut saya kurang terlalu baik
karena dalam pelayanan, masih kurang terlalu konsistensi karena ada
sebagian pegawai yang mungkin lebih mementingkan persoalan pribadi,
ketimbang tanggung jawabnya sebagai seorang pegawai”.
“Saya sendiri tidak terlalu paham apa itu SOP tetapi kalau kita lihat
terkait dengan konsistensi pegawai, sendiri di RSUD saya pikir belum
terlalu konsisten, karena pengalaman yang saya rasakan waktu saya
berobat di RSUD, disitu para pegawai sendiri, kadang kerjanya lambat
dan masuk kerja bisa dibilang kurang tepat waktu, sehinga sangat
berdampak pada kami yang menggunakan jasa pelayanan RSUD”.
Ini akan menjadi masalah jika penggunaaan waktu yang kurang tepat
tentunya pelayanan akan tertunda dan mencerminkan tenaga kesehatan belum
semaksimal mungkin membantu dalam proses penyembuhan klien bahkan
sebaliknya dapat menjadi masalah bagi kita sebagai profesi kesehatan dimata
masyarakat.
“ada yang disiplin dan ada juga yang tidak, ini dikarenakan rata-rata
hampir 95% pegawai di RSUD ini adalah perempuan dan rata-rata
sudah berumah tangga. karena kebanyakan yang di bagian loket
70
pendaftaran adalah perempuan yang sudah menikah dan juga ada yang
lajang sehingga alasannya juga beragam. Untuk yang sudah menikah
alasannya adalah mengurus rumah terlebih dahulu, mengurus anak dan
suami, sehingga terlambat untuk ke RSUD. Dan untuk yang lajang
biasanya mengurus rumah beres-beres dan juga kadang katanya ada
juga yang susah mencari transportasi untuk ke RSUD. Tetapi saya tetap
menindak dengan aturan-aturan tersebut mulai dari teguran lisan,
menyurati dan tindakan pemotongan tunjangan tambahan pegawai atau
TTP bahkan tidak segan-segan untuk memecat jika hal ini sering di
ulangi apalagi malas datang ke RSUD ini. Karena kita sebagai pegawai
rumah sakit sangat di perlukan karena orang datang ke RSUD tidak
mengenal waktu ketika pasien sangat membutuhkan penanganan medis
secepatnya karena musibah mau tidak mau maka kita sangat
bertanggung jawab atas hal itu.”
“Persoalan disiplin menurut saya suda baik oleh setiap petugas, tetapi
perlu harus lebih dipertegas lagi terkait tingkat kedisiplinan oleh setiap
71
.”ada sebagian pegawai yang masih minim akan disiplin terhadap waktu
kerja. saya kira hal ini merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
rumah sakit, sebab RSUD Namlea ini merupakan sentral pengobatan
masyarakat sekabupaten buru, mengingat RSUD Namlea ini hanyalah
salah satu rumah sakit yang ada di Kabupaten buru maka perlu di
tingkatkan lagi dari segi pelayanannya. Sehingga masyarakat pun
merasa puas dengan pelayanan yang di berikan kepada masyarakat.
“pelayanan RSUD ini sudah terbilang cukup baik cuman saja ada
beberapa pegawai yang masih lalai dalam ketepatan waktu, sehingga
masyarakat pun menunggu cukup lama, saya harap kepala RSUD
Namlea ini dapat memperhatikan kedisiplinan para pegawainya untuk
lebih tepat waktu lagi sehingga para masyarakat pun yang akan berobat
tidak menunggu terlalu lama untuk mendapatkan pelayanan.
organisasi. Oleh karena itu kedisiplinan di artikan sebagai tingkah laku yang
tertulis maupun yang tidak tertulis.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1) Sebagai bentuk jenis pelayanan jasa pada instansi negara RSUD juga
didasari dengan aturan-aturan undang-undang, yaitu UU No 25 Tahun
2009 tentang pelayanan publik. Di dalam pasal (18) tentang hak dan
kewajiban masyarakat di dalam poin (a) mengetahui kebenaran isi
standar pelayanan dan poin (b) mengawasi pelaksanaan standar
pelayanan. Pihak RSUD sudah seharusnya lebih di tekankan untuk
memberikan edukasi yang efektif lewat sosialisasi yang di lakukan. Tetapi
karena jangka waktu yang sudah cukup lama maka proses sosialisasi ini
perlu di perkenalkan kembali untuk memberikan sentuhan secara
emosional kepada masyarakat dalam memahami standar pelayanan di
RSUD Namlea.
2) Kekeliruan yang di lakukan oleh pegawai menjadi perhatian khusus bagi
masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan medis di RSUD tersebut.
Mengingat bahwa ada sebagian pegawai yang tidak profesional dengan
amanah yang seharusnya di distribusikan secara merata kepada setiap
masyarakat yang akan berobat, ini dikarenakan dengan kurangnya
netralitas pegawai yang melenceng terhadap aturan yang seharusnya di
jadikan sebagai acuan pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Di dalam
Peraturan Pemerintah nomor 42 Tahun 2004 tentang pembinaan jiwa
korps dank ode etik pegawai negeri sipil; A Pasal 11 huruf C, hal etika
terhadap diri sendiri PNS wajib menghindari konflik kepentingan pribadi,
kelompok atau golongan. Netralitas dalam kepegawaian sangatlah
penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam RSUD. Sehingga
masyarakat pun tidak merasa ada keberpihakan dalam mendapatkan
pelayanan yang sama
74
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah nomor 42 Tahun 2004 tentang pembinaan jiwa korps dan
kode etik pegawai negeri sipil.
DOKUMENTASI