NIM : A1C422059
SISTEM PENCERNAAN
Apendiks sendiri merupakan rumah bagi banyak bakteri dalam jumlah normal. Namun,
jika terjadi blokir, bakteri dapat berkembang secara berlebihan, menyebabkan inflamasi dan rasa
nyeri. Usus buntu bisa meradang, menyebabkan kondisi yang disebut radang usus buntu, yang
biasanya disebabkan oleh penyumbatan seperti fekalith, benda asing, pertumbuhan folikel
limfoid, atau infeksi.
Saat terjadi penyumbatan, tekanan dalam usus buntu meningkat, menyebabkan nyeri dan
peradangan. Apendisitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, tumor, parasit,
atau benda asing seperti batu. Nyeri yang terkait dengan apendisitis disebabkan oleh blokir di
apendiks yang menyebabkan inflamasi.
Cara pencegahan penyakit peradangan usus buntu ini dapat dilakukan dengan :
https://youtu.be/yKs4mdaxP1U?si=ltNQAfUub5yNtZXd
HEMOFILIA
Hemofilia merupakan gangguan pada sistem pembekuaan darah yang langka. Kondisi ini
terjadi ketika tubuh kekurangan protein tertentu yang dibutuhkan dalam proses pembekuaan
darah. Seseorang yang mengidap penyakit ini biasanya ditandai dengan gejala perdarahan yang
sulit berhenti. Selain itu, gejala hemofilia juga bisa ditandai dengan:
3. Kesemutan.
4.Rasa serta rasa nyeri ringan pada siku, lutut, dan pergelangan kaki
Penyebab utama hemofilia merupakan masalah pada gen, alias mutasi genetik yang
membuat tubuh tak cukup memiliki faktor pembekuan tertentu. Hemofilia merupakan penyakit
keturunan yang diwarisi lewat mutasi pada kromosom X. Oleh sebab itu pria cenderung menjadi
pengidap, sementara wanita cenderung menjadi pewaris atau pembawa mutasi gen tersebut.
Untuk pengobatan penyakit berfokus pada penggantian protein yang hilang dan
mencegah komplikasi. Ini biasanya berupa pemberian atau penggantian faktor pembekuan darah
yang terlalu rendah atau hilang. Penyakit ini termasuk penyakit genetik atau diturunkan dari
orang tua, bisa jadi sulit untuk mencegah hemofilia. Namun, pengidap hemofilia diharuskan
mengikuti beberapa tindakan pencegahan untuk menjalani hidup sehat, seperti:
2.Rawat persendian dengan berolahraga untuk mengurangi beban kerja pada persendian.
6.Menjalani tes rutin untuk infeksi, terutama infeksi yang ditularkan melalui darah,
setidaknya setiap tahun.
https://youtu.be/2jVpFPaq_6o?si=xtOzWZ2osCHFnqPq
SISTEM PERNAPASAN
ASMA
Asma adalah kondisi pernapasan kronis di mana saluran udara di paru-paru meradang dan
menyempit, menyebabkan sesak napas, tekanan di dada, dan batuk. Pada orang yang menderita
asma, saluran udara ini meradang, menyempit, dan menjadi lebih sensitif terhadap zat-zat
tertentu. Serangan asma terjadi ketika saluran udara bereaksi terhadap zat-zat ini. Selama
serangan, otot halus berkontraksi, menyempitkan saluran udara, membuatnya lebih sempit,
sekresi lendir juga meningkat, yang lebih lanjut menghalangi saluran udara.
Faktor yang menyebabkan serangan asma secara umum meliputi alergen, seperti serbuk
sari, bulu hewan, debu rumah, sulfida dalam makanan yang diawetkan; iritan seperti asap rokok,
bahan kimia industri, debu, bahan kimia rumah tangga; obat-obatan seperti aspirin, beta-blocker;
aktivitas fisik dan olahraga
1. Identifikasi Pemicu Asma: Kenali faktor-faktor yang memicu serangan asma Anda. Ini
bisa melibatkan tes alergi untuk mengidentifikasi alergen tertentu atau memantau
lingkungan untuk menghindari iritan udara seperti asap rokok atau polusi.
2. Pengelolaan Alergi: Jika alergi memicu asma Anda, upayakan mengelola alergi tersebut.
Ini mungkin melibatkan penggunaan obat antialergi, membersihkan rumah dari alergen,
atau menghindari situasi yang dapat memicu alergi.
3. Gunakan Obat Asma Sesuai Petunjuk: Jika Anda diresepkan obat asma, pastikan
untuk menggunakannya sesuai petunjuk dokter. Ini termasuk penggunaan obat pencegah
dan pengontrol asma secara teratur.
4. Menghindari Asap Rokok dan Lingkungan Berbahaya Lainnya: Hindari asap rokok,
baik sebagai perokok aktif maupun pasif. Juga hindari paparan terhadap polusi udara dan
zat-zat kimia berbahaya.
5. Jaga Kebersihan Lingkungan: Pastikan rumah Anda bersih dari debu, tungau, dan bulu
hewan. Gunakan alat penyaring udara jika diperlukan.
6. Vaksinasi: Terima vaksinasi yang dianjurkan, terutama vaksin influenza, untuk
mengurangi risiko infeksi virus yang dapat memicu serangan asma.
https://youtu.be/CUuQWjOKTG8?si=g30c1fsb7rNE3nxe
SISTEM EKSRESI
DIABETES MELLITUS
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan di mana tubuh mengalami kesulitan dalam
mengatur tingkat glukosa dalam darah. Secara umum, setelah mengonsumsi makanan, tubuh
akan mengurai gula dari makanan tersebut untuk dijadikan sebagai sumber energi. Proses ini
melibatkan hormon yang dikenal sebagai insulin, yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas kita.
Namun, pada penderita diabetes, produksi insulin tidak mencukupi, sehingga mengakibatkan
peningkatan kadar gula dalam darah.
Diabetes terbagi menjadi dua tipe, yakni Tipe 1 dan Tipe 2.
1. Diabetes Tipe 1: Jenis ini merupakan penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh
menyerang organ-organ tubuhnya sendiri. Dalam kondisi ini, tubuh tidak akan
menghasilkan insulin sama sekali.
2. Diabetes Tipe 2: Pada jenis diabetes ini, tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah
yang cukup atau sel-sel tubuh penderita diabetes Tipe 2 tidak merespons insulin dengan
normal.
Pada penyakit gula tipe 1, gangguan ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang
biasanya menyerang virus atau bakteri berbahaya lainnya, malah menyerang dan
menghancurkan sel penghasil insulin. Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak
dapat memproduksi insulin sehingga gula yang seharusnya diubah menjadi energi oleh
insulin, menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam darah.
Penyakit gula tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal. Tetapi, insulin tidak
dapat digunakan tubuh secara normal. Kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin.
Terapi insulin menjadi salah satu pengobatan yang bisa dilakukan oleh pengidap kondisi
ini, baik tipe 1 maupun tipe 2. Bahkan, pada diabetes tipe 1 yang cukup berat, transplantasi
pankreas dapat menjadi pilihan guna mengatasi kerusakan pada pankreas.
Sedangkan pada pengidap diabetes tipe 2 akan diberikan beberapa jenis obat-obatan.
Namun, umumnya ada beberapa perawatan yang harus dilakukan untuk menurunkan risiko
diabetes, seperti:
Menerapkan pola makan sehat dan rutin melakukan aktivitas fisik atau berolahraga secara
rutin.
Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.
Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.
Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi.
https://youtu.be/fL581YBsCk0?si=XxQFqvEFzJSf7d6y
SISTEM KOORDINASI
MENINGITIS
Meningitis adalah peradangan pada lapisan selaput yang melapisi otak dan sumsum
tulang belakang. Lapisan ini terdiri dari tiga bagian: dura, arachnoid, dan pia mater. Biasanya,
meningitis mempengaruhi lapisan arachnoid, ruang subarachnoid, dan pia mater yang berisi
pembuluh darah yang menyuplai otak.
Meningitis bisa disebabkan oleh berbagai organisme, virus, baktei, jamur, aseptic dan
biasanya penyebabnya bisa berbeda tergantung pada kelompok usia. Organisme penyebab sering
kali masuk ke sistem saraf pusat melalui berbagai cara, seperti menyebar melalui aliran darah,
mengganggu sawar darah-otak, atau menyebar langsung melalui hidung, tenggorokan, atau
telinga setelah infeksi di tempat lain.
Perawatan untuk meningitis bakterial mencakup antibiotik dan steroid untuk mengurangi
peradangan. Pasien memerlukan pemantauan ketat dan pengobatan yang sesuai. Ada juga vaksin
yang tersedia untuk melindungi dari jenis meningitis yang umum terjadi.cara terbaik mencegah
penyakit meningitis adalah dengan melakukan:
1.Melakukan vaksinasi
2.Tidak berbagi pinjam barang seperti alat makan, gelas, botol air, sedotan, sikat gigi, lipstick
dan lain lain.
SISTEM IMUN
Gejala lupus bervariasi tergantung pada organ yang terpengaruh, termasuk kelelahan,
demam, sakit kepala, nyeri sendi, kekakuan sendi, nyeri otot, ruam kulit (termasuk "ruam
malar"), anemia, sesak napas, kebingungan, mual, sakit perut, dan masalah kencing.
Secara umum, penyebab lupus adalah kelainan pada sistem imun yang menyerang
jaringan atau sel sehat dalam tubuh. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya:
1. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko lupus adalah paparan racun, seperti
merkuri, asap rokok, dan gel natrium silika. Beberapa zat tersebut dapat memicu peradangan dan
mendorong terbentuknya autoantibodi yang menyerang sel tubuh sendiri.
2.Hormon
Wanita biasanya lebih rentan mengalami lupus dibandingkan pria karena lebih banyak
menghasilkan dan menggunakan hormon estrogen atau disebut juga hormon “immuno-
enhancing.” Hormon tersebut membuat wanita mempunyai sistem kekebalan lebih kuat. Tetapi,
hal ini justru akan menjadi bumerang ketika antibodi berubah menjadi autoantibodi dan
menyerang sel tubuh, sehingga penyakit autoimun lebih rentan terjadi pada perempuan.
3.Genetik
Tak jarang orang-orang yang memiliki riwayat keluarga terkena lupus mendapatkan hasil
positif saat tes DNA autoimun.
https://youtu.be/6kmyrshP-fo?si=Li1heyngn1ScoxaU