Anda di halaman 1dari 12

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Derminasi Tanaman Daun Mimba

Determinasi tanaman daun mimba dilakukan pada tanggal _____ di

laboratorium Kimia Stikes Serulingmas Cilacap dan dilaksanakan di Desa Sidamukti

adapun daun mimba diperoleh dari toko online. Hasil determinasi menunjukkan

bahwasannya sampel tanaman yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

tanaman daun mimba dari (Azadirachtas indica A. Juss), seperti di lampiran 2.

B. Uji Fitokimia Rebusan Daun Mimba

Uji fitoimia dimaksudnkan untuk mengidentifikasi kandungan kimia dalam

rebusan daun mimba sebagai langkah awal untuk mengetahui komponen bioaktif yang

terkadung, sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut (Dian Puspitasari, 2018). Uji

fitokimia dilakukan dengan metode tetes yang meliputi uji alkaloida, uji flavonoida,

uji terpenoid, uji steroid, uji saponim, uji tannin, uji minyak atsiri, uji glikosida, dan

uji fenos.

Senyawa fitokimia yang terdeteksi pada rebusan daun mimba meliputi uji

alkaloida, uji flavonoida, uji terpenoid, uji steroid, uji saponim, uji tannin, uji minyak

atsiri, uji glikosida, dan uji fenos. Rudiana (2018) menjelaskan bahwasannya ekstrak

n-heksana positif mengandung senyawa flavonoid, terpenoid dan steroid, sedangkan

ekstrak etil asetat mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid,

fenolik, tanin dan polifenol positif terkadnung pada ekstrak metanol daun C. odollam.

Adapun hasil uji fitokimia dari rebusan daun mimba (Azadirachtas indica A. Juss)

dapat dilihat pada tabel 4.1 :


16

Tabel 4.1 : Hasil Uji Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Rebusan Daun Mimba
(Azadirachta indica.A. Juss.)

Uji Hasil Keterangan Hasil


No
Fitokimia Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah +/-

Larutan Larutan
berwarna berwarna
1 Uji Alkaloid
kuning tanpa merah bata -
endapan tanpa
endapan

Kuning Kuning
2 Uji Flavonoida
pudar intensif +

Larutan
Uji Berbentuk
berwarna
3
Triterpenoid kuning tanpa
cincin
kecoklatan
+
cincin
kecoklatan

Larutan
berwarna Tanpa
4 Uji Steroid kuning tanpa berbentuk -
berbentuk cincin merah
cincin merah

Larutan Larutan
5 Uji Saponin berwarna
kuning tanpa
berwarna
kuning pudar
+
buih buih
16

Larutan Larutan
6 Uji Tanin berwarna
kuning
berwarna
kehijauan
+

Uji Minyak Larutan


Larutan
7
Atsiri
berwarna
kuning
berwarna +
merah

Berbentuk
Larutan
cincin
8 Uji Glikosida berwarna
kuning
berwarna +
hitam

Larutan
Larutan
berwarna
9 Uji Fenol berwarna
kuning
hijau +
kehitaman

Sumber : Data primer, diolah 2022

Keterangan : + = Positif

- = Negatif

1. Pengujian Alkaloida

Pengujian senyawa alkaloida terlebih dahulu dipanaskan dengan HC1 1%.

Penambahan HCI bertujuan agar terbentuk garam alkaloid yang mudah larut

dalam air, sehingga mampu bereaksi dengan pereaksi Drangendroff dan Mayer

(Wahidah, 2018). Hasil yang diperoleh dalam reaksi ini negatif mengandung

alkaloid dimana sebelum adanya campuran larutan berwarna kuning tanpa

endapan, sedangkan setelah ada campuran larutan akan berubah berwarna merah
16

bata tanpa endapan, hal tersebut diprediksi karena senyawa alkaloid yang terdapat

dalam rebusan daun mimba (Azadirachta indica A. Juss.) telah rusak pada suhu

100oC.

Penelitian (Baswa et al., 2001) aktivitas daun mimba mampu menghambat

pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesisi membran sel bakteri, senyawa

alkaloida yang terkandung dalam daun mimba diduga mempunyai aktivitvitas

anti bakteri. Sejalan dengan (Juliantina et al., 2009) senyawa alkaloida

mempunyai mekanisme penghambatan dengan cara mengganggu komponen

penyusun peptidogikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak

berbentuk secara utuh dan menyebablkan kematian pada sel tersebut.

2. Pengujian Flavonoida

Pengujian senyawa flavonoida yang terkandung dalam rebusan daun mimba

(Azadirachta indica A. Juss.) mempunyai hasil positif dengan adanya perubahan

warna yang lebih intensif setelah diuapi amoniak, hal tersebut dikarenakan

flavonoida sebelum adanya pengujian berwarna kuning pudar, setelah dilakukan

pengujian berwarna kuning intensif. Hasil uji kandungan (Jannah et al., 2017)

senyawa flavonoida pada rebusan daun mimba terbukti positif ditandai dengan

adanya perubahan warna hijau-biru pada larutan setelah penambahan asam

asetatan hidrida dan asam sulfat pekat. Menurut (Yuliastuti et al., 2019) reduksi

dengan ammonia akan menghasilkan warna kuning pada flavonoida.

Penelitian (Pandey et al., 2014) menyetakan kegunaan ekstrak daun mimba

mempunyai aktivitas antioksida. Senyawa antioksi pada daun mimba berperan

dalam menangkal radikal bebas terhadap kerusakan sel dan jaringan jenis

flavonoid kuersetin, kaempferol, rutin, seta apigenin, dimana beberapa senyawa

tersebut mempunyai aktivitas antikanker. Penelitian (Okarter, 2012) lainnya


16

menjelaskan aktivitas flavonoid pada daun mimba mampu menghambat

pertumbuhan fungi dan mikroba seperti Lactobacillus sp. Serta adanya senyawa

flavonoid yang terdapat dalam daun mimba.

3. Pengujian Terpenoid

Pengujian senyawa terpenoid pada ekstrak air dan etanol daun mimba

yaitu dengan mengambil 2 ml masing-masing ekstrakdan kemudian

menambahkan reagen Liebermann-Burchad yaitu campuran antara HC1 pekat

dengan H2SO4 pekat. Analisis tersebut berdasarkan kemampuan senyawa

terpenoid membentuk warna oleh H2SO4 pekat dalam pelarut asam klorida

(Ergina et al., 2014). Hasil uji kandungan senyawa terpenoid pada rebusan daun

mimba terbukti positif ditandai dengan adanya perubahan yang sebelumnya

larutan berwarna kuning tanpa cincin kecloklatan selanjutnya berubah dalam

bentuk cincin kecoklatan. Menurut Sanggi hasil positif diberikan pada sampel

yang membentuk warna merah jingga pada senya terpenoid (Malangngi et al.,

2012).

Senyawa yang terkandung dalam daun mimba adalah senyawa sejenis

glokosida flawonoid dengan aglikon quersetin yang sifatnya sebagai insektisida

alkaloid, tannim, saponim, fenolik dan triter ponoid. Senyawa tersebut berfungsi

sebagai zat antifeedant dan repellent mempengaruhi mempengaruhi kinerja

pencernaan pada hama dan serangga. Tanaman mimba baik biji dan daun,adalah

senyawa golongan terpenoid azadirachtim, diyakini mempunyai daya bunuh

tehadap serangga dan kutu kebul (Rukmana, 2002). Terpen atau terpenoid aktif

terhadap bakteri, fungi, virus, dan protozoa. Triterpenoid betulinicacid

merupakan salah satu dari terpenoid telah memperlihatkan efek menghambat

HIV. Mekanisme kerja terpen belum diketahui dengan baik dan dispekulasi
16

terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik (Setiawan &

Supriyadi, 2014).

4. Pengujian Steroid

Pengujian senyawa streroid pada ekstrak air dan etanol daun mimba yaitu

dengan mengambil 2 ml masing-masing ekstrakdan kemudian menambahkan

reagen Liebermann-Burchad yaitu campuran antara HC1 pekat dengan H 2SO4

pekat. Analisis tersebut berdasarkan kemampuan senyawa streroid membentuk

warna oleh H2SO4 pekat dalam pelarut asam klorida (Ergina et al., 2014). Hasil

uji kandungan senyawa steroid pada rebusan daun mimba menghasilkan nilai

negatif dimana larutan yang awalnya berwarna kuning tanpa adanya bentuk

cincin merah, begitu juga setelah dicampurnya larutan masih tetap seperti

semula yaitu tanpa adanya bentuk cincin merah. Hasil ini di identifikasi

fitokimia melalui tes biokimia kualitatif senyawa aktif steroid memiliki hasil

negatif pada tanaman daun mimba (Apra et al., 2021).

Kekuatan dari daun mimba azadirhactin mengandung steroid yang sangat

potensial dikembangkan sebagai insektisida alami, dimana daun mimba dapat

dikatakan efektif mengendalikan serangga parasit pada bidang pertanian,

peternakan, veteriner dan kesehatan masyarakat. Dilaporkan ekstrak daun

mimba 2% mampu membunuh populasi kutu kebul pada daun A. gossypii

sampai 89,9% pada tanaman nilam (Merdana et al., 2020). Biji dan

daun mimba mengandung empat senyawa kimia alami yang aktif sebagai

pestisida, yaitu azadirachtin, salanin, meliatriol dan nimbin. Ekstrak daun,

bunga dan biji mimba dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis

hama, misalnya kepik pengisap buah, ulat jengkal, kutu kebul, kutu aphis,

wereng, dan kutu beras, serta larva nyamuk (Larva, 2020).


16

5. Pengujian Saponin

Pengujian senyawa saponim larut dalam pelarut polar seperti air.

Sedangkan etanol dan methanol adalah pelarut semi polar sehingga saponin

dalam daunmimba dapat terekstrak. Pada uji ini, 10 mL ekstrak sampel

ditambah 5 mL akuades, kemudian dikocok hingga berbusa. Hasil uji

kandungan senyawa saponin pada rebusan daun mimba terbukti positif ditandai

dengan adanya perubahan yang sebelumnya larutan berwarna kuning tanpa buih

selanjutnya larutan berwarna kuning pudar buih. Saponin adalah senyawa aktif

permukaan yang kuat dan menimbulkan busa, jika dikocok dengan air.

Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Saponin merupakan senyawa

glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu

senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula

(glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok yaitu

Saponin triterpenoid dan saponin steroid. Kedua jenis saponin ini larut dalam air

dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter (Robinson, 1995).

Daun mimba mengandung senyawa yaitu saponin,. Zat adiktif dalam

flavonoid yang terkandung paling banyak pada daun mimba adalah quercetin

dan quercitrin. Senyawa kandungan dari mimba yaitu azadirachtin, salanin,

meliantriol, nimbin dan nimbidin mempunyai mekanisme sebagai pembunuh

hama yaitu dengan menurunkan nafsu makan, mengganggu proses

metamorfose, menghambat pertumbuhan dan reproduksi sehingga hama mati

secara perlahan (Handayani et al., 2012). Senyawa saponin merupakan senyawa

glikosida kompleks dengan berat molekultingi yang dihasilkan terutama oleh

tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri (Robinson, 1995).

6. Pengujian Tannin
16

Pengujian senyawa tannin akan mudah larut dalam air dan tahan terhadap

pemanasan, sehingga apabila dilarutkan dalam air panas akan menyebabkan

kelarutanya semakin besar dan meningkat (Dian Puspitasari, 2018). Hasil

skrinning fitokimia dan spektrofotometer infra merah daun mimba mengandung

senyawa metabolit sekunder sebagai antibakteri karena memberikan hasil uji

positif pada senyawa tanin. Hasil uji kandungan senyawa tannin pada rebusan

daun mimba terbukti positif ditandai dengan adanya perubahan yang

sebelumnya larutan berwarna kuning, selanjutnya larutan berubah berwarna

kehijauan (Rohma, 2011). Pengujian daun mimba yang dilakukan (Ruwandha et

al., 2021) dengan diteteskan 4 tetes larutan ferric chloride pada 1 ml ekstrak

daun mimba, dan ditunggu hasilnya apabila terbentuk warna hijau ataubiru

kehitama maka menunjukkan adanya senyawa tanin.

Penelitian (Handayani et al., 2012) menunjukkan bahwa serbuk daun

mimba pada fraksi etil asetat memiliki fraksi teraktif antibakteri terhadap

S.epidermidis, B.cereus, dan S. flexneri. Sedangkan menurut (Jayaraman et al.,

2014) senyawa aktif yang diduga memiliki aktivitas antibakteri adalah

flavonoid, tanin dan saponin, dan belum ada penelitian tentang apakah senyawa

tannin dalam daun mimba dapat digunakan sebagai antibakteri. Ekstrak daun

mimba akan menghambat pertumbuhan bakteri enterococcus faecalis yang

disebabkan oleh kandungan senyawa kimia polyphenol, flavonoid, tannin,

alkaloid, saponin dan terpenoid yang terkandung didalam daun. Tannin akan

menghambat metabolisme sel, mengganggu sintesa dinding sel protein dengan

mengganggu aktivitas enzim (Sayekti et al., 2016).

7. Pengujian Minyak Atsiri


16

Pengujian minyak atsiri dilakukan dengan metode destilasi uap. Daun

yang telah dikeringkan dan dihaluskan dimasukkan sebanyak 300 gr dan 100 gr

ke dalam labu alas bulat. Labu alas bulat tersebut kemudian diisi aquadest lalu

dipanaskan menggunakan mantel hot dengan suhu 80ºC selama 5 jam. Minyak

atsiri yang diperoleh masih tercampur dengan air sehingga dilakukan pemisahan

dengan menggunakan corong pisah (Wati et al., 2015). Hasil uji kandungan

minyak atsiri pada rebusan daun mimba terbukti positif ditandai dengan adanya

perubahan yang sebelumnya larutan berwarna kuning, selanjutnya larutan

berubah berwarna merah (Rohma, 2011).

Terdapat beberapa jenis bagian tanaman yang mampu menghasilkan senyawa

metabolit sekunder dan memiliki sifat antibiosis sehingga akan berpengaruh buruk

kepada hama atau serangga. Daun mimba selain mengandung senyawa bioktif

azadirachtin, meliantriol, salanin dan nimbin. juga mengandung minyak atsiri,

alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan antrakuinon (Ervinatun et al., 2018).

Pengaruh mortalitas pada daun mimba terhadap mortalitas C. binotalis

disebabkan adanya senyawa aktif, yaitu senyawa azadirachtin, menurut

(Sumaryono et al., 2013) bahwa senyawa dari kandungan daun mimba tidak

membunuh serangga secara langsung tetapi mekanisme kerjanya menurunkan

nafsu makan dan menghambat pertumbuhan dan reproduksi.

8. Pengujian Glikosida

Pengujian senyawa glikosida bersifat menyerupai sabun (basah), larut

dalam air, dan dapat dijadikan insektisida dengan cara kerja mengganggu

penyerapan makanan serta menurunkan aktivitas enzim. Hasil uji kandungan

senyawa glikosida pada rebusan daun mimba terbukti positif ditandai dengan

adanya perubahan yang sebelumnya larutan berwarna kuning, selanjutnya

larutan berbentuk cincin berwarna hitam. Timbulnya buih dalam senyawa


16

glikosida, bahwasannya senyawa tersebut mampu membentuk buih dalam air

yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya. glikosida yang bersifat

menyerupai sabun (basa), larut dalam air, dan dapat dijadikan insektisida

dengan cara kerja mengganggu penyerapan makanan serta menurunkan aktivitas

enzim. Untuk mengetahui golongan glikosida perlu dilakukan dengan cara uji

pendahuluan yang berupa uji indeks dan reaksi warna.

Senyawa glikosida kompleks dengan berat molekultingi yang dihasilkan

terutama oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri. Hasil

analisis fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun mimba positif mengandung

senyawa saponin, alkaloid, terpenoid, tanin, flavonoid, serta glikosida. Alkaloid,

terpenoid, flavonoid, dan tannin mempunyai aktivitas menghambat makan

serangga, dan beberapa organisme pengganggu tanaman yang dapat

dikendalikan dengan pengaplikasian pestisida ini ialah ulat daun, ulat grayak,

kutu daun, kutu kebul, thrips serta penyakit yang disebabkan oleh jamur

Colletotrichum capsici (Sulainsyah et al., 2019).

9. Pengujian Fenol

Pengujian senyawa fenol dapat dilakukan dari daun mimba sebagai jenis

tumbuhan/ tanaman yang sudah diketahui sebagai insektisida nabati, karena

mengandung senyawa metabolit sekunder seperti golongan alkaloid, steroid,

terpenoid, fenol, flavonoid, dan saponin, Hasil uji kandungan senyawa fenol

pada rebusan daun mimba terbukti positif ditandai dengan adanya perubahan,

dimana sebelumnya larutan berwarna kuning, selanjutnya larutan berubah

berwarna hijau kehitaman. Menurut (Ciptaningsih, 2012) Senyawa fenol

merupakan metabolid sekunder terbesar pada tanaman, yang terdiri dari sebuah

cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenol tersebut
16

berbentuk sederhana hingga struktur kompleks yang rumit seperti tanin dan

lignin flavonoid.

Aktivitas antibakteri yang terdapat dalam daun mimba diduga terdapat

senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, polfenol, saponin dan flavonoid.

Menurut (Aslam et al., 2009) tanaman mimba mengandung berbagai komponen

metabolit sekunder alkaloid dan fenol. Namun, ada perbedaan terkatia jumlah

kandungan senyawa antibakteri yang terdapat dalam setiap bagian tanaman.

Senyawa yang terdapat pada batang mimba mempunyai kandungan antibakteri

yang lebih tinggi dibanding dengan daun mimba, sedangkan menurut

(Ambarwati, 2007) kandungan senyawa antibakteri yang terdapat pada tanaman

mimba banyak terdapat pada biji mimba. Didalam bagian akar, batang, biji,

bunga dan buah sebagian tanaman banyak mengandung senyawa bioaktif seperti

flavonoid, alkaloid, tannin, dan fenol.

C. Uji Efektivitas Rebusan Daun Mimba

Uji efektivitas rebusan daun mimba (Azadirachtas indica A. Juss), dilakukan di

Desa Sidamukti. Penelitian ini dilakukan terhadap 2 kelompok kontrol (Penelitian ini

dilakukan terhadap 2 kelompok kontrol (control sehat dan kontrol positif ) dan 3

kelompok perlakuan (PI, PII, dan PIII), dimana pada setiap kelompok perlakukan dan

kelompok kontrol dilakukan replikasi sebanyak 3x. Jumlah kutu kebul pada masing-

masing wadah sebanyak. Uji efektivitas terlihat dari penurunan aktivitas makan dan

mortalitas pada kutu kebul (Besimia tabaci Genn.).

1. Penurunan Aktivtias Makan Hama Kutu Kebul

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada hama kutu kebul, terlihat

dari aktivitas makan yang dilakukan guna untuk mengetahui palatabilitas ulay

yang diamati berdasarkan tingkat penurunan presetase aktivitas makan.


16

Palatabilitas menggambarkan aktivitas makan kutu kebul setelah perlakuan,

ditandai dengan bobot daun yang habis dimakan oleh kutu kebul, selanjutnya

perbandingan dengan bobot daun kontrol sehat. Berikut hasil pengamatan

aktivitas yang disajikan dalam tabel 4.2.

Tabel 4.1 : Hasil Pengamatan Penurunan Aktivitas Makan Kutu Kebul

Jumlah aktivitas makan (gram±SD) Persentase


Perlakuan
Replikasi I Replikasi II Replikasi I Rata-rata
KS 25 25 26 24,6%
PI 20 28 21 19,6%
PII 19 18 20 19%
PIII 17 15 18 16,6%
KP 14 13 15 14%
Sumber : Data primer, diolah 2022

2. Mortalitas Hama Kutu Kebul

Anda mungkin juga menyukai