Anda di halaman 1dari 11

MATERI KEGIATAN LATIHAN KESLAP

RESIMEN MAHASISWA
BATALYON 904/KALAYUDHA
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
1. Alergi
Alergi adalah reaksi dari sistem kekebalan tubuh manusia (sistem imun) terhadap zat tertentu
yang seharusnya tidak berbahaya. Reaksi tersebut dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti
pilek, ruam kulit yang gatal, atau bahkan sesak napas.
Gejala Alergi
Gejala reaksi alergi biasanya muncul beberapa menit setelah penderita melakukan kontak
dengan alergen. Gejala ini juga dapat berkembang secara bertahap dalam beberapa
jam.Gejala yang muncul akibat alergi tergantung pada jenis alergen dan bagaimana penderita
melakukan kontak dengan alergen. Meski demikian, beberapa gejala alergi yang sering
muncul adalah:
1. Bersin-bersin, hidung gatal, berair dan tersumbat
2. Kulit memerah dan gatal
3. Kulit kering dan pecah-pecah
4. Mata memerah, gatal, dan berair
5. Pembengkakan di bibir, lidah, dan kelopak mata (angioedema)
6. Sakit perut, muntah, dan diare
7. Batuk, bengek, dan sesak napas
Penyebab dan Gejala Alergi
Zat yang menyebabkan alergi dapat berbeda pada tiap orang. Beberapa contoh alergen adalah
debu, bulu hewan peliharaan, kacang, gigitan serangga, obat-obatan, bahan lateks,
hingga keringat.
Gejala alergi yang timbul pada tiap orang juga dapat beragam, mulai dari ringan hingga berat.
Gejalanya bisa berupa bersin-bersin, hidung berair, mata memerah dan gatal, atau ruam kulit.
Pengobatan dan Pencegahan Alergi
Pengobatan utama alergi adalah dengan menghindari zat pemicunya (alergen). Untuk
meredakan gejala, dokter dapat memberikan obat antialergi,
seperti antihistamin dan kortikosteroid. Bila reaksi alergi tergolong berat, penderita perlu
diberikan suntik epinephrine oleh dokter.
Cara terbaik untuk mencegah alergi adalah dengan menghindari pemicunya. Meski demikian,
ada beberapa cara lain yang dapat dilakukan jika pemicunya sulit untuk dihindari, seperti
mengenakan pakaian tertutup, tidak memakai parfum yang dapat mengundang serangga, serta
membersihkan rumah secara rutin.

2. Anemia
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang
sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak
mendapat cukup oksigen sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Penyebab Anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin. Akibatnya,
sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi secara normal
(hipoksemia).
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:
• Produksi sel darah merah yang kurang
• Kehilangan darah secara berlebihan
• Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat
Gejala Anemia
Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Penderita anemia bisa
mengalami gejala berupa:
• Lemas dan cepat lelah
• Sakit kepala dan pusing
• Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan
• Kulit terlihat pucat atau kekuningan
• Detak jantung tidak teratur
• Napas pendek
• Nyeri dada
• Dingin di tangan dan kaki
Pengobatan Anemia
1. Meningkatkan asupan zat besi
2. Zat besi merupakan nutrisi yang penting untuk pembentukan sel darah merah.
Makanan kaya zat besi, seperti daging merah, hati, sayuran hijau, dan kacang-
kacangan, dapat membantu meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh. Jika asupan
makanan tidak mencukupi, dokter mungkin merekomendasikan suplemen zat besi.
3. Mengonsumsi vitamin B12
4. Vitamin B12 adalah nutrisi penting lainnya yang berperan untuk pembentukan sel
darah merah. Makanan yang mengandung vitamin B12 termasuk daging, ikan, dan
produk susu. Jika kadar vitamin B12 dalam tubuh terlalu rendah, dokter mungkin
merekomendasikan suntikan vitamin B12 atau suplemen.
3. Mengonsumsi asam folat
4. Asam folat adalah nutrisi penting untuk pertumbuhan sel dan pembentukan DNA.
Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik. Sumber asam folat
terdapat pada sayuran hijau, buah-buahan, dan biji-bijian. Jika asupan makanan tidak
mencukupi, dokter mungkin merekomendasikan suplemen asam folat.
5. Transfusi darah
6. Transfusi darah mungkin terjadi jika kondisi sudah sangat parah dan gejalanya dapat
mengancam nyawa. Dalam transfusi darah, pendonor yang memiliki darah sehat akan
mentransfusikan sebagian darahnya ke pasien.
5. Terapi obat
6. Beberapa obat dapat membantu meningkatkan produksi sel darah merah. Contohnya,
hormon eritropoietin dapat merangsang produksi sel darah merah, sedangkan obat-
obatan seperti antibiotik atau kortikosteroid dapat membantu mengatasi infeksi atau
inflamasi.

3. Penyakit Asam Lambung


Penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah munculnya rasa
terbakar di dada akibat asam lambung naik ke kerongkongan. Gejala penyakit asam
lambung muncul minimal dua kali dalam seminggu.
Gejala Penyakit Asam Lambung
Saat asam lambung naik, dinding kerongkongan dan mulut dapat mengalami iritasi. Kondisi
tersebut bisa menimbulkan rasa asam di bagian belakang mulut dan sensasi terbakar di dada
(heartburn) dengan atau tanpa disertai dengan sesak napas. Kedua gejala tersebut terutama
terjadi setelah makan dan dapat bertambah parah saat penderita berbaring atau membungkuk.
Selain rasa asam di belakang mulut dan heartburn, penyakit asam lambung atau GERD juga
mengalami gejala berikut:
• Bau mulut
• Sensasi mengganjal di kerongkongan, terutama saat menelan
• Mudah kenyang
• Sering bersendawa dan suara menjadi serak
• Sakit tenggorokan yang tidak kunjung hilang dan sakit saat menelan
• Mual dan muntah
• Batuk kronis tanpa dahak atau batuk kering kronis, terutama di malam hari
Gejala asam lambung naik lebih sering terjadi di malam hari sehingga menyebabkan sulit
tidur. GERD juga dapat menimbulkan sakit kepala pusing, asma atau suara serak akibat
peradangan pada saluran pita suara (laringitis).
Pengobatan Penyakit Asam Lambung
Pengobatan penyakit asam lambung atau GERD dapat dilakukan dengan perubahan gaya
hidup, konsumi obat-obatan, atau operasi. Berikut adalah penjelasannya:
Perubahan Gaya Hidup
Guna meredakan gejala asam lambung naik, dokter akan menyarankan pasien untuk
melakukan perubahan gaya hidup terlebih dulu. Perubahan yang dimaksud antara lain:
• Menurunkan berat badan bila memiliki berat badan berlebih
• Menghindari makanan dan minuman penyebab asam lambung naik, seperti kafein dan
alkohol
• Makan dalam porsi lebih kecil tetapi lebih sering
• Tidak merokok
• Membatasi atau mengurangi konsumsi obat-obatan tertentu, seperti aspirin dan obat
antiinflamasi nonsteroid
• Tidak mengenakan pakaian yang sempit
• Tidak membungkuk, duduk bersandar, atau berbaring, setidaknya sampai 3 jam setelah
makan
• Tidur dalam posisi menyamping ke kiri atau menggunakan bantal tambahan untuk
meninggikan posisi tubuh dari pinggang ke atas

4. Epilepsi
Epilepsi adalah kejang berulang pada sebagian atau seluruh tubuh akibat gangguan pada pola
aktivitas listrik di otak. Penyakit ini tidak menular dan dapat terkontrol dengan pengobatan
yang rutin dan tepat.
Gejala dan Penyebab Epilepsi
Kejang merupakan gejala utama epilepsi. Kejang pada penderita epilepsi terbagi menjadi dua,
yaitu kejang total dan kejang parsial. Gejala yang menyertai kejang juga dapat bervariasi
sesuai tipenya.
Penyebab epilepsi belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa kondisi yang diduga
dapat memengaruhi pola aktivitas listrik otak, yaitu cedera kepala, meningitis, dan cerebral
palsy.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang epilepsi,
yaitu riwayat epilepsi pada keluarga (faktor genetik), stroke, dan demensia.
Pengobatan dan Pencegahan Epilepsi
Epilepsi tidak dapat disembuhkan. Meski demikian, dokter dapat memberikan obat
antikejang, seperti asam valproate, lamotrigine, dan topiramate, untuk mengurangi frekuensi
kejang. Jika pemberian obat-obatan tidak cukup efektif, dokter dapat merekomendasikan
operasi.
Penderita gangguan kesehatan tertentu dapat menurunkan risiko terkena epilepsi dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga, dan tidak merokok. Sementara pada
ibu hamil, rutin memeriksakan kandungan bisa mengurangi risiko terjadinya epilepsi pada
bayi setelah dilahirkan.
5. Asma
Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak akibat
peradangan dan penyempitan pada saluran napas. Asma dapat diderita oleh semua golongan
usia, baik muda maupun tua.
Penyebab dan Gejala Asma
Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa hal yang kerap menjadi
pemicu asma, yaitu:
• Asap rokok
• Debu
• Bulu hewan
• Udara dingin
• Infeksi virus
• Paparan zat kimia
Pengobatan dan Pencegahan Asma
Pengobatan asma dapat akan disesuaikan dengan kondisi pasien. Tujuannya adalah untuk
meredakan gejala asma, mencegah kekambuhan gejala, serta mengurangi pembengkakan dan
penyempitan pada saluran pernapasan. Metodenya bisa berupa pemberian obat-
obatan berupa inhaler asma, nebulisasi, obat minum atau operasi.
Meski sulit dicegah, ada upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya serangan
asma, antara lain dengan:
• Menjalani vaksinasi influenza dan pneumonia secara teratur
• Mengetahui pemicu munculnya gejala asma dan menghindarinya
• Melakukan pemeriksaan ke dokter bila gejala tidak juga membaik setelah menjalani
pengobatan

7. Pingsan
Pingsan adalah hilang kesadaran sementara yang terjadi secara tiba-tiba selama beberapa
detik atau menit. Kondisi ini dapat diawali dengan pusing, mual, penglihatan kabur, atau
pendengaran terganggu, kemudian berlanjut menjadi hilang kesadaran hingga terjatuh.
Penyebab Pingsan
Umumnya, pingsan terjadi karena tekanan darah menurun secara tiba-tiba sehingga aliran
darah dan suplai oksigen ke otak berkurang. Sejumlah kondisi yang dapat memicu pingsan
adalah stres, ketakutan, cuaca yang terlalu panas, sengatan listrik (kesetrum), dan perubahan
posisi secara tiba-tiba.
Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami pingsan,
yaitu:
• Menderita gangguan pada sistem saraf otonom
• Memiliki penyakit jantung, seperti aritmia, penyempitan katup jantung, atau kelainan pada
struktur jantung
• Mengalami penurunan kadar gula darah (hipoglikemia)
• Menderita diabetes atau penyakit yang bisa memengaruhi sistem saraf, seperti
malnutrisi, kecanduan alkohol, dan amiloidosis
• Mengalami hiperventilasi akibat bernapas terlalu cepat, karena merasa panik atau cemas
• Mengonsumsi obat-obatan yang bisa memengaruhi tekanan darah, seperti obat hipertensi,
dan obat untuk gangguan kecemasan
Gejala Pingsan
Sebelum pingsan, biasanya akan muncul gejala awal berupa:
• Mengantuk
• Menguap
• Terlihat pucat
• Pusing dan seperti melayang
• Mual, cemas, bernapas dengan cepat, dan berkeringat dingin tiba-tiba
• Pandangan kabur atau berkunang-kunang
• Pendengaran terganggu atau mendengar dengan samar-samar
• Linglung dan tubuh limbung, terutama ketika berdiri
• Tubuh terasa lemah
• Telinga berdenging
• Jantung berdebar
• Sakit kepala
Pengobatan Pingsan
Penanganan pingsan akan disesuaikan dengan penyebabnya. Tindakan yang diberikan
bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke otak agar kebutuhan oksigen pasien tercukupi.
Jika Anda merasakan gejala-gejala awal pingsan, coba baringkan tubuh dengan nyaman dan
angkat kaki sedikit lebih tinggi dari kepala.
Bila Anda melihat seseorang pingsan, segera cari pertolongan medis ke dokter atau rumah
sakit. Sambil menunggu bantuan medis datang, lakukan pertolongan pertama seperti berikut:
• Bawa penderita ke tempat aman dengan posisi tetap berbaring dan pastikan posisinya
nyaman.
• Bangunkan penderita dengan menggoyang tubuhnya, memanggilnya dengan suara yang
cukup keras, atau memberikan rangsang nyeri, misalnya dengan mencubit atau meletakkan
handuk dingin di wajah atau lehernya.
• Periksa apakah penderita bernapas dan apakah ada sumbatan di saluran pernapasannya.
• Segera lakukan resusitasi jantung paru atau CPR jika penderita tidak menunjukkan
kemampuan bernapas atau mengalami henti jantung
• Longgarkan pakaian atau aksesori penderita yang terlalu ketat, seperti kerah baju dan ikat
pinggang.
• Jika memungkinkan, bawa penderita ke ruangan yang sejuk atau memiliki sirkulasi udara
yang baik.
• Hindari memberikan makanan atau minuman apa pun ketika pasien tidak sadar penuh,
karena berisiko menyebabkan tersedak.
• Bungkus penderita dengan selimut bila kulitnya terasa dingin saat disentuh.
Jika penderita sudah mulai sadar, berikan pertolongan dengan cara:
• Biarkan penderita tetap berbaring, lalu tunggu sekitar 10–15 menit sebelum
memperbolehkannya untuk duduk atau berdiri.
• Berikan penderita minuman atau makanan secara perlahan, terutama bila ia belum makan
dalam 6 jam terakhir atau menderita diabetes.
• Temani penderita sampai ia benar-benar sadar.

Anda mungkin juga menyukai