Anda di halaman 1dari 3

Suatu kampus negeri yang terkenal, ingin mengadakan pemilihan rektor.

Pemilihan
rektor diselenggarakan setiap 4 tahun sekali. Rektor dipilih dari hasil voting yang didapatkan
dari proses pemilihan. Ada 5 kandidat yang maju dalam memperebutkan posisi sebagai rektor,
yaitu 4 kandidat dari kampus tersebut dan 1 kandidat dari kamus luar. Dari 5 kandidat tersebut
terdiri dari kandidat yang sudah lama (berpengalaman dan sering menjadi pimpinan dari divisi
lain) dan kandidat yang baru (kandidat yang baru menjabat di bagian lain). Karena dalam sistem
pemilihan rektor, kandidat harus mendapatkan lebih dari 50% suara, sehingga pengambilan

suara diambil dari beberapa putaran. Pada putaran 1, dipilih 3 kandidat dengan suara terbanyak
untuk lanjut ke putaran 2. Karena pada putaran masih belum ada yang mendapatkan suara lebih
dari 50%, maka dilanjutkan ke putaran 3 dengan memilih 2 kandidat dengan suara terbanyak. 2

kandidat tersebut dari kandidat yang lama dan yang baru. Pada saat putaran 3, Pihak pemerintah
yang diwakili Dirjen mengikuti pemilihan tersebut dengan mendapatkan otoritas 35% suara dari
total suara. Sehingga, terpilih 1 kandidat yang kurang berpengalaman dibandingkan dengan
kandidat lainnya.

Pertanyaan :

1. Bagaimana pendapat anda ?


2. Bagaimana resiko yang didapatkan dari hasil pemilihan tersebut ?
3. Apakah ada kesalahan dari proses pemilihan tersebut ?

Sebelum menjawab pertanyaan diatas, kita pahami terlebih dahulu kemungkinan kandidat
yang terpilih dari pemilihan tersebut. Apabila Dirjen memiliki otoritas suara 35%, maka
kemungkinan kandidat yang dipilih oleh dirjen hanya memerlukan 15,1 % untuk memenangkan
pemilihan. Dari proses pemilihan tersebut, Apakah mencerminkan sistem demokratis ?

Menurut Aristoteles, Demokrasi adalah sebuah kebebasan setiap warga negara. Kebebasan
tersebut digunakan untuk saling berbagi kekuasaan. Menurut Aristoteles, demokrasi adalah suatu
kebebasan, prinsip demokrasi adalah kebebasan. Hal itu karena hanya melalui kebebasanlah,
setiap warga negara dapat saling berbagi sebuah kekuasaan di dalam negaranya sendiri. Menurut
Zeezilia Yusuf, ada 3 kebebasan pada masyarakat demokratis yaitu

1. Kebebasan berpendapat yang berarti bahwa seluruh masyarakat dapat mengekspresikan


pendapatnya mengenai apapun, berpikir mengenai apapun
2. Bebas berekspresi yang berarti bahwa masyarakat dapat mengeskpresikan pendapatnya
dengan cara apapun
3. Masyarakat dapat berkumpul bersama untuk mengemukakan, berdiskusi dan
mempertahankan kepentingan bersama.
Berarti dengan mengaitkan penjelasan demokrasi tersebut, Sistem yang digunakan pada
proses pemilihan rektor tidak menanamkan prinsip demokrasi. Pernyataan ini dikuatkan dengan
hasil penelitian dari Machfudz Hadi Saputra yang berjudul “Kewenangan Menteri Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam pemilihan Rektor di Universitas Lampung,
menyimpulkan bahwa Implementasi Kewenangan suara Menteri 35% dalam Pemilihan Rektor
di Universitas Lampung tidak sesuai dengan prinsip demokrasi dikarenakan adanya
keterlibatan/campur tangan suara Menteri sebesar 35%. Resiko yang didapatkan dari hasil
pemilihan rektor tersebut adalah
1. Rektor yang terpilih tidak fokus kepada kepentingan dan kebutuhan warganya dalam hal ini
sivitas akademika
2. Dapat mengitervensi otonomi kampus karena membuat suara siding senat tertutup dalam
pemilihan rektor hanya memiliki porsi 65 %.

Direktur Dewan Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) Prof Ari
Pubayanto menyampaikan Proses yang seolah-olah bahwa suara Menteri 35 % mengebiri
kebebasan didalam proses pemilihan. Akan tetapi, Jika universitas menghasilkan sosok yang
terbaik, maka siapapun yang dipilih tidak jadi masalah, hanya saja ada oligarki di universitas.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang mungkin ingin mempertahankan kekuasaannya dengan
berbagai cara. Apabila 5 kandidat yang maju dalam pemilihan rektor adalah sosok yang terbaik,
maka suara Menteri yang akan diberikan kepada siapa pun tidak jadi masalah, tetapi pada fakta
nya kandidat yang dipilih adalah kelompok-kelompok tertentu yang tidak disetujui. untuk
mendapatkan calon rektor yang berkualitas, proses pemilihan pemimpin itu hendaknya didorong
dari bawah. Selain itu, ada kriteria-kriteria khusus. Termasuk menelusuri track record yang
bersangkutan. Kalau perlu tanyakan KPK dulu, bersih nggak orang ini. Tanyakan juga ke BIN
dulu bersih nggak. Jadi kalau itu dilakukan prosesnya dilakukan tiga besar yang terpilih saya
pikir siapa pun nanti yang akhirnya menjadi rektor adalah pemimpin-pemimpin terbaik bangsa
ya khususnya pemimpin terbaik universitas tersebut. Sehingga, dari permasalahan tersebut
didapatkan solusi permasalahan dengan menggunakan metode SWOT, yaitu
1. Pemerintah membuat kebijakan tentang pemilihan rektor yang mana hak Menteri
mendapatkan otoritas suara pemilih, agar mendapatkan kandidat yang memiliki visi misi
sejalan dengan pemerintah,
2. Pemerintah membuat visi misi atau kebijakan yang terbaik sehingga siapapun kandidat yang
terpilih, civitas akademika atau pihak yang terkait merasa percaya walaupun 35 % suara
dipegang oleh pihak pemerintahan,
3. Pemerintah harus memberikan keyakinan kepada sivitas akademika atau pihak yang terkait
agar mendapatkan kepercayaan untuk memiliki otoritas dalam memilih rektor dengan cara
memilih kandidat yang sesuai dibidangnya,
4. Pemerintah memberikan kriteria-kriteria khusus kepada kandidat, sehingga hasil dari proses
pemilihan kandidat tersebut mendapatkan orang yang ahli dan berpengalaman.

Anda mungkin juga menyukai