Anda di halaman 1dari 79

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk


memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang
merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD NRI Tahun 1945), membangun kepercayaan masyarakat atas
pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan
kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh
warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik, sebagai
upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan
penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang memberi
pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan
menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi
setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.

Undang-undang pelayanan publik (secara resmi bernama Undang-


Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik) adalah undang-
undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik
merupakan efektivitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. Pelayanan publik
yang dilakukan oleh pemerintah atau koporasi yang efektif dapat memperkuat
demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi,
kohesi social, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan,
bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada
pemerintahan administrasi publik.

Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik terdapat pengertian pelayanan


publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang ,jasa, dan/atau pelayanan administratif
2

yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, penyelenggara


pelayanan publik atau Penyelenggara merupakan setiap institusi penyelenggara
negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-
undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Atasan satuan kerja penyelenggara merupakan pimpinan satuan kerja


yang membawahi secara langsung satu atau lebih satuan kerja yang
melaksanakan pelayanan publik. Organisasi penyelenggara pelayanan
publik atau Organisasi Penyelenggara merupakan satuan kerja penyelenggara
pelayanan publik yang berada di lingkungan institusi penyelenggara negara.

Korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-


undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pelaksana pelayanan
publik atau Pelaksana merupakan pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang
yang bekerja di dalam Organisasi Penyelenggara yang bertugas melaksanakan
tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

Masyarakat merupakan seluruh pihak, baik warga negara maupun


penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang
berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Standar pelayanan merupakan tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan
penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji Penyelenggara kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau, dan terukur.

Maklumat pelayanan merupakan pernyataan tertulis yang berisi


keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam standar
pelayanan, Sistem informasi pelayanan publik atau Sistem Informasi merupakan
rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi serta
mekanisme penyampaian informasi dari Penyelenggara kepada masyarakat dan
sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan Latin, tulisan dalam huruf Braile, bahasa
gambar, dan/atau bahasa lokal, serta disajikan secara manual ataupun
elektronik. Mediasi merupakan penyelesaian sengketa pelayanan publik antar
3

para pihak melalui bantuan, baik oleh ombudsman sendiri maupun melalui
mediator yang dibentuk oleh ombudsman.

Ajudikasi merupakan proses penyelesaian sengketa pelayanan publik


antar para pihak yang diputus oleh ombudsman, menteri merupakan menteri
dimana kementerian berada yang bertanggung jawab pada bidang
pendayagunaan aparatur negara, Ombudsman merupakan sebuah lembaga
negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan
publik, baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan
termasuk yang diselenggarakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, dan badan hukum milik negara serta badan swasta, maupun
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu
yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Rumah sakit sebagai salah satu BLU (Badan Lembaga Umum) dibentuk
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kekayaan BLU
merupakan bagian dari kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta
dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU
yang bersangkutan.

Rumah sakit adalah salah satu organisasi sektor publik yang bergerak
dalam bidang pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan
suatu upaya kesehatan secara berdaya, guna dan berhasil dengan
mengutamakan atau mementingkan upaya penyembuhan dan pemulihan yang
telah dilaksanakan secara serasi dan terpadu oleh pihak rumah sakit dalam
upaya peningkatan dan pencegahan penyakit serta upaya perbaikan. (Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.983/Men.Kes/SK/XI/1992). Rumah
sakit tidak hanya sekedar menampung orang sakit saja melainkan harus lebih
memperhatikan aspek kepuasan bagi para pemakai jasanya, dalam hal ini
pasien.

Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang sangat


diperlukan dan sangat diutamakan. Kegiatan penilaian kinerja organisasi atau
instansi seperti rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi pihak-
pihak yang memiliki kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. Bagi pemilik
4

rumah sakit, hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan informasi
tentang kinerja manajemen atau pengelola yang telah diberikan kepercayaan
untuk mengelola sumber daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua hasil
penilaian kinerja rumah sakit dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan
pertimbangan kepada siapa (rumah sakit) mereka akan mempercayakan
perawatan kesehatannya.

Pengelolaan rumah sakit pada masa lalu dipandang sebagai usaha


sosial, tetapi di masa sekarang pengelolaan yang berbasis ekonomi dan
manajemen sangat penting artinya untuk menghadapi berbagai situasi
persaingan global, mengantisipasi cepatnya perubahan lingkungan, dan menjaga
kelangsungan usaha rumah sakit itu sendiri. Persaingan global dan perubahan
lingkungan mulai nampak pada pengelolaan rumah sakit swasta multinasional
yang terdapat di kota-kota besar. Di Indonesia pengelolaan rumah sakit telah
berkembang dengan pesat dan menjadikan industri yang berbasis prinsip-prinsip
ekonomi dan manajemen merupakan ancaman bagi rumah sakit pemerintah
maupun nasional, jika tidak berusaha meningkatkan kualitas pelayanan dan
kinerjanya secara keseluruhan.

RSUD kota Namlea belum sepenuhnya melaksanakan fungsinya sebagai


BLU yang bertugas untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum. pelayanan adalah kunci keberhasilan
dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Peranannya akan lebih
besar dan bersifat menentukan manakala kegiatan-kegiatan jasa di masyarakat
itu terdapat kompetisi dalam usaha merebut pasaran dan langganan. Demikian
pula di bidang pemerintahan, peranan pelayanan umum yang diselenggarakan
oleh pemerintah, belum dapat memenuhi harapan semua pihak sehingga
diperlukan sistem manajemen untuk penyelenggaraan pelayanan umum.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buru Kota Namlea


adalah salah satu unit bisnis pemerintah (sektor publik) yang memiliki kewajiban
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan optimal tanpa
tujuan mencari laba (non profit organization). Untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal seperti yang diharapkan, dibutuhkan biaya yang cukup
besar dalam perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian
yang baik. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buru Kota Namlea
5

dihadapkan pada kekuatan-kekuatan dan masalah-masalah interen yang ada.


Dilain pihak secara bersamaan juga dihadapkan pada kondisi lingkungan dengan
berbagai faktor peluang dan tantangan yang senantiasa berkembang dinamis.
Oleh karena itu, untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi
masyarakat sehingga visi, misi, tujuan, sasaran, serta indikator keberhasilan
yang diwujudkan dalam bentuk rencana strategis. Indikator keberhasilan
merupakan alat ukur yang harus dievaluasi secara periodik dan
berkesinambungan.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buru Kota Namlea merupakan


salah satu Rumah Sakit Umum di Namlea yang berusaha memberikan
pelayanan kesehatan secara optimal, profesional dan meningkatkan mutu terus-
menerus. Oleh karena itu, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buru Kota
Namlea harus selalu memperbaiki kinerja agar dapat menambah kepercayaan
masyarakat atas pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buru kota
Namlea. Kepercayaan ini sangatlah penting, mengingat masyarakat merupakan
pengguna jasanya. Dengan adanya peningkatan kepercayaan masyarakat
terhadap rumah sakit, diharapkan akan menpunyai dampak pada pendapatan
rumah sakit.

Sebagai organisasi publik, rumah sakit diharapkan mampu memberikan


pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Akan tetapi, di satu sisi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai unit organisasi milik pemerintah
daerah dihadapkan pada masalah pembiayaan untuk menciptakan pelayanan
yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat banyak. Tingginya harga obat
dan alat-alat medis merupakan contoh di mana sistem pelayanan kesehatan
yang ada belum banyak melakukan intervensi agar semua pelayanan tersebut
dapat dijangkau masyarakat. Kondisi ini akan memberikan dampak yang serius
bagi pelayanan kesehatan di rumah sakit karena sebagai organisasi yang
beroperasi setiap hari. Likuiditas keuangan merupakan hal utama dan
dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan operasional sehari-hari.

Masyarakat menghendaki pemerintah melalui organisasi-organisasinya


termasuk rumah sakit, dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan biaya
yang murah, padahal tidak semua pelayanan kesehatan bisa didapatkan dengan
biaya yang murah. Karyawan membutuhkan informasi tentang kinerja rumah
6

sakit yang menyeluruh (komprehensif) demi pencapaian tujuan dan kemajuan


rumah sakit di masa yang akan datang. Informasi tersebut tidak hanya informasi
finansial rumah sakit yang mangacu pada perspektif keuangan tetapi juga non-
finansial yang mengacu pada perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis
internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Sistem pengukuran kinerja yang hanya berdasarkan pada aspek


keuangan saja sering dikenal dengan sistem pengukuran kinerja tradisional,
hanya mencerminkan keberhasilan sebuah organisasi dalam jangka pendek
tanpa memikirkan keberhasilan jangka panjang. Pengukuran kinerja dari aspek
keuangan mudah dimanipulasi sesuai dengan kepentingan manajemen sehingga
hasil pengukuran kinerja tradisional semacam ini kurang tepat jika diterapkan
dalam sebuah rumah sakit, karena tujuan utama rumah sakit adalah memberikan
pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat, selain itu dengan
pengukuran kinerja yang hanya berdasarkan faktor keuangan saja
mengakibatkan banyaknya sumber daya manusia yang potensial yang berada di
dalam rumah sakit tidak dapat di ukur.

Adapun standar pelayanan yang di berikan pihak RSUD Namlea sebagai


berikut:

1. pegawai diharapkan konsisten dengan waktu yang telah di tentukan oleh pihak
rumah sakit. Di papan informasi jam buka mulai pukul 08.00-16.00 WIT kecuali
hari Jum’at dan Sabtu. Namun, pelayanan dibuka pada pukul 08.00 dan
pendaftaran ditutup sampai pukul 15.00.

2. Pasien/keluarga pasien mengambil no antrean dan mengisi formulir pasien


baru di security.

3. Setelah mengambil no antrean, pasien/keluarga pasien menunggu antrean di


panggil di loket pendaftaran.

4. Pasien lansia (60 tahun ke atas) & balita (0-5 tahun) didahulukan saat
melakukan pendaftaran dan kartu identitas pasien.

5. Saat no antrian di panggil keluarga pasien menyerahkan formulir pendaftaran


dan kartu identitas pasien.

6. Sapa pasien keluarga atau pengunjung dan memberikan salam.


7

7. Tanyakan kepada pasien tentang:

a. Apakah bapak/ibu pernah berobat di RSUD ini?

b. Bapak/ibu keluhannya seperti apa?

8. Setelah diketahui sebagai pasien baru, formulir pendaftaran sudah di cetak


kesesuaiannya dan keluhan yang di derita pasien, petugas pendaftaran input
data pasien secara lengkap ken SIM-RS dan secara otomatis pasien tersebut
akan mendapatkan nomor rekam medis.

9. Petugas pendaftaran mencetak formulir identitas pasien, bukti pendaftaran,


label identitas pasien dan kartu identitas Berobat (KIB)

10. Serahkan KIB (Kartu Identitas Berobat) kepada pasien dan jelaskan “jika
bapak/ibu datang berobat ke RSUD Namlea harap kartunya dibawa, untuk
memudahkan pencarian kembali data bapak/ibu”.

11. komunikasi informasi dan edukasi pasien tentang printout formulir identitas
pasien serta general consent, setelah pasien memahami isi general consent,
petugas mempersilahkan pasien untuk menandatangani general consent
tersebut.

12. Setelah berkas lengkap, petugas pendaftaran menyerahkan printout bukti


pendaftaran formulir identitas pasien beserta general consent dan label identitas
kepada pasien untuk di bawa ke nurse station poliklinik yang dituju.

13. Mempersilahkan pasien untuk menuju ke nurse station poliklinik yang di tuju.

Dari standar pelayanan yang dijelaskan di atas, dapat kita ketahui bahwa
pelayanan yang baik dapat menjadi sebuah rujukan untuk melayani pasien yang
hendak akan berobat, untuk itu ada prosedur yang perlu diikuti seperti yang di
jelaskan di atas sehingga edukasi yang dijelaskan oleh pegawai dapat di pahami
oleh pasien sehingga tidak kebingungan dalam mendaftar atau mengikuti
prosedur untuk merujuk kepada poliklinik yang di tuju untuk berkonsultasi gejala-
gejala penyakit yang di derita pasien.

Tetapi masih saja ada pegawai yang tidak paham tentang standar
pelayanan yang baik kepada pasien sehingga tidak banyak ditemukan pelayanan
yang tidak efisien terhadap standar pelayanan dan juga Standar operasional
prosedur (SOP) yang kita ketahui sebagai dokumen yang berkaitan dengan
8

prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan


yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja
dengan biaya yang cukup mahal dikarenakan pajak pengiriman dari pusat hingga
ke maluk. Dalam memberikan pelayanan RSUD namlea kurang dibarengi
dengan adanya kedisiplinan berkaitan dengan ketepatan waktu. Jam kerja RSUD
namlea yaitu 7-9 jam per hari menjadi permasalahan bagi publik untuk
menggunakan jasa pelayanannya. Di papan informasi jam buka mulai pukul
08.00-15.00 wit kecuali hari Jum’at dan Sabtu. Namun, pelayanan dibuka pada
pukul 08.00 dan pendaftaran ditutup sampai pukul 10.00.

Ketepatan waktu sesuai dengan aturan yang berlaku masih kurang


diterapkan oleh petugas sehingga pelayanan untuk masyarakat tertunda. Dan
juga kurangnya pemahaman pegawai terhadap standar pelayanan yang telah di
tentukan oleh pihak rumah sakit itu sendiri, hal ini disebabkan karena kurangnya
perhatian khusus dari direktur tentang sosialisasi terhadap pegawai mengenai
standar pelayanan maupun kepada pasiennya, sehingga edukasi tentang
standar pelayanan sangatlah kurang efektif terhadap kepatutan pasien dalam
memahami standar pelayanan yang nantinya di lakukan kepada pasien.

Dari latar belakang di atas penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian


terhadap mekanisme pelayanan yang di berikan di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Namlea dengan mengambil judul “Implementasi Standar Pelayanan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buru Kota Namlea”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang dijelaskan di atas, maka pokok yang akan


ditelaah dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian
adalah Bagaimana implementasi standar pelayanan yang di berikan kepada
pasien di rumah sakit umum daerah Kabupaten Buru kota Namlea.?

1.3. Batasan Masalah

Mengingat fokus yang di angkat dalam penelitian ini adalah mengenai


standar pelayanan yang di berikan pegawai kepada pasien, maka untuk
menghindari luasnya pembahasan terhadap masalah ini, maka penulis
membatasi permasalahan dengan hanya memfokuskan pada implementasi
9

standar pelayanan terhadap pasien di rumah sakit umum daerah Kabupaten


Buru kota Namlea.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksankannya penelitian adalah untuk mengetahui Implementasi


standar Pelayanan yang di berikan pihak rumah sakit kepada pasien.

1.5. Manfaat Penelitian

Beranjak dari latar belakang masalah pokok, dan tujuan penilitian adapun
yang menjadi manfaat dilakukannya penelitian ini terdiri atas dua manfaat, yaitu
manfaat terhadap kepentingan akademis dan manfaat terhadap kepentingan
praktis. :

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai sumbangsi yang


bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai
implementasi standar pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buru Kota Namlea dan diharapkan menjadi bahan studi perbandingan
bagi peneliti selanjutnya dalam melengkapi kajian-kajian yang membahas
topik yang sama.

2. Manfaat Praktis

Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan sumbangan


informasi mengenai Implementasi Standar Pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buru kota Namlea sehingga bisa dijadikan
referensi untuk perbaikan mutu pelayanan kesehatan.

1.6. Sistematika Penulisan


10

Penulisan ini akan di tuangkan dalam bentuk proposal dengan


menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memberikan latar belakang masalah, permasalahan dan pembatasan


masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUWAN PUSTAKA

Bab ini mengupas teori-teori yang berhubungan dengan variable penelitian,


kerangka pikir, dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini mengupas tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,
instrument penelitian, penentuan informasi, jenis data penelitian, sumber data,
serta teknik analisis data yang digunakan

BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Bab ini Merupakan bab yang berisi hasil penelitian dan analisis.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II
11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Implementasi

Implementasi berasal dari kata “to implement” yang berarti


mengimplementasikan. Arti implementasi ialah kegiatan yang dilakukan melalui
perencanaan dan mengacu pada aturan tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan
tersebut.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi juga


berarti penerapan atau pelaksanaan.

Jadi, implementasi adalah tindakan untuk menjalankan rencana yang


telah dibuat. Dengan demikian, implementasi hanya dapat dilakukan jika terdapat
sebuah rencana. Hasil implementasi akan maksimal jika penerapan dilakukan
sesuai rencana sebelumnya. Akhirnya implementasi bermuara pada sistem atau
mekanisme.

2.1.2. Tujuan Implementasi

Setelah Anda memahami arti implementasi, Anda dapat mengetahui


bahwa tujuan utama implementasi untuk menerapkan rencana yang telah
disusun.

Dalam menyusun rencana, biasanya ikut disusun tujuan-tujuan yang akan


dicapai. Nah, implementasi juga bertujuan untuk mencapai semua tujuan
tersebut. Karena pada pengertian sebelumnya implementasi berkaitan dengan
sistem, maka tujuan implementasi lainnya untuk menguji suatu prosedur dalam
kebijakan, menguji kemampuan masyarakat dalam menerapkan kebijakan yang
disusun, dan untuk mengetahui keberhasilan kebijakan itu sendiri. Sistem yang
melalui pengujian akan semakin terjamin untuk pengguna di masa depan.

2.1.3. Contoh Implementasi

Rasanya kurang lengkap jika Anda tahu arti implementasi, tapi tidak
dapat menyebutkan contoh implementasi. Dalam kehidupan sehari-sehari,
sebenarnya ada banyak contoh implementasi yang dapat disebutkan.
12

Misalnya mengimplementasikan nilai-nilai pancasila. Bentuk implementasi


ini adalah melakukan kerja bakti untuk menjaga kebersihan lingkungan. Selain
itu, ada implementasi terkait kebijakan publik. Misalnya pergantian kurikulum
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Pemberian BOS (Bantuan Dana Operasional Sekolah) juga termasuk


contoh implementasi kebijakan di bidang pendidikan. Demikian arti, pengertian,
dan penjelasan implementasi. Dengan adanya implementasi, maka akan
diperoleh banyak keuntungan, khususnya perihal kebijakan.

Pengertian implementasi ini juga di kemukakan dari beberapa pendapat


para ahli yakni Wheelen Dan Hunger berpendapat bahwa Pengertian
implementasi strategi menurut Wheelen dan Hunger adalah tahap mewujudkan
dan menerapkan strategi yang telah dibuat dalam bentuk tindakan melalui
serangkaian prosedur, program dan anggaran. Kemudian di katakan juga oleh
Whitten, Bentle Dan Barlow (1993) bahwa Pengertian implementasi sistem
menurut Whitten, Bentle Dan Barlow adalah suatu proses untuk menempatkan
dan menerapkan informasi dalam operasi.

Selain itu Uzey (2010) menjelaskan bahwa Pengertian implementasi


pancasila menurut Uzey adalah mewujudkan nilai moral yang terkandung dalam
pancasila sebagai norma etik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dan juga Gordon (1994) mengungkapkan bahwa Pengertian
implementasi keperawatan menurut Gordon adalah tahapan kegiatan yang
dilakukan perawat dalam membantu klien dari status kegiatan bermasalah
menuju status yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diinginkan. Maupun Prof. H. Tachjan (2006) berpendapat bahwa Pengertian
implementasi kebijakan publik menurut Prof. H. Tachjan (Guru Besar Ilmu
Administrasi UNPAD) adalah suatu proses kegiatan administrasi yang dilakukan
setelah kebijakan ditetapkan atau disetujui.

2.2. Pengertian Standar

Standar, atau lengkapnya standar teknis, adalah suatu norma atau


persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan
kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu
standar dapat pula berupa suatu artefak atau perangkat formal lain yang
13

digunakan untuk kalibrasi. Suatu standar primer biasanya berada dalam


yurisdiksi suatu badan standardisasi nasional.

Standar sekunder, tersier, cek, serta bahan standar biasanya digunakan


sebagai rujukan dalam sistem metrologi. Suatu kebiasaan, konvensi, produk
perusahaan, atau standar perusahaan yang telah diterima umum dan bersifat
dominan sering disebut sebagai "standar de facto".

Sebuah standar, dapat dikembangkan dengan cara sendiri-sendiri


atau unilateral, misalnya oleh suatu perusahaan, organisasi, militer, dll. Contoh
standar perusahaan adalah Standar Operating Procedure (SOP). Standar juga
dapat dikembangkan oleh suatu kelompok seperti persekutuan atau asosiasi
perdagangan yang memiliki visi yang sama. Contohnya klasifikasi jenis oli yang
standarnya dibuat oleh American Petroleum Institute (API), yang kemudian
diadopsi menjadi standar internasional.

Setiap negara memiliki Badan standardisasi dan biasanya memiliki lebih


banyak keragaman standar dan umumnya mengembangkan standar sukarela.
Standar-standar ini dapat menjadi suatu keharusan jika diadopsi oleh suatu
pemerintahan, kontrak bisnis, dan lain sebagainya.

Proses standardisasi dapat melalui suatu pengumuman resmi atau dapat


pula melibatkan konsensus formal dari pakar teknis.

2.2.1. Syarat Standar

1. Bersifat jelas, artinya dapat diukur dengan baik, termasuk mengukur


berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi;

2. Masuk akal, suatu standar yang tidak masuk akal, misalnya ditetapkan
terlalu tinggi sehingga mustahil dapat dicapai, bukan saja sulit
dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para pelaksana;

3. Mudah dimengerti, suatu standar yang tidak mudah dimengerti, atau


rumusan yang tidak jelas akan menyulitkan tenaga pelaksana sehingga
standar tersebut tidakakan dapat digunakan;

4. Dapat dicapai, merumuskan standar harus sesuai dengan kemampuan,


siatuasi serta kondisi organisasi;

5. Absah, ada hubungan yang kuat dan dapat didemonstrasikan;


14

6. Meyakinkan, persyaratan yang ditetapkan tidak terlalu rendah dan tidak


terlalu tinggi;

7. Mantap, spesifik dan eksplisit, tidak terpengaruh oleh perubahan waktu


untuk jangka waktu tertentu, bersifat khas dan gambling.

2.2.3. Tahap Perumusan Standar

1. Identifikasi perlunya suatu standar tertentu oleh para pemangku


kepentingan;

2. Penyusunan program kolektif berdasarkan analisis kebutuhan dan


penetapan prioritas oleh semua pihak berkepentingan disusul adopsi
dalam program kerja badan/lembaga standardisasi nasional;

3. Penyiapan rancangan standar oleh semua pihak yang berkepentingan


yang diwakili oleh pakar (termasuk produsen, pemasok, pemakai,
konsumen, administrator, laboratorium, peneliti dan sebagainya) yang
dikoordinasikan oleh panitia teknis;

4. Konsensus mengenai rancangan standar;

5. Validasi melalui public enquiry nasional mencakup semua unsur ekonomi


dan pelaku usaha untuk memastikan keberterimaan secara luas;

6. Penetapan dan penerbitan standar, dan;

7. Peninjauan kembali (revisi), amandemen atau abolisi. Suatu standar


dapat direvisi setelah kurun waktu tertentu (umumnya 5 tahun sekali) agar
selalu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan baru.

Prinsip dasar perumusan standar Prinsip yang harus dipenuhi dalam proses
perumusan maupun pengembangan dalam menghasilkan dokumen standar
adalah (BSN, 2009)

1. Transparan (Transparent)

2. Keterbukaan (Openness)

3. Konsensus dan tidak memihak (Consensus and impartiality)

4. Efektif dan relevan (Effective and relevant)

5. Koheren (Coherent)
15

6. Dimensi pengembangan (Development dimension)

Pengertian standar menurut para ahli sebagai berikut:

1. Menurut Clinical Practice Guideline. Standar adalah keadaan ideal atau


tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai
batas penerimaan minimal.
2. Menurut Rowland, standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang
harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan agar pemakai jasa dapat
memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan yang
diselenggarakan.
3. Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional, Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu
yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun
berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan
syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman,
perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya.
4. Standar menurut bahasa adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai
patokan. Secara etimologi kata standar bisa dipahami sebagai patokan
atau sebagai standar baku. Standar juga bias dikatakan sebagai sesuatu
yang digunakan sebagai ukuran, norma, atau model dalam evaluasi
komparatif (Oxford Dictionary). Standar dapat dijadikan acuan, untuk
melakukan proses kerja agar mencapai hasil yang sudah ditetapkan
sebelumnya dan melakukan penilaian.
5. (Peni, 2013:1) Standar yang berarti satuan ukuran yang dipergunakan
sebagai dasar pembanding kuantitas, kualitas, nilai, hasil karya yang ada.
Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi baik produk,
bahan maupun proses. Tidak boleh tidak, standar harus atau sedapat
mungkin diikuti agar supaya kegiatan maupun hasilnya boleh dikatakan
dapat diterima umum oleh penggunaan standar atau ukuran ini adalah
hasil kerja sama pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri dimana
perusahaan itu berada.
16

6. Menurut Sulastri (2012:1), standar adalah kesepakatan-kesepakatan


yang telah didokumentasikan yang di dalamnya terdiri antara lain
mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat
yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu
untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan
yang telah dinyatakan.

2.3. Pengertian Pelayanan

Kata “Pelayan” ketika mendapat beberapa imbuhan dalam bahasa


Indonesia akan mengalami pergeseran arti. Hal ini memang sudah pasti. Dari
kata benda “pelayan” yang memiliki arti “orang yang melayani” berubah menjadi
kata kerja “melayani” yang berkaitan dengan pekerjaan dan berubah lagi menjadi
“pelayanan”. Lalu, apa arti “pelayanan”? Terkadang satu kata ini sering kali salah
pengertian. Secara asal katanya, kita bisa memberi pengertian pelayanan
sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk memberikan kemudahan terhadap
orang lain atau pemakai jasa.

Pengertian lebih mudahnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh


seseorang atau sekumpulan orang untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Lalu,
kira-kira, bagaimana pendapat ahli mengenai satu kata ini? Pengertian
Pelayanan Menurut Ahli di Bidangnya Agar bisa lebih memahami arti kata
pelayanan, Anda perlu menyimak pendapat beberapa ahli mengenai satu kata
ini.

Seorang ahli bernama Fred Luthans dalam bukunya yang


berjudul Moenir memberikan pengertian pelayanan sebagai suatu proses
pemenuhan kebutuhan yang didapat dari aktivitas orang lain.

Ahli lain bernama Zeitami memberikan sedikit penjelasan mengenai


pelayanan. Kualitas sebuah pelayanan terpusat kepada upaya pemenuhan
kebutuhan dari keinginan masyarakat. Kualitas pelayanan juga berkaitan dengan
ketepatan dalam penyampaian demi mengimbangi keinginan pelanggan. Zeitaml
memberikan pengertian atas kata pelayanan sebagai penyampaian secara
cerdas atas harapan konsumen. Penjelasan Zeitaml selanjutnya dikembangkan
oleh Parasuraman dkk. yang mengemukakan bahwa ada lima dimensi yang
17

harus diperhatikan ketika seorang konsumen melalukan penilaian atas kualitas


jasa, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Tengible, berkaitan dengan fasilitas fisik, pegawai, perlengkapan, dan


juga sasaran komunikasi.

2. Emphaty, berkaitan dengan kemudahan melakukan hubungan,


komunikasi yang bagus, perhatian individu, dan juga memahami
kebutuhan pelanggan.

3. Responsiveness, berkaitan dengan keinginan para pelayan untuk


membantu setiap pelanggan dan juga memberikan pelayanan yang
tanggap.

4. Reliability, berkaitan dengan kemampuan memberikan pelayanan yang


segera, andal, akurat, dan juga memuaskan.

5. Assurance, berkaitan dengan kemampuan, pengetahuan, kesopanan,


dan juga sifat terpercaya. Lima hal ini adalah penilaian dari para
konsumen.

Menurut Kotler, setiap kegiatan dan juga tindakan yang ditawarkan oleh
pihak yang satu kepada pihak yang lain selalu didasarkan pada hal yang tidak
berwujud sehingga tidak mengakibatkan bentuk kepemilikan apa pun. Semua
proses produksi dapat dihubungkan satu produk fisik. Dari penjelasan itu,
pengertian pelayanan bisa diartikan sebagai perilaku produsen untuk memenuhi
kebutuhan konsumen demi tercapainya kepuasan.

Pada mulanya, pengertian pelayanan semata-mata adalah tindakan yang


dilakukan orang lain untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Pada
perkembanganya, pelayanan dijadikan parameter dalam proses produksi antara
penyedia jasa dengan pelanggannya, Pelayanan memang sangat dibutuhkan
oleh manusia, baik pelayanan fisik untuk pribadi maupun pelayanan untuk massa
atau negara.

2.3.1. Pelayanan Publik

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan dapat


dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.
Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby dalam Ratminto dan Winarsih (2010:2)
18

mendefinisikan Pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak


dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia yang menggunakan
peralatan. Sedangkan definisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos
sebagaimana dikutip dibawah ini

“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat


tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi
antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal yang disediakan oeh
perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan
permasalahan konsumen/pelanggan” Gronroos (1990:27).

Sedangkan Davidow dalam Waluyo (2007:127) “menyebutkan pelayanan


adalah hal-hal yang jika diterapkan terhadap sesuatu produk akan meningkatkan
daya atau nilai terhadap pelanggan”. “Pelayanan merupakan respon terhadap
kebutuhan manajerial yang hanya akan terpenuhi kalau pengguna jasa itu
mendapatkan produk yang mereka inginkan” (Lovelock dalam Waluyo 2007:128).

Istilah publik berasal dari bahasa inggris “public” yang berarti umum,
masyarakat, Negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa
Indonesia baku menjadi publik yang berarti umum, orang banyak. Inu dan
kawan-kawan mendefinisikan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki
kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan
baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki (Inu DKK dalam
Sinambela 2006 : 5).

Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikan pada suatu produk
secara fisik (Sinambela, 2006 : 5). Pelayanan publik pada dasarnya dapat
didefinisikan sebagai aktifitas seseorang, kelompok dan/atau organisasi baik
langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan (Pasolong,
2011:128).

Pelayanan publik (public service) adalah suatu pelayanan atau pemberian


terhadap masyarakat yang berupa penggunaan fasilitas-fasilitas umum, baik jasa
maupun non jasa yang dilakukan oleh organisasi public dalam hal ini adalah
19

suatu pemerintahan. Dalam pemerintahan, pihak yang memberikan pelayanan


adalah aparatur pemerintahan beserta segenap kelengkapan kelembagaannya
(Saiful Arif, 2010:3) Syafiie dalam Sinambela, dkk (2010:5) mendefinisikan publik
adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan,
harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma
yang merasa memiliki. Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang
memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu
produk secara fisik.

Pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah


dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Negara didirikan oleh publik
(masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan
tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat,
misalnya kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, dan lain-lain (Sinambela, dkk,
2010:5).Pelayanan publik dapat berupa pelayanan kesehatan, pelayanan
pendidikan, pelayanan pencarian keadilan, dan lain-lain (Pamudji, 1994:21- 22).

2.3.2. Jenis Pelayanan Publik

Pengelompokan jenis pelayanan publik didasarkan pada ciri-ciri dan sifat


kegiatan dalam proses pelayanan serta produk pelayanan yang dapat dibedakan
kedalam beberapa jenis pelayanan sebagai berikut :

1. Jenis Pelayanan Administratif, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh


unit pelayanan berupa kegiatan pencatatan, penelitian, pengambilan
keputusan, dokumentasi, dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara
keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen. Contoh jenis
pelayanan ini misalnya: sertifikat, izin-izin, rekomendasi, keterangan
tertulis, dan lain-lainnya.

2. Jenis Pelayanan Barang, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan
berwujud fisik termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada
konsumen langsung (sebagai unit atau sebagai individual) dalam satu
20

sistem. Secara keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir


berwujud benda (berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang
memberikan nilai tambah secara langsung bagi penerimanya. Contoh
jenis pelayanan ini adalah pelayanan listrik, pelayanan air bersih, dan
pelayanan telpon

3. Jenis Pelayanan Jasa, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa penyediaan sarana dan prasarana serta
penunjangnya. Pengoperasiannya berdasarkan satu system
pengoperasian tertentu dan pasti, produk akhirnya berupa jasa yang
mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis
terpakai dalam jangka waktu tertentu. Contoh jenis pelayanan ini adalah
pelayanan angkutan darat, laut, dan udara, pelayanan kesehatan,
pelayanan perbankan, pelayanan pos, dan pelayanan pemadaman
kebakaran (Kep.MENPAN No. 58/ KEP/M. PAN/9/2002).

2.3.3. Pola Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, maka Menteri


Pendayagunaan Aparatur Negara menerbitkan keputusan mengenai pola
penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu :

1. Fungsional. Pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara


pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.

2. Terpusat. Pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh


penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari
penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.

3. Terpadu

a. Terpadu satu atap

Pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan dalam satu tempat


yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses
dan dilayani melalui beberapa pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat
dengan masyarakat tidak perlu di satu atapkan.

b. Terpadu satu pintu


21

Pola pelayanan terpadu satu pintu di selenggarakan pada satu tempat


yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan
dilayani melalui satu pintu.

4. Gugus tugas. Petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam


bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan yang
memiliki keterkaitan proses dan lokasi pemberian pelayanan tertentu.

2.3.4. Prinsip Pelayanan Publik

Sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan


Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003, bahwa pemberian pelayanan umum
kepada masyarakat merupakan perwujudan dari fungsi aparatur Negara sebagai
abdi Negara dan abdi masyarakat, sehingga penyelenggaraannya perlu
ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan sasaran pembangunan. Dalam
keputusan tersebut ditetapkan sepuluh sendi pelayanan yang harus

dilaksanakan oleh instansi atau satuan kerja dalam suatu departemen yang

berfungsi sebagai unit pelayanan umum, yaitu :

1. Kesederhanaan prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah


dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan

- Persyaratan teknis dan administrative pelayanan publik.


- Unit kerja / pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa


dalam pelaksanaan pelayanan publik.

3. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran

4. Kepastian Waktu pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan


dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

5. Akurasi Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

6. Keamanan Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman


dan kepastian hukum.
22

7. Tanggung Jawab Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat


yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

8. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Tersedianya sarana dan prasarana


kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika.

9. Kemudahan Akses Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang


memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika.

10. Kedisiplinan, Kesopanan, dan Keramahan Pemberi pelayanan harus


bersikap disiplin, sopan, dan santun, ramah,serta memberikan pelayanan
dengan ikhlas.

11. Kenyamanan Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan


ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat
serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan.

2.4. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) adalah unit kerja atau SKPD
pemerintah daerah yang paling banyak diubah statusnya menjadi BLUD (Badan
Layanan Umum Daerah) “Pengangkatan” RSUD menjadi BLUD dapat dimaknai
sebagai sebuah bentuk keprofesional pelayanan publik di pemerintahan daerah.

Wolper dan Pena (dalam Azwar, 1996) menyatakan bahwa rumah sakit
adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran
serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan
berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Association of
Hospital Care (dalam Azwar, 1996) menjelaskan bahwa rumah sakit adalah
suatu pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan dan penelitian
kedokteran diselenggarakan.

2.4.1. Fungsi Rumah Sakit

Fungsi rumah sakit berdasarkan sistem kesehatan nasional dalam


Djojodibroto (1997) adalah: memberikan pelayanan rujukan medik spesialistik
dan subspesialis menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang
23

bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien sarana pendidikan dan pelatihan di


bidang kedokteran dan kedokteran gigi jenjang diploma, dokter, dokter gigi,
dokter spesialis, dokter gigi spesialis konsultan, magister, doktor dan pendidikan
berkelanjutan bidang kedokteran.

2.4.2. Karakteristik Rumah Sakit

Djojodibroto (1997) menyatakan bahwa organisasi rumah sakit


mempunyai sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dipunyai organisasi
lainnya, antara lain: sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga
profesional wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan
perusahaan tugas-tugas kelompok profesional lebih banyak dibandingkan tugas
kelompok manajerialbeban pekerjaanya tidak bisa diatur jumlah pekerjaan dan
sifat pekerjaan di unit kerja beragam hampir semua kegiatannya bersifat penting
pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik. Setiap pasien harus
dipandang sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek
sosiokultur dan aspek spiritual harus mendapat perhatian penuh
pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat pelayanan berjalan terus menerus
selama 24 jam dalam sehari.

2.4.3. Macam-Macam Rumah Sakit

Djojodibroto (1997) membagi rumah sakit menjadi beberapa macam,


yaitu:

1. Pemilik Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit
pemerintah (goverment hospital) dan rumah sakit swasta (privat hospital).

2. Filosofi yang dianut Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
rumah sakit yang tidak mencari keuntungan (non-profit hospital) dan
rumah sakit yang mencari keuntungan (profit hospital).

3. Jenis pelayanan yang diselenggarakan. Rumah sakit dapat dibedakan


atas dua macam, yaitu rumah sakit umum (general hospital) yang
menyelenggarakan semua jenis pelayanan kesehatan dan rumah sakit
khusus (specially hospital).

4. Lokasi rumah sakit : Rumah sakit dibedakan atas beberapa macam,


tergantung dari pembagian sistem pemerintah yang dianut, misalnya
24

rumah sakit pusat jika lokasinya di ibukota negara, rumah sakit propinsi
jika lokasinya di ibukota propinsi dan rumah sakit kabupaten jika lokasinya
di ibukota kabupaten.

Azwar(1996) menyatakan bahwa rumah sakit di Indonesia jika ditinjau dari


kemampuan yang dimiliki dibedakan menjadi lima macam, yaitu:

1. Rumah sakit tipe A

Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan


pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis secara luas. Rumah sakit kelas
A ditetapkan sebagai tempat pelayanan rumah sakit rujukan tertinggi (top referral
hospital) atau rumah sakit pusat.

2. Rumah sakit tipe B

Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan


pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit
kelas B didirikan di setiap ibukoata propinsi (propincial hospital) yang
menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit
pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit
kelas B.

3. Rumah sakit tipe C

Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan


pelayanan kedokteran spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit dalam,
pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kebidanan dan
kandungan. Rumah sakit kelas C akan didirikan di setiap ibukota kabupaten
(regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

4. Rumah sakit tipe D

Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi karena
pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Kemampuan
rumah sakit kelas D hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan
kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga menampung pelayanan rujukan yang
berasal dari puskemas.

5. Rumah sakit Tipe E


25

Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang
menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah
sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah
sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan lain sebagainya.

2.5. Penelitian Relevan

Hasil penelitian relevan yang sebelumnya yang sesuai dengan penelitian


ini adalah:

1. Implementasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melaui Program BPJS


Kesehatan (Suatu Studi Di Rsud Lapangan Sawang Kabupaten Sitaro). Salah
satu mahasiswa program studi ilmu pemerintahan FISIP-UNSRAT OFIA
Pangemanan Yurnie Sendow Hasil Penelitian Penelitian ini di lakukan di RSUD
Lapangan Sawang Kabupaten Kepulauan SITARO untuk memperoleh data yang
di perlukan menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahapan yang di
lakukan penullis yaitu pertama penelitain dia awali dengan pengumpulan
dokumen tertulis tentang kondisi umum rsudi lapangan sawang sebagai lokasi
penelitian dan data-data mengenai program BPJS kesehatan, kedua penulis
melakukan wawancara dengan beberapa informan yang sudah di tetapkan untuk
mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih komprehensif menyangkut
permasalahan penelitian.

Wawancara adalah salah satu cara untuk mendapatakan informasi dari


para informan tentang Manfaat Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan
Kesehatan sesuai dengan fokus penelitian, telah di tetapkan jumlah informan
yang akan di lakukan wawancara. Tipe wawancara yang di pilih oleh penulis
adalah tipe wawancara berstruktur dimana sebelum memulai wawancara terlebih
dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang akan di ajukan, pertanyaan-
pertanyaan yang di susun sudah pasti berhubungan dengan fokus penelitian.
Namun dalam prosesnya sendiri penulis tidak menutup kemungkinan akan
munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih
dalam dari para informan.

Dalam UU No 24 tahun 2011 tentang BPJS Kesehatan bahwa BPJS


Kesehatan adalah sebuah lembaga milik negara yang masuk dalam kategori
BUMN. Pemerintah Indonesia secara khusus memberi tugas penting pada BPJS
26

Kesehatan untuk menyelenggarakan jaminan dan pemeliharaan kesehatan bagi


masyarakat di Indonesia tanpa terkecuali.

Semua masyarakat sipil, PNS, TNI/POLRI, Veteran, Penisunan PNS, dan


Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dijamin oleh BPJS Kesehatan,
Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan kesehatan. Lebih lanjut di
jelaskan oleh Ibu N. M selaku petugas BPJS Kesehatan di RSUD Lapangan
Sawang mengatakan Bahwa : BPJS Kesehatan adalah badan penyelenggara
jaminan sosial kesehatan seluruh masyarakat indonesia tanpa terkecuali, BPJS
Kesehatan dengan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) merupakan
program pemerintah di bawah kementrian kesehatan, BPJS Kesehatan juga
merupakan asuransi kesehatan yang di selenggarakan pemerintah indonesia.

Berkaitan dengan hal ini juga menurut Nn L. S adalah petugas BPJS


Kesehatan yang di perbantukan oleh RSUD Lapangan Sawang, BPJS
Kesehatan merupakan lembaga yang menjamin kesehatan masyarakat
indonesia yang kurang mampu dalam hal pembiayaan pemeliharaan kesehatan,
dalam hal ini khususnya masyarakat Kabupaten Kepulauan SITARO, masyarakat
yang kurang mampu dalam hal biaya di beri kesempatan untuk mendapatkan
pengobatan yang lebih baik, dengan menyisihkan uang mereka setiap bulan
untuk di setor kepada BPJS Kesehatan sebagai dana asuransi ketika mereka
pergi melakukan pengobatan di rumah sakit atau puskesemas dalam hal ini dana
jaminan.

Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang
merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh
BPJS Kesehatan untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan
operasional penyelenggaraan program Jaminan Sosial, Peserta adalah setiap
orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran.

Hal ini juga di jelaskan menurut Nn R. K selaku petugas BPJS Kesehatan


di RSUD Lapangan Sawang bahwa : untuk iuran dalam program BPJS
Kesehatan ini, jangka waktu pembayaran iuran ini adalah perbulan dan peserta
BPJS Kesehatan di bagi dalam tiga kelas, untuk kelas 3 peserta BPJS
27

Kesehatan membayar iuran sebesar Rp. 25000, untuk kelas 2 peserta BPJS
Kesehatan membayar iuran sebesar Rp. 52000, untuk kelas 1 peserta BPJS
Kesehatan membayar iuran sebesar Rp. 85000, dan selanjutnya bahwa alasan
mengapa pembayaran iuran ataupun peserta BPJS Kesehatan di bagi dalam tiga
kelas, karena mengingat keadaan masyarkat kita di indonesia yang tidak sama
dalam hal ekonomi, jadi masyarakat di beri kebebasan untuk memilih kelas mana
yang akan mereka pakai dalam jaminan kesehatan mereka saat mereka
melakukan pengobatan, tentunya akan ada sedikit perbedaan mengenai obat-
obatan yang di pakai dan fasilitas yang akan di berikan untuk di pakai oleh
pasien/peserta BPJS Kesehatan.

2. Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat


Ekonomi Lemah di Puskesmas Glugur Darat. Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oleh Shella Shandy
Thasia Isma. Kebijakan terkait pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
masih menjadi salah satu persoalan mendasar di Indonesia. Sebagian besar
masyarakat di Indonesia merupakan kalangan masyarakat ekonomi menengah
ke bawah yang tentu saja sangat rentan terhadap masalah kesehatan.

Berbagai kalangan masyarakat terutama masyarakat miskin menghadapi


berbagai masalah kesehatan seperti keterbatasan akses layanan kesehatan dan
rendahnya status kesehatan. Penyebab utama dari rendahnya derajat kesehatan
masyarakat terutama masyarakat miskin karena kurangnya kecukupan pangan,
keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan
kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat,
rendahnya pendapatan, dan mahalnya biaya jasa kesehatan.

Dalam hal ini pemerintah yang berperan sebagai pelaku dari


penyelenggaraan kesehatan masyarakat, harus saling bahu membahu secara
sinergis dalam melaksanakan pelayanan yang terencana, terpadu dan
berkesinambungan dalam upaya bersama-sama mewujudkan pelayanan publik
bagi seluruh lapisan masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, yang memiliki peran sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
28

Oleh karena itu, puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan yang


bermutu yang memuaskan bagi pasiennya sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakatnya. Dan untuk
mengatur mekanisme penyelenggaraannya kementrian kesehatan kemudian
mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional, seluruh faskes mulai dari
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL), memiliki acuan atau pedoman yang jelas dalam
menyelenggarakan pelayanan BPJS Kesehatan dan salah satu faskes yang
menjadi penyelenggara dari kebijakan tersebut adalah puskesmas.

3. Implementasi Standar Pelayanan Dalam Mengoptimalisasikan Kualitas


Pelayanan Kesehatan Di Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes. Salah satu mahasiswa
Ilmu Pemerintahan. Emanuel Dhey Wogha Falkutas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2016 Masalah pokok
dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi standar pelayanan di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang dalam
meningkatkan kualitas pelayanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi standar


pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori standar
pelayanan yang mengacu pada aspek prosedur pelayanan, waktu pelayanan,
biaya pelayanan, sarana prasarana pelayanan, fasilitas pelayanan dan
kompetensi petugas pemberi pelayanan. Penelitian ini menggunakan metode
Deskriptif Kualitatif.

Sumber data primer adalah para informan sedangkan data skunder


adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan variabel penelitian. Teknik
penelitian yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
Teknik analisa data dilakukan melalui proses reduksi data, penyajian data, dan
tahapan penarikan data dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa:

a. Prosedur Pelayanan yang dijalankan kepada pasien di bagian Instalasi


Gawat Darurat untuk menangani pasien yang secara sederhana dan tidak
29

berbelit-belit serta mudah dipahami sehingga mudah untuk dilaksanakan oleh


para pasien.

b. Waktu Pelayanan yang diberikan kepada pasien di dalam ruangan-


ruangan perawatan yang berjalan cukup efektif dimana petugas pelayanan selalu
tepat waktu dan cepat tanggap terhadap keluahan sakit yang diderita oleh pasien
sehingga pasien cepat mendapatkan penangan yang intensif, namun jumlah
tenaga atau petugas kesehatan yang ada di rumah sakit lebih sedikit dengan
jumlah pasien yang ada.

c. Biaya Pelayanan yang berlaku yang ditetapkan oleh pihak yang


berwenang yakni melalui Tarif pelayanan RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang
Peraturan Gubernur NTT Nomor 5 Tahun 2012.

d. Produk Pelayanan. Pasien merasa nyaman dengan pelayanan yang


diberikan oleh pihak rumah sakit.

e. Fasilitas Pelayanan. Fasilitas yang ada di rumah sakit lengkap karena


predikatnya B

f. Kompentensi Petugas Pemberi Pelayanan, Petugas pemberilayanan


ditempatkan sesuai SK dari Gubernur NTT.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi standar


pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang belum sepenuhnya dijalankan secara efektif dan efisien berdasarkan
standar pelyanan yang berlaku khususnya pada Produk Pelayanan ketenangan
pada saat jam besuk bagi keluarga pasien yang sering membuat keributan
sehingga mengganggu ketenangan pasien terlebih pasien kelas III, Waktu
Pelayanan karena dilatarbelakangi oleh jumlah tenaga atau petugas kesehatan
yang ada di rumah sakit lebih sedikit dengan jumlah pasien yang ada ada
beberapa pasien yang lama ditangani oleh petugas.

Untuk itu disarankan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, untuk lebih meningkatkan pelayanan dengan
memperhatikan standar pelayanan yang berlaku Khususnya pada Produk
Pelayanan perlu diperhatikan lagi mengenai ketenangan pada saat jam besuk
bagi keluarga pasien yang sering membuat keributan sehingga mengganggu
30

ketenangan pasien terlebih pasien kelas III, waktu pelayananperlu adanya


tambahan tenaga medis agar penanganan pasien lebih efesian dan efektif.

4. Implementasi Standar Pelayanan Minimal (Spm) Pada Pelayanan


Publik Bidang Kesehatan (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Dr. H.
Koesnadi Bondowoso) Ilmu Administrasi. Untung Kuzairi salah satu mahasiswa
Program studi Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS JEMBER. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 28 H dan
konstitusi World Health Organization (WHO) 1948 menyatakan bahwa,
kesehatan merupakan hak fundamental setiap penduduk. Pernyataan tersebut
didukung oleh Undang-Undang Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 28 H
dan konstitusi World Health Organization (WHO) 1948 menyatakan bahwa,
kesehatan merupakan hak fundamental setiap penduduk.

Oleh karena itu, peran pemerintah sangat besar dalam pemenuhan hak
fundamental bagi seluruh warga negara Indonesia. Selanjutnya, didalam
Pembukaan UUD 1945 pemenuhan hak fundamental dituangkan dalam tujuan
pembangunan nasional bangsa Indonesia, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dan salah satunya adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang


berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Selaras
dengan itu, salah satu tujuan Pembangunan Nasional Indonesia di bidang
kesehatan adalah memberikan pelayanan kesehatan secara optimal, bermutu,
dan menyeluruh kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini sesuai dengan
amanat Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 4
bahwa, pembangunan pelayanan kesehatan di rumah sakit diselenggarakan
berasaskan Pancasila, nilai kemanusiaan, keadilan, persamaan hak, dan anti
diskriminasi.

Pembangunan pelayanan kesehatan merupakan bagian dari


pembangunan pelayanan publik. Rumah sakit merupakan wujud nyata dari
pelayanan publik sehingga wajib memberikan pelayanan tanpa membedakan
status sosial dan menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat. Hal ini seperti
yang diungkapkan dalam Pembukaan UUD 1945 yakni, mencapai kesejahteraan
31

umum bagi seluruh Rakyat Indonesia dan diuraikan lebih rinci dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Pasal 4 Tentang Pelayanan Publik, bahwa
pelayanan publik berasaskan pada kepentingan umum, kesamaan hak, dan
persamaan perlakuan/tidak diskriminatif. Pelayanan publik rumah sakit berkaitan
dengan pengaturan dan keteraturan.

Peran pemerintah sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara, wajib


melaksanakan visi yang jelas dan menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan
yang baik. Oleh karena itu, tugas pemerintah dalam proses pembangunan
bangsa demikian kompleks, yang meliputi berbagai dimensi kehidupan dan
melibatkan seluruh masyarakat dengan beragam latar belakang sosial budaya
dan ekonomi sehingga memerlukan sistem dan proses manajemen
pemerintahan yang handal. Dengan demikian, diperlukan revitalisasi dan
pembangunan sektor publik yang diarahkan untuk mewujudkan birokrasi publik
yang mampu mengelola tugas pemerintahan dan pembangunan secara efisien,
efektif, responsif, dan bertanggung jawab.

Oleh sebab itu, pelayanan kesehatan sebagai pelayanan publik juga


mengemban amanah masyarakat yang tertuang di dalam peraturan
perundangan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik Pasal 4 bahwa pelayanan publik berasaskan pada kepentingan umum,
keterbukaan, dan akuntabilitas. Namun, kenyataannya masih banyak
permasalahan pembangunan pelayanan kesehatan di Indonesia, khususnya
organisasi rumah sakit.

sampai saat ini belum tertangani dengan baik. Permasalahan tersebut


mulai dari kurang tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) dan dokter
spesialis, kurangnya pemerataan SDM kesehatan, sampai dengan masalah
sarana dan prasarana rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar yang ada.
Permasalahan ini merupakan permasalahan nasional yang harus dipecahkan
oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat. Sebagaimana
kondisi tersebut, tidak semua rumah sakit pemerintah melakukan perbaikan
pelayanan kesehatan secara optimal.
Hal tersebut karena sebagian besar rumah sakit pemerintah masih
terkendala oleh kurangnya SDM yang tersedia dan pembiayaan yang besar
32

dalam pengembangan sarana dan prasarana pelayanan publik di rumah sakit.


Oleh karena itu diperlukan suatu upaya yang luar biasa dalam perbaikan
pelayanan kesehatan dari seluruh pemangku kepentingan rumah sakit agar
kendala yang terjadi dapat diatasi dengan baik. Perkembangan teknologi dan
informasi turut mempengaruhi sektor pelayanan publik bidang kesehatan
khususnya pada pengembangan sarana dan prasarana yang sangat
membutuhkan biaya yang sangat besar.

Hal ini, berdampak pada pemenuhan kebutuhan teknologi kedokteran,


peralatan medis, dan kesehatan di rumah sakit belum terpenuhi, sehingga
persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh
rumah sakit juga berkurang. Keperluan peralatan medis yang modern masih
sangat diperlukan oleh SDM tenaga kesehatan di rumah sakit. Demikian juga
masyarakat, masyarakat masih menganggap bahwa jika dilakukan pemeriksaan
dengan peralatan yang canggih merasa tentram dan berharap penyakit yang
dideritanya bisa segera sembuh.

5. Analisis Implementasi Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Gawat


Darurat(Studi Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Kotabinjai).
Oleh Agatha Yolanka Putri Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNIVERSITAS NEGERI MEDAN. Hak asasi
dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai
manusia dimana bila hak tersebut tidak diperoleh, mustahil kita dapat hidup
sebagai manusia.

Hak ini dimiliki oleh manusia semata-mata karena ia manusia, bukan


karena pemberian masyarakat atau pemberian negara seperti yang sudah tertera
di Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang terdapat pada
Pasal 28 Mengenai hak asasi manusia. Salah satu unsur penting hak asasi
manusia yang tertuang di dalam Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia yaitu Pasal 28 H ayat 1.Dalam Pasal tersebut, dijelaskan bahwa
kesehatan merupakan salah satu hak kodrat kita sebagai manusia.

Adapun bunyi Pasal tersebut bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
33

sendiri adalah upaya yang dilakukan sendiri maupun bersama-sama baik dari
pemerintahan maupun swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang
baik perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Pemenuhan kesehatan bagi masyarakat sendiri merupakan tanggung


jawab negara, yang juga terdapat di dalam Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 Pasal 28I ayat (4) yang mengatakan Perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah dan bentuk dari peraturan pelaksana dari
pelayanan kesehatan adalah Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Selain itu ada contoh buruknya pelayanan kesehatan yaitu bayi Dera
yang meninggal setelah ditolak delapan rumah sakit saat membutuhkan
perawatan medis.

Permasalahan diatas merupakan contoh buruknya pelayanan kesehatan


terhadap pasien sehingga menimbulkan kematian bagi pelayanan kesehatan
atau rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan atau pelayanan medis
yang tidak selayaknya dan menyebabkan kerugian bagi pasien, hal ini dapat
dikategorikan tindak pidana, maka rumah sakit tersebut dikenakan sanksi
administratif yang tertera pada Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit Pasal 29 ayat 2 yaitu: teguran, teguran tertulis dan denda dan
pencabutan izin Rumah Sakit Sudarto dkk (2017:81-82).

Tetapi bukan berarti tidak ada Peraturan yang mengatur masalah


pelayanan kesehatan. Bentuk dari peraturan pelaksanaan dari pelayanan
kesehatan adalah Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan,
tertera pada pasal 32 ayat 1 dan 2 yang mengatakan dalam keadaan darurat,
fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib
memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu.

Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan maupun swasta


dilarang menolak pasien atau meminta uang muka.Ini artinya, rumah sakit
sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak pasien yang
dalam keadaan darurat serta wajib memberikan pelayanan untuk menyelamatkan
34

nyawa pasien. Sejauh ini pembuat dan pelaksana dari kebijakan berupa Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan belum berjalan dengan
optimal. Fakta di lapangan masih ada masyarakat Kota Binjai yang tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan instalasi gawat darurat yang baik.

untuk itu, Pemerintah Kota Binjai harus meningkatkan secara terus


menerus usaha-usaha di bidang Pelayanan Kesehatan Instalasi Gawat Darurat.
Maka penelitian ini mengangkat judul Analisis Implementasi Pelayanan
Kesehatan di Instalasi Gawat Darurat (Studi Pada Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai).

6. Program Jaminan Kesehatan Nasional ( Studi Deskriptif Tentang


Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Program
Jaminan Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya ) Disusun
Oleh Hubaib Alif Khariza Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara
Departemen Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UNIVERSITAS
AIRLANGGA. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat,
maka kesehatan adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi oleh
Undang-Undang Dasar.

Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk


mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu, perbaikan pelayanan kesehatan pada
dasarnya merupakan suatu investasi sumber daya manusia untuk mencapai
masyarakat yang sejahtera. Secara individu, aspek kesehatan berpengaruh
terhadap produktivitas kerja individu tersebut. Kondisi kesehatan seorang tenaga
kerja pasti berkontribusi terhadap kehadiran kerja, output yang diproduksi, dan
tingkat pendapatan yang diperoleh.

Sedangkan secara sosial, kondisi kesehatan seseorang mempengaruhi


berjalannya proses interaksi sosial yang dilakukan oleh individu tersebut dengan
masyarakat di sekitarnya. Secara makro, tingkat kesehatan masyarakat di suatu
negara juga berpengaruh terhadap pembangunan di negara tersebut. Menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tentang Kesehatan, kesehatan diartikan sebagai
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
35

Dalam undang-undang tersebut juga disebutkan bahwa kesehatan merupakan


salah satu unsur kesejahteraan masyarakat.

Karena kondisi kesejahteraan masyarakat berkaitan dengan tingkat


kemiskinan, maka tingkat kemiskinan juga berkaitan dengan tingkat kesehatan
masyarakat tersebut. Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak dapat
memenuhi kebutuhan pangan yang cukup sehingga terjadi penurunan kualitas
kesehatannya. Kondisi yang miskin juga menyebabkan individu tidak mampu
membayar biaya pemeliharaan dan perawatan kesehatannya (Mahmudi dalam
Hardyansyah, 2011:21).

Secara grafis, hubungan tersebut dapat dilihat dalam siklus lingkaran


setan kemiskinan Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan adanya peran
pemerintah melalui layanan publik untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar
rakyatnya, seperti kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan pokok lainnya. Menurut
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan) Nomor. 63
KEP/ M.PAN/ 7/ 2003, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah segala
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Moenir (2006:26-27) mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah


kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang atas dasar
landasan faktor material melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam
usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Hardyansyah
(2011:20) membagi jenis pelayanan publik yang harus diberikan oleh pemerintah
ke dalam dua kategori utama, yaitu pelayanan kebutuhan dasar dan pelayanan
umum. Pelayanan kebutuhan dasar terdiri atas pelayanan kesehatan, pendidikan
dasar, dan kebutuhan pokok. Sedangkan pelayanan umum meliputi pelayanan
administratif, pelayanan barang, dan pelayanan jasa.

7. Analisis Implementasi Kebijakan Kesehatan Terhadap Efektivitas


Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Dalam Meningkatkan Pelayanan Pasien
Rawat Jalan Dan Inap ( Studi Pada Rumah Sakit Umum Daerah ) Rustandi
mahasiswa STIA YPPT PRIATIN Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
36

Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan dasar yang wajib diberikan oleh


pemerintah kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, dalam menunjang dan menjaga kelangsungan proses
pembangunan yang berperan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan dan
memelihara kesehatan masyarakat tersebut adalah Rumah Sakit Umum Daerah.
Rumah Sakit Umum Daerah sebagai institusi memegang peranan yang sangat
strategis dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Oleh karena itu dalam melaksanakan perannya yang strategis ini, rumah
sakit perlu dilengkapi dengan berbagai kebijakan yang mengatur bagaimana
melindungi rumah sakit sebagai institusi yang memberikan pelayanan kesehatan
dan masyarakat sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan. Ini berarti
keterpaduan dan kontinuitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah
sakit kepada masyarakat dapat terjaga.

Rumah Sakit Umum Daerah sebagai ujung tombak dan pelaksana dari
berbagai kebijakan yang menyangkut pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dalam prakteknya selalu mengacu pada kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah daerah dan kebijakan yang dikeluarkan oleh instansi Rumah
Sakit Umum Daerah itu sendiri.

Kenyataan yang ada di kedua daerah tersebut menunjukkan bahwa


Rumah Sakit Umum Daerah, dapat dikatakan sebagai institusi yang memiliki
posisi “non rivalry“ sehingga bagi masyarakat merupakan pilihan satu-satunya
untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan. Seorang pasien atau keluarga
yang berkunjung ke rumah sakit pada dasarnya bertujuan untuk mengobati
penyakit yang dideritanya. Mereka datang ke rumah sakit mengharapkan
pelayanan kesehatan yang baik dalam arti tidak dibatasi oleh waktu datang,
siang atau malam.

Datangnya mereka ke rumah sakit bertujuan untuk mengobati penyakit


yang sifat penyakitnya itu ringan sehingga pasien itu disebut pasien rawat jalan
atau pengobatan yang sifatnya berat dan diperlukan perawatan yang kontinu,
pasien ini disebut pasien rawat inap, yang menjadi objek dalam penelitian ini
adalah Rumah Sakit Umum Daerah dengan sasarannya adalah pasien rawat
inap dengan alasan sebagai berikut; pelayanan terhadap pasien rawat inap relatif
37

lebih lama dan kesan yang dirasakan oleh pasien dalam hal melayaninya lebih
dirasakan oleh pasien itu sendiri sehingga ia dapat menilai lebih objektif dalam
hal pelayanannya.

Selain itu untuk melayani pasien rawat inap diperlukan berbagai sarana
dan prasarana serta fasilitas pelayanan yang kompleks dan unik sesuai dengan
kondisi pasien itu sendiri. Pelayanan terhadap pasien rawat inap memiliki
peluang untuk menciptakan kemandirian dan lebih profesional dalam hal yang
menyangkut kualitas pelayanan. Baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat
inap pertama kali yang ingin ia temui adalah tenaga kesehatan seperti; dokter,
perawat, laboran dan tenaga teknis kesehatan yang bertugas digaris depan (front
line).

Jadi dengan demikian para pegawai yang melayani langsung kebutuhan


pasien yang datang ke rumah sakit berperan sangat menentukan kualitas
pelayanan kepada pasien. Pasien kecewa bila orang-orang tidak memperoleh
pelayanan yang tidak semestinya. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah. Mengingat
bahwa Rumah Sakit Umum Daerah tersebut memegang posisi “Non Rivalry“,
maka hal ini akan berdampak kepada masyarakat itu sendiri untuk “menerima“
layanan jasa kesehatan dengan keadaan mutu apa adanya, karena tidak adanya
pilihan lainnya.

Keadaan semacam ini tidak bisa dibiarkan bagi Rumah Sakit Umum
Daerah tidak ada cara lain selain untuk merespon tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang memadai, dengan cara meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan atau
pasien. Peningkatan kepuasan pelayanan kepada pasien harus dijadikan strategi
oleh Rumah Sakit Umum Daerah itu sendiri, sebab akan membawa nama bagi
Rumah Sakit Umum Daerah sendiri dan nama Pemerintah Daerah dimana
Rumah Sakit Umum Daerah tersebut berada.

Berdasarkan hasil penelitian awal, peneliti menemukan berbagai


fenomena dari berbagai kejadian, dokumen dan laporan mengenai pelayanan
yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah tersebut.

2.6. Kerangka Pikir


38

Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang wajib di berikan oleh


pemerintah kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Demi menjamin kepuasan pasien terhadap pelayanan di RSUD,
Standar pelayanan rumah sakit, merupakan rujukan atau aturan yang di jadikan
sebagai pedoman dari Menteri Kesehatan (MENKES), di dalam aturan tersebut
memuat tentang standar pelayanan yang di wajibkan untuk di terapkan di tiap-
tiap RSUD. Adapun hal-hal yang harus di perhatikan dalam menerapkan standar
pelayanan tersebut adalah kedisiplinan pegawai, pemahaman pegawai terhadap
SOP dalam memberikan pelayanan, melakukan sosialisasi standar pelayanan,
dan konsistensi pegawai terhadap SOP. Sehingga kepuasan pasien dapat
tercapai.

Dari uraian di atas maka penulis menguraikan dalam bentuk kerangka


sebagai berikut.

Peraturan Menkes

NO: 129/menkes/SK/II/2018

Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

RSUD Namlea

1. Disiplin waktu pegawai.


Standar Pelayanan
2. SOP pelayanan pegawai terhadap
pasien
1. sosialisasi standar pelayanan

2. konsistensi pegawai layanan

terhadap SOP
Kepuasan Pasien
2.7. Definisi Konsep dan Operasional

Beranjak dari kerangka


Gambar: teori yang
hasil diuraikan
olahan penulisdi atas maka dapat
mengandung suatu variable yaitu variable tunggal, dengan berfokus pada rumah
sakit umum Daerah Kabupaten Buru Kota Namlea dalam melakukan pelayanan
terhadap pasien yang hendak akan berobat. Variable tersebut dapat diukur
dengan indikator-indikator sebagai berikut:
39

1. Sosialisasi standar pelayanan

2. Konsistensi pegawai terhadap SOP

3. Disiplin petugas pelayanan kesehatan terhadap waktu pelayanan


40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif didukung dengan data


kualitatif. Penelitian deskriptif adalah bertujuann untuk menggambarkan dan
memahami secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena
serta gejala yang di teliti Prasetyo (2005): (42).

Berdasarkan pendapat diatas bahwa jenis penelitian dalam proposal ini


adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalah atau suatau keadaan atau peristiwa
sebaaimana adanya sehingga ia bersifat mengungkapkan fakta berdasarkan
jenis penelitian ini maka penulis berusahan untuk mencoba menggambarkan
dan menjabarkan variabel penelitian yaitu “Implementasi standar Pelayanan di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buru Kota Namlea”

3.2. Lokasi Penelitian

RSUD Kabupaten Buru Kota Namlea.

3.3. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini direncanakan akan di peroleh dari


pengambilan data primer dan sekunder.

a. Data primer yaitu data yang di ambil langsung dari sumber pertama.

b. Data sekunder yaitu data pelengkap yang di ambil dari dokumen dokumen
yang valid untuk membantu penelitian ini.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Interview (wawancara) adalah usaha mengumpulkan informasi dengan


sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan juga.
41

b. Observasi (mengamati) tidak langsung (non partisipasi observation) di


maksudkan untuk mengamati dan melakukan pencatatan dengan
sistematika fenomena-fenomena yang diteliti.

3.5. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

Dari populasi penelitian yang ada, penulis menggunakan teknik purposive


sample, dengan ketentuan sebagai berikut: kepala rumah sakit, dan masyarkat
yang akan berobat.

3.6. Teknik Analisis Data

Data-data yang di kumpul kemudian di proses dalam bentuk yang lebih


sederhana, sehingga muda di baca dan di interprentasikan. Proses analisis data
dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yakni, dengan
menghasilkan data deskriptif, apa yang di nyatakan oleh responden baik secara
tertulis maupun lisan selanjutnya di cermati dan di pelajari sebagai sesuatu yang
utuh.

Dengan demikian analisis kualitatif ini memberikan penafsiran terhadap


data-data yang ada, setelah data-data terkumpul, kemudian di analisa dan di
sajikan sesuai dengan variabel-variabel yang dijadikan indikator dalam penelitian
ini, untuk selanjutnya mendapat gambaran yang jelas tentang Implementasi
Standar Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buru Kota Namlea.

3.7. Kerangka Konsep

Kerangka merupakan pembahasan pengertian suatu konsep dengan


menggunakan konsep lain berdasrkan pada uraian teori dan konsep, maka
konsep konsepsional dalam penulisan ini yaitu tentang Implementasi Standar
Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buru Kota Namlea.

Implementasi standar pelayanan rumah sakit umum daerah yang


dimaksudkan di sini adalah untuk melihat peran dari pada rumah sakit itu sendiri
sebagai tempat sentral pengobatan masyarakat, dan daripada itu pegawai
sangat berperan penting dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat
yang akan berobat secara efisien sehingga kesejahteraan masyarakat dapat di
capai dalam suatu daerah maupun Negara.
42

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Buru

Pulau Buru adalah salah satu pulau besar dari sekian banyak pulau-pulau
kecil yang berada di Wilayah Provinsi Maluku. Sebelumnya Pulau Buru
merupakan Wilayah Kecamatan dibawah Pemerintah Kabupaten Maluku
Tengah, semenjak adanya pemekaran wilayah di masa reformasi, Pulau Buru
berdiri sendiri menjadi Kabupaten.

Wilayah Pulau Buru berbatasan langsung dengan lautan, Sebelah Utara


dibatasi dengan Laut Seram, Sebelah Selatan Laut Banda, Sebelah Barat Laut
Buru, dan Sebelah Timur Selat Manipa. Salah satu keunggulan khusus yang
dimiliki oleh Kabupaten Buru adalah kesuburan tanah dan letak geografis yang
strategis dalam lalu lintas pedagangan internasional. Keunggulan letak geografis
ini yang diketahu jauh sebelum Indonesia merdeka. Hal ini membuktikan dari
dibangunnya Benteng Byruns oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
atau dikenal dengan Serikat Dagang Hindia Timur pada tahun 1718 di Desa
Kayeli Kabupaten Buru.

Sekitar seabad sebelumnya, wilayah Maluku memang menjadi perebutan


orangorang Eropa. Bangsa Portugis dan Belanda saling bersaing ingin
menguasai Kepulauan Dalam modul Surge di tana Raja Kabupaten Buru dalam
pesona dan potensi, Maluku karena kaya akan hasil rempah-rempahnya,
sehingga membuat bangsa-bangsa Eropa ingin berkuasa diatas pulau Maluku.

Asal muasal Nama Maluku sendiri berasal dari istilah para pedagang
Arab vagi daerah tersebut, jazirah al-Muluk atau negeri banyak raja. Di kawasan
ini terletak kepulau rempah-rempah “Indonesia Timur. Tentu saja kepulau ini
mencakup Pulau Buru, yang juga mendapat sebutan Tanah Raja-Raja. Secara
adat diwilayah Buru sendiri juga terbagi menjadi 8 wilayah petuanan/rehensaf,
yaitu Petuanan Kayeli, Liliali, Tagalisa, Lisela, Masarete, Fogi, Waisama dan
Ambalau. Tiap petuanan ini dipimpin oleh seorang Raja.
43

Ini yang dikatakan pedagang arab bahwa Maluku merupakan negeri


dengan banyak Raja karena setiap wilayah mempunyai Raja-Raja mereka sendiri
yang memimpin. Armada yang dipimpin Jacob van Neck yang pertama tiba
di’Kepulauan Rempahrempah’ Maluku pada bulan Maret 1599.Rombongan
armada itu diterima dengan baik, dan kapal-kapalnya kembali ke negeri Belanda
pada tahun 1599-1600 dengan mengangkut cukup banyak rempah-rempah yang
menghasilkan keuntungan sebesar 400 persen.

Dengan diperolehnya banyak keuntungan dari sebagian besar pelayaran


yang di lakukan pada 1598 itu, maka pada tahun 1601 sebanyank 14 ekspedisi
yang berada berangkat melakukan pelayaran dari negeri Belanda. Persaingan di
antara perusahan-perusahan ekspedisi Belanda itu jelas tidaj di kehendaki.Pada
tahun 1598 parlemen Belanda mengajukan sebuah usulan agar perseroan-
perseron yang saling bersaing itu sebaiknya menggabungkan kepentingan
mereka masing-masing kedalam suatu fusi.Diperlukan waktu 4 tahun sebelum
perseroanperseroan itu dapat di dasarkan untuk membentuk fungsi semacam itu.

Pada bulan Maret 1602 perusahan-perusahan yang saling bersaing itu


bergabung untuk membentuk VOC atau dikena dengan Serikat Dagang Hindia
Timur. Oleh Parlemen Belanda VOC diberi kewenangan untuk mendaftar
personil atas dasar sumpah setia, untuk melakukan peperangan membangun
benteng-benteng dan mengadakan perjanjian-perjanjian di seluruh Asia. Pada
tahun Pertama VOC memberikan keuntungan yang cukup besar.

Tapi, hanya sedikit keberhasilan militer yang telah dicapai dalam


menghadapi bangsa Portugis dan Spanyol. Satu-satunya keberhasilan VOC
adalah pendudukan atas Ambon pada Tahun 1605. Ketika bangsa Portugis
menyerah, VOC menduduki benteng Portugis di Ambon, dan memberi nama
baru benteng yang telah dibangun Bangsa Portugis itu dengan nama Victoria,
meski sudah mencetak keberhasilan di Ambon akan tetapi orang Belanda masih
jauh dari pencapaian tujuan mereka untuk memaksakan monopoli semua
rempah-rempah, dengan jalan mengusir saingan-saingannya bangsa Eropa yang
lain.

Di bangunnya benteng seabad kemudian di Desa Kayeli, Pulau Buru,


membuktikan jejak-jejak Belanda untuk memperkuat di bidang militer di Wilayah
kepulauan Maluku. Apalagi Pulau Buru sendiri memiliki tanah yang subur dengan
44

hasil kekayaan alam hutan dan laut yang melimpah. Hal ini terbukti seabad
kemudian ketika sebagian wilayah Pulau Buru dijadikan kawasan pembangunan,
pembuangan tahan politik PKI pada saat itu, yang sedang direhabilitasi.

Para Tahanan Politik itu bekerja keras membuka lahan dari bekas hutan
untuk persawahan. Kini di kawasan itu dan sekitarnya tempat para tahanan
politik dahulu menjalani kerja keras menjadi lahan persawahan yang subur. Pada
perang dunia ke 2, saat zaman pendudukan jepang di Indonesia wilayah Pulau
Buru ini menjadi posisi penting dalam pertahanan dan keamanan.

Karena Namlea, salah satu 5 Ibid, wilayah di Pulau Buru, menjadi


pangkalan transit pesawat-pesawat tempur Jepang yang terlibat perang dengan
pasukan sekutu. Tanah pembangunan yang menawan, pulau buru yang menjadi
terkenal di dunia internasional karena pernah menjadi tempat penahanan
terbesar para tahanan politik Partai Komunis Indonesia (PKI) pada saat itu.

Pada tahun 1991, Menteri dari Belanda yang juga Ketua Negara-Negara
Donor untuk Indonesia (IGGI) pernah mengunjungi Pulau Buru, ia menemui
bekas Tahanan Politik yang menetap di Pulau Buru sebagai petani. Saat itu ia
menyanggupi bantuan pembangunan saluran irigasi sesuai permintaan para
bekas Tahanan Politik. Akan tetapi bantuan pembangunan irigasi urung
dilaksanakan, karena Presiden Soeharto menolak bantuan pembangunan
Belanda, dan memutuskan hubungan dengam IGGI (in-terGovermental Group on
Indonesia). Karena terkenalnya Pulau Buru itu masih identik dengan kamp
Tahanan Politik PKI.

Pada hal, kini bekas kamp tahanan politik itu telah menjadi kawasan
persawahan yang sangat subur. Pulau Buru telah menjadi daerah dengan
lumbung pangan di Wilayah Provinsi Maluku. Tidak ada lagi barak-barak
tahanan, kawat berduri atau pos pengawasan yang menjadi tanda sebuah
tempat isolasi kebebasan manusia. Akan tetapi dimata kebanyakan orang
Indonesia maupun orang asing yang belum pernah mengunjungi Pulau Buru,
sampai sekarang masih terbayang bekas kamp Tahanan Politik PKI pada saat
itu.

Sebutlah Pulau Buru, pasti mereka akan menjawab, “ Oo itu tentang


pulau tempat tahanan orang-orang PKI.” Dalam fakta sejarah Indonesia, sejak
45

tahun 1966, banyak orang PKI yang pada tahun 1965 dianggap terlibat Gerakan
30 September (G30S), di tahan di Pulau Buru. Mulai dari 6 lebih, Hlm 10 34
tokoh-tokoh intelektual, seniman, wartawan, guru, mahasiswa, pemuda, buruh
anggota PKI sampai para simpatisannya.

Di pulau yang masih baru ini, mereka tanpa kecuali harus bekerja keras
mengolah tanah bekas hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sastrawan
terkenal Pramodya Ananta Toer bekas ketua LEKRA (Lembaga Kebudayaan
Rakyat), organ kebudayaan PKI, termasuk yang menjalani hidup sebaga petani
“masa pembuangan” di Pulau Buru.

Tentu saja, Pram hanya salah satu dari sekian banyak Tahan Politik yang
ditahan di Pulau Buru. Sebelum ditahan di Pulau Buru bersama Tahanan Politik
PKI lainnya, Pram sudah berpindah-pindah penjara dari Kodam ke Guntur,
Cipinang, Tangerang, Salemba, dan Nusa Kambangan. Terakhir ia di
berangkatkan ke Pulau Buru, Agustus 1969. Ia Pram menghabiskan
kehidupannya di Pulau Buru sepanjang 1969-1979. Di Pulau Buru, ia harus
bekerja keras bersama Tahanan Politik lainnya dibawah pengawasan tentara.

Reputasi kesastrawanan Pram sudah dikenal sejak jaman kemerdekaan.


Karyakaryanya banyak diulas para kritikus sastra baik dalam pembuangannya
itu, meski Pram melakoni hidup bertani dan berladang, ia juga tetap produktif
menulis. Roman tentraloginya yang monumental, yaitu Bumi Manusia, Anak
Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca, dihasilkannya di Pulau Buru.
Kini karya Pram itu telah diterjemahkan kedalam 42 Bahasa. Novel
reportasennya, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, menganggkat kehidupan Para Tahan
Politik PKI di Pulau Buru.

Pada zaman Orde Baru, semua karya Pram dilarang beredar, kini di
zaman Reformasi, larangan itu sudah tidak ada lagi. Berbagai penghargaan dari
luar Negeri juga diterimannya, antara lain Freedom to Write Award (PEN),
Wertheim Award, Ramon Magsaysay Award, UNESCO Madanjeet Singh Prize,
New York Fondetation For The Arts Award, dan Fukuoka Cultural Grand Prize.
35 Selain itu, ia mendapat gelar Doctor of Humane Letters dari Universitas
Michigan, Amerika Serikat. Bagaimanapun, Pulau Buru telah memberikan
inspirasi bagi karya-karya Pram, bahkan langsung atau tidak langsung ikut
berperan membesarkan namanya di dunia Internasional.
46

Barangkali kalau tidak berada di Pulau Buru, Pram tentunya tidak


melahirkan karya-karya terkenalnya itu. Sebaliknya, nama Pram juga masih
melekat di Pulau Buru. Banyak penelitim penulis dan wartawan asing maupun
dalam negeri yang berkunjung ke Pulau Buru, pasti tidak lupa datang ke Desa
Savana Jaya atau bekas kamp Tahanan Politik PKI pada saat itu mencari jejak
barak yang pernah dihuni oleh Pramoedya Ananta Toer. Bangunan balai
pertemuan sekaligus berfungsi sebagai gedung kesenian masih berdiri tegak di
Desa Savana Jaya.

Pemberian nama Savana Jaya di resmikan Panglima Kopkamtib Jenderal


TNI Maraden Panggabean pada tanggal 20 Juni 1972. Ini tertulis dalam prasasti
yang ada di Desa bekas tapol itu. Sedangkan di atas panggung di dalam balai
pertemuan itu tertulis slogan sebagai berikut: Dengan Selamat Proklamasi 1945
kita Perkokoh Persatuan Dan Persamaan Manusia Indonesia Yang Aman, Adil,
Demokrasi dan Sejahtera.

Untuk menuju bekas kamp tapol PKI itu, yang di Buru popular dengan
sebutan Unit atau Mako itu, tersedia anggkutan umum atau ojek.Perjalanan
kesana dari Kota Namlea naik melewati Desa Batuboi, penuh pemandangan
indah, Perbukitan, dan sore hari tampak di kejauhan teluk Kayeli yang begitu
indah.Ketenangan dan kebisuan teluk Kayeli yang luas dan indah ini, seakan-
akan seperti pelabuhan armada yang sudah berabad-abad di tinggalkan,
demikian Pramoedya Ananta Toer melukiskan dalam novelnya nyanyi sunyi
seorang bisu.
47

4.1.2 Luas Wilayah dan Batas Wilayah Kabupaten Buru

Gambar : 4.1 Peta Kabupaten Buru

4.1.3 Kondisi Geografi Kabupaten Buru

merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Propinsi Maluku.


Dimana Kabupaten Buru dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 46
Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan
Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang selanjutnya diperbaharui dengan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2000.7 Secara astronomis, Kabupaten Buru
terletak antara 20 25’ – 30 55’ Lintang Selatan dan 1250 70’ – 1270 21’ Bujur
Timur. Sebagian besar wilayah Kabupaten Buru terletak di Pulau Buru dimana
menjadikan Kabupaten Buru menjadi lokasi yang strategis karena berada Dalam
modul Surge di tana Raja Kabupaten Buru dalam pesona dan potensi, Cetakan
pertama November 2005.hal 14. 37 diantara 3 (tiga) Kota di Indonesia Timur
yaitu Makassar, Bitung dan Ambon dimana dilalui oleh Sea Line III. Batas-batas
wilayah Kabupaten Buru meliputi:

1. Di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Seram

2. Disebelah Timur berbatasan dengan Selat Manipa

3. Disebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buru


Selatan dan Laut Banda
48

4.1.4 Kondisi Topografi

Fisiografi (makro relief) bentuk wilayah bentangan lahan kabupaten buru


di kelompokan atas. Dataran pantai, Denudasi perbukitan dan. Kelerengan yang
berfariasi dari datar (0-3%), landai berombak (3-8%), bergelombang (8- 15%).
Agak curam (15-30%), curam (30-45%), sampai sangat curam (>45%). Dalam
kelas ketinggian secara umum dibagi atas 3 kelas, yang meliputi : 0-500 m, 500-
1000 m dan > 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Puncak gunung tertinggi
adalah Kaku Ghegan, berada pada Wilayah kecamatan air buaya dengan elevasi
2.736 m dpl.

Kabupaten Buru didomiasi oleh kawasan pegunungan, dengan


penyebaran lereng di bagian utara rata-rata berlereng curam pada formasi
batuan metamofik, sedangkan ciri karistik di atas formasi batuan sedimen (batu
napal dan batu gamping) lebih dominan di bagian selatan dengan topografi yang
tidak terlalu curam. Kawasan dibagian timur laut merupakan bentuk depresi dari
aliran waeapo, membentuk bentangan dataran dibagian dalam sungai (inland
plain) yang terdiri dari 8 Ibid Dalam modul Surge di tana Raja Kabupaten Buru
dalam pesona dan potensi, hal 15. 38 endapan Aluvium, dan koluvium,
sebagaimana terdiskripsi pada bagian geologi. Di sepanjang pantai utara
terdapat tanggul pantai (coastal ridges) yang sempit dengan dataran aluvio-
koluvial yang di kelilinggi daerah angkatan terumbu karang (uplifted coral reef).

4.1.6 Kondisi Kecamatan

Wilayah Kabupaten Buru adalah 7.594,98 km2 yang terbagi atas 10


Kecamatan, 82 Desa dan 98 Dusun, Pemerintah Kabupaten Buru secara
administratif membawahi 10 (sepuluh) kecamatan yang terdiri atas 10 antara lain:

1. Kecamatan Namlea dengan Ibukota Namlea

2. Kecamatan Airbuaya dengan Ibukota Airbuaya

3. Keacamatan Waeapo dengan Ibukota Waeapo

4. Kecamatan Waplau dengan Ibukota Waplau

5. Kecamatan Batabual dengan Ibukota Ilath

6. Kecamatan Teluk Kayeli dengan ibukota kayeli


49

7. Kecamatan lolongguba dengan ibukata lolongguba

8. Kecamatan Fena Leisella dengan ibukota kayeli

9. Kecamatan Lilialy dengan ibukota lilialy

10. Kecamatan waelata dengan ibukota waelata

4.1.7 Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk masyarakat Kabupaten Buru, Untuk lebih jelasnya,


mengenai jumlah penduduk Kabupaten Buru berdasarkan per kecamatan
sebagai berikut.

Tabel IV.1

Jumlah penduduk Kabupaten Buru.

TAHUN
KECAMATAN
2016 2017 2018 2019

NAMLEA 34.061 34.885 36.944 36.559

WAEAPO 11.838 11.875 12.541 12.296

WAPLAU 12.365 12.728 12.184 12.926

BATA BUAL 9.031 9.341 9.199 9.307

TELUK KAIELY 4.11 4.081 3.926 4.065

WAELATA 13.772 13.406 13.795 13.893

LOLONG GUBA 12.519 12.494 12.422 12.735

LILIALY 9.608 10.175 11.078 11.141

AIR BUAYA 10.959 11.299 11.392 11.808

FENA LEISELA 12.042 11.816 11.137 11.388

TOTAL 130.305 132.1 134.618 136.118

Sumber: Publikasi - BPS Kabupaten Buru - Badan Pusat Statistik


50

4.1.8 Jumlah Pemeluk Agama Di Kabupaten Buru

Jumlah Pemeluk Agama


Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya
2019 2019 2019 2019 2019 2019
Namlea 35 946 480 83 31 13 6
Waeapo 12 166 67 1 48 - 14
Waplau 10 717 2 192 3 - - 14
Bata Bual 9 088 14 1 4 - 200
Teluk 3 969 35 4 16 - 41
Kaiely
Waelata 11 463 200 194 174 32 1 830
Lolong 8 694 1 291 558 209 - 1 983
Guba
Lilialy 11 071 39 8 - 3 20
Airbuaya 8 559 2 464 286 61 - 438
Fena 4 555 4 336 42 356 - 2 099
Leisela
TOTAL 116 228 11 118 1 180 899 48 6 645

Kepercayaan Masyarakat Kabupaten Buru mayoritas memeluk Agama


Islam dan ada juga sebagian masyarakat yang memeluk agama lain seperti
Kristen protestan, Katolik, Hindu, dan Budha. Adapun jumlah penduduk dapat di
lihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel IV.2

Jumlah penganut Agama di Kabupaten Buru.

Sumber: Jumlah Pemeluk Agama , 2019 - BPS Kabupaten Buru

4.1.9 Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Kabupaten Buru mayoritas adalah petani


dan nelayan. Sebagian masyarakat adalah pegawai negeri sipil dan pedagang.
Ada juga yang menekuni industri usaha kecil seperti penyulingan minyak kayu
putih yang hasilnya di jual untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
51

4.1.10 Daftar Bupati Kabupaten Buru

Tabel IV.3

Pejabat Bupati Dari Masa Ke Masa

No Mulai Akhir
Bupati Prd. Ket. Wakil Bupati
. Jabatan Jabatan

R.S Sangadji 1999 2002

2002 2007 1 Bakri Lumbessy


1 Husnie Hentihu Ramly I.
2007 2012 2
Umasugi
Juhana
2012 2017 3
Ramly I. Soedrajat
2
Umasugi Amustofa
2017 Petahanan 4
Besan
Sumber: https://id.wikipedia.org › wiki › Daftar_Bupati_Buru

4.1.11 Pendidikan

Pendidikan merupakan Salah satu faktor pendukung keberhasilan


pembangunan suatu daerah, dengan adanya sumberdaya manusia yang
berkualitas melalui jalur pendidikan, pemerintah berupaya untuk menghasilkan
dan meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Lewat pendidikan Peningkatan sumberdaya manusia sekarang ini lebih


diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada penduduk untuk
pendidikan yang seluas-luasnya, terutama penduduk pada kelompok umur 7-18
tahun yaitu kelompok usia sekolah. Berikut jumlah sarana pendidikan di
Kabupaten Buru dapat di lihat dalam tabel di bawah ini.
52

Tabel IV.4

Jumlah Sarana Pendidikan Di Kabupaten Buru

SD Sederajat SMP Sederajat SMA Sederajat SMK


No. KECAMATAN TOTAL
N S JML N S JML N S JML N S JML

TOTAL 116 39 155 48 20 68 13 7 20 8 1 9 252


1 Kec. Airbuaya 12 2 14 9 0 9 1 2 3 1 0 1 27
2 Kec. Waeapo 11 1 12 4 2 6 1 1 2 1 0 1 21
3 Kec. Namlea 13 6 19 6 7 13 3 2 5 2 1 3 40
4 Kec. Waplau 10 7 17 5 2 7 3 0 3 0 0 0 27
5 Kec. Batabual 6 3 9 4 2 6 2 1 3 0 0 0 18
6 Kec. Lolong Guba 20 7 27 3 2 5 1 0 1 0 0 0 33
7 Kec. Waelata 14 4 18 4 2 6 1 1 2 0 0 0 26
8 Kec. Fena Leisela 21 3 24 7 2 9 0 0 0 1 0 1 34
9 Kec. Teluk Kaiely 5 1 6 3 0 3 0 0 0 1 0 1 10
10 Kec. Lilialy 4 5 9 3 1 4 1 0 1 2 0 2 16
Kab. Buru - Data Referensi
Pendidikanhttps://referensi.data.kemdikbud.go.id

4.1.12 Kesehatan

Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan


manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik, maka akan
meningkatkan kesejahtraan rakyat langsung. Selain itu, pembangunan
kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi
oleh ketersediaan fasilitas kesehatan. Hal ini dilakukan denga menciptakan
akses pelayanan kesehatan yang didukung oleh sumberdaya yang memadai
seperti rumah sakit, puskesmas, dan tenaga kesehatan (dokter bidan perawat)
dan ketersediaan obat.

Upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan seperti rumah


sakit, puskesmas, puskesmas pembantu mengalami peningkatan walaupun
dinilai masih belum mencukupi. Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Buru
pada tahun 2021 untuk rumah sakit sebanyak 1 unit, puskesmas 12 unit,
puskesmas pembantu sebanyak 42 unit, apotek sebanyak 12, dan poliklinik 1
unit. Berikut lebih lengkapnya dapat di lihat dalam tabel di bawah ini.
53

Tabel IV.5

Jumlah Desa Yang Memiliki Sarana Kesehatan Di Kabupaten Buru

Puskesmas
Kecamatan Rumah sakit Poliklinik puskesmas apotek
pembantu

Namlea 1 1 1 1 15

Waeapo - - 2 3 4

Waplau - - 1 6 1

Bata bual - - 1 4 -

Teluk kaiely - - 1 3 -

Waelata - - 1 8 -

Lolong guba - - 1 8 2

Lilialy - - 2 2 2

Air buaya - - 1 4 1

Fena leisela - - 1 3 -

TOTAL 1 1 12 42 25

Jumlah Desa yang Memiliki Sarana Kesehatan 2018-2020


https://burukab.bps.go.id › jumlah-fasilitas-kesehatan

4.2 Tinjauan Lokasi Penelitian


54

4.2.1 Data Wilayah

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buru merupakan satu-satunya


Rumah Sakit yang menjadi sentral pengobatan masyarakat Kabupaten Buru
yang terletak di Desa Lala Kecamatan Namlea

Gambar IV.2

Gambar Lokasi Penelitian.

4.2.2 Tenaga Kerja RSUD Namlea

Berikut adalah Jumlah tenaga kerja di RSUD dapat di lihat di dalam tabel
di bawah ini.

Tabel IV.6
Ketenagaan RSUD Namlea
55

Jenis Tenaga Jumlah

Dokter Umum 5

Dokter Gigi 2

Dokter Spesialis Bedah 1

Dokter Spesialis Kandungan 2

Dokter Spesialis Anastesi 2

Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2

Dokter Spesialis Paru 1

Spesialis Patologi Klinik 1

Perawat 195

Bidan 48

Farmasi 15

Gizi 9

Kesehatan masyarakat 9

Kesehatan lingkungan 11

Keterapian fisik -

Keteknisian medik 15

Teknik biomedika 12

Sumber: Kepala tata usaha RSUD Namlea


56

4.2.3 SOP Alur Pelayanan Pasien

SOP pelayanan pasien merupakan alur pelayanan yang akan di jelaskan


oleh pegawai kepada pasien yang akan berobat, sehingga penyesuaian standar
pelayanan yang sesuai dengan SOP dapat di sesuaikan dan diterapkan dengan
kebutuhan pasien. Berikut adalah SOP alur pelayanan pasien.

Tabel IV.7

SOP Alur Pelayanan Pasien

ALUR PELAYANAN PASIEN

No.Dokumen No.Revisi Halaman

1/1
RUMAH SAKIT
UMUM
DAERAH
NAMLEA

Ditetapkan Direktur

PROSEDUR RSUD Namlea


Tanggal terbit :
TETAP
Januari 2015 dr. Helmi Koharjaya

NIP : 19750828 200604 1 016

Alur pelayanan pasien adalah proses urutan pelayanan pasien di


Pengertian
RSUD Namlea sesuai kebutuhan pasien berdasarkan dengan
ketentuan yang berlaku.

Agar sejak awal pasien/keluarga memperoleh informasi dan paham


Tujuan
terhadap tahapan dan prosedur pelayanan RSUD
1. Sebagai pedoman dalam membuat alur pelayanan RSUD
Kebijakan Namlea
2. Pelaksanaan pelayanan RSUD harus mengikuti langkah-
langkah yang tertuang dalam SOP
Prosedur 1. Petugas pendaftaran meminta pasien yang datang untuk
mengambil nomor urut dan meminta pasien untuk menunggu
di ruang tunggu.
2. Petugas pendaftaran memanggil pasien sesuai nomor urut
dan mendaftarkan pasien.
3. Petugas menyerahkan family folder pada unit pelayanan yang
57

di tuju.
4. Petugas pada unit pelayanan memeriksa pasien.
5. Petugas pada unit pelayanan merujuk pasien pada unit terkait
sesuai kebutuhan pasien jika memerlukan penunjang.
6. Petugas tersebut menegakkan diagnosa dan membuat resep
untuk pasien rawat jalan. Dan memberikan inform consent
untuk pasien rawat inap. Setelah petugas dalam unit.
pelayanan tersebut menerima hasil pemeriksaan penunjang
7. Petugas meminta pasien menyerahkan resep bagian
obat/apotik.
8. Petugas pada bagian obat menerima resep dan menyiapkan
obat.
9. Petugas memberikan obat pada pasien dan menjelaskan
prosedur mengkonsumsinya jika pasien merupakan pasien
rawat jalan.
10. Petugas berkoordinasi dengan petugas rawat inap untuk
mempersiapkan persiapan selanjutnya. Jika pasien
merupakan pasien rawat inap.
Unit Terkait 1. Semua unit dan divisi yang terkait dalam RSUD Namlea

1. pasien
Distribusi
2. Pendaftaran

Sumber: data dari bagian tata usaha

4.2.4 Bagan Alur Pelayanan RSUD Namlea

Pasien yang datang ke rumah sakit memiliki beragam gejala penyakit


mulai dari penyakit menular sampai penyakit degeneratif. Oleh karena itu dengan
adanya bagan alur pelayanan dapat mempermudah pasien untuk mengetahui
alur dan proses pelayanan yang di berikan di rumah sakit untuk mendapatkan
pelayanan medis sesuai yang di butuhkan. Berikut adalah bagan alur pelayanan
RSUD Namlea.
58

Gambar IV.3

Bagan Alur Pelayanan RSUD Namlea

loket Pengantar Pengantar


dan keluarga dan keluarga
pasien pasien

Pasien di Menganamnesia dan


layani sesuai melakukan tindakan sesuai
kebutuhan prosedur

Mendapatkan Memberikan terapi dan


perawatan/pelayanan tindakan sesuai
sesuai kebutuhan prosedur

Memberikan
Mendapatkan
pelayanan/tindakan
pelayanan penunjang
sesuai instruksi dokter
medis

Mendapatkan
perawatan/pelayanan
lanjutan di ruang Pulang
perawatan sesuai
kebutuhan pasien

4.2.5 Visi Dan Misi RSUD Namlea

1. Visi
Menjadi rumah sakit dengan pelayanan kesehatan peripurna yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat Kabupaten Buru.
2. Misi
 Mengoptimalkan layanan kesehatan sesuai standar rumah
sakit
 Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan rumah
sakit
59

 Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM rumah sakit


 Meningkatkan disiplin dan budaya kerja pegawai yang
optimal
3. Motto
Melayani dengan hati bertindak dengan logika

4.2.6 Struktur Organisasi RSUD Namlea

berikut adalah struktur organisasi RSUD Kabupaten Buru

Gambar IV.2
Struktur Organisasi RSUD Namlea

DIREKTUR

dr. HELMI KOHARJAYA

KELOMPOK JABATAN
SUNGSIONAL KA – SUB TATA USAHA

ASYRUL BUAMONA, S.ST

KASIE PELAYANAN MEDIK KASIE MONITORING


DAN BINA KEPERAWATAN EVALUASI

MAIMUNA SOAMOLE, S.Kep. M.Kes


60

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Adapun permasalahan pokok yang di ajukan dalam penelitian untuk


menjawab permasalahan tersebut secara empiris. Maka penelitian lapangan
yang di lakukan penulis untuk mengumpulkan sejumlah data yang kemudian
akan di olah dan di analisis menggambarkan bagaimana standar pelayanan yang
di lakukan oleh pihak rumah sakit terhadap masyarakat.

Setelah data-data diperoleh selanjutnya direduksi pemilihan dan seleksi


data-data dari berbagai instrumen yang telah disediakan sebelumnya, dan
senantiasa memfokuskan perhatian terhadap masalah yang dihadapi serta
tujuan penelitian yang ingin dicapai. Untuk itu, maka jawaban-jawaban informan
setelah dianalisis kualitatif akan digambarkan secara utuh sesuai tanggapan
yang diberikan terhadap indicator penelitian ini. Dari hasil tersebut kemudian
diberikan kesimpulan sendiri oleh peneliti berdasarkan pada hasil presentasi
rata-rata dari ketiga indicator yang ada.

Atas dasar uraian tersebut maka berikut ini yang akan disajikan secara
berturut-turut gambaran hasil penelitian dan pembahasan melalui berbagai
indicator-indikator antara lain sebagai berikut.

4.3.1 Sosialisasi Standar Pelayanan

Sosialisasi mencakup pemeriksaan mengenai lingkungan kultural


lingkungan sosial dari masyarakat yang bersangkutan, interaksi sosial dan
tingkah laku sosial. Berdasarkan hal tersebut, sosialisasi merupakan mata rantai
paling penting di antara sistem-sistem sosial lainnya, karena dalam sosialisasi
adanya keterlibatan individu-individu sampai dengan kelompok-kelompok dalam
satu sistem untuk berpartisipasi. Sosialisasi merupakan system dalam kehidupan
masyarakat yang sangat penting.

Berdasarkan hal tersebut sosialisasi memberikan dua kontribusi


fundamental bagi kehidupan masyarakat yaitu:

1) Memberikan dasar atau kondisi kepada individu bagi terciptanya


partisipasi yang efektif dalam masyarakat.
61

2) Memungkinkan lestarinya suatu masyarakat karena tanpa


sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja hingga kelestarian
masyarakat akan sangat terganggu.

Sosialisasi masyarakat dapat berpartisipasi untuk kepentingan hidupnya


dan menciptakan generasi untuk kelestarian kehidupan selanjutnya. Selain itu,
dapat factor lain yang menunjang proses sosialisasi yaitu faktor lingkungan,
dimana didalamnya interaksi sosial. Selain factor lingkungan terdapat factor-
faktor lain yang mempengaruhi sosialisasi, diantaranya adalah:

1. Apa yang disosialisasikan, merupakan bentuk informasi yang akan


diberikan kepada masyarakat berupa nilai-nilai, norma-norma dan
peran.
2. Bagaimana cara mensosialisasikan,melibatkan proses pembelajaran.
3. Siapa yang mensosialisasikan, institusi, media massa,individu dan
kelompok.

Subyek atau sasaran sosialisasi adalah masyarakat agen sosialisasi


mempunyai tujuan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat
dalam materi sosialisasi kepada masyarakat. Agen sosialisasi akan memobilisasi
masyarakat untuk mendukung program yang dapat pada materi sosialisasi
dengan tujuan untuk memujudkan cita-cita bersama.

Pengertian masyarakat menurut Harold J. Laski adalah sekelompok


manusia hidup bersama dan bekerja sama untuk tercapai terkabulnya keinginan-
keinginan mereka bersama. Kehidupan masyarakat, mencakup hubungan antara
individu dan kelompok, dalam lingkungan kelompok terdapat interaksi sosial
antara masing-masing individu untuk dapat memahami lingkungan satu sama
lain.

Peranan sosialisasi dalam masyarakat pada umumnya tampak jelas,


khususnya dalam masyarakat yang tengah atau telah cukup lama berdiri untuk
menegakkan berdirinya tradisi-tradisi kemasyarakatan yang kuat, yang
menetapkan struktur dan penerapan-penerapan masyarakat. Sosialisasi
merupakan bagian yang sangat penting dari kegiatan mempelajari peranan
kemasyarakatan. Proses sosialisasi dengan sendirinya telah memberikan
62

pelajaran terhadap kelompok masyarakat mengenai system interaksi antara


kelompok-kelompoknya.

tetapi dewasa ini ada sebagian masyarakat yang tidak mengetahui


persoalan sosialisasi yang di lakukan oleh pihak RSUD untuk memberikan
edukasi persoalan standar sosialisasi yang di terapkan oleh RSUD namlea
tersebut.

Dari uraian di atas maka penulis mencoba merelevansikan dengan hasil


wawancara yang di lakukan kepada direktur RSUD yakni bapak dr. HELMI
KOHARJAYA dan masyarakat.

Berikut adalah hasil wawancara dengan direktur RSUD Namlea yakni


Bapak dr. HELMI KOHARJAYA.

“kami dari pihak RSUD pernah melakukan sosialisasi tentang standar


pelayanan kepada masyarakat kemudian sosialisasi itu semata-mata
untuk memberikan edukasi tentang standar pelayanan di RSUD ini,
kemudian yang nantinya menjadi salah satu pedoman juga untuk
masyarakat yang akan hendak berobat ke RSUD Namlea, sosialisasi
yang kami lakukan saya kira sangat jelas karena ada penjelasan-
penjelasan yang sangat komplit mulai dari segi aturannya,
mekanismenya, dan juga alur pelayanannya. Kami selaku pemberi jasa
dalam pelayanan juga sangat tau betul bahwa pelayanan publik yang
sangat urgen adalah di dalam rumah sakit, ini dikarenakan pelayanan
kita menyangkut dengan keselamatan masyarakat apalagi jika kita lalai
sedikit maka akan membahayakan keselamatan pasien kita salah
satunya adalah kematian, jadi di dalam pelayanan kita di rumah sakit
tidak hanya mementingkan aturan yang telah di tetapkan dan di sahkan
saja, tetapi kami melihat pasien yang lebih membutuhkan penanganan
medis secepatnya maka itulah yang di prioritaskan, bukan berarti kita
melanggar mekanismenya, tidak. Ini persoalan tanggung jawab yang
melibatkan keselamatan orang apalagi dengan kematian. Jadi kita
sangat mementingkan hal-hal sedemikian rupa untuk menjaga perspektif
masyarakat yang negatif tentang RSUD ini.”

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu Ibu yang berinisial EK tentang Sosialisasi Standar Pelayanan.

“Terkait dengan sosialisasi pelayanan mungkin pernah dilakukan oleh


pihak RSUD kepada masyarakat, tetapi sejauh ini yang saya ketahui
belum ada sehingga menurut saya pihak RSUD harus mengambil
langkah ,serius dalam melakukan sosialisasi sehingga masyarakat,
mampu mengetahui dan mengerti alur pelayanan di RSUD, sehingga
dapat memudahkan masyarakat”.
63

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu ibu yang berinisial S tentang Sosialisasi Standar Pelayanan.

“Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak RSUD kepada kami memang


benar-benar dilakukan sosialisasi terkait dengan standar pelayanan
sehingga kami bisa mengetahui, dan mempermudah kami dalam,
melakukan proses pengobatan di RSUD, tetapi menurut saya sosialisasi
harus lebih efektif lagi sehingga masyarakat yang belum mengetahui
terkait dengan sosialisasi pelayanan, di RSUD bisa mengetahui sehinga
dapat mempermudahkan mereka dalam pelayanan”.

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu bapak yang berinisial RH tentang Sosialisasi Standar Pelayanan.

“Bicara terkait dengan sosialisasi pelayanan dari pihak RSUD memang


ada dan pernah dilakukan oleh pihak RSUD, sosialisasi yang dilakukan
sudah sangat efektif sehingga menurut saya sudah sangat baik
sehingga mempermudahkan kita dalam menjalankan pengobatan
karena kita sendiri sudah mengetahui alur pelayanan yang ada di
RSUD”.

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu bapak yang berinisial LI tentang Sosialisasi Standar Pelayanan.

“Dari pihak RSUD sendiri sudah melakukan sosialisasi kepada kita


sosialisasi tersebut guna untuk mempermudah proses kita dalam
melakukan proses pengobatan. di RSUD, tetapi dalam proses tersebut
menurut saya harus lebih dipublikasikan lebih luas baik secara langsung
maupun secara media sosial sehingga masyarakat, yang tidak sempat
hadir dalam proses sosialisasi, tersebut masyarakat bisa mengetahui
lewat media sosial tersebut.”

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu ibu yang berinisal HS tentang Sosialisasi Standar Pelayanan.

“Menurut saya sosialisasi belum berlalu efektif oleh pihak RSUD karena
masih ada masyarakat yang belum, mengetahui alur pelayanan di
RSUD jadi harapan, saya pihak rumah sakit harus lebih efektif dalam
menjalankan sosialisasi sehinga masyarakat dapat mengetahui alur
pelayanan rumah sakit tersebut”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka penulis mendeskripsikan


bahwa sosialisasi merupakan usaha memasukkan nilai kebudayaan terhadap
individu sehingga individu tersebut menjadi bagian dari masyarakat. Proses
64

sosialisasi merupakan pendidikan sepanjang hayat melalui pemahaman dan


penerimaan individu atas perannya di suatu kelompok. Sosialisasi dapat terjadi
karena adanya agen primer yaitu keluarga dengan sifat emosional dan efektif,
serta agen sekunder yaitu teman dan bersifat leluasa tujuan dari sosialisasi
adalah mengajarkan kebudayaan yang berlaku dalam suatu kelompok kepada
individu dari segi peran dan status sosial.

Tipe sosialisasi ini tergolong tipe sosialisasi formal sebab sosialisasi ini
terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang
berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah salah satunya. Menyangkut
dengan sosialisasi yang di lakukan oleh pihak RSUD Namlea ini merupakan
salah satu langkah yang terbilang sangat baik, sebab sosialisasi tentang standar
pelayanan RSUD Namlea kepada masyarakat harusnya lebih efektif. Ini
dikarenakan dengan jarak setiap perkampungan dengan RSUD Namlea terbilang
cukup jauh sehingga ada sebagian masyarkat yang tidak mengetahui tentang
sosialisasi tersebut.

Sebagai bentuk jenis pelayanan jasa pada instansi negara RSUD juga
didasari dengan aturan-aturan undang-undang, yaitu UU No 25 Tahun 2009
tentang pelayanan publik. Di dalam pasal (18) tentang hak dan kewajiban
masyarakat di dalam poin (a) mengetahui kebenaran isi standar pelayanan dan
poin (b) mengawasi pelaksanaan standar pelayanan.

Pihak RSUD sudah seharusnya lebih di tekankan untuk memberikan


edukasi yang efektif lewat sosialisasi yang di lakukan . Tetapi karena jangka
waktu yang sudah cukup lama maka proses sosialisasi ini perlu di perkenalkan
kembali untuk memberikan sentuhan secara emosional kepada masyarakat
dalam memahami standar pelayanan di RSUD Namlea.

Hal ini semata-mata untuk membangun hubungan yang harmonis dengan


masyarakat, kemudian masyarakat pun dengan senang membantu mengawal
jalannya pelayanan publik di RSUD Namlea.

4.3.2 KONSISTENSI PEGAWAI TERHADAP SOP

Pelayanan publik rumah sakit merupakan perwujutan fungsi sosial


kesehatan sebagai abdi masyarakat. Era industri fungsi sosial kesehatan
merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatkan kinerja rumah sakit.
65

Oleh karena itu secara otomatis berbagai fasilitas pelayanan kesehatan harus
lebih didekatkan, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat yang
membutuhkan.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan rumah sakit harus menyusun


standar operasional prosedur (SOP) acuan pekerjaan. Penerapan standar
operasional prosedur (SOP) dalam setiap tindakan perawat merupakan salah
satu upaya untuk menjaga keselamatan pasien, meningkatkan pelayanan dan
menghindari tuntutan malpraktik (Nazvia, Loekqijana, & Kurniawati, 2014).

Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan pedoman atau acuan


untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
kinerja rumah sakit berdasarkan indikator teknis, administrasif dan prosedural
sesuai dengan tata kerja yang bersangkutan.

Tujuan SOP untuk menciptakan komitmen mengenai satuan unit kerja


rumah sakit untuk mewujudkan good governance. SOP tidak bersifat internal dan
eksternal, karena SOP digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik yang
berkaitan dengan ketepatan program dan waktu. Selain itu SOP digunakan untuk
menilai kinerja organisasi publik berupa responsivitas, responsibilitas, dan
akuntabilitas kinerja rumah sakit di Indonesia. Hasil kajian menunjukkan tidak
semua satuan unit kerja rumah sakit memiliki SOP, karena setiap satuan unit
kerja pelayanan publik rumah sakit memiliki SOP sebagai acuan dalam
bertindak, agar akuntabilitas kinerja instansi rumah sakit dapat dievaluasi dan
terukur.

SOP rumah sakit merupakan alat pengendalian layanan yang diberikan


pasien dalam hal layanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Tujuan SOP
adalah untuk menciptakan komitmen pekerjaan dalam mewujudkan good
govermance sebagai alat penilaian kinerja yang bersifat internal dan eksternal
(Nazvia et al., 2014). Untuk meningkatkan kinerja rumah sakit yang efektif dan
efisien, perlu adanya SOP yang bersifat teknis, administratif dan prosedural
sebagai pedoman dalam melaksanakan kinerja rumah sakit (Atmoko,
2012).Pedoman pembuatan SOP rumah sakit mengacu pada Kementerian
Kesehatan dan Kementerian Keuangan. Kedua pedoman tersebut disesuaikan
66

dengan kondisi rumah sakit setempat baik rumah sakit swasta maupun
pemerintah.

SOP rumah sakit merupakan pedoman keselamatan pasien untuk


mendapatkan layanan dan pelayanan kesehatan yang optimal. Masih banyak
rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta dalam
menyusun SOP belum maksimal (SOP Peneriman dan SOP Pengeluaran). SOP
tersebut digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan dan layanan kesehatan
secara optimal (Atmoko, 2012; Banda,2015; Nazvia et al., 2014). Salah satu
studi menunjukkan bahwa hanya 53,2% waktu yang benar-benar produktif
digunakan perawat untuk ememberikan pelayanan kesehatan dan sisanya 39,9%
digunakan untuk melakukan kegiatan penunjang (Arma, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan dan Universitas


Indonesia tahun 2005 menunjukkan 78,8% perawat melakukan tugas tenaga
kebersihan dan 63,3% perawat melakukan tugas tenaga administrasi (Hastono,
2007). Kenyataan ini akan mempengaruhi kinerja perawat itu sendiri dan kinerja
institusi pelayanan kesehatan pada umumnya (Atmoko, 2012).

RSUD namlea merupakan satu-satunya rumah sakit di kabupaten buru


yang menjadi sentral untuk seluruh masyarkat kabupaten buru yang
membutuhkan tenaga medis. Kemudian hari ini masih terdapat beberapa oknum
pegawai yang tidak mematuhi SOP tersebut sebagai pedoman pelayanan yang
di berikan untuk masyakat.

Dari uraian di atas maka penulis mencoba merelevansikan dengan hasil


wawancara yang di lakukan kepada direktur RSUD yakni bapak dr. HELMI
KOHARJAYA dan masyarakat.

Berikut adalah hasil wawancara dengan direktur RSUD Namlea yakni


Bapak dr. HELMI KOHARJAYA

“ada juga yang mengikuti SOP dan ada juga yang tidak mengikuti SOP,
artinya bahwa SOP ini kan menjadi rujukan pegawai dalam melalukan
pelayanan kepada masyarakat tetapi kita sama-sama tau bahwa masih
saja ada sebagian pegawai yang tidak mengikuti SOP. Salah satunya
mungkin mementingkan keluarga agar di dahulukan untuk lebih cepat
mendapatkan pelayanan. Karena kita tidak bisa pungkiri bahwa
kebiasaan ini sangat sulit untuk di hilangkan dalam budaya kita di
maluku.”
67

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu ibu yang berinisial EK terkait dengan konsistensi Pegawai terhadap SOP.

“Menurut saya konsistensi pegawai RSUD kurang terlalu baik dalam


menjalankan tugas, pelayanan di RSUD sementara kita ketahui SOP
adalah landasan seseorang pegawai dalam menjalankan tugas mereka.
sehinga ketidak konsistensi pegawai berpengaruh terhadap tingkat
pelayanan di RSUD”.

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu ibu yang berinisial S terkait dengan konsistensi Pegawai terhadap SOP.

“Konsistensi pegawai RSUD saat ini menurut saya kurang terlalu baik
karena dalam pelayanan, masih kurang terlalu konsistensi karena ada
sebagian pegawai yang mungkin lebih mementingkan persoalan pribadi,
ketimbang tanggung jawabnya sebagai seorang pegawai”.

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu bapak yang berinisial RH terkait dengan konsistensi Pegawai terhadap
SOP.

“Saya sendiri tidak terlalu paham apa itu SOP tetapi kalau kita lihat
terkait dengan konsistensi pegawai, sendiri di RSUD saya pikir belum
terlalu konsisten, karena pengalaman yang saya rasakan waktu saya
berobat di RSUD, disitu para pegawai sendiri, kadang kerjanya lambat
dan masuk kerja bisa dibilang kurang tepat waktu, sehinga sangat
berdampak pada kami yang menggunakan jasa pelayanan RSUD”.

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu bapak yang berinisial LI terkait dengan konsistensi Pegawai terhadap SOP.

“menurut saya tentang pegawai yang menggunakan standar


pelayanannya sudah lumayan baik tetapi masih sedikit lambat dalam hal
administrasi. Kadang kita di suruh tunggu sampai orang yang di bagian
tersebut datang barulah ada pencepatan dalam administrasi, dan juga
karena alat untuk print rusak juga. Sehingga kadang kita di suruh tunggu
untuk hal-hal tersebut”.

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu ibu yang berinisial HS terkait dengan konsistensi pegawai terhadap SOP.

“menurut saya mereka sudah cukup baik dalam melakukan standar


pelayanannya kepada masyarakat, cuman perlu lebih di tingkatkan lagi.
68

Karena masih sedikit lambat dalam hal administrasi pendaftarannya.


Dan juga ada sebagian pegawai yang terlambat datang ke RSUD
sehingga dapat menimbulkan antrean yang cukup lama.”

Dari hasil wawancara di atas maka penulis mendeskripsikan bahwa, SOP


atau standar operasional prosedur seharusnya menjadi patokan dalam pegawai
untuk melakukan tindakan pelayanan yang akan di berikan kepada masyarakat,
SOP sendiri di gunakan agar setiap pegawai yang melakukan pelayanan di
haruskan sesuai dengan aturan yang di tetapkan di dalam SOP tersebut.

Kekeliruan yang di lakukan oleh pegawai menjadi perhatian khusus bagi


masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan medis di RSUD tersebut.
Mengingat bahwa ada sebagian pegawai yang tidak profesional dengan amanah
yang seharusnya di distribusikan secara merata kepada setiap masyarakat yang
akan berobat, ini dikarenakan dengan kurangnya netralitas pegawai yang
melenceng terhadap aturan yang seharusnya di jadikan sebagai acuan pegawai
dalam melaksanakan tugasnya.

Pemeliharaan pada nepotisme ini merupakan salah satu kegagalan


pegawai terhadap profesionalitas dalam dunia pekerjaan. Ini sangat berdapkan
kepada sebuah instansi terkait yang merupakan tempat aktifitas pelayanan publik
itu berlangsung.

Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 42 Tahun 2004 tentang


pembinaan jiwa korps dan kode etik pegawai negeri sipil; A Pasal 11 huruf C, hal
etika terhadap diri sendiri PNS wajib menghindari konflik kepentingan pribadi,
kelompok atau golongan. Netralitas dalam kepegawaian sangatlah penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dalam RSUD. Sehingga masyarakat pun tidak
merasa ada keberpihakan dalam mendapatkan pelayanan yang sama.

Kemudian dengan lambatnya proses pelayanan yang di lakukan oleh


pegawai ini juga dapat mempengaruhi efektifitas pelayanan yang baik, dengan
lambatnya proses administrasi yang di lakukan oleh pegawai dikarenakan
minimnya sarana prasarana untuk membuat data diri masyarakat untuk
mengambil rujukan berobat keluar daerah atau berkepentingan yang lain
sehingga pegawai di tuntut untuk tidak mencampur adukan kepentingan
pribadinya dengan pekerjaan.
69

4.3.3 Disiplin Petugas Pelayanan Kesehatan Terhadap Waktu Pelayanan

Ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan kesehatan merupakan


tanggug jawab dari kinerja petugas kesehatan itu sendiri yang di dalamnya
menyangkut perencanaan kesehatan, yakni identifikasi masalah, penetapan
prioritas masalah kesehatan, menetapkan tujuan, rencana kerja atau rumusan
kegiatan, menetapkan sasaran, susunan organisasi, rencana kegiatan, dan
evaluasi (Alamsyiah, 2012).Disiplin waktu menentukan kualitas kerja dalam
prioritas pelayanan kesehatan.

Ini akan menjadi masalah jika penggunaaan waktu yang kurang tepat
tentunya pelayanan akan tertunda dan mencerminkan tenaga kesehatan belum
semaksimal mungkin membantu dalam proses penyembuhan klien bahkan
sebaliknya dapat menjadi masalah bagi kita sebagai profesi kesehatan dimata
masyarakat.

Keberhasilan suatu organisasi pemerintahan tidak terlepas dari pengaruh


disiplin kerja pegawai lebih tepatnya kedisiplinan merupakan factor utama dari
keberhasilan suatu instansi atau organisasi pemerintahan. Maka dari itu sangat
penting bagi para pegawai memiliki sifat disiplin, bahkan sebagai seorang
pegawai negeri sipil disiplin harus menjadi acuan hidup

Bagi aparatur pemerintahan disiplin mencakup unsur-unsur ketaatan,


kesetiaan kesungguhan dan kesanggupan berkorban. hal ini berarti kita harus
mengorbankan, kepentingan pribadi dan golongan untuk kepentingan
masyarakat dan Negara. Akan tetapi realitas yang terjadi saat ini dalam
lingkungan RSUD Namlea kedisiplinan Pegawai mejadi perhatian, serius karena
ada sebagian oknum yang tingkat kedisiplinannya masih kurang disiplin.

Dari uraian di atas maka penulis mencoba merelevansikan dengan hasil


wawancara yang di lakukan kepada direktur RSUD yakni bapak dr. HELMI
KOHARJAYA dan masyarakat.

Berikut adalah hasil wawancara dengan direktur RSUD Namlea yakni


Bapak dr. HELMI KOHARJAYA.

“ada yang disiplin dan ada juga yang tidak, ini dikarenakan rata-rata
hampir 95% pegawai di RSUD ini adalah perempuan dan rata-rata
sudah berumah tangga. karena kebanyakan yang di bagian loket
70

pendaftaran adalah perempuan yang sudah menikah dan juga ada yang
lajang sehingga alasannya juga beragam. Untuk yang sudah menikah
alasannya adalah mengurus rumah terlebih dahulu, mengurus anak dan
suami, sehingga terlambat untuk ke RSUD. Dan untuk yang lajang
biasanya mengurus rumah beres-beres dan juga kadang katanya ada
juga yang susah mencari transportasi untuk ke RSUD. Tetapi saya tetap
menindak dengan aturan-aturan tersebut mulai dari teguran lisan,
menyurati dan tindakan pemotongan tunjangan tambahan pegawai atau
TTP bahkan tidak segan-segan untuk memecat jika hal ini sering di
ulangi apalagi malas datang ke RSUD ini. Karena kita sebagai pegawai
rumah sakit sangat di perlukan karena orang datang ke RSUD tidak
mengenal waktu ketika pasien sangat membutuhkan penanganan medis
secepatnya karena musibah mau tidak mau maka kita sangat
bertanggung jawab atas hal itu.”

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu ibu yang berinisial EK terkait dengan disiplin petugas pelayanan kesehatan
terhadap waktu pelayanan .

”Terkait dengan kedisiplinan sendiri petugas RSUD, menurut saya suda


seharusnya seorang pegawai harus disiplin dalam waktu kerja mereka
karena kedisiplinan itu guna untuk keberhasilan suatu instansi, tetapi
realitas hari ini yang saya lihat ada sebagian oknum pegawai RSUD
yang kurang disiplin dalam menjalankan tugas mereka, ada sebagian
oknum pegawai yang masuk tidak tepat waktu. Sehinga ketidak disiplin
ini sangat berpengaruh terhadap tingkat pelayanan DI RSUD. Sendiri.”

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu ibu yang berinisial S terkait dengan disiplin petugas pelayanan kesehatan
terhadap waktu pelayanan.

menurut saya disiplin pegawai RSUD, harus menjadi perhatian yang


lebih serius dari atasan mereka, karena kedisiplinan sangat
berpengaruh terhadap tingkat pelayanan di RSUD sendiri, sementara
kita lihat hari ini kedisiplinan di RSUD ini sangat minim karena ada
petugas yang mungkin lebih mementingkan persoalan pribadi ketimbang
tugas dan tanggung jawab mereka sendiri.

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu bapak yang berinisial RH terkait dengan disiplin petugas pelayanan
kesehatan terhadap waktu pelayanan.

“Persoalan disiplin menurut saya suda baik oleh setiap petugas, tetapi
perlu harus lebih dipertegas lagi terkait tingkat kedisiplinan oleh setiap
71

Petugas karena berdasarkan pada pengalaman saya waktu


menggunakan jasa kesehatan, saya pernah menunggu salah satu
pegawai untuk mengurus berkas rujukan saya untuk berobat ke luar
RSUD Namlea.”

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu bapak yang berinisial LI terkait disiplin petugas pelayanan kesehatan
terhadap waktu pelayanan.

.”ada sebagian pegawai yang masih minim akan disiplin terhadap waktu
kerja. saya kira hal ini merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
rumah sakit, sebab RSUD Namlea ini merupakan sentral pengobatan
masyarakat sekabupaten buru, mengingat RSUD Namlea ini hanyalah
salah satu rumah sakit yang ada di Kabupaten buru maka perlu di
tingkatkan lagi dari segi pelayanannya. Sehingga masyarakat pun
merasa puas dengan pelayanan yang di berikan kepada masyarakat.

Berikut adalah hasil wawancara dengan masyarakat yang akan berobat


yaitu ibu yang berinisial HS terkait degan disiplin petugas pelayanan kesehatan
terhadap waktu pelayanan.

“pelayanan RSUD ini sudah terbilang cukup baik cuman saja ada
beberapa pegawai yang masih lalai dalam ketepatan waktu, sehingga
masyarakat pun menunggu cukup lama, saya harap kepala RSUD
Namlea ini dapat memperhatikan kedisiplinan para pegawainya untuk
lebih tepat waktu lagi sehingga para masyarakat pun yang akan berobat
tidak menunggu terlalu lama untuk mendapatkan pelayanan.

Dari hasil wawancara di atas terkait dengan disiplin petugas pelayanan


kesehatan terhadap waktu pelayanan maka penulis mendeskripsikan sebagai
berikut.

Disiplin merupakan sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai


dengan peraturan instansi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulus.
Peraturan yang di maksud termasuk absensi, lambat masuk, serta cepat
pulangnya karyawan. Jadi hal ini merupakan suatu sikap indisipliner karyawan
yang perlu disikapi dengan baik oleh pihak manajemen.

Banyak mengartikan disiplin itu bilamana karyawan selalu datang serta


pulang pada tepat waktunya. Pendapat itu hanya salah satu yang di tuntut oleh
72

organisasi. Oleh karena itu kedisiplinan di artikan sebagai tingkah laku yang
tertulis maupun yang tidak tertulis.

Bahkan kedisiplinan juga dapat di definisikan sebagai salah satu sikap


menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap aturan-aturan yang berlaku,
baik yang tertulis dan tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak
mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan
wewenang yang di berikan kepadanya.

Dasar hukum yang menjelaskan tentang kedisiplinan pegawai termuat


dalam permen RI no 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil dalam
BAB 1 tentang ketentuan umum pasal (1) disiplin pegawai negeri sipil adalah
kesanggupan pegawai negeri sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari
larangan yang di tentukan dalam peraturan perundang-undangan dan atau
peraturan kedinasan yang apabila tidak di taati dan dilanggar dijatuhi hukuman
disiplin. Kemudian dalam pasal (3) tentang kewajiban dan larangan. Ayat (7)
yaitu mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri
seseorang, dan golongan. Dan juga dalam pasal (11) masuk kerja dan menaati
ketentuan jam kerja.

Dalam hasil wawancara yang di rangkum yang kemudian di deskripsikan


bahwa direktur harus lebih mempertegas aturan-aturan yang berlaku kemudian di
terapkan pada oknum pegawai yang masih lalai terhadap kedisiplinan tersebut,
dalam hal ini adalah tentang kedisiplinan pegawai pelayanan kesehatan pada
waktu jam kerja. Langkah yang di ambil oleh direktur sudah terbilang efektif untuk
membuat jerah para oknum yang masih lalai terhadap disiplin waktu kerja,
sehingga kualitas pelayanan pada RSUD Namlea meningkat lebih signifikan.

Adapun aturan yang di jadikan sebagai sanksi yang di maksud sangat


baik ini karena juga terbilang sesuai dengan aturan yang telah di tentukan,
melalui teguran lisan, menyurati, memotong TTP atau tunjangan tambahan
penghasilan pegawai sesuai dengan jenis pelanggaran yang di lakukan, dan juga
tidak segan-segan untuk memecat pegawai yang melakukan pelanggaran berat.
Sehingga keresahan yang di alami masyarakat dalam mengurus administrasi
tidak lambat dan juga tidak menunggu kedatangan pegawai yang tidak disiplin
terhadap waktu pelayanan.
73

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan dan pembahasan hasil analisis sebagaimana


telah disampaikan pada bab VI, diperoleh berdasarkan pada kesimpulan sebagai
temuan penelitian yaitu:

1) Sebagai bentuk jenis pelayanan jasa pada instansi negara RSUD juga
didasari dengan aturan-aturan undang-undang, yaitu UU No 25 Tahun
2009 tentang pelayanan publik. Di dalam pasal (18) tentang hak dan
kewajiban masyarakat di dalam poin (a) mengetahui kebenaran isi
standar pelayanan dan poin (b) mengawasi pelaksanaan standar
pelayanan. Pihak RSUD sudah seharusnya lebih di tekankan untuk
memberikan edukasi yang efektif lewat sosialisasi yang di lakukan. Tetapi
karena jangka waktu yang sudah cukup lama maka proses sosialisasi ini
perlu di perkenalkan kembali untuk memberikan sentuhan secara
emosional kepada masyarakat dalam memahami standar pelayanan di
RSUD Namlea.
2) Kekeliruan yang di lakukan oleh pegawai menjadi perhatian khusus bagi
masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan medis di RSUD tersebut.
Mengingat bahwa ada sebagian pegawai yang tidak profesional dengan
amanah yang seharusnya di distribusikan secara merata kepada setiap
masyarakat yang akan berobat, ini dikarenakan dengan kurangnya
netralitas pegawai yang melenceng terhadap aturan yang seharusnya di
jadikan sebagai acuan pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Di dalam
Peraturan Pemerintah nomor 42 Tahun 2004 tentang pembinaan jiwa
korps dank ode etik pegawai negeri sipil; A Pasal 11 huruf C, hal etika
terhadap diri sendiri PNS wajib menghindari konflik kepentingan pribadi,
kelompok atau golongan. Netralitas dalam kepegawaian sangatlah
penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam RSUD. Sehingga
masyarakat pun tidak merasa ada keberpihakan dalam mendapatkan
pelayanan yang sama
74

3) Adapun aturan yang di jadikan sebagai sanksi yang di maksud sangat


baik ini karena juga terbilang sesuai dengan aturan yang telah di
tentukan, melalui teguran lisan, menyurati, memotong TTP atau
tunjangan tambahan penghasilan pegawai sesuai dengan jenis
pelanggaran yang di lakukan, dan juga tidak segan-segan untuk memecat
pegawai yang melakukan pelanggaran berat. Sehingga keresahan yang
di alami masyarakat dalam mengurus administrasi tidak lambat dan juga
tidak menunggu kedatangan pegawai yang tidak disiplin terhadap waktu
pelayanan.

5.2 SARAN

1) Seharusnya pemerintah daerah Kabupaten Buru harus lebih


memperhatikan kinerja pegawai RSUD Namlea sehingga pegawai RSUD
bisa bekerja sesuai dengan SOP yang berlaku dan juga disiplin terhadap
waktu.
2) Direktur RSUD harus lebih mempertegas aturan-aturan yang telah di
tetapkan dan di sepakati bersama untuk di jadikan sebagai bahan acuan
pegawai agar tidak melanggar dan tidak disiplin terhadap ketentuan yang
berlaku atau aturan yang mengikat seluruh kepegawaian di RSUD.
3) Pihak RSUD seharusnya melakukan sosialisasi kepada seluruh lapisan
masyarakat Kabupaten Buru dengan berbagai solusi. Yakni dengan
melakukan kunjungan ke desa-desa dengan melakukan sosialisasi untuk
memperkenalkan tentang standar pelayanan RSUD dan juga
menggunakan media sosial untuk memperkenalkan standar pelayanan di
RSUD Namlea.
4) Perhatian Direktur RSUD terhadap kedisiplinan pegawai harus lebih,
setidaknya ada setiap bulannya melakukan evaluasi terhadap kinerja
pegawai secara kolektif.
75

DAFTAR PUSTAKA

Amelia Kurniati, S. M. (2009). Edisi Indoneisa 1. Singapore: ELSEVIER.

Arwin & Heru, 2. (2009). Undang-Undang Kesehatan RI. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI, 2009.

Barata, A. A. (2007). Loyalitas Pelanggan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo,


Grramedia, Jakarta.

Dwyanto, A. (2017). ISBN 97427756. Yogyakarta: Ghaja Mada University Press.

Handoko, S. d. (2005). Kepuasan Pasien Konsumen. Denpasar: Depkes RI


2005.

Lena, F. E. (2018). Fasilitas Kesehatan. Pemberian Fasilitas Kesehatan dari


Pemerintah, Yogyakarta.

Muhamad, M. (2011). Pelayanan Kesehatan. Strategi Pelayanan Unit VIP Rawat


Inap Rumah Sakit PKU Muhamadiyah, 72.

Nova, R. F. (2010). Pasien Rawat Inap. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap


Kepuasan Pasien Rawat Inap, RS PKU Muhamadiyah Surakarta.

Pelayanan Publik Di Rumah Sakit. (Oktober). Yogyakarta: Prof. Dr. Soepomo,


S.H.

Sinambela, L. P. (2008). ISBN/ISSN 9795261843. Jakarta: Bumi Akasa.

Untung Kuzairi, (. (2010). Implementasi Standar Pelayanan Minimal (Spm) Pada


Pelayanan Publik Bidang Kesehatan (Studi Kasus Pada Rumah Sakit
Umum Dr. H. Koesnadi Bondowoso). universitas gaja mada jurusan
administrasi negara.

Wulandari, A. R. (2018). Kepuasan Pasien. Kepuasan Pasien Terhadap


Pengendalian Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, RS HAJI
MAKASAR.
76

H. A. (2015). Program Jaminan Kesehatan Nasional ( Studi Deskriptif Tentang


Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi
Program Jaminan Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya ). ilmu administrasi, universitas air langga.

Agatha Yolanka Putri, (. (2013). Analisis Implementasi Pelayanan Kesehatan Di


Instalasi Gawat Darurat(Studi Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M.
Djoelham Kotabinjai). Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik UNIVERSITAS NEGERI MALANG .
Untung Kuzairi, (. (2010). Implementasi Standar Pelayanan Minimal (Spm) Pada
Pelayanan Publik Bidang Kesehatan (Studi Kasus Pada Rumah Sakit
Umum Dr. H. Koesnadi Bondowoso). universitas gaja mada jurusan
administrasi negara.
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :
129/Menkes/SK/II/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL
RUMAH SAKIT

Peraturan Pemerintah nomor 42 Tahun 2004 tentang pembinaan jiwa korps dan
kode etik pegawai negeri sipil.

undang-undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik.

peraturan menteri RI no 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil

Sumber yang lain:

Jumlah Desa yang Memiliki Sarana Kesehatan 2018-2020


https://burukab.bps.go.id › jumlah-fasilitas-kesehatan
Kab.Buru- Data Referensi Pendidikanhttps://referensi.data.kemdikbud.go.id

Kab. Buru - Data Referensi Pendidikanhttps://referensi.data.kemdikbud.go.id

Sumber: Jumlah Pemeluk Agama , 2019 - BPS Kabupaten Buru

Sumber: Publikasi - BPS Kabupaten Buru - Badan Pusat Statistik


77

DOKUMENTASI

Proses Wawancara Dengan Masyarakat


78

Proes pengambilan data dari pegawai RSUD Namlea

Proses wawancara dengan direktur RSUD Namlea


79

Anda mungkin juga menyukai