SKRIPSI
Disusun Oleh:
MUHAMMAD SALMAN KHANIF
NIM : 18310008
FAKULTAS TARBIYAH
Beserta seluruh isinya adalah benar - benar karya intelektual saya sendiri dan
saya tidak melakukan penjiplakan, plagiasi, ataupun pengutipan dengan cara -
cara yang tidak sesuai dengan etika akademis dan etika riset yang berlaku dalam
proses penelitian keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi apapun yang
dijatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila di
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atau klaim terhadap keaslian
karya intelektual ini.
Cirebon, 19 September
2022
Yang Membuat Pernyataan
materai 6000
Muhammad Salman
Khanif
NIM : 18310008
NOTA PENGESAHAN PROPOSAL
Proposal Skripsi berjudul:
Disusun oleh:
Muhammad Salman Khanif
18310008
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah
YANG MENGESAHKAN
Penguji
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Agama Islam
Sukma Hadi Wiyanto, M.Pd
NOTA PERSETUJUAN
Skripsi berjudul:
Disusun oleh:
Muhammad Salman Khanif
18310008
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah
telah dilakukan:
Cirebon, 20 September
2022
NOTA PENDAFTARAN
Kepada Yth:
Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Studi Islam Fahmina (ISIF)
Cirebon
Assalamu’alaikum wr. wb.
Cirebon, 20 September
2022
NOTA PENGESAHAN
Skripsi berjudul:
Disusun oleh:
Muhammad Salman Khanif
18310008
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah
YANG MENGESAHKAN
Cirebon, 20 September
2022
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan syukur dan terimakasih kepada Allah SWT.
Yang telah memberikan Rahmat-Nya kepada peneliti sehingga penulisan
skripsi ini telah selesai ditulis. Tak lupa ucapan terima kasih juga kepada
kedua orang tua yang telah mendoakan dengan ikhlas dan juga
mendukung dalam penelitian ini. Terima kasih juga kepada teman-teman
yang telah banyak membantu dan memberi motivasi.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI....................................................
NOTA PENGESAHAN PROPOSAL...............................................................
NOTA PERSETUJUAN.....................................................................................
NOTA PENDAFTARAN...................................................................................
NOTA PENGESAHAN......................................................................................
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI..........................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
ABSTRAK..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................
D. Kegunaan Penelitian...............................................................................................
E. Tinjauan Pustaka.....................................................................................................
F. Kajian Teoritis........................................................................................................
G. Metodelogi Penelitian.............................................................................................
H. Sitematika Pembahasan..........................................................................................
BAB II PARADIGMA PENELITIAN..........................................................
A. Pengertian Pendidikan............................................................................................
B. Pengertian Karakter................................................................................................
C. Pengertian Pendidikan Karakter.............................................................................
D. Tujuan Pendidikan Karakter...................................................................................
E. Fungsi Pendidikan Karakter...................................................................................
F. Prinsip Pendidikan Karakter...................................................................................
1. Hubungan Pendidikan Karakter Dengan Pendidikan Akhlaq............................
2. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter..................................................
3. Dasar-Dasar Pendidikan Karakter......................................................................
BAB III GAMBARAN KITAB DAN BIOGRAFI PENGARANG
A. Kitab Ta’lim Muta’allim........................................................................................
B. Kitab Taisirul Khollaq Fi Ilmil Akhlaq..................................................................
C. Biografi Syekh Burhanuddin Al-Zarnuji................................................................
D. Riwayat Pendidikan Syekh Al-Zarnuji...................................................................
E. Situasi Pendidikan Pada Masa Syekh Al-Zarnuji...................................................
F. Hasil Karya Syekh Al-Zarnuji................................................................................
G. Biografi Syekh Hafidz Hasan Al-Mas’udi.............................................................
H. Hasil Karya Syekh Hafidz Hasan Al-Mas’udi.......................................................
I. Pendidikan Syekh Hafidz Hasan Al-Mas’udi.........................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Ta’lim Muta’allim .................................
B. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Taisirul Khollaq......................................
C. Implementasi Pendidikan Karakter Ta’lim Muta’allim Bagi Guru PAI................
D. Relevan Pendidikan Karakter Taisirul Khollaq Bagi Guru PAI.............................
E. Persamaan Kajian Nilai Akhlaq Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim.........................
F. Perbedaan Kajian Nilai Akhlaq Dalam Kitab Taisirul Khollaq.............................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan yang berhubungan erat dengan masalah moral dan akhlaq
menurunnya nilai-nilai moral, akhlaq, budi pekerti ini memiliki banyak sebab
pendidikan.2
1
Tamyiz Burhanuddin, Akhlaq Pesantren (Yogyakarta: Ittaqa Press, 2001), hlm. xi.
2
Ibid, hlm. xiii.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai kondisi dominan
yang dipersyaratkan dalam memasuki era modern ini berkaitan erat dengan visi
Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlaq anak bangsa, pendidikan
dalam bangsa merupakan pondasi. Bangsa yang memiliki karakter kuat, mampu
menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa
bangsa lain. Oleh karena itu, menjadi bangsa yang berkarakter adalah keinginan
kita semua.4
Kitab Taisirul Khollaq Fi Ilmil Akhlaq merupakan kitab karya Syaikh Al-
dan sebuah kitab yang ringkas dari bagian ilmu dan Akhlaq. Kitab ini disusun
3
Zurqoni dkk., Membumikan Pendidikan Karakter, (Depok: PT. RajaGrafindo Persada,
Cet. I, 2021), hlm. 4.
4
Kementerian Pendidikan Nasional, Desain Induk
Pendidikan Karakter (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional), 2010 hal, 1.
untuk para santri, pelajar yang mendalami ilmu-ilmu agama dan kitab ini juga
Kitab Ta’lim Muta’allim sebagai kitab yang berisi tentang metode belajar,
pernah terjadi unjuk rasa santri kepada Kyai, sedang disekolah non pesantren
ta’allumnya juga berbeda. Para santri akrab dengan ta’dhimul ilmi wa ahlihi,
nilai adab, baik adab batiniyah maupun adab lahiriyah dalam pembelajaran.
pengetahuan dan ketrampilan (skiil). Artinya paling penting adalah transfer nilai
konsep pendidikan Islam secara utuh. Latar belakang penyusunan kitab Ta’limul
Muta’allim yaitu diawali karena banyaknya para pencari ilmu yang tidak
mendapatkan ilmu atau dia mendapat ilmu tapi tidak mendapat kemanfaatan dari
ilmu tersebut, itu disebabkan karena kurangnya Akhlaq atau etika dalam
mencari ilmu.7
5
Hafidz Hasan Al-Mas’udi, Tt. Taisirul Kholaq Fi ‘Ilmil Akhlaq, Demak -Tt.Terjemah
H.M. Fadlil Sa’id An-Nadwi, (Surabaya: Al-Hidayah, 1997), hlm. 2.
6
Az-zarnuji, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, Terj. Ali As’ad, (Kudus:
Menara Kudus, 2007), hlm. x.
7
Aliy As’ad, Terjemah Ta’limu Muta’allim, (Kudus: Menara Kudus, 2007), hlm. iv.
Kitab Ta’lim Muta’allim yang dikarang oleh Syeikh Az-zarnuji. Kitab
disekolah-sekolah negeri, kitab tersebut tidak pernah dikenal, dan baru sebagian
Hal ini diperkuat dengan kenyataan adanya perbedaan sikap moral keilmuan
yang dimiliki oleh para alumni pesantren dengan alumni sekolah-sekolah non
pesantren sarat dengan nilai moral spiritual sebagaimana yang diajarkan dalam
Ta’lim Muta’allim.
moral, karena bukan sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang
sehingga siswa didik menjadi paham, mampu merasakan, dan mau melakukan
dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang
norma-norma agama, hokum, tata karma, budaya dan adat istiadat. Karakter
luhur (ta’dib), aktivitas spiritual (riyadhah), serta teladan yang baik (uswah
hasanah) yang dipraktikan atau dicontohkan langsung oleh kiai atau nyai dan
para ustadz. Selain itu, kegiatan santri juga dikontrol melalui ketetapan dalam
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُسوَل َو ُأوِلي األْم ِر ِم ْنُك ْم َفِإْن َتَناَز ْع ُتْم ِفي َش ْي ٍء
ِإَلى ِهَّللا َو الَّرُسوِل ِإْن ُكْنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآلِخ ِر َذ ِلَك َخْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِو يال َفُر ُّد وُه
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah dia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-
Nisa: 59)
9
Ibid, hlm. 11.
10
Lanny Octavia dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, Cet. I, (Jakarta
Pusat: Rumah Kitab, 2014), hlm. 11.
Dalam Ta’lim Muta’allim dikatakan “Sebaik-baiknya ilmu adalah tingkah
laku dan sebaik-baiknya amal adalah menjaga tingkah laku, yakni akhlaq
suatu masyarakat dapat dilihat dari segi moral, akhlaq, gaya hidup bahkan
masyarakat yang tidak tinggal berdekatan dengan pondok. Religius atau bersifat
agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain. Karakter
Dalam Agama Islam akhlaq menepati kedudukan yang istimewa, hal ini
Akhlaq sebagai misi pokok risalah Islam. Seperti dalam hadits Rasulullah
Baihaqi)11.
Pada dasarnya pendidikan karakter bukanlah hal yang baru dalam sister
pendidikan Islam, sebab roh atau inti dari pendidikan Islam adalah pendidikan
karakter yang semula dengan pendidikan akhlaq. Pendidikan Islam sudah ada
11
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, Cet. I, (Jakarta: Amzah, 2002), hlm. 34.
sejak Islam mulai didakwah oleh Nabi Muhammad SAW kepada para
terabaikan karena Islam yang disebarkan oleh nabi adalah Islam dalam arti yang
utuh, yaitu keutuhan dalam iman, amal shaleh dan akhlaq mulia. Kemudian
pendidikan dalam Islam yang telah mereka tulis dan rumuskan dalam karyanya
yang sering kita dengar dengan istilah kitab kuning, yang menjadi pedoman di
dalam pondok pesantren dan menjadi tradisi yang melekat pada pesantren.12
Krisis karakter yang semakin meningkat ini akan berpengaruh pada karakter
para generasi muda dimasa yang akan datang ketika mereka sudah menjadi
syairnya berkata “Suatu bangsa itu tetap hidup selama akhlaqnya tetap baik. Bila
sangat penting untuk dipelajari dan ditanamkan sejak dini ataupun ketika masih
yang unggul dan berjiwa kepemimpinan yakni menyiapkan sosok yang akan
ditiru dan di contoh keteladanannya bagi rakyat yang akan dipimpinnya kelak.
negara ini. Karena kita ketahui bahwa semakin maraknya para koruptor di
12
Amien Hoedari, dkk, Masa Depan Pesantren: Dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Kompleksitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), hlm. 148.
13
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), h. 104.
negara ini. Ini merupakan contoh betapa krisinya karakter di negara ini. Untuk
itu, pendidikan karakter haruslah ditanamkan sejak dini agar tidak terjadi lagi
Selanjutnya pada kasus remaja yang notabenya adalah sebagai status pelajar
tawuran, dan kekerasan. Lebih parahnya lagi yaitu akibat dari kenakalan remaja
tersebut adalah banyaknya para korban yang luka-luka dan bahkan jiwa pun ikut
kekerasan remaja pada tahun 2010 sampai pada 2012 telah terjadi 1418 kasus
menahan kemerosotan karakter yang terjadi. Ini merupakan akibat dari titik
berat pendidikan yang masih lebih banyak pada masalah kognitif saja. Penentu
kelulusan pun masih lebih banyak pada prestasi akademik dan kurang
memperhitungkan Akhlaq dan budi pekerti siswa. Bahkan jika dilihat dari sudut
akibat rendahnya moral dan karakter para pelaku kebijakan yang juga diikuti
oleh rendahnya etos kerja masyarakat. Sederhananya solusi yang tepat adalah
14
Agus Setiawan, Jurnal Dinamika Ilmu Prinsip Pendidikan Karakter Dalam Islam
(Studi Komparasi Pemikiran Al-Ghazali dan Burhanuddin Az-zarnuji), Vol. 14, No. 1, hlm. 7.
15
Ibid
Atas dasar inilah, pendidikan di Indonesia perlu di rekonstruksi ulang agar
building atau pembentukan karakter sehingga para peserta didik dan para lulusan
baik dan berhasil tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan oleh Manullang yang dikutip oleh Marzuki bahwa
keinginan untuk membangun integritas anak melalui kantin yang jujur telah
gagal, banyak di antaranya yang bangkrut akibat sikap jujur terhadap anak.
16
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 4.
Sementara itu, data "Narkotika Nasional" menunjukkan ada 3,6 juta pengguna
narkoba di Indonesia.
melakukan maksiat, maka ia tidak akan bisa menerima cahaya dari Tuhan,
Dalam dua kitab ini dikupas metode pendidikan akhlaq yang telah
dan Taisirul Khollaq Fi Ilmil Akhlaq yang menjadi acuan dasar pendidikan
Ilmil Akhlaq.
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter di dalam Kitab
C. Kegunaan penelitian
Bertitik tolak pada tujuan di atas diharapkan hasil penelitian ini memiliki
D. Tinjauan Pustaka
tinjauan pustaka untuk mengetahui apakah penelitian di bidang yang sama sudah
dalam hal ini penulis menemukan beberapa judul skripsi yang fokus bahasannya
mengarah pada penelitian yang akan penulis teliti yakni kitab Ta’lim Muta’allim
dan Kitab Taisirul Khollaq Fil Ilmil Akhlaq, dintaranya sebagai berikut:
Psikologi dan Islam” dari prodi PAI di IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2012.
Pada skripsi tersebut membahas mengenai tujuan pendidikan yang amat
suatu pendidikan pendidikan itu sendiri dan materi-materi yang dapat menjadi
berjudul “Akhlaq Pendidik Dan Peserta didik Dalam Kitab Taisirul Kholaq
Karya Syaikh Hafidz Hasan Al-Mas’udi” dari IAIN Salatiga tahun 2017. Pada
dimiliki oleh seorang pendidik dan peserta didik dalam rangka mencapai
pendidik dan peserta didik yang terdapat dalam kitab Taisirul Kholaq. Kajian
didik yang baik menurut kitab Taisriul Kholaq dan relevansi akhlaq seorang
pendidik dan peserta didik yang terkandung dalam kitab Taisirul Kholaq.
pembahasan karakter pendidik dan peserta didik dalam kitab Taisirul Kholaq
karya Hafidz Hasan Al-Mas’udi. Perbedaannya yaaitu terletak pada posisi cara
mengimplementasikannya18.
17
Fatwa Tajudin, Pendidikan Anak Dalam Pembentukan Kepribadian Perspektif
Psikologi dan Islam” Skripsi, prodi PAI di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2012, hlm. 13.
18
Dewi Rohmawati, “Akhlaq Pendidik Dan Peserta didik Dalam Kitab Taisirul Kholaq
Karya Syaikh Hafidz Hasan Al-Mas’udi” Skripsi, IAIN Salatiga, 2017, hlm. 18.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh saudari Tri Ardila yang berjudul
Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim Bandar Lampung” dari prodi
yang dapat berupa pemberian dorongan atau semangat dan motivasi pada anak-
anak, orang tua harus lebih terbuka dan bekerja sama dengan keluarga,
E. KAJIAN TEORITIS
Pendidikan berasal dari kata didik, artinya bina, mendapat awalan - akhiran,
yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih atau mengajar dan
pelatihan, pengajaran, dan emua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia
pencerdasan pelatihan yang ditunjukan kepada semua anak didik secara formal
19
Tri Ardila, “Pengaruh Pendidikan Keluarga Terhadap Pembentukan Karakter Anak
Di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim Bandar Lampung”, Skripsi, Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2016, hlm. 15.
dalam kehidupanya di masyarakat20. Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan
perbuatan (hal, cara, dan sebagainya), mendidik, dan berarti pula pengetahuan
batin dan sebagainya21. Dalam bahasa Arab istilah pendidikan digunakan untuk
Secara bahasa kata pendidikan berasal dari istilah dalam bahasa Yunani kata
yaitu paedagogie. Kata paedagogi terdiri dari dua kata “paid” bermakna anak
dan “ogogos” yang berarti membina atau membimbing. Apa yang dipraktikan
dalam pendidikan selama ini adalah konsep pedagogi, yaitu secara harfiah adalah
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Latin “educore” yang dapat diartikan
teknologi, ide-ide, dan nilai-nilai spiritual serta estetika) dari generasi yang lebih
Istilah karakter berasal dari Bahasa Inggris character yang menurut John
M. Echols dan Hassan Shadily memiliki tiga arti, yaitu: (1) watak, karakter,
sifat, misalnya “dia berwatak baik”; (2) peran, hal ini biasa digunakan dalam
20
Hasan basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Pustaka setia, 2009),
Cet 1, h. 53
21
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004),
Cet. 9, hlm. 333.
22
M.Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 7-8.
23
Dr. Arif Muzayin Shofwan, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren, (Bandung,
Manggu Makmur Tanjung Lestari, 2021), hlm. 1.
permainan sandiwara, film dan sejenisnya; dan (3) huruf, misalnya “sebuah
Karakter itu sama dengan Akhlaq dalam pandangan Islam, Akhlaq dalam
utuh ialah bila pengetahuan sama dengan sikap dan sama dengan perilaku.
untuk membantu manusia menjadi cerdas dan tumbuh menjadi insan yang
baik.27
Perspektif menurut arti adalah cara pandang suatu masalah yang terjadi.
Sedangkan pendidikan adalah suatu usaha yang terencana dan sarana untuk
24
Dr. Arif Muzayin Shofwan, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren, (Bandung,
Manggu Makmur Tanjung Lestari, 2021), hlm. 1
25
Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam, (Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya, Cet, I, 2011), hlm. Iv.
26
Dr. Arif Muzayin Shofwan, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren, (Bandung,
Manggu Makmur Tanjung Lestari, 2021), hlm. 5.
27
Zurqoni dkk., Membumikan Pendidikan Karakter, (Depok: PT. RajaGrafindo
Persada, Cet. I, 2021), hlm. 9.
di masa yang akan datang. Jadi dapat disimpulkan bahwa perspektif pendidikan
adalah suatu konsep yang dilihat dari sudut proses bahwa pendidikan adalah
kehidupan bermasyarakat.28
F. Metode Penelitian.
Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan yang digunakan dalam
mencari, menggali, mengolah, dan membahas data dalam suatu penelitian untuk
sebagai berikut:
Jenis Penelitian.
mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan berbagai macam materi yang
dalam kepustakaan.30 Library research yaitu suatu cara kerja yang bermanfaat
untuk mengetahui pengetahuan ilmiah dari suatu dokumen tertentu atau berupa
literatur lain yang dikemukakan oleh para ilmuan terdahulu dan ilmuan dimasa
28
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 76.
29
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1994), hlm. 2.
30
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1994), hlm. 109.
sekarang. Metode ini digunakan untuk meneliti tentang nilai nilai pendidikan
akhlaq dalam kitab Ta’lim Muta’allim dan kitab Taisirul Khollaq Fil Ilmil
Akhlaq ditunjang dengan sumber tertulis lain seperti buku, majalah, jurnal, dan
lain-lain.
Pendekatan Penelitian
nilai pendidikan akhlaq dalam kitab Ta’lim Muta’allim dan kitab Taisirul
Khollaq Fil Ilmil Akhlaq. Selain itu pemecahan masalah tersebut diselidiki
penelitian ini adalah kepustakaan dari kitab Ta’lim Muta’allim dan lebih
yang berkaitan dengan nilai pendidikan Akhlaq yang ada pada kitab tersebut dan
31
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada Univer
Press, 1998), hlm. 62.
32
Talizuduhu Ndraha, Reseach: Teori, Metodologi II (Jakarta: Bina Aksara, 1981), hlm.
76.
buku-buku lain yang mendukung penelitian ini. Sumber data dalam penelitian
a. Data primer, yaitu sumber data langsung yang dikaitkan dengan obyek
penelitian. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab Ta’limul
sebagainya yang berkaitan dengan kitab Ta’lim Muta’allim dan kitab Taisirul
permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini. Metode yang digunakan dalam
mencari data atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
berbagai literer. Literatur yang diteliti tidak terbatas pada buku-buku atau kitab
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1993), hlm. 202.
jurnal dan lain-lain.34 Karena merupakan studi pustaka, maka pengumpulan
datanya merupakan telaah dan kajiankajian terhadap pustaka yang berupa data
verbal dalam bentuk kata dan bukan angka. Sehingga pembahasan dalam
menganalisis.
diperoleh dari hasil penelitian.35 Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa
data deskriptif. Oleh karena itu, lebih tepat jika dianalisa menurut dan sesuai
dengan isinya saja yang disebut dengan content analysis atau biasa disebut
dengan analisis isi. Analisis isi adalah sesuatu teknik penelitian untuk membuat
spesifik akan pesan-pesan dari suatu teks secara sistematik dan objektif. Analisis
keadaan penulis dan masyarakatnya pada saat buku tersebut ditulis. Karena
keadaan dan situasi tersebut, sangat mempengaruhi corak pemikiran dan inti
G. Sistematika Pembahasan
34
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
2002), hlm. 45.
35
Anas Sudjono, Teknik Evaluasi Pendidikan Suatu Pengantar, (Yogyakarta: UD
Rama, 1996), hlm.30.
bab terdiri dari subjek-subjek bab yang saling berkaitan. Sistematika dalam
Bab Pertama berisi pendahuluan, pada bab ini diberikan penjelasan secara
umum dan gambaran tentang isi skripsi ini. Sedang penyusunannya terdiri dari
latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
Bab Kelima merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran.
dengan apa yang tertulis dalam rumusan masalah. berfungsi mempermudah para
pembaca dalam mengambil inti dalam skripsi ini dan berisi kesimpulan dan
saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Pendidikan berasal dari kata didik dan didikan. Didik berarti memelihara
Pendidikan secara bahasa dapat diartikan sebagai proses mengubah sikap dan
upaya sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses
36
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadiri, Pendidikan Karakter
(Mengembangkan Karakter Anak yang Islami, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hlm. 8.
37
Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
hal. 263.
kepribadian, bakat, dan Akhlaq yang mulia. Fashion dan diri mereka sendiri,
fungsi. Salah satunya adalah fungsi progresif. Dalam fungsi ini, kegiatan
tantangan saat ini dan masa depan. Kedua, fungsi konservatif. Fungsi
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Bahkan menurut
beliau pendidikan sebagai suatu proses transfer ilmu, transfer nilai dan
mengalami kesulitan karena antara satu definisi dengan definisi yang lain sering
terjadi perbedaan.
pernah bisa ditinggalkan. Sebagai sebuah proses, ada dua asumsi yang berbeda
sebagai proses yang terjadi secara tidak sengaja atau berjalan secara alamiyah.
Dalam hal ini, pendidikan bukanlah proses yang diorganisasi secara teratur,
kehidupan yang telah berjalan sejak manusia itu ada. Kedua, pendidikan bisa
dianggap sebagai proses yang terjadi secara sengaja, direncanakan, didesain, dan
B. Pengertian Karakter
Karakter dapat diartikan dengan akhlaq, tingkah laku, budi pekerti. Dalam
Islam, istilah karakter dikenal dengan akhlaq yang sama-sama bermakna atau
Kata karakter diambil dari bahasa Yunani kharakter yang berakar dari diksi
42
Fatchul Muìn, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik & Praktik, (Yogayakarta:
ArRuzz Media, 2020), hlm. 287-288.
Latin karakter bermakna membedakan tanda. Dalam bahasa Indonesia, karakter
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung
Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju
pada suatu system yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan
yang diterima dari lingkungan misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan
sejak lahir.44
yang terdapat pada diri manusia dan tingkah laku yang selalu dilakukan 45. Jadi
dapat disimpulkan tabiat merupakan bawaan yang ada pada diri seseorang. Hal
ini senada dengan fitrah yang berarti suci atau Islam, yakni Allah telah
Allah memiliki nilai beragama, yaitu agama tauhid. Jika mereka tidak beragama
43
Sri Narwanti, (2011), Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk
Karakter Dalam Mata Pelajaran, Yogyakarta: Familia, hlm. 1.
44
Dani Koesoema A, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Grasindo, Jakarta,
2010, hlm. 80.
45
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, hlm. 65.
tauhid itu karena pengaruh lingkungannya, disini peranan pembiasaan,
Dengan akal, manusia juga mampu memilih dan memilah akidah dan
agama yang benar. Akidah yang batil akan dengan mudah diketahui dan
dibantah oleh akal manusia. Sebaliknya, akidah yang haq dan yang pasti tak
terbantahkan. Oleh karena itu, secara jelas manusia membutuhkan akidah dan
agama yang pasti sekaligus memuaskan akal. Agama Islam lah, agama yang
mengalami proses pendidikan. Dalam hal ini, faktor pendidikan yang baik akan
Swt.
tingkah laku diri manusia yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-harinya
dan bersifat menetap dan untuk mengabdi kepada Allah haruslah struktur
jasmani dan rohaninya bisa dipakai untuk mengabdi kepada Allah. Rohani dan
jasmani yang baik pasti cocok dan pas dipakai untk beribadah. Sebaliknya, jika
46
Jamal AR, (2008), Mendidik Anak Menurut Rasulullah Usia 0-3 Tahun, Semarang:
Pustaka Nuun, hlm. 23.
jasmani dan rohani sering dipakai berbuat maksiat atau tidak berkarakter yang
baik pasti tidak nyaman, karena akan dijauhi oleh manusia bahkan Allah pun
dipastikan akan ceopat rusak dan celaka. Untuk itu fitrah sangat penting dalam
identitas seseorang.
dengan sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah
laku.47 Karakter juga merupakan sifat pribadi yang relatif stabil pada diri
individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai
dan norma yang tinggi.48 Maksudnya, karakter itu dapat menjadi tolak ukur bagi
penampilan bagi manusia, apabila karakter seseorang itu baik maka akan dii
yang telah melekat pada dirinya sebagai hasil dari pendidikan. Nilai-nilai
dasarnya setiap orang itu mempunyai potensi dan karakter yang baik yang ia
bukunya, Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and
dahulu. Hanya saja pendidikan karakter dalam Islam disebut dengan pendidikan
Akhlaq.
Dalam karakter diri Rasulullah terdapat nilai-nilai Akhlaq yang mulia dan
َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْي َر ُسْو ِل هللا ُاْس َو ٌة َحَس َنٌة ِّلَم ْن َك اَن َيْر ُجوا َهللا َو اْلَيْو َم ااْل ِخَر َو َذ َك َر َهللا
َۗك ِثْيًرا
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
Karakter atau akhlaq memiliki peran penting pada saat ini, karena pada saat
ini kita telah menghadapi dan merasakan fenomena krisis moral. Untuk itu,
pendidikan karakter hendaklah dimulai dari diri sendiri sehingga karakter yang
baik timbul dari diri sendiri maka akan menyebar ke individu yang lainnya,
kemudian setelah jumlah individu yang tercerahkan secara banyak maka dengan
50
Thomas Lickona, (1991), Educating for Character: How Our School Can Teach
Respect and Responsibility, (New York, Toronto, London, Sydney), Aucland: Bantam Books,
hal. 51.
51
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, hlm. 321.
Zubaedi (2011:17) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya
pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang
menjadi jati dirinya serta diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhan, diri sendiri,
pendidikan karakter sebagai pendidikan moral atau budi pekerti yang dapat
Dari makna pendidikan karakter itu juga, setidaknya ada beberapa pakar
hati, pikir, raga, rasa, dan karsa (Samani dan Hariyanto, 2013:45, Zusnani,
2012:155).
Karakter dalam Mata Pelajaran mengatakan ada lima dasar yang menjadi tujuan
kekerasan.
54
Sri Narwanti, Op.Cit, hlm. 16.
Dengan adanya pendidikan karakter diharapkan dapat menciptakan manusia
berprilaku positif baik itu untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Kemudian
Tuhan Yang Maha Esa, bersikap harmonis terhadap orang lain maupun untuk
dirinya sendiri sebagaimana yang terdapat pada nilai pendidikan karakter yakni
sebuah upaya yang disengaja untuk mengembangkan kebajikan yaitu sifat utama
manusia yang baik bagi dirinya sendiri juga baik untuk lingkungannya.
Kebajikan itu tidak datang secara tiba-tiba, tapi memerlukan usaha yang giat dan
(knowing the good), mencintai kebaikan (laving the good), dan melakukan
kebaikan (acting the good) yaitu proses pendidikan yang melibatkan tiga ranah
mulia bisa terukir menjadi habit of mind, heart, and hands. Tanpa melibatkan
untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam,
55
Amirulloh Syarbini, Pendidikan Karakter Berbasis keluarga, Ar-Ruzz Media,
Jogjakarta, 2016, hlm. 43.
Rasulullah Menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah
yang baik. Tokoh pendidikan barat yang mendunia seperti Klipatrick, Lickona,
Socrates dan Muhammad Saw. Bahwa moral, Akhlaq atau karakter adalah
dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta dijiwai iman
pendidikan.
56
Abdul Majid, S.Ag dan Dian Andayani, S.Pd, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
(Bandung, PT Remaja Rosdakarta, 2011), hlm. 30.
57
Dr. Arif Muzayin Shofwan, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren, (Bandung,
Manggu Makmur Tanjung Lestari, 2021), hlm. 6.
Jadi, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta
didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati,
pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter dapat
pula dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik
sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
insan kamil.
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. Kedua,
mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. Ketiga,
yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa
2) Anak memiliki landasan budi pekerti luhur bagi pola perilaku sehari-hari
masyarakat.
4) Anak dapat berkomunikasi dan bekerja sam dengan orang lain untuk
bangsa adalah:
pribadi berperilaku baik ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan
58
Zubaedi, Op.Cit, hlm. 17.
59
Rohinah M. Noor, Op.Cit, hal. 41
b) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung
lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.
berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.
karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan meyaring budaya bangsa
lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
falsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan norma konstitusional
konsepsi Bhineka Tunggal Ika, dan (5) penguatan keunggulan dan daya saing
Untuk menuju pendidikan karakter holistik dan agar sampai pada tujuan
karakter. Karena prinsip adalah hal yang paling fundamental dan utama, hal yant
tidak boleh tak ada dalam bertindak. Prinsip merupakan roh dari sebuah
pengertian budi pekerti dan Akhlaq mulia lebih terkait dengan pilar sebagai
berikut, yaitu cinta Tuhan segenap ciptaannya, hormat dan santun, dermawan,
suka tolong-menolong atau kerja sama, baik, dan rendah hati. Itulah sebabnya
Tidak ada petunjuk teknis yanh paling efektif untuk dilakukan dalam
starategi pelaksanaannya yang bisa berlaku umum yang sesuuai dengan seluruh
nilai inti etika seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, pertanggung jawaban, dan
penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Disamping itu, mereka juga
61
Muhammad Yaumi, Op.Cit, hal. 11-15
mengembangkan nilai-nilai kinerja (kemampuan) yang mencakup ketekunan,
yang baik mencakup pemahaman, kepedulian, dan tindakan atas dasar nilai-nilai
inti etika dan nilai-nilai kinerja merupakan titik awal terbangunnya kapasitas
individu dalam memandang nilai-nilai hakiki yang harus menjadi pijakan dalam
intensif tanpa harus menunggu ada masalah yang timbul, tetapi langsung
pribadi-pribadi peserta didik yang bertanggung jawab, tekun, jujur, adil sesuai
latar belakang, kemampuan dan ketrampilan, bakat dan minat, gaya dan
kebutuhan belajar yang berbeda-beda, program akademik seperti halnya
individu peserta didik. Oleh karena itu, sekolah seharusnya berperan dalam
melakukan sesuatu yang baik dan pekerja yang baik sekalipun tidak seorang pun
materi.
terbangunnya kerja sama yang apik utamanya bagi seluruh staf seperti guru, staf
secara efektif memiliki pemimpin atau kepala sekolah yang memiliki visi yang
lain yang tidak membagi program akademik sekolah dengan keluarga atau para
seperti skor tes akademik, fokus pada kelompok, atau dengan survei tergantung
dan Dewasa mengutip 11 prinsip pendidikan karakter yang disusun oleh The
nilai kode etik berdasarkan karakter positif; (2) mendefinisikan karakter secara
kurikulum yang menantang dan bermakna untuk membantu agar semua siswa
dapat mencapai kesuksesan; (7) membangkitkan motivasi instrinsik siswa untuk
belajar dan menjadi orang yang baik di lingkungannya; (8) menganjurkan semua
anggota keluarga dan masyarakat sebagai mitra dalam pendidikan karakter; (11)
dipertentangkan.
pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan
suapaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang
baik.63
pengertian dengan “akhlaq”. Kata akhlaq berasal dari kata khalaqa yang berarti
yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khalik” yang berarti pencipta
sebagai dasar bentuk akhlaq, juga mengakui nilai-nilai yang bersifat lokal dan
orang tua merupakan akhlaq yang bersifat mutlak dan universal, sedangkan
bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang tua sebagai nilai lokal dan
dipengaruhi oleh kondisi dan situasi tempat orang yang menjabarkan nilai
justru penting karena keyakinan seseorang terhadap kebenaran nilai yang berasal
dari agamanya bisa menjadi motivasi yang kuat dalam membangun karakter.
Dalam hal ini, sudah tentu anak didik dibangun karakternya berdasarkan nilai-
anak didik akan mempunyai keimanan dan ketakwaan yang baik sekaligus
berakhlaq mulia.65
64
Abuddin Nata, Akhlaq Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), hlm. 146.
65
Akhmad Muhamimin Azzet, (2011), Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia:
Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, cet. 1,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hal. 18.
Pendapat lain yang menguatkan persamaan budi pekerti dan akhlaq adalah
nilai yang dijadikan tolak ukur untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan atau suatu sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan
manusia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
mendasar antara Akhlaq dan karakter atau budi pekerti. Keduanya bisa
dikatakan sama, kendati pun tidak dimungkiri ada sebagian pemikir yang tidak
dan pendidikan karakter tidak jauh berbeda, karena keduanya sama sama
No Nilai Deskripsi
melaksanakan ajaran
agama yang
dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan
dengan pemeluk
66
Zubaedi, Op.Cit, hal.74-76
agama lain.
didasarkan pada
upaya menjadikan
dipercaya dalam
perkataan, tindakan,
dan pekerjaan
tindakan yang
menghargai
perbedaan agama,
menunjukkan
ketentuan dan
peraturan.
sungguhsungguh
dalam mengatasi
berbagai hambatan
serta menyelesaikan
tugasdengan sebaik-
baiknya.
melakukan sesuatu
untuk menghasilkan
telah dimiliki.
tergantung pada
menyelesaikan tugas-
tugas
bersikap, dan
bertindak yang
menilai sama hak dan
kewajiban dirinya
berupaya untuk
mengetahui lebih
mendalam dan
yang dipelajarinya,
bertindak, dan
berwawasan yang
menempatkan
kepentingan bangsa
kelompoknya
yang menunjukkan
kesetiaan,
kepedulian, dan
tinggi terhadap
bahasa, lingkungan
tindakan yang
mendorong dirinya
untuk menghasilkan
mengakui, serta
menghormati
keberhasilan orang
lain
memperlihatkan rasa
senang berbicara,
lain
meyebabkan orang
kehadiran dirinya.
menyediakan waktu
untuk membaca
memberikan
kebajikan bagi
dirinya
berupaya mencegah
kerusakan pada
lingkungan alam di
sekitarnya, dan
mengembangkan
upayaupaya untuk
memperbaiki
sudah terjadi.
17 Peduli Sosial Sikap dan
ingin memberi
yang membutuhkan.
seseorang untuk
melaksanakan tugas
dan kewajibannya,
yang seharusnya
dilakukan terhadap
diri sendiri,
masyarakat,
lingkungan (alam,
sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia.
Sembilan pilar karakter itu antara lain: (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
(2) Kemandirian dan tanggung jawab (3) Kejujuran atau amanah (4) Hormat dan
santun (5) Dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong atau kerja sama
(6) Percaya diri dan pekerja keras (7) Kepemimpinan dan keadilan (8) Baik dan
Dalam perspektif orang, karakter atau akhlaq mulia merupakan buah yang
dihasilkan dari proses penerapan syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi
oleh fondasi akidah yang kokoh. Ibarat bangunan, karakter atau akhlaq
bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin karakter mulia akan terwujud pada diri
seseorang jika ia tidak memiliki akidah dan syariah yang benar. Seorang muslim
yang memiliki akidah dan iman yang benar, pasti akan mewujudkannya pada
masuk surga. Berikut ini hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr, ia
Arti “Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik Akhlaqnya.” (HR. Al-
67
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, Amzah, Jakarta, 2015, hlm. 24.
Arti “Orang-orang beriman yang paling sempurna iman mereka adalah yang
paling baik Akhlaq mereka” (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah)68
bukan hanya hasil pemikiran dan tidak berarti terlepas dari realutas kehidupan,
tetapi merupakan persoalan yang terkait dengan akal, ruh, hati, jiwa, dan tujuan
merupakan sistem perilaku yang diwajibkan dalam agama Islam melalui nash al-
tanpa makna dan keluar dari dasar fungsi penciptaam manusia. Al-Qur'an
menjelaskan masalah kehidupan dengan penjelasan yang realistis, luas, dan juga
telah menetapkan pandangan yang luas pada kebaikan manusia dan esensinya.
kehalusan budinya.69
68
Ibid, hlm. 7.
69
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, Amzah, Jakarta, 2015, hlm. 28.
BAB III
yang dikarang oleh seorang ulama’ besar yang bernama Burhanuddin al-Islam
Al-Zarnuji. Tidak ada kepastian mengenai tempat dan waktu dilahirkannya Al-
Zarnuji, sedangkan mengenai waktu wafatnya ada dua pendapat, pendapat yang
menjadi dua macam, yang dibagi menurut kebutuhannya yaitu ilmu yang
hukumnya fardhu ‘ayn dan fardhu kifāyah.71 Dan dia menganjurkan peserta
didik agar sebelum belajar maka dia harus memilih ilmu, yaitu ilmu yang terbaik
bagi setiap individu seorang muslim dan ilmu yang harus dipelajari adalah
ilmu tentang keadaan diri sendiri seperti dalam keadaan sakit, perjalanan
yang menjadi tuntutannya, karena semua hal selain ilmu bisa dimiliki
tentang wajib adanya niat saat belajar, sebab niat itu menjadi pokok
disegala keadaan dan kondisi. Mengapa sangat penting niat saat belajar,
karena banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia, lalu menjadi
amal akhirat karena bagusnya niat, dan banyak pula amal yang berbentuk
amal akhirat. Di waktu belajar hendaknya berniat mencari ridha Allah Swt,
kelanggengan Islam.
kehidupan agamanya pada waktu itu dan ilmu yang dibutuhkan untuk
72
Al-Zarnuji, Ta’lim Muta’alim, (Jakarta: Al-Haramain, 2006), hlm. 4.
waktu yang akan datang. Dalam memilih guru hendaknya mengambil yang
lebih alim, wara’ dan juga lebih tua usianya. Sebaiknya pula seorang
penuntut ilmu memiliki hati yang tabah dan sabar dalam belajar kepada
sang guru dan dalam mempelajari suatu ilmu jangan sampai ditinggalkan
kesuksesan sebuah ilmu dan kemanfaatan atas ilmu itu, terkecuali dengan
menghormati ilmu itu dan begitu pula ahli ilmu atau ulama. Dan termasuk
malam itu. Dalam masalah bercita-cita luhur, dalam kitab ini mengutip
seyogyanya dimulai pada hari rabu, karena hari rabu itu hari diciptakannya
cahaya dan hari itu pula merupakan hari sial (tidak diberkahi) bagi orang-
orang kafir yang berarti bagi orang mu’min merupakan hari berkahi. Dalam
hal intensitas, kadar batas ideal mengkaji atau belajar bagi pemula sebatas
mengulanginya sebanyak dua kali dan menambah satu kalimat disetiap hari-
mengulangi sebanyak dua kali. Dan bagi para penuntut ilmu hendaknya
tahap.
ilmu. Jangan goncang atau susah karena masalah rezeki dan jangan sampai
hatinya terbawa kesana. Karena seorang penuntut ilmu yang hatinya telah
terpengaruh urusan rezeki baik makanan atau pakaian, maka sedikit sekali
dunia.
menjelaskan tentang usia dan waktu efektif dalam memuntut ilmu. Ada
dikatakan masa menuntut ilmu itu sejak manusia bedara dalam buaian
hingga masuk ke liang kubur. Jadi tidak ada batasan usia untuk berhenti
belajar, selama ruh masih dikandung badan selama itulah waktu menuntut
sayang, mau saling memberi nasihat serta jangan berbuat dengki. Selain itu
orang lain, karena hal itu hanya membuat waktu menjadi terbuang sia-sia.
terus bisa mengabil pelajaran dari setiap hal yaitu dengan selalu
menyediakan pena dan tinta untuk mencatat segala hal-hal ilmiah yang
setiap hari menghafal sedikit ilmu dan sepatah hikmah, hal itu mudah
syubhat). Pasal ini menjelaskan tentang wara’, yaitu tetang menahan diri
atau menjaga diri dari perkara-perkara yang samar dalam agama. Dijelaskan
bahwa yang termasuk berbuat wara’ bagi penuntut ilmu yaitu kenyangnya
perut, terlalu banyak tidur dan banyak membicarakan hal yang tidak
manfaat. Karena barang siapa yang tidak berbuat wara’ saat menuntut ilmu
maka Allah Swt akan memberikan ujian dengan salah satu dari tiga perkara:
Allah Swt akan mencabut nyawanya dalam usia muda, Allah Swt akan
menempatkannya di perkampungan orang-orang bodoh atau Allah Swt akan
lain adalah melakukan kemaksiatan, banyak dosa, gelisah dan susah dalam
bahwa hanyalah doa yang dapat mengubah takdir dan hanyalah kebaikan
Demikian pula tidur diwaktu subuh juga dapat mencegah rezeki. Sedangkan
perbuatan yang bisa menyakiti, menghormati orang yang lebih tua dan
bersilaturahim.
Dari tiga belas susunan bab dalam kitab Ta’lim Muta’alim sangat jelas
menunjukan bahwa adanya proses keterkaitan dan keterikatan pada setiap ajaran
dalam penerapannya selama proses belajar. Ta’limul Muta’allim dari segi materi
ajarannya itu mencakup berbagai aspek keilmuan yang luas (komprehensif dan
kontekstual) yang saling berkaitan dalam penerapannya oleh para penuntut ilmu.
Secara tidak langsung kitab ini seyogyanya dipahami secara menyeluruh dan
Dalam catatan sejarah, belum ada kejelasan tahun berapa tepatnya kitab
Talim Muta’allim ini ditulis. Di dalam syarah kitab yang ditulis oleh Syaikh
Ibrahim bin Ismail hanya memaparkan tentang latar belakang penelitian kitab
ini. Kitab ini di tulis oleh Syaikh Al-Zarnuji sebagai wujud dari keprihatinannya
terhadap keadaaan para penuntut ilmu di masanya. Ia melihat banyak orang yang
telah lama menuntut ilmu dan mempunyai banyak ilmu akan tetapi tidak dapat
Dalam hal ini dijelaskan oleh Syaikh Al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim
menyebarkannya. Hal itu terjadi karena cara mereka menuntut ilmu salah, dan
tersesat tidak dapat mencapai tujuan, baik tujuan tersebut kecil atau besar.
Oleh karena itu dengan senang hati saya ingin menjelaskan kepada pelajar
cara mencari ilmu, menurut kitab-kitab yang saya baca dan menurut nasehat
73
Al-Zarnuji, Ta’lim Muta’alim, (Jakarta: Al-Haramain, 2006), hlm. 9.
Dari matan ini jelas sekali Syaikh Al-Zarnuji berkeinginan untuk membantu
para penuntut ilmu agar mereka mampu menggapai ilmu dan menyebarkannya.
Juga agar mereka tidak menuntut ilmu salah dan tidak meninggalkan syarat-
syarat menuntut ilmu. Seperti pesan Syaikh Al-Zarnuji “Karena barang siapa
salah jalan, tentu tersesat tidak dapat mencapai tujuan, baik tujuan tersebut
Muta’alim agar bisa membantu mengarahkan para penuntut ilmu sampai pada
tujuan yang ingin dicapai dalam belajar, baik itu tujuan yang kecil atau besar.
Syaikh Al-Zarnuji dengan senang hati menjelaskan kepada penuntut ilmu cari
mencari ilmu dalam kitab Ta’lim Muta’alim yang merujuk pada kitab-kitab yang
pernah beliau pelajari dan dari nasihat para guru-guru ahli ilmu dan hikmah
sebuah kitab kecil yang mengajarkan tentang cara menjadi santri, siswa, guru
dan kiai yang baik. Kitab Ta’lim Muta’allim merupakan satu-satunya karya
Syekh Az-zarnuji yang sampai sekarang masih ada. Kitab ini telah diberi syarah
Kitab Taisirul Khollaq adalah kitab yang berisi tentang ringkasan ilmu
Akhlaq praktis yang sangat mendasar, sebuah petunjuk yang sangat diperlukan
oleh seorang muslim terlebih generasi muda yang seharusnya semenjak dini
kajian.74 Kitab ini berisi sebanyak 55 halaman dan 31 tema yang ringkas dan
seorang pemula yang sedang mempelajari Akhlaq dan merupakan karya seorang
Kitab kecil ini, sengaja disusun untuk siswa-siswa kelas satu Ma’had Al-
Azhar pada saat itu, berisi ilmu moral agama dengan menggunakan bahasa yang
sangat menyeluruh yang disusun dalam bentuk per bab. Melihat dari sisi
tersebut, penulis beranggapan kitab ini tidak hanya dipelajari bagi kaum pelajar
saja, tetapi bisa dikaji bagi semua kalangan masyarakat, karena dalam kitab ini
tidak hanya membahas tentang Akhlaq seorang murid saja, akan tetapi
menyeluruh yang mana mengenai hal- hal yang kita lakukan di lingkup
Kitab Taisirul Kholaq adalah sebuah kitab yang isinya membahas mengenai
ilmu pengetahuan Akhlaq yang merupakan karya seorang ulama besar di Darul
Ulum, Al-Azhar Mesir, beliau yaitu Hafidz Hasan Al-Mas’udi. Kitab ini berisi
ringkasan Ilmu Akhlaq untuk para pelajar tingkat dasar. Menurut Hafidz Hasan
Al- Mas’udi, ilmu Akhlaq ialah kumpulan kaidah untuk mengetahui kebaikan
hati dan semua panca indra lainnya. Yang mana tingkah laku menjadi objeknya.
Buah dari ilmu Akhlaq ialah kebaikan hati dan semua panca indra ketika di
74
Khoirul Anwar el-Rosyadi, Taisirul Khollaq Terjemah dan Makna Pesantren (Kediri:
Pustaka ISFA’ LANA, 2018), hlm. iii.
75
Hafidzh Hasan Al- Mas’udi, Akhlaq Mulia, terj. Achmad Sunarto (Surabaya: Al-
Miftah, 2012), hlm. 9.
dunia dan keberhasilan berupa memperoleh derajat yang mulia di akhirat
kelak.76
Isi dari kitab Taisirul Khollaq sendiri yaitu berisi penjelasan tentang Akhlaq
yang terdiri dari Akhlaq terpuji dan tercela. Adapun keseluruhan materi yang
dibahas sebanyak tiga puluh satu bab, antara lain: (1) Taqwa kepada Allah SWT,
(2) Adab Guru, (3) Adab Murid, (4) Hak dan kewajiban kepada orang tua, (5)
Hak dan kewajiban kepada sanak keluarga (6) Hak dan kewajiban kepada
tetangga, (7) Adab dalam pergaulan, (8) Kerukunan, (9) Persaudaraan, (10)
Adab dalam pertemuan, (11) Tata cara makan, (12) Tata cara minum, (13) Tata
cara tidur, (14) Adab masuk masjid, (15) Kebersihan, (16) Kejujuran dan
kebohongan, (17) Amanah, (18) Al-Iffah, (19) AlMuru’ah, (20) Kesabaran, (21)
Kedermawanan, (22) Tawadlu’, (23) Ketinggian jiwa, (24 )Dendam, (25) Hasud,
(26) Ghibah, (27) Adu Domba, (28) Takabbur, (29) Tertipu oleh perasaan diri
bahwa ilmu Akhlaq adalah ilmu yang membahas perbaikan hati dan seluruh
segala moral yang baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Dan hasilnya
adalah untuk memperbaiki hati dan seluruh indra manusia di dunia sehingga
76
Hafidz Hasan Al-Mas’udi, Taisirul Kholaq, Terj. M. Fadlil Sa’id An-Nadwi, Bekal
Berharga untuk menjadi anak mulia, lihat Bab Muqoddimah, Surabaya: Al-Hidayah, 1418 H.
hlm. iv.
Seperti yang di kutip oleh Aliy As’ad, Yusuf Alyan Sarkis dalam kitabnya
adalah nama marga yang diambil dari nama kota tempat beliau berada, yaitu
kota Zarnuj. Di antara dua kata itu ada yang menuliskan gelar Burhanuddin
yang dikutip oleh Muhammad Amirin M. Ali Hasan Umar, dalam sampul buku
Ibrahim bin Ismail bin Kholil Al-Zarnuji. Disisi lain ia juga menyebutkan nama
lengkapnya adalah Syaikh Tajuddin Nu’man bin Ibrahim bin al-Kholil Al-
Zarnuji.79
wafatnya, terdapat dua pendapat ada yang mengatakan beliau wafat pada tahun
591 H/1195 M, dan ada pula yang mengatakan beliau wafat pada tahun 840
77
Burhanuddin Al Zarnuji, Terjemah Ta‟limul Muta‟allim Bimbingan Bagi Penuntut
Ilmu Pengetahuan, terj: Aliy As’ad, (Kudus: Menara Kudus, 1978). Hlm. ii.
78
Ahmad Sholeh, Pembelajaran Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Implikasinya dalam
Pembentukan Akhlaq Santri di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin “Aspir” Pesantren
Kaliwungu Kendal, Skripsi Semarang: IAIN Walisongo, 20060, hlm. 51.
79
Dwi Yuniarti, Konseptika dalam Pendidikan menurut Imam Al-Zarnuji, Skripsi,
Semarang: IAIN Walisongo ,2002, hlm. 33.
H/1243 M. Hidup beliau semasa dengan Ridha Al-Din Al-Naisari, antara tahun
500- 600 H.3 Dalam hubungan ini Mochtar Affandi dalam tesisnya yang
AlMuta’alim mengatakan : “it is a city in Persia which was for maelly a capital
and city of Sadjistan to the south of heart (now Afganistan)”, Artinya yaitu
Zarnuj adalah salah satu daerah di wilayah Persia yang pernah menjadi ibu kota
Sidjistan yang terletak di sebelah selatan Herat suatu daerah yang kini dikenal
Pada sisi lain, ada juga yang berbeda pendapat bahwa menurut Al Quraisyi,
di Turkistan.81
samarkand, dua kota yang menjadi pusat keilmuan dan pengajaran. Masjid-
masjid di kedua kota tersebut dijadikan sebagai lembaga pendidikan dan Ta’lim,
yang diasuh antara lain oleh Burhanuddin Al-Marginani, Syamsuddin Abd Al-
80
Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2001), hlm. 104
81
Marwan Qabbani, Ta'lim Al-Muta'allim (Solo: Pustaka Arafah, 2018), hlm. 10
Lebih lanjut ada beberapa peneliti mengatakan bahwa Az-zarnuji ahli
hukum dari sekolah Imam Hanafi yang ada di Khurasan dan Transoxiana.
Syeikh Burhanuddin Az-zarnuji belajar kepada para ulama’ besar waktu itu.
Antara lain, seperti disebut dalam kitab Ta’limul Muta’allim sendiri, adalah:
Khowahir Zadeh atau Imam Zadeh. Beliau ulama besar ahli Fiqih
1180M.
M.
Jadi dari beberapa sumber yang ada dan berdasar keterangan tersebut dapat
faham Fiqih yang berkembang saat itu, sebagaimana faham dikembangkan oleh
para gurunya, yakni fikih aliran Hanafiyah sebagaimana yang Syeikh terdahulu
epistimologi yang tidak lebih dari buku pertama dalam Ihya Ulumuddin akan
tetapi Az-zarnuji memiliki sistem sendiri, yang mana pada setiap bab dengan
bab lain, atau setiap kalimat dengan kalimat yang lain, bahkan setiap kata
dengan setiap kata lain dalam buku tersebut merupakan sebuah kerikil dan
Jadi telah jelas bahwa Syekh Burhanuddin Az-zarnuji sangat aktif sekali
dalam hal menimba ilmu pengetahuan bahwan tidak hanya ilmu agama saja
yang beliau pelajari tetapi beliau menjadikan segala sesuatu yag beliau dapatkan
dan ditelusuri oleh beliau itu merupakan suatu ilmu yang harus ada dalam setiap
diri dan pelajaran yag bisa diambil dari beliau kita tidak hanya bisa saja mencari
83
Marwan Qabbani, Ta'lim Al-Muta'allim (Solo: Pustaka Arafah, 2018), hlm. 27.
84
Hasan. Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21 (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 2003), hlm. 99.
guru dari golongan atau asal usul, baik, kaya ataupun sederhana saja tetapi
menjadikan apa saja yang orang lain dan hal itu baik beliau mengambil suatu
pengetahuan yang akan menjadikan suatu ilmu yang bisa beliau tuangkan nanti
kepada orang lain juga, dan terbukti dengan adanya suatu pengalaman dari
al-Zarkeli tidak menyebutkan kapan beliau hidup, hanya saja disebutkan beliau
hidup pada masa Abbasiyah, sekitar abad ke-6 H, tetapi diantaranya masa
kemunduran dan kemajuan Bani Abasiyah. Masa ini disebut sebagai periode ke-
2 Daulat Abasiyah sekitar tahun 292 – 656 H jika disebutkan Imam Al-Zarnuji
Al-Zarnuji berguru.85
selain ahli dalam bidang pendidikan dan tasawuf, juga menguasai bidang –
bidang lain seperti sastra, fiqih, ilmu kalam dan lain sebagainya, sekalipun
belum diketahui dengan pasti bahwa dalam bidang tasawuf ia memiliki seorang
Namun dapat diduga bahwa dengan memilki pengetahuan yang luas dalam
bidang fiqih dan ilmu kalam disertai jiwa sastra yang halus dan mendalam,
85
Ahmad Sholeh, Pembelajaran Kitab Ta’lim Al-Muta’allim, hlm. 53.
seseorang telah memperoleh akses (peluang) yang tinggi untuk masuk ke dalam
dunia tasawuf.
M). Ketiga, pendidikan pada masa bani Umayyah di Damsyik (661– 750 M).
(1250- sekarang).86
Dari periodisasi di atas, Az- Zarnuji hidup pada masa keempat dari periode
terutama dalam bidang pendidikan Islam. Pada masa itu kebudayaan Islam
yang tumbuh dan berkembang pesat pada zaman Al-Zarnuji. Dengan informasi
tersebut, tampak jelas bahwa beliau hidup pada masa ilmu pengetahuan dan
86
Zuhairini. Sejarah pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1992. Cet III. hlm. 7.
kebudayaan Islam mengalami puncak kejayaan, yaitu pada masa Abbasyiah
Peneliti tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah kitab yang telah ditulis
sekarang dan tanpa keterangan tahun penerbitan. Peneliti juga berusaha mencari
reverensi yang sesuai, baik dari berbagsai literatur cetak, jurnal, buku maupun
dari internet, namun peneliti tidak menemukan karya Syaikh Az-zarnuji yang
Peneliti juga berusaha mencari reverensi yang sesuai, baik dari berbagai
literatur cetak, jurnal, buku maupun dari internet, namun peneliti tidak
karya Az-zarnuji ini telah menarik banyak perhatian yang sangat besar dari
berbagai ulama dan peneliti baik dari Islam sendiri maupun dari non Islam atau
Muta’allim ini adalah Ibrahim ibn Isma’il, Yahya ibn Ali Nasuh, Abdul Wahab
87
Hasan Langgulung. Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21. Jakarta: pusaka
alhusna.1989.cet I, hlm. 99.
al-Sya’rani, al-Qadhi, Zakari88al-Anșari, Ishaq Ibn Ibrahim al-Ansari, dan
pertama kali diterbitkan di Mursid abad pada tahun 1265 M, kemudian ditulis
tahun 1286, 1873, di Kairo 1281, 1307, 1418, di Istambul 1292, dan di Kasan
1898, selain itu kitab Ta’lim menurut G.A.L. telah diberi catatan atau komentar
(syarah), dalam tujuh penerbitan masing-masing atas nama: (a). Nau’i, tanpa
keterangan tahun penerbitan; (b). Ibrahim bin Isma’il pada tahun 996 H/1588;
(c). As-Sa’rani 710/711; (d). Ishaq ibn Ar-Rumi Qili 720 dengan judul Mir’atu
Atholibin; (e). Qadi B. Zakariya al-Anshari A’saf; (f). Otman Pazari 1986
dengan judul Tafhim al-Mutafahhim; dan (g). H.B. al-Faqir, tanpa keterangan
tahun penerbitan.89
yakni: (a). Motivasi dan penghargaan yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan
ulama’; (b). Konsep filter terhadap ilmu pengetahuan dan ulama’; (c).
88
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), 32.
89
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), cet. Ke-1. hlm. 365
Pendekatan-pendekatan teknis pendayagunaan potensi otak, baik dalam terapi
Kitab karya Az-zarnuji ini telah menarik banyak perhatian yang sangat
besar dari berbagai ulama dan peneliti baik dari Islam sendiri maupun dari non
Islam atau Barat. Di antara ulama yang telah memberikan syarah atas kitab
Ta’lim ini adalah Ibrahim ibn Isma’il, Yahya ibn Ali Nasuh, Abdul Wahab al-
Fazari.90
hampir ke seluruh penjuru dunia. Kitab ini telah di cetak dan diterjemahkan
Nama sebenarnya Hafidh Hasan al-Mas’udi ialah Abu Al-Hasan Ali bin
Husayn bin ali-Mas’udi atau Abu Hasan Ali bin al-Hasyn bin Abdullah
almas’udi beliau dilahirkan di baghdad, iraq menjelag akhir abad ke-9 M. Beliau
meninggal dunia di fustat (mesir pada tahun 345/1956 M. Pernyataan ini sama
keturunan Abdullah bin mas’udi seorang sahabat Nabi Muhammad Saw yang
dihormati.
90
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992),
Cet.VII, hlm. 155.
Al-Mas’udi dilahirkan di kota Bagdad. Pada masa mudanya, dia sangat
menguasai warisan sastra pada zamannya dan juga berbagai ilmu pengetahuan
namun, bidang kajiannya yang hakiki ialah pengembaraanya yang luas di darat
dan di laut yang mencakup negeri India hingga lautan Atlantik, dari laut Merah
hingga laut Caspia. Bahkan ada kemungkinan dia telah mengembara ke Cina
di Bagdad, Irak, pada akhir abad XIX. Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan
dari satu negeri ke negeri lain, mulai dari Caspia, Tiberias, Damaskus, Mesir,
ajaran Kristen dan Yahudi, serta sejarah negara-negara Barat dan Timur.
Abul Hasan Ali ibn Husain al-Mas’udi dilahirkan di bagdad sebelum akhir
abad ke sembilan. Dia adalah keturunan Abdullah ibn Mas’udi, sahabat Nabi
yang dihormati. Dia seorang Arab Mu’tazilah yang menghabiskan sepuluh tahun
terakhir hidupnya di Syria dan Mesir, yang akhirnya meninggal di Kairo pada
tahun 957 M. Mas’udi juga penulis dan penjelajah dunia Timur. Dia masih muda
ketika berkelana melintasi Persia dan tinggal di Istakhar selama kurang lebih
setahun pada 915 M. Dari Bagdad ia pergi ke India (916 M), mengunjungi kota-
91
Ahmad amin, Husayn, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, (Bandung:PT Remaja
Rosyada 2003), hlm. 15.
Menurut Husayn, Al-Mas’udi termasuk pembaharu dalam model tulisan
sejarah sekaligus model tulisan geografi. Dalam bidang sejarah, dia mengubah
tulisan kronologis per tahun yang dilakukan oleh pendahulunya, al-Thabari. Dia
tidak menuliskan sejarah dari tahun per tahun, tetapi dalam model tulisan satu
kisah bersambung, yang memiliki kelebihan dari segi sastranya. Dia tidak
sudut tinjauan agama, dan menjadikannya 19 sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
kajian sejarah Iran, sejarah Yunani, sejarah Romawi, sejarah Byzantium, bahkan
tandingannya pada abad kesepuluh Miladi. Karena, dia beralih dari tradisi
penulisan geografi yang hanya digunakan untuk kepentingan aturan pos dan
perhubungan, serta penarikan pajak. Dia menulis geografi seperti halnya bangsa
Yunani, yang memasukkan peta laut, sungai, bangsa Arab, Kurdi, Turki, dan
Bulgaria, serta perpindahan India dan Negro, serta pengaruh iklim terhadap
Akhlaq dan adat istiadat suatu bangsa. Bahkan, dia juga menulis dan berbicara
bidang ilmu, seperti geografi, pelayaran, sampai ahli dalam bidang keagamaan.
Diantara karya-karya dalam bidang Akhlaq adalah kitab Taisirul Khollaq, dalam
ilmu hadis beliau berhasil menulis sebuah kitab yang berjudul Minhah al-Mugis,
sedangkan kitab Akhbar az-Zaman dan kitab al-Ausat adalah karyanya dalam
bidang sejarah.93
Kitab Akhbar az-Zaman adalah salah satu karya al-Mas’udi yang terdiri dari
tiga puluh jilid. Buku ini berisi tentang uraian sejarah dunia. Karya lainnya
adalah kitab al-Ausat, yang berisi kronologi sejarah umum. Pada tahun 947,
kedua karya tersebut digabungkan menjadi satu dalam sebuah buku berjudul
Stones (Padang Rumput Emas dan Tambang Batu Mulia). Pada tahun 956, karya
ini direvisi kembali dan diberikan sejumlah tambahan oleh penulisnya. Muruj
Kairo (1866) dan diterjemahkan dalam bahasa Perancis oleh C.B de Maynard
92
Ahmad amin, Husayn, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, (Bandung:PT Remaja
Rosyada 2003), hlm. 17.
93
Dinami Dian, Studi Komparasi Kitab Taisirul Khalaq Karya Hafidh Hasan Al-
Masudi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga 2013), hlm. 12
diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh A. Sprenger dan dicetak di London.
(Tanaqqul al-Arwāḥ).
Arab pra-Islam.
Muttalib.94
Zaman) yang lebih dikenal dengan sebutan “Annals” (Catatan Tarikh), dalam 30
mengenai sejarah umum. Karya besarnya ini diselesaikan pada tahun 956 M
pada tahun kematiannya, yaitu kitab ut-Tanbih wal Ishraf (buku Indikasi dan
Revisi). Dalam buku ini ia membuat ikhtiar, mengoreksi dan melengkapi karya-
karyanya terdahulu. Buku ini diterbitkan di Leiden pada tahun 1894 SM dengan
Menurut Jamil, Mas’udi disebut sebagai “Heroditus dan Plinius” nya orang
seorang sejarawan yang menggumuli sejarah dengan cara yang saya lakukan.
saya”. Pandangan Mas’udi sangat luas dan dialah salah seorang yang pertama
usahanya mencari data dari tangan pertama. Ini yang memungkinkan ia menulis
lainnya yang patut dicatat adalah Al Tanbih Wal Ishraf, yang mengetengahkan
teori evolusi.
yaitu sebuah buku yang berisi ringkasan koreksi terhadap tulisannya yang lain.
Buku ini juga memaparkan garis besar pandangan filsafat al-Mas’udi tentang
alam dan sejumlah pemikiran evolusinya. Di kemudian hari, buku ini dietit oleh
merencanakan untuk mendalami sejarah, adat istiadat, kebiasaan, dan cara hidup
setiap negeri. Ia juga banyak mempelajari ajaran Kristen dan Yahudi, serta
sejarah Barat dan Timur yang berlatar belakang Kristen dan Yahudi.96
dan Kirman (915). Ia juga bermukim di Ushtukhar, Persia dan dari sana pergi ke
Mansura pada zaman Al-Mas'udi adalah kota yang paling maju di India
Barat dan menjadi ibu kota negeri bagian Sind dalam karyanya Muruj al-
di tepi Sungai Indus (dekat Hyderabad Slang). Nama kota itu diambil nama
oleh raja-raja Hindu. Namun, setelah terjadi dakwah oleh da'i-da'i Islam, raja-
raja Hindu tersebut telah terpengaruh dengan ajaran Islam dan menganggap
penelitian Al Masudi adalah gajah, burung merak, burung kakatua, jeruk, kelapa
96
Al Mas'udi, Muruj az-Zahab wa Ma'adin al-Jawahir, Dar al-Fikr, Beirut, t.th, hal.
1083.
melanjutkan pelayaran melalui Bombay, Deccan dan Sri Lanka serta berlayar ke
Asia Tenggara, Indocina dan negeri Cina. Dalam perjalanan pulang dia singgah
untuk beberapa waktu dan menulis karya besarnya yang berjudul Muruj al-
negara. Dalam buku ini dia menyebutkan beberapa tempat di Asia Tenggara,
yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang
tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh
pelayarannya ke China.
menyusuri Asia Tengah dan Turkistan. Dia juga mengunjungi Tiberias, dan sini
keterangan dari orang Yahudi, Persia, India dan uskup-uskup Kristen. Setelah
meninggalkan Basrah dan Suriah dia kembali ke Fustat (Khairo Kuno). Di sini
sejarah) yang terdiri dari 30 jilid. Dua puluh jilid antaranya ada tersimpan di
perpustakaan Aya Sofia (Istanbul), tetapi sejauh ini hanya satu jilid saja
ditemukan di Aleppo dan dibawa ke Wina. Namun, isi kitab ini, yang banyak
menyentuh sejarah dan geografis dunia, telah digariskan dalam kitab Muruj al-
Dhahab. Dalam buku ini dia menggabungkan ilmu geografis dengan sejarah dan
Karya sejarahnya yang abadi sangat membantu dalam menetapkan norma teori
penulisan sejarah masa kini. Sebuah laporan tentang karya-karya Mas’udi bisa
ditemukan dalam Memoirs de Sacy dan prakata Goeje pada edisi pertama Kitab
HASIL PENELITIAN
karya Syekh Al-Zarnuji adalah hasil analisis peneliti dengan menggunakan teori
I. Cinta Ilmu
َتَع ــــــَّلْم َفِاَّن ْالِع ْلَم َز ْيٌن َأِلْهِلِه ۞ َو َفْض ٌل َو ِع ْنَو اٌن ِلُك ِّل اْلَم َح اِمِد
itu merupakan hiasan bagi yang memilikinya, ilmu itu juga menjadi kelebihan
َو ُك ْن ُم ْسَتِفيًدا ُك َّل َيْو ٍم ِزَياَد ًة ِم َن اْلِع ْلِم َو اْس َبْح ِفي ُبُحوِر اْلَفَو اِئد
Arti “Carilah ilmu setiap hari, agar ilmu itu semakin bertambah, dan carilah
اْلحَاِل
Arti “Ilmu yang paling utama ialah ilmu Hal, dan perbuatan yang paling
mulia adalah menjaga hal atau kondisi diri”. Diwajibkan bagi semua umat Islam
untuk mempelajari ilmunya sebuah hal yang terjadi pada kondisi muslim itu
Menurut Syekh Al-Zarnuji, pengertian ilmu adalah suatu sifat yang dapat
dijadikan sarana menuju ke arah terang dan jelas bagi orang yang memilikinya,
Menuntut ilmu hukumnya sangat wajib bagi setiap muslim yang dikatakan
dalam Hadist:
Arti “Menuntut ilmu itu sangat wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun
ilmu penegatahuan. Proses akhir ini adalah pengalaman. Sebab, menurut Al-
Zarnuji tidak ada ilmu kecuali dengan diamalkan dan mengamalkannya adalah
97
Syekh Az-zarnuji, Pedoman Belajar Pelajar dan Santri (Terjemah Ta’lim Muta’allim)
penerjemah: Noor Aufa Shiddiq, (Surabaya: Al-Hidayah), hlm. 8.
98
Ibid, hlm. 9.
Kesabaran dan ketabahan atau ketekunan adalah pokok dari segala urusan.
وَلِكْن َع ِز ْيٌز فِى الَّرجَاِل، ِلُك ٍّل إلى شأِو الُعلَى َح َر كَاُت
َثبَاُت
martabat yang mulia, namun jarang sekali orang yang mempunyai sifat sabar,
tabah, tekun dan ulet”. Ada juga yang berkata bahwa keberanian adalah
pelajar harus berani bertahan dan bersabar dalam menuntut ilmu duniawi
khususnya akhirwi yang harus bersabar dalam mengaji dan dalam membaca
berpindah – pindah dari satu guru ke guru yang lain, dari satu ilmu ke ilmu yang
lain. Padahal ilmu yang dia pelajari belum dikuasai, dan tidak pindah- pindah
dari satu daerah ke daerah yang lain, supaya waktunya tidak terbuang sia – sia.99
bafsu itu rendah nilainya, barang siapa terkalahkan oleh hawa nafsunya bearti
dia terkalahkan oleh kehinaannya.” Seorang pelajar mestinya harus tabah dalam
menghadapi ujian dan cobaan. Sebab ada yang mengatakan bahwa gudang ilmu
itu selalu diliputi dengan cobaan dan ujian. Ali bin Abi Thalib berkata:
99
Syekh Az-zarnuji, Pedoman Belajar Pelajar dan Santri (Terjemah Ta’lim
Muta’allim) penerjemah: Noor Aufa Shiddiq, (Surabaya: Al-Hidayah), hlm. 14.
“Ketahuilah, kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan hal enam
Dalam memilih guru, ada tiga kriteria utama yang harus dijadikan panduan,
yaitu aspek keilmuan, aspek ubudiyah dan Akhlaq, dan aspek umur. Idealnya,
pilih guru yang paling luas ilmunya, paling bersih ibadah dan Akhlaqnya, dan
paling tua umurnya. Imam Abu Hanifah misalnya, dia memilih Imam Hammad
bin Sulaiman karena beliau guru yang tertua, berpengalaman, rajin, teliti,
Akhlaq tersendiri yang penting dimiliki oleh guru juga pelajar.100 Tentang
bermusyawarah ini, Imam Ja’far Shadik berkata pada Shekh Sufyan atsauri:
bermusyawaroh dalam segala perkara, padahal dalam kenyataan tidak ada yang
lebih cerdas, cerdik, dan istimewa daripada Rasullulah saw, tapi beliau tetap
musyawarah dilakukan. Dalam ha+l memilih ilmu dan guru, musyawarah ini
dengan para ulama untuk menentukan mempelajari apa dan berguru kepada
100
Syekh Az-zarnuji, Pedoman Belajar Pelajar dan Santri (Terjemah Ta’lim
Muta’allim) penerjemah: Noor Aufa Shiddiq, (Surabaya: Al-Hidayah), hlm. 22.
siapa.
: وقال، َو قَاَل ابْو َحِنْيَفَة رحمه هللا تعالى َو َج ْد ُتُه َش ْيخًا وُقْو ًرا َح ِلْيمًا َص ُبْو ًرا
penyantun dan penyabar. Aku bertahan mengaji kepadanya hingga aku seperti
Hammad bin Abu Sulaiman sebagai gurunya. Berdasarkan cerita Abu Hanifah
tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa, dalam memilih guru bagi seorang
penuntut ilmu juga perlu diperhatikan, seperti yang dikatakan Abu Hanifah, guru
tersebut haruslah berAkhlaq mulia, penyabar dan bijaksana. Akan lebih baik kita
memilih guru yang sudah berumur atau sudah tua, sifatnya yang waro’ dan
‘alim.
meraih ilmu dan memanfaatkan yang ia dapat kecuali dengan menghormati ilmu
Di antara wujud penghormatan pada ilmu adalah menghormati guru. Ali bin
101
Syekh Az-zarnuji, Pedoman Belajar Pelajar dan Santri (Terjemah Ta’lim
Muta’allim) penerjemah: Noor Aufa Shiddiq, (Surabaya: Al-Hidayah), hlm. 64.
َأنَا َعْبد َم ْن َع َّلَم ِنى حْر فًا واِح ًدا إْن َش اَء َب اَع َو ِإْن َش اَء الْس َتَر َق َو ِإْن َش اَء
َأْعَتَق
Arti “Aku adalah hamba sahaya bagi orang yang telah mengajarkan satu
huruf kepadaku. Jika dia menginginkan, maka dia bebas melakukan apapun
َو َأْو َجَبُه ِح ْفًظا َع َلى ُك ِّل، َر َأْيُت َاَح َّق اْلَح ِّق َح َّق اْلُمَع ِّلِم
ُم ْس ِلم
Arti “Aku tahu bahwa seorang guru itu harus diindahkan melebihi segala
hak, dan lebih wajib dijaga oleh setiap orang muslim”. Menghormati guru
dekatnya, dan tidak menanyakan sesuatu ketika sedang letih. Seorang penuntut
ilmu harus mencari waktu yang tepat dan menahan diri untuk tidak mengetuk
Intinya seorang pelajar harus mencari ridha guru, menjauhi murkanya dan
mentaati perintahnya selama bukan untuk bermaksiat pada Allah. Tidak boleh
ada ketaatan pada makhluk untuk bermaksiat dan membangkang pada Allah
Swt.
V. Bersungguh-sungguh
susah payah dalam mencari ilmu, tidak banyak tidur malam, menggunakan
waktu sebagai kendaraan untuk mengejar segala harapan, mempunyai waktu
mengulangi), selalu berdoa kepada Allah serta mempunyai cita-cita luhur. Hal
ini sebagaimana yang diisyaratkan oleh firman Allah Swt dalam al-Qur’an:
Arti “Wahai Yahya, ambillah Kitab itu (Taurat) itu dengan sungguh-
واَّلِذ ْيَن َج اَهُد ْو ا ِفْيَنا َلَنْهِد َيَّنُهْم ُسُبْو َلَنا ؛ َو إَّن هللا َلَم َع اْلُم ْح ِس ِنْيَن
Arti “Dan orang-orang yang berjihad untuk kami, kami akan tunjukkan
Ayat di atas menunjukkan bahwa menjadi seorang penuntut ilmu itu harus
ketekunan, tentu akan kesampaian apa yang diharapkan. Dan barang siapa yang
102
Syekh Az-zarnuji, Pedoman Belajar Pelajar dan Santri (Terjemah Ta’lim
Muta’allim) penerjemah: Noor Aufa Shiddiq, (Surabaya: Al-Hidayah), hlm. 82.
Az-Zarnuji mengatakan waktu yang baik untuk mengulang-ulang pelajaran
ialah diawaktu anatar waktu maghrib dan isya serta waktu sahur karena waktu
At-Ta’allum yakni Bagi seorang pelajar haruslah mempunyai citacita yang tinggi
belajar maka akan tumbuh dalam dirinya karakter yang bertanggung jawab dan
kerja keras. Karena kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya
sebagai berikut:
1. Musyawarah
Musyawarah adalah suatu sikap mau berdiskusi kepada orang lain untuk
103
Syeikh Burhanuddin Az-Zarnuji, Matan Kitāb Ta‟līm Al-Muta‟allim Tharīq At-
Ta‟allum, hal.32
dengan memandang hak dan kewajiban antara diri pribadi dan orang lain sama
(Deni Damayanti, 2014:43). Nilai pendidikan karakter ini perlu kiranya dimiliki
Dalam hal ini, ulama mengatakan, “Ada tiga golongan orang yang berkaitan
dengan musyawarah. Pertama, orang yang sempurna yaitu orang yang memiliki
pendapat benar dan mau bermusyawarah. Kedua, orang yang setengah sempurna
yaitu orang yang memiliki pendapat benar tetapi tidak mau bermusyawarah.
Ketiga, orang yang tidak sempurna yaitu orang yang tidak mempunyai pendapat
penting sebelum bertindak dan bersikap. Oleh karena itu, Allah memerintahkan
kepada manusia untuk sesalau bermusyawarah dalam segala hal. Dalam Surat
c. Sebagai teladan.
Sabar adalah suatu sikap yang senantiasa betah untuk menahan diri pada
kesulitan yang dihadapinya. Namun, bukan berarti menyerah tanpa upaya untuk
melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi. Oleh karena itu, sabar yang
dimaksud adalah sikap yang diawali oleh ihtiyar dan ikhlas dengan segala
bersikap dan berperilaku pantang menyerah atau tidak mudah putus asa ketika
“Ketahuilah! Sabar dan bertahan adalah pokok dari segala hal, namun
Dalam hadist juga disebutkan bahwa sabar adalah sebagian dari iman.
Hadist yang diriwayatkan oleh imam Bukhori dan Muslim ini penulis kutip dari
artikel Zulkifli yang berjudul “Sabar Bukan Berarti Sikap Orang Yang Lemah”
sebagaimana kepala dari sebagian jasad. (H.R. Bukhori dan Muslim dari Abi
Sa’id)”.
Tidak mudah untuk menjaga diri untuk tetap bersabar. Bagi seorang pelajar
hendaknya dalam belajar memulai dari hal yang mudah dan mudah dipahami,
serta menambah pelajaran sedikit demi sedikit. Sebagaimana Al-Zarnuji
(2007:58) mengutip imam Abu Hanifah dari cerita Amr bin Abu Bakar Al-
Zarnuji,
dipahami dan dihafalnya serta menambah sedikit demi sedikit, sehingga setelah
masa yang lama dan banyak yang telah dipelajari masih dapat menghafal dan
paham. 104
Sikap untuk tetap bersabar juga ditunjukan dalam al Qur‟an, salah satunya
yang demikian itu sungguh berat bagi orang-orang yang khusuk”. (al-
Baqoroh:45)
3. Waro’
dan subhat. Menurut Ibrahim bin Adhama waro’ adalah meninggalkan perkara
subhat dan berlebihan (Abi Qosim Abdil Karim bin Hawazin al Qusyairiyah,
tth:110).
104
Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 418
َيا َأَبا ُهَر ْيَر َة ُك ْن َو ِر ًعا َتُك ْن َأْع َبَد الَّناِس َو ُك ْن َقِنًعا َتُك ْن َأْش َك َر الَّناِس َو َأِح َّب ِللَّناِس َم ا
ُتِح ُّب ِلَنْفِس َك َتُك ْن ُم ْؤ ِم ًنا َو َأَح ِس ْن ِج َو اَر َم ْن َج اَو َر َك َتُك ْن ُم ْس ِلًم ا َو َأِقَّل الَّض ِح َك َفِإَّن َك ْثَر َة
Arti “Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yang wara’, maka engkau akan
menjadi sebaik-baiknya ahli ibadah. Jadilah orang yang qona’ah (selalu merasa
cukup dengan pemberian Allah), maka engkau akan menjadi orang yang benar-
benar bersyukur. Sukailah sesuatu pada manusia sebagaimana engkau suka jika
ia ada pada dirimu sendiri, maka engkau akan menjadi seorang mukmin yang
baik. Berbuat baiklah pada tetanggamu, maka engkau akan menjadi muslim
sejati. Kurangilah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.”
Sifat wara’ dalam nilai pendidikan karakter adalah hal yang sama dengan
Nilai religius adalah sikap dan perilaku yang taat dan patuh kepada agama yang
dianut.
Pentingnya sikap wara’ dalam belajar yaitu: (a). Menjaga tata krama dan
memperbanyak sholat (b). Tidak sampai kenyang saat makan (c). Semakin
wara’ penuntut ilmu, semakin bermanfaat ilmunya (d). Tidak bergaul dengan
105
Abdul Majid, Lc, Kitab Ta’lim Muta’allim Pedoman Etika dan Metode Islami
Dalam Menuntut Ilmu, (Jakarta Selatan, PT Rene Turos, 2021), hlm. 164.
106
Abdul Majid, Lc, Kitab Ta’lim Muta’allim Pedoman Etika dan Metode Islami
Dalam Menuntut Ilmu, (Jakarta Selatan, PT Rene Turos, 2021), hlm. 163.
Dari hal di atas, al-Zarnuji menjelaskan bahwa waro’ berarti menjaga diri
dari segala sesuatu yang tidak berguna menurut agama, baik sesuatu itu mubah,
makruh, maupun haram. Oleh karena itu, hendaknya seorang pelajar selalu
halal dan haramnya. Dengan demikian sesuai dengan sikap religiusnya yang
selalu patuh terhadap ajaran agamanya yang berkaitan tentang larangan terhadap
Salah seorang ulama fikih yang zuhud berwasiat kepada seorang penuntut
ilmu, “Kamu harus menjauhkan dari ghibah dan majelis orang-orang yang
orang yang banyak berbicara, akan mencuri umurmu dan membuang waktumu”.
ilmunya akan bermanfaat, belajar lebih mudah, dan memiliki faidah yang
kedudukan dan derajat yang tinggi. Selain itu, sifat waro’ juga akan
persahabatan akan ditunjukkan oleh seorang pelajar, bila mereka memiliki sifat
hormat dan hidmad. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
adalah sikap tahu dan mengerti akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
Sehingga, dengan hormat dan hidmad seorang pelajar akan lebih mudah dalam
belajar karena tercipta lingkungan yang nyaman, aman dan damai. Sebagaimana
Al-Zarnuji (2007:34), karakter hormat dan hidmad perlu dimiliki oleh seorang
“Seorang pelajar tidak akan mendapatkan ilmu dan manfaatnya kecuali dengan
memulyakan ilmu, ahlinya, serta menghormati guru”.
Dikatakan dalam sebuah ungkapan, “tidaklah akan sampai seseorang pada
sesuatu yang dituju kecuali dengan memulyakan”
maksiat. Sedangkan makna menghormati ilmu adalah selalu bersikap rasa ingin
5. Tekun
menjadi tindakan nyata. Sebagai seorang pelajar, sifat tekun dapat diwujudkan
berbunyi;
َو اَّلِذ ْيَن َج اَهُد ْو ا ِفْيَنا َلَنْهِدَيَّنُهْم ُس ُبَلَناۗ َو ِاَّن َهّللا َلَم َع اْلُم ْح ِس ِنْيَن
107
Syekh Az-zarnuji, Pedoman Belajar Pelajar dan Santri (Terjemah Ta’lim
Muta’allim) penerjemah: Noor Aufa Shiddiq, (Surabaya: Al-Hidayah), hlm. 89.
Arti “Orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari keridhoaan-Ku,
ُقْل ُك ٌّل َيْع َم ُل َع َلى َش اِكَلِتِهۦ َفَر ُّبُك ْم َأْع َلُم ِبَم ْن ُهَو َأْهَدى َس ِبيًال
ia akan memasukinya”.
Dengan demikian, sikap tekun adalah salah satu modal dalam mencapai
sikap tekun sesuatu yang mungkin sulit untuk diperoleh akan menjadi lebih
mudah.
6. Cita-cita Luhur
adalah nilai berpikir, berpikir dan melakukan cara sesuatau untuk menghasilkan
cara atau hasil yang baru nyata. Cita-cita merupakan suntikan motivasi agar
selalu bersemangat dan bekerja keras dalam memeroleh apa yang dimaksud.
108
Syekh Az-zarnuji, Pedoman Belajar Pelajar dan Santri (Terjemah Ta’lim
Muta’allim) penerjemah: Noor Aufa Shiddiq, (Surabaya: Al-Hidayah), hlm. 47.
Cita-cita luhur merupakan pokok dari segala sesuatu. Sebagaimana Al-Zarnuji
Dengan cita-cita luhur yang telah tertanam dalam hati, seorang pelajar akan
fokus dan bersemangat dalam mewujudkan cita-citanya. Meski sering kali, cita-
cita luhur adalah sesuatu yang tinggi dan sulit untuk diraih. Dengan demikian,
seorang pelajar akan mantab dan teguh pendirian untuk meraih kesuksesan.
hendaknya bagi seorang pelajar jangan pernah katakan tidak bisa ataupun tidak
mau dalam mengulang-ulang pelajaran, untuk itu waktu yang baik bagi pelajar
untuk mengulangi pelajarannya lebih baik pada permulaan malam yakni antara
109
Ibid, hlm. 84.
Salah satu karakter yang harus dimiliki pelajar tehadap diri sendiri adalah
respek terhadap diri sendiri. Sebagai pelajar yang hari harinya disibukkan
dengan belajar, sudah barang tentu mengalami kepayahan dan kebosanan. Maka
disaat mereka sedang merasa payah, mereka harus menghibur diri dengan cara
yang positif.
memaksa diri dalam belajar ketika sudah kepayahan, karena hal itu akan
letih guna mencapai kesuksesan dan tak kenal berhenti, dan dengan cara
mungkin, namun jangan sampai memforsir diri jika sudah merasa letih.
Usaha yang maksimal merupakan karakter yang harus dimiliki oleh seorang
yang menuntut ilmu. Karena hal itu termasuk sifat yang pantang menyerah
terhadap sesuatu. Menuntut ilmu itu adalah hal yang sulit dan sangat
melelahkan. Maka dari itu, hendaknya dihadapi dengan penuh kesabaran dan
110
Syekh Az-zarnuji, Pedoman Belajar Pelajar dan Santri (Terjemah Ta’lim
Muta’allim) penerjemah: Noor Aufa Shiddiq, (Surabaya: Al-Hidayah), hlm. 69.
Dalam belajar, seorang pelajar dituntut berperan aktif dalam pembelajaran,
Zarnuji menjelaskan;
pelajaran dari guru atau denagn memahami sendiri, mengkaji dan mengulang
berulangkali.
sebagai berikut:
lain:
pemimpin bangsa.
dalam kitab Ta’lim Muta’allim implementasi dari nilai syukur adalah dengan
karena dengan selalu bersyukur maka ilmu akan semakin bertambah atau
senang, mendapat nilai bagus atau tidak bagus, mendapatkan uang saku atau
tidak, diberi kesehatan atau kesakitan, diberi kemudahan dalam menyerap ilmu,
maka semua hal itu harus selalu disyukuri. Namun, implementasi syukur tidak
hanya di dalam hati dan lisan saja, tetapi harus diaktualiasasikan dengan
kepada peserta didik dengan tujuan agar dapat mencari ilmu dengan lancar,
karena jika peserta didik dalam keadaan sakit, pasti akan ada banyak masalah
kitabnya adalah peserta didik tidak perlu merasa susah karena masalah rizki dan
tidak menyibukkan diri dengan urusan tersebut. Karena orang yang mencari
ilmu itu akan dicukupi oleh Allah dengan sendirinya, sehingga peserta didik
tidak perlu memikirkan biaya dahulu yang penting yang diprioritaskan terlebih
dahulu adalah mencari ilmu. Tawakal bukan berartihanya pasrah kepada Allah,
tetapi tawakal adalah berserah diri kepada Allah setelah melakukan usaha.
Peserta didik ketika akan ada ulangan harian, belajar dahulu sebelum ulangan,
dirinya aktif dan berinteraksi, saling tukar pikiran dengan sesamanya. Kegiatan
111
Qori Ratna, 100 Ilmuwan Muslim Para Pelopor Sains Modern, (Klaten: Galmas
Publisher, 2014), hlm. 70
ini biasanya sudah diaktualisasikan di dalam kegiatan pembelajaran dengan cara
peserta didik hendaknya tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci.
menulis dengan rapi dan jelas, agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.
mendapat izin darinya, banyak bicara, dan tidak mengajukan pertanyaan ketika
guru sedang dalam keadaan tidak enak, menjaga waktu, tidak mengetuk pintu
rumahnya, tetapi sabar menunggu hingga pendidik itu keluar dari rumahnya,
putera dan semua orang yang ada hubungan dengannya. Hal mengenai
menghormati guru tersebut di atas intinya mengajarkan kepada peserta didik
Di era sekarang ini, sopan santun kepada guru sudah menurun secara
drastis. Seharusnya peserta didik selalu sopan santun terhadap guru karena guru
adalah orang yang memberikan ilmu kepada kita. Peserta didik dapat
mematuhi segala perintahnya kecuali perintah yang jelek, berbicara yang sopan
kepada guru, tidak berbicara seperti layaknya bicara kepada teman, mengikuti
(berprasangka baik).
ilmu debat. Dalam hal ini, peserta didik seharusnya menjauhi segala macam hal-
kerja kelompok, dan diskusi harus bisa menempatkan diri dan menahan rasa
atau sekeliling ketika akan memilih guru. Ketika menjadi peserta didik
seharusnya ketika akan memilih sekolah harus bermusyawarah dengan orang tua
atau guru. Karena dengan musyawarah maka akan menemukan jalan keluar
yang baik.
seharusnya guru tidak lepas dari mangajarkan nilai musyawarah kepada peserta
didik. Peserta didik juga seharusnya menjalin hubungan baik dan bersahabat
diusahakan berteman dengan teman yang rajin, pandai, baik, dan berperilaku
berkelompok, sehingga siswa bisa saling menghargai satu sama lain dan
memupuk persahabatan.
orang yang berbuat jelek kepada kita dan tidak usah membalasnya, dan
Pendidikan karakter berbasis potensi diri meliputi nilai cinta ilmu, bersunguh-
sungguh, rajin, sabar, dan wara’. Cinta ilmu dalam kitab Ta’limul Muta’allim
Bentuk dari cinta ilmu adalah dengan semangat menuntut ilmu setiap hari,
berniat mencari ilmu hanya untuk mendapat ridho Allah, tidak pernah mengeluh
ketika mendapatkan kesulitan dalam belajar, berusaha bagaimana agar dirinya
dapat menyerap ilmu dengan baik. Cinta terhadap ilmu dapat juga ditunjukkan
pengetahuan sebagai bukti cinta ilmu (b) Bersikap sopan saat belajar dan selalu
menghargai dan menghormati guru (c) Senang mendatangi guru untuk meminta
SWT.
Muta’allim ketika mencari ilmu adalah tidak banyak tidur malam, menggunakan
mengulangi), dan selalu berdo’a kepada Allah, serta mempunyai cita-cita luhur.
peserta didik dengan perilaku rajin belajar, tidak mengeluh dalam mencari ilmu,
berusaha bagaimana agar dirinya dapat menyerap ilmu dengan baik. Al-Zarnuji
Rajin kontinyu atau terus menerus dalam belajar, dan menghindari sebab-
sebab yang menjadikan malas. Peserta didik seharusnya setiap hari belajar
Nilai berasal dari bahasa latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan,
berdaya berlaku, sehingga nilai diartiakan sebagai sesuatu yang dipandang baik,
orang. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai,
hidup, yang memberi acuan, titik tolak, dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu
yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang.
Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan
tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai dan etika. 112Jadi
nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek,
bukan objek pada itu sendiri, sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau
1. Al-Haya’ (malu)
dari sifat al-iffah adalah al-haya’. Kedua sifat tersebut merupakan suatu
112
Ibid
113
Hafidz Hasan Al-Mas’udi, (1418) Taisir Al-Khallaq, Terj. M. Fadlil Sa’id An-
Nadwi, Bekal Berharga Untuk Menjadi Anak Mulia, Al-Hidayah, Surabaya, 1418
perbuatan-perbuatan yang dapat mendegradasikan nilai-nilai kemanusiaannya
Termasuk salah satu sifat yang terpuji baik dari segi nilai illahiyah maupun
merupakan keadaan jiwa yang mampu untuk menjaga diri dari perbuatan jahat.
dalam etika Islam termasuk salah satu sifat yang baik. Perbuatan kasih sayang
Hemat merupakan jalan tengah antara boros dan kikir, yangberarti pula
Salah satu sifat yang membuat hati tenang adalah qana’ah dan zuhud. Jika
ditilik dari sumbernya, maka bagi orang-orang yang beriman kepada Allah,
qana’ah dan zuhud yang hakiki adalah sifat yang semata-mata muncul dari hati
sanubari karena sadar akan nikmat, rahmat dan anugerah Illahi yang secara
Kitab Taisirul Khalaq adalah kitab yang berisi tentang ringkasan ilmu
Akhlaq untuk para pelajar tingkat dasar. Karena pada dasarnya mempelajari
Akhlaq harus dimulai dan ditanamkan dari sejak dini. Adapun nilai-nilai
َالُمَع ِّلُم َد ِلْيُل اِّتْلِم ْيِذ اَلى َم ا َيُك ْو ُن ِبِه َك َم ا ُلُه ِم َن الُع ُلْو ِم َو اْلَم َع اِرِف114
Di dalam kitab tersebut, guru yaitu orang yang mengajar atau orang yang
menunjukan murid kepada ilmu dan pengalaman yang menjadi sebab murid tadi
menjadi orang yang sempurna, maka dari itulah yang namanya guru harus
mempunyai sifat yang terpuji. Kemudian dari situ, pengarang kitab menjelaskan
sesuatu yang harus ada pada guru diantaranya adalah; taqwa kepada Allah,
rendah diri, tidak sombong, ramah, supaya hati para murid bisa condong kepada
Guru, ustadz atau kiai adalah orang yang alim. Mereka disebut alim karena
memiliki ilmu yang memadai di bidangnya. Kewajiban orang alim antara lain
”Adab orang alim (guru), yakni: tidak berhenti menuntut ilmu, bertindak
dengan ilmu, senantiasa bersikap tenang, tidak takabur dalam memerintah atau
114
Hafidz Hasan Al-Mas’udi. Taysirul Kholaq Fi Ilmil Akhlaq. Semarang: Musyawwir
Anwar. 1436. hlm. 32.
115
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2012), cet,1, h.56.
memanggil seseorang, bersikap lembut terhadap murid, tidak membanggakan
berpikirnya masih terbatas, menghindari sikap yang tak wajar, mendengar dan
tata krama yang meliputi; (1) tata krama yang ada dalam diri murid seperti,
meninggalkan kesombongan, merendahkan diri, dan jujur, (2) tata krama dengan
guru seperti, murid harus memiliki I’tiqod, merendahkan diri di depan guru dan
duduk dengan sopan, (3) tata krama dengan sesama teman seperti, menghargai,
menghormati sesama saudara atau teman dan tidak menghina dan merendahkan,
serta tidak boleh bersuka ria apabila ada sebagian saudaranya ada yang dicela
guru.
Sebagai seorang anak, berbakti kepada kedua orang tua sudah menjadi hal
yang wajib. Hal ini juga sudah diperintahkan dalam al-Qur’an dan Hadist. Salah
satu bentuk berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan memperhatikan
Mengenai adab seorang anak kepada orang tuanya juga pernah dibahas oleh
Imam Al-Ghazali dalam risalah yang berjudul Al-Adab Fiddin yang terdapat
116
Abi Kafa Bihi HSB, Terjemah Taisirul Khollaq, (Jawa Barat, Mu’jizat, 2021), hlm.
22
117
Ibid, hlm. 44-45.
dalam buku Majmu’ah Rasail. Dalam tulisan tersebut disebutkan beberapa adab
Seorang anak perlu mendengar dengan baik saat orang tua berbicara,
Jika seorang anak berencana untuk memotong omongan orang tua, akan lebih
Selain sebagai bentuk sopan santun, hal ini juga menunjukkan kesigapan
maka anak bisa segera memberi bantuan. Sebaliknya, jika orang tua sudah
duduk, maka sebaiknya anak juga ikut duduk, kecuali jika tidak ada lagi kursi
yang tersedia.
aturan Agama, maka wajib untuk mengikutinya. Selain itu, jika perintah orang
tua melebihi kemampuan anak, maka seorang anak perlu berusaha semampunya
atau menolak dengan cara yang baik jika memang benar-benar terpaksa harus
menolak.
6. Al Hilm (Kesabaran)
Al Hilm adalah menahan diri dari marah dan balas dendam terhadap orang
memakinya, tidak mau membalas kejahatan karena malu, tidak ingin menyakiti
orang yang menghinanya, karena menjaga nikmat yang lalu dan tidak mau
membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan yang serupa hanyalah seorang
makanan di bawah dan duduk di bawah serta niat takwa untuk ibadah dan
yang ada dan tidak mencelanya. Mengajak orang lain untuk makan bersama
tangannya ketempat orang lain sebelum ia selesai. Hendaknya makan yang ada
Hendaknya ia tidak minum air, kecuali jika diperlukan dan setelah selesai
Muta’allim
Kitab Ta’lim Muta’allim ialah karya yang paling monumental dan
masih ada sampai sekarang. Ta'lim Muta’allim merupakan salah satu dari
beberapa kitab kuning yang banyak dipelajari dan menjadi pedoman pelajar
karya ulama-ulama terdahulu (sebut kitab kuning) telah lama menjadi literatur
pokok dalam pembelajaran agama. Kajian kitab kuning telah menjadi tradisi
dimaksud diberikan berupa penjelasan tentang prinsip haq dan batil. Penjelasan
bisa menjadi paradigma berpikir. Untuk itu, disyaratkan guru harus terlebih
dahulu membersihkan diri dari sifat-sifat tercela agar nasihat yang diberikan
118
Chodijah, S. (2019). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kitab Ta’lim Al-
Muta’allim Karya Al-Zarnuji Di Mushola Al-Hidayah Blok Lojok Rt/Rw 08/03 Desa Kondangsari
Kec. Beber Kab. Cirebon Tahun 2018.
membekas dalam jiwa anak didik. Pemberian nasehat harus dengan kesan yang
memberi arahan kepada setiap pendidik agar memiliki sifat lemah lembut,
beberapa aspek yaitu; niat, menjaga sifat wara’, istifadah (mengambil faedah
pendidikan Islam tergantung dari benar dan salahnya dalam niat belajar.
1. Nilai-Nilai Keagamaan
Nilai keagamaan yang didapat oleh orang yang memperoleh kuntungan dari
ilmu itu terdapat dalam kitab Ta’lim Muta’allim. Sedangkan penjelasan dalam
kitab Ta’lim Muta’allim bahwasannya mencari ilmu itu wajib hukumnya. dalam
pembahasan lain dijelaskan kewajiban menuntut ilmu seperti yang ada dalam
، ِبَأَّنُه َاليْفَتَر ُض على ُك ِّل ُم ْس ِلٍم َطَلُب ُك ِّل ِع ْلٍم َو إَّنَم ا ُيْفَتَر ُض َع َلْيِه َطَلُب اْلِع ْلِم اْلَح اِل، ِاْع َلْم
َو َاْفَض ُل اْلِع ْلِم ِع ْلُم اْلحَاِل وافضل اْلَع َمِل ِح ْفُض اْلحَاِل: َك ما َقاَل
Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan
perempuan tidak untuk sembarang ilmu, tetapi terbatas pada ilmu agama, dan
ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama
manusia. Sehingga ada yang berkata “ilmu yang paling utama adalah ilmu hal’.
Dan perbuatan yang paling mulia adalah menjaga perilaku yang dimaksud ilmu
hal adalah ilmu agama Islam, tentang Shalat lima waktu, ini sangat ditekankan
َفِإَّنُه َالُبَّد َل َلُه ِم َن الَّصالِة، َو ُيْقَتَر ُض َعلَى اْلُم ْس ِلم َطَلُب َم ا َيَقُع َلُه فِى َح اِلِه فِى َاِّي حاٍل َك اَن
َفُيْفَتَر ُض َع َلْيِه ِع ْلُم َم ا َيَقُع َلُه ِفى َص َالِتِه ِبَقْد ِر َم ا ُيَؤ ِّدى بِه َفْر ُض الَّص َالِة
Oleh karena itu setiap orang Islam wajib mengerjakan shalatmaka mereka
wasilah atau perantara tersebut hukumnya wajib, ilmu agama adalah sebagai
tentang puasa, zakat bila berharta, haji jika sudah mampu dan disamping itu
“Setiap orang Islam juga wajib mengetahui atau mempelajari ahklaq yang
terpuji dan yang tercela, seperti watak murah hati, kikir, penakut, pemberani,
merendah diri, congkak, menjaga diri dari keburukan, israf (berlebihan) bakhil,
terlalu hemat, dan sebagainya, sifat sombong, kikir, penakut, israf hukumnya
119
Syaikh Ibrahim bin Isma’il, Syarah Ta’lim Al-Muta’allim, (Solo: ZamZam, Cet.IV,
2015), hlm. 7.
haram, dan tidak mungkin bisa terhindar dari sifat-sifat itu tanpa mengetahui
dari ilmu itu, tidak hanya didunia ini saja, namun juga akhiratnya. Karena itu
untuk menghasilkan ilmu yang bermanfaat, tidak hanya peranan dari pencari
ilmu. Peranan Allah dan peranan perantara guru dimana orang berhasil
mandapatkan ilmu.
Karakter yang terkandung dalam nilai keagamaan yaitu taqwa kepada Allah
SWT, hormat dan santun, dermawan, suka tolong menolong atau kerja sama,
baik, dan rendah hati. Itulah sebabnya ada yang menyebutkan bahwa
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab: 12)
sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, dan penguatan keunggulan dan
daya saing yang tinggi untuk keberlanjutan kehidupan karakter tergantung dari
Memang pada dasarnya sifat batin adalah sifat bathini, karenanya tidak
seterusnya dan pada tempatnya pula dia bersikap ta'dhim terhadap apa dan siapa
Manusia harus sadar bahwa dia adalah hamba ciptaan Allah. Kehadirannya
di muka bumi ini karena sifat Iradahnya, kelak kembali kepada-Nya, dan
bertanggung jawab dihadapan-Nya atas segala yang diperbuatnya. Maka dari itu,
dialah insan yang yang beribadah kepada Allah. Ibadah bagi manusia adalah
2. Nilai-Nilai Sosial
َسِم ْع ُت َحِكْيًم ا ِم َن الُح َك َم اِء الَّس َم ْر َقْنِد ى قاَل ؛ ِاَّن واِح ًدا ِم ْن، َو َقاَل َاُبْو َحِنْيَفَة َر ْح َم ُةهللا َع َلْيِه
َو َك اَن َقْد َع َز َم َعلَى الَّذ َهاِب ِالَى ُبَخاَر ى ِلَطْلِب الِع ْلِم، َطَلَبِة الِع ْلِم َش اِوَر ِنى فى َطَلِب الِع ْلِم
Arti “Abu Hanifah berkata: saya mendengar salah satu ahli hikmah
، َفَيْنَبِغ ى َاْن ُيْخ َتاَر اْلَمِج َد َو اْلوَر اَع َو َص اَح َب الَّطْبِع الُم ْسَتِقْيِم اْلُم َتَفِّهِم، َو َاّم َا ِاْح ِتَياُر الَّش ِرْيِك
َو َيِفُّر ِم َن الَكْس َالِن َو اْلُم ْع ِط ِل َو اْلُم ْك ثاِر َو الُم ْفِس ِد َو اْلِفَتاِن
Tentang memilih teman, hendaklah memilih yang tekun, wara’, bertabiat
Karakter manusia yang sesuai dengan kajian dari kitab Ta’lim Muta’allim
salah satunya adalah mencakup akhlak terhadap guru. Penjelasan ini terdapat
pada fasal tiga, empat, sembilan dan sepuluh. Pada fasal yang ketiga, yaitu
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
(Q.S Al-Maidah:2)
Nilai sosial keharusan menjaga minat dan sikap, konsistensi dan tabah
dalam tekun terhadap ilmu yang dipelajari dan dialami. Karena memang ilmu
yang dipelajari, guru yang mengajar, dan teman yang bersamanya mendalami
121
Muhammad Ali, Ringkasan Kitab Ta’lim, (Bandung: PT Angkasa, 2009), hlm. 91.
Karakter yang didapat oleh manusia dari nilai sosial yaitu manusia bersikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
kesungguhan hati tiga pihak, yaitu pelajar, guru dan ayah jika ia masih hidup.
dasar nilai-nilai inti etika dan nilai-nilai kinerja merupakan titik awal
pendekatan proaktif karena dilakukan secara intensif tanpa harus menunggu ada
masalah yang timbul, tetapi langsung bertindak baik dilakukan untuk memberi
Nilai sosial tercermin pada kewajiban ta'dhim terhadap ilmu itu sendiri dan
ahli ilmu kepada sesamanya. Bagi orang yang mencari ilmu tidak akan
ilmu dan pemiliknya. Hormat kepada guru dapat dilakukan dengan cara: jangan
kecuali dengan seizin guru, jangan banyak bicara di depannya, jangan bertanya
sesuatu ketika guru bosan, menjaga waktu, tidak membuka pintu sehingga sabar
Kitab Taisirul Kholaq Fi Ilmil Akhlaq bukanlah kitab yang baru dalam
dunia pendidikan. Kitab ini ditulis oleh seorang ulama besar yaitu Hafidh Hasan
adalah kitab ini menekankan pada pendidikan akhlaq yang mesti dipatuhi dalam
akhlaq yang bernilai buruk, baik pada zaman, tempat dan kondisi tertentu. 122
diabadikan dalam al-Qur’an seperti kaum samud, madyan dan, saba maupun
yang terdapat dalam buku-buku sejarah menunjukkan bahwa suatu bangsa akan
kokoh apabila akhlaqnya kokoh, dan sebaliknya apabila suatu bangsa akan
maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan
122
Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2002), h. 189.
123
Masan al Fat, Aqidah Akhlak, (Semarang: Adi Cita, 1994), hlm. 126
124
Abi Kafa Bihi HSB, Terjemah Taisirul Khollaq, (Jawa Barat, Mu’jizat, 2021), hlm. 44
pembelajaran selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi
Berkaitan dengan itu, seorang peserta didik harus memiliki sifat iffah
peserta didik. Dalam mencari ilmu, hendaknya pesert didik haruscinta ilmu dan
ilmu, memanfaatkan waktu untuk menambah ilmu. Nilai-nilai adab dalam kitab
ini bisa menjadi solusi yang tepat dalam model pendidikan karakter. Bahwa,
pendidikan karakter itu harus berorientasi pada nilai adab. Pendidikan akhlak
yang ada dalam kitab Taisirul Khollaq Fi Ilmil Akhlaq memiliki nuansa
menghormati
teman belajar
Dari tabel tersebut, peneliti menemukan beberapa persamaan dalam kitab
Ta’lim Muta’allim dan Kitab Taisirul Khollaq. Beberapa persamaan antara lain:
oleh setiap manusia. Bukan hanya erat kaitannya dengan proses belajar
sosial. Bukan hanya itu, pembahasan terkait pendidikan karakter atau Akhlaq
Taisirul Khollaq, kajian tentang pendidikan Akhlaq sudah dimulai sejak Islam
masuk ke Indonesia. Orisinalitas kajian tersebut juga tidak banyak berubah dari
apa yang sudah ada pada kajian-kajian sebelumnya. Sehingga pembahasan yang
ada dalam kitab Ta’lim Muta’allim dan Taisirul Khollaq terkait pendidikan
Akhlaq dianggap relevan untuk diaplikasikan pada zaman modern dan teknologi
seperti sekarang.
kebanyakan masih membahas terkait guru dan murid. Hal demikian juga
125
Hafidh Hasan Al-Mas’udi, Taisirul Khollaq Fi Ilmil Akhlaq, hlm. 3-4.
tercantum dalam kitab Ta’lim Muta’allim dan Taisirul Khollaq Dari penjelasan
kedua kitab tersebut, bukan hanya seorang peserta didik atau murid saja yang
perlu dididik. Akan tetapi juga guru yang akan, sedang dan telah menyampaikan
ilmu berupa pelajaran dalam kelas juga perlu memiliki akhlaq yang mulia.
Seperti yang dijelaskan dalam Taisirul Khollaq bahwa pendidikan akhlaq bagi
guru juga dianggap penting dan sangat dibutuhkan. Seorang guru juga harus
muridnya.126 Hal tersebut erat kaitannya dengan bagaimana seorang murid atau
peserta didik menjadikan gurunya sebagai role model ketika seorang murid
menjadi hina lantaran berbuat tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya,
dan hendaknya menjaga dari perkara yang dapat menjadikan hinanya ilmu dan
antara sombong dan kecil hati) dan ‘iffah”. Jadi sudah jelas, dari penjelasan
terkait pendidikan akhlaq bagi guru atau pendidik dianggap penting untuk
diplikasikan sehingga mampu menciptakan korelasi yang baik bagi peserta didik
dan pendidik.
Belajar sebagai sarana untuk memperoleh ilmu, haruslah melalui jalan dan
persyaratan yang benar. Karena jalan yang benar dan persyaratan yang terpenuhi
126
Hafidh Hasan Al-Mas’udi, Taisirul Khollaq Fi Ilmil Akhlaq, hlm. 4-5.
dalam belajar adalah kunci untuk mencapai keberhasilan belajar. Dengan
pendidikan akhlaq yang ditujukan bagi seorang murid dan seorang guru,
belajar mengajar di dalam kelas. Sehingga bukan hanya saja murid yang harus
tunduk kepada guru untuk mendapatkan ilmu yang disampaikan, tetapi guru
harus menghormati seorang murid dengan cara memberikan kasih sayang dalam
menyampaikan ilmu. Dalam pembahasan yang ada dalam kedua kitab tersebut
gurunya. Seperti yang ada dalam Taisirul Khollaq dijelaskan bahwa cara bertata
belum mengerti. Hendaknya ia tidak bergembira jika sang guru marah kepada
Dalam proses belajar, seorang siswa bukan hanya akan bersosial dengan
guru saja. Ada komponen lain dalam lingkungan sekolah yang akan dihadapi
lingkungan akan ada lebih banyak komponen yang akan dihadapi oleh seorang
siswa sebagai seorang peserta didik. Dalam kedua kitab tersebut tentunya hal
yang demikian sudah dikaji untuk membantu proses mencari ilmu dan
sebaiknya memilih teman yang rajin belajar, bersifat wara‘ dan berwatak
istiqamah (lurus) dan mudah paham (tanggap). Hindarilah orang yang malas,
proses mencari ilmu. Dalam pengertian tersebut tentunya seorang teman juga
berperan dalam kesuksesan peserta didik dalam mencari ilmu. Teman dapat
dijadikan sebagai pendukung atau juga dapat menjadi penghambat atau malah
dan Taisirul Khollaq. Terdapat pula perbedaan yang mendasar dari pembahasan
kedua kitab tersebut terkait pendidikan akhlaq. Bukan hanya tertuju hanya pada
128
Syekh Ibrahim bin Ismail Az-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim, hlm. 31.
mengajar
pada akhlaq dalam proses belajar pada nilai akhlaq guru dan murid
mengajar
1. Fokus Pembahasan
dimiliki oleh seorang guru dan murid. Erat kaitannya dengan fitrah manusia
secara keseluruhan. Sehingga pembahasan terkait guru dan murid tidak dibahas
secara menyeluruh tentang bagaimana seharusnya guru dan murid dalam proses
belajar mengajar.
bagaimana seorang murid bersikap kepada gurunya dan beberapa hal yang
seharusnya dimiliki oleh seorang guru sebagai bekal melakukan proses transfer
2. Isi Pembahasan
tertentu.
Sedangkan Dalam pemabahasan terkait nilai akhlaq guru dan murid dalam
kitab Taisirul Khollaq tidak menjelaskan lebih jauh tentang bagaimana seorang
guru dan murid seharusnya. Penjelasan hanya menjelaskan “cover” guru dan
akhlaq pada umumnya. Bukan terpaku pada pendidikan akhlaq guru dan murid
seharusnya.129
akhlaq bagi siswa, tetapi juga bagi pendidik dan metode belajarnya. Dalam
sampai keliru dalam menentukan niat dalam belajar, misalnya belajar yang
kehormatan serta kedudukan tertentu. Jika masalah niat ini sudah benar, maka ia
akan merasakan kelezatan ilmu dan amal, serta akan semakin berkuranglah
pengertian ilmu akhlaq yaitu: ilmu yang membahas perbaikan hati dan seluruh
indra seseorang. Motivasinya adalah untuk menjalankan segala moral yang baik
129
Abi Kafa Bihi HSB, Terjemah Taisirul Khollaq, (Jawa Barat, Mu’jizat, 2021), hlm.
10
130
Abdul Majid, Lc, Kitab Ta’lim Muta’allim Pedoman Etika dan Metode Islami
Dalam Menuntut Ilmu, (Jakarta Selatan, PT Rene Turos, 2021), hlm. 100.
dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Dan hasilnya adalah perbaikan hati
dan seluruh indra manusia di dunia dan mendapat tingkat tertinggi di akhirat.
seorang peserta didik untuk menjadi insan kamil. Sehingga penjelasan lebih
dimiliki oleh seorang peserta didik. Sehingga kurang lebih detail memabahas
PENUTUP
a) Kesimpulan
Secara bahasa kata pendidikan berasal dari istilah dalam bahasa Yunani
kata yaitu paedagogie. Kata paedagogi terdiri dari dua kata “paid”
dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Bahkan
dicakupnya.
kebajikan yaitu sifat utama manusia yang baik bagi dirinya sendiri juga
tapi memerlukan usaha yang giat dan kuat. Dalam prosesnya, pendidikan
karakter merupakan upaya membentuk atau mengukir kepribadian
the good) yaitu proses pendidikan yang melibatkan tiga ranah yaitu
sehingga perbuatan mulia bisa terukir menjadi habit of mind, heart, and
yaitu ilmu yang hukumnya fardhu ‘ayn dan fardhu kifāyah. Dan dia
memilih ilmu, yaitu ilmu yang terbaik bagi dirinya dan agamanya baru
Kitab Taisirul Khollaq adalah kitab yang berisi tentang ringkasan ilmu
memberi ruang akan adanya kajian. Kitab ini berisi sebanyak 55 halaman
dan 31 tema yang ringkas dan mudah dipelajari, utamanya sangat cocok
b) Saran