Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN

PRAKTIKUM ISOLASI DAN STANDARISASI BAHAN ALAM


BAB 2 SKRINING FITOKIMIA DAN KLT
EKTRAKSI TEMULAWAK (Curcumin Xanthorriza Roxb.)

NAMA KELOMPOK: 1.ADILAH ATHTAHIRAH (1042111001)


2. AHMAD IHSAN MUSOFI (104211005)
3. ALLYA KUSUMA DEWI (1042111009)
4. AMANDA MARIADENY (1042111014)
SUBKELOMPOK : G1
TANGGAL PRAKTIKUM:

PROGAM STUDI S1 FARMASI


STIFAR YAYASAN PHARMASI SEMARANG
SEMARANG
2024
BAB 2 SKRINING FITOKIMIA DAN KLT
EKTRAKSI TEMULAWAK (Curcumin Xanthorriza Roxb.)

A.TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan skrining fitokimia dan ujinkromotografi lapis tipis
(KLT) untuk senyawa bahan alam ektraks Temulawak (Curcumin Xanthorriza Roxb.)

B. DASAR TEORI
Bahan alam yang digunakan untuk pengobatan baik dalam obat maupun bahan obat cenderung
meningkat dalam penggunaannya. Peningkatan ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap khasiat dan keamanannya karena penggunaanya tidak tidak lagi hanya berdasarkan
pengalaman empiris secara tradisonal saja, tetapi mendapat dukugan data ilmiah berdasarkan
penelitian. Bahan alam dapat digunakan sebagai jamu, sediaan herbal berstandar dan sediaan
fitofarmaka (Susanti D.R., 2009). Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebagian
besar penduduknya bertumpu pada bidang pertanian. Salah satu komoditas bahan alam andalan
Indonesia yakni temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) (Anggoro et al., 2015).Produksi
temulawak di Indonesia pada tahun 2015 tercatat sebanyak 27.840.185 kg(Anon., 2015).
Temulawak dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional maupun sebagai rempah-rempah.
Temulawak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia seperti menghilangkan rasa nyeri sendi,
menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, antibakteri, dan sebagai antioksidan. Minyak
atsiri dapat dimanfaatkan untuk merangsang pengeluaran cairan empedu yang berfungsi sebagai
penambah nafsu makan dan anti spasmodicum, yaitu menenangkan dan mengembalikan
kekejangan otot (Adipratama, 2009).Temulawak masih sangat berpotensi untuk dikembangkan
karena memiliki bahan aktif kurkumin di dalamnya. Kurkumin termasuk senyawa fenolik yang
memberikan pigmen berwarna kuning yang diperoleh dari rimpang tanaman family Jahe
(Zingiberaceae) (Akramet al., 2010). Kandungan senyawa kimia pada temulawak seperti Alkaloid,
Flavonoid, Triterpenoid, Saponin dan Tanin. Kandungan ini memiliki manfaat untuk antioksidan,
antimikroba, dan antiinflamsi.
Kromatografi adalah metode pemisahan kimia berdasarkan perbedaan distribusi zat dalam fase
padat dan fase gerak. Tujuan kromatografi biasanya untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam
suatu campuran. Pemisahan dengan kromatografi dapat dilakukan dengan mudah dan cepat hanya
dengan menggunakan peralatan yang relatif sederhana (Fasya, 2018). Kromatografi Kertas
merupakan metode analitik yang digunakan untuk memisahkan bahan kimia berwarna, terutama
pigmen. Ini juga dapat digunakan untuk memisahkan warna primer atau sekunder dalam tinta.
Metode ini telah banyak digantikan dengan kromatografi lapisan tipis, tetapi masih tetap
merupakan alat pembelajaran yang baik. Kromatografi kertas dua arah, atau dikenal juga sebagai
kromatografi dua dimensi, melibatkan penggunaan dua pelarut dan memutar posisi 90° pada saat
penggantian pelarut. Metode ini berguna untuk pemisahan campuran senyawa yang kompleks
dengan kepolaran yang hampir mirip. Contohnya adalah pemisahan asam amino. Jika
menggunakan kertas saring, harus kertas saring dengan mutu terbaik. Fasa gerak adalah larutan
pengembang yang dapat bergerak naik pada fasa diam sambil membawa sampel bersamanya
Uji fitokimia merupakan suatu pemeriksaan golongan senyawa kimia yang terdapat pada
simplisia tanaman. Tujuannya untuk menentukan senyawa aktif memiliki efek khasiat atau efek
racun yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan bila di uji dengan sistem biologi. Beberapa sampel
tanaman yang digunakan sebagai uji fitokimia dapat berupa daun, buah, akar, batang dan bunga
(Muthmainnah, 2019). Uji fitokimia dilakukan pada hasil ekstrak temulawak untuk menganalisa
beberapa kandungan senyawa metabolit sekunder, seperti flavonoid, steroid, alkaloid, tanin dan
saponi. Menurut Manongko et al (2020), skrining fitokimia bertujuan untuk melihatada atau
tidaknya senyawa metabolit sekunder pada sampel tanaman. Umumnya uji fitokimiadilakukan
menggunakan beberapa reagen tertentu sesuai fungsinya. Beberapa senyawa yang akan diuji pada
penelitian ini, antara lain flavonoid, alkaloid, steroid, tanin dan saponin.

C. HASIL

1) Reaksi Warna
Golongan Reagen Hasil Positif Hasil Kesimpulan
Senyawa (Pustaka*) Praktikum (positif/negatif)
Fenolik FeCl3 1% Biru Coklat Negatif fenolik
Kehitaman
Flavonoid Serbuk Jingga Kuning Positif
magnesium, Kemerahan, flavonoid
HCl pekat, amil Kuning
alkohol
Tanin Gelatin 1%, Endapan Putih Orange Positif tannin
NaCl 10% Terbentuk
Endapan
Alkaloid Golongan 2 Endapan Endapan Coklat Positif alkaloid
(Wager) Coklat

Golongan 4 Endapan Coklat


(Hager) Endapan Coklat
Saponin Aquadest, HCl Membentuk Tidak Negatif saponin
1% busa membentuk
busa
Steroid dan Liberman Biru atau hijau Ungu Positif
triterpenoid Bauchard (steroid) triterpenoid
Merah ungu
(triterpenoid)
Minyak atsiri Anisaldehid- Biru, hijau, Coklat Negatif minyak
H2SO4 merah, coklat atsiri

Asam Biru Ungu


fosfomolibdat

KMnO4 Warna Coklat


memucat

2) Kromatografi Lapis Tipis


Golongan Rf noda Deteksi Kesimpula
senyawa warna n
(positif/neg
atif)
Visual UV 254 UV 366 Penampak
bercak
Fenolik 0,5875 Kuning Kuning Kuning Coklat hitam Positif
0,975 Kuning Kuning Kuning Coklat hitam
Flavonoid 0,825 Kuning Kuning Kuning Kuning Positif
0,9 Kuning Kuning Kuning Kuning
Tanin 0,7625 Kuning Kuning Kuning Coklat hitam Positif
0,9125 Kuning Kuning Kuning Coklat hitam
Alkaloid 0,7375 Kuning Kuning Kuning Orange Positif
Saponin 0,625 Kuning Kuning Kuning Coklat Negatif
Steroid dan 0,65 Kuning Kuning Kuning Ungu Positif
triterpenoid 0,7875 Kuning Kuning Kuning Orange
Minyak 0,7 Kuning Kuning Kuning Ungu Positif
atsiri 0,9125 Kuning Kuning Kuning Pink
Kurkumin 0,575 Kuning Kuning Kuning Kuning Positif
0,775 Kuning Kuning Kuning Kuning
0,875 Kuning Kuning Kuning Kuning

D. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian skrining fitokimia dan klt pada ekstrak
temulawak. Uji-uji yang dilakukan adalah uji fenolik, flavonoid, tanin, alkaloid, saponin,
steroid dan triterpenoid, minyak atsiri serta kurkumin. Skrining fitokimia adalah cara
mengidentifikasi bioaktif yang belum tampak dalam suatu uji yang dapat memisahkan bahan
alam yang mengandung fitokimia. Skrining fitokimia bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam bahan yang diteliti (Khotimah,
2016).
Pada uji flavonoid ekstrak rimpang temulawak didapatkan hasil positif. Penambahan
logam Mg dan HCl untuk mendeteksi adanya senyawa flavanoid dimana flavanoid akan
bereaksi dengan Mg, setelah penambahan asam klorida pekat terjadi perubahan berwarna
kuning sebab flavanoid mengalami perubahan serapan cahaya ke arah panjang gelombang
yang lebih besar akibat adanya reaksi reduksi oleh HCl.
Pada uji alkaloid ekstrak rimpang temulawak didapatkan hasil positif. Pada pengujian
dengan reagen wagner diperoleh endapan berwarna coklat. Pada pembuatan pereaksi wagner,
iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodide menghasilkan ion I 3- yang berwarna coklat.
Pada uji wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen
pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap.
Pada uji steroid dan triterpenoid ekstrak rimpang temulawak didapatkan hasil positif
triterpenoid. Pada penambahan Liebermann-Burchard (asam asetat anhidrat dan asam sulfat
pekat) membentuk larutan berwarna ungu. Fungsi asam sulfat pekat adalah untuk mereduksi
triterpenoid. Untuk uji yang lainnya didapatkan hasil negatif.
Kromatografi lapis tipis adalah suatu cara pemisahan yang berdasar pada pembagian
campuran dua senyawa dalam dua fase dimana fase gerak bergerak terhadap fase diam. Fase
diam berupa suatu bidang datar. Identifikasi kandungan senyawa menggunakan klt
menggunakan penampak bercak.
Pada pengujian klt fase diam yang digunakan yaitu silika gel 60 F254. Pada uji
kurkumin menggunakan fase gerak berupa kloroform:methanol (95:5). Untuk deteksi yang
dilakukan yaitu sinar tampak dan UV 254, UV 366. Hal yang pertama dilakukan membuat
fase gerak kemudian dimasukkan ke dalam chamber dan biarkan jenuh. Setelah jenuh,
totolkan ekstrak pada plat klt menggunakan pipa kapiler kemudian masukkan ke dalam
chamber yang sudah jenuh. Setelah itu, hasil dideteksi dengan sinar UV dan langsung
dihitung nilai Rf nya. Pada uji ini didapatkan hasil noda 1sebesar 0,575; noda 2 sebesar
0,775 dan noda 3 sebesar 0,875.
E. KESIMPULAN
Pada pengujian skrining fitokimia dan klt ekstrak rimpang temulawak diperoleh hasil
bahwa temulawak positif mengandung fenolik, flavonoid, tanin, alkaloid, terpenoid, minyak
atsiri dan kurkumin

F. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai