Anda di halaman 1dari 3

DARI ALEKNA DHIKA

pada zaman sekarang banyak sekali yang menyalah gunakan kata taaruf dan salah
anggapan terhadap taaruf terutama generasi gen Z pada saat ini .
mereka banyak sekali yang menolak taaruf sebelum menikah , dan memilih pacaran
sebelum menikah . analogi mereka bahwa taaruf itu seperti "membeli kucing di dalam
karung" , jadi mereka sangat menjauhi hal itu , karena kalau kita tidak saling mengenal
dulu sebelumnya maka akan sangat tidak enak pada saat menjalani hubungan suami istri
.
dan pertanyaan pertanyaan yang muncul pada zaman sekarang,
1. bagaimana kalo dia tiba2 punya sifat ini?
2. bagaimana nanti kalo mereka dari keluarga yang tidak baik?
3. bagaimana kalo misalnya dia mempunyai perilaku yang aneh menurut psikologi ?
setelah muncul pertanyaan pertanyaan tersebut maka mereka lebih mengutamakan
pacaran dari pada taaruf , karena dengan pacaran mereka bisa mengenal satu sama lain
lebih lama , bisa saling mengerti satu sama lain .
tetapi analogi seperti inilah yang harus kita hilangkan , karena analogi itu sungguh
salah.
taaruf itu tidak seperti membeli kucing di dalam karung seperti kata mereka , taaruf itu
lebih dari itu semua .
dan juga yang terjadi pada generasi gen z pada zaman ini mereka menjadikan jalan
taaruf itu sebagai second choice , dan lebih memilih pacaran. maksudnya disini pada
saat pemuda pemudi melakukan hubungan asmara yang cukup lama lalu mereka putus
atau terjadi sesuatu terhadap hubungan itu dan menyebabkan hubungan itu kandas ,
tentunya mereka akan merasakan rasa sedih yang mendalam atau kita menyebutnya
dengan galau. dan setelah itu barulah mereka melakukan taaruf karena sudah merasa
capek dengan hal hal tersebut . disini lah letak kesalah kedua generasi gen z pada zaman
ini . jalan taaruf itu bukan jalan ke 2 setalah datangnya galau ataupun rasa sedih , akan
tetapi taaruf itu jalan utama untuk menuju hubungan yang lebih serius kedepannya.
dan masalah ke 3 yang tidak kalah pentingnya dari 2 masalah diatas yang akan di bahas
pada skripsi ini adalah menyalah gunakan kata taaruf.
seperti yang telah dijelaskan di paragraf pertama , taaruf itu berbeda dengan pacaran ,
dari segi tata cara nya , perantaranya , dan alurnya . di era 4.0 ini banyak sekali
kesalahan dalam melakukan tata cara taaruf , dan kesannya bukan taaruf malah seperti
pacaran karena kalahnya dengan hawa nafsu.
DARI BULE

Taaruf berasal dari ta’arrofu yang artinya menjadi tahu, yang asal akarnya ‘arofa yang
berarti mengenal-perkenalan. Taaruf dalam kamus Mundij fi lughotil ‘arobiyah yaitu
perkenalan sebagian kaum dengan bagian kaum yang lain (Elysia et al., 2021).

Interpretasi taaruf secara bahasa dalam Alquran adalah perkenalan namun makna
tersebut mengalami pergeseran maksud bahwa selain terciptanya manusia berbangsa
dan bersuku, juga terdiri dari kaum Adam dan Hawa yang mana juga dianjurkan untuk
saling mengenal diantara mereka. Jika dikontekskan dengan taaruf tujuannya sebelum
mereka ditakdirkan untuk berjodoh dapat menerima segala kekurangan meleburkan
beban berat yang diterima pasangan tersebut (Amarsayahid, 2019).

Taaruf di era kekinian menjadi salah satu alasan antara akhwat dan ikhwan
berkomunikasi, berbagai macam media digunakan dalam proses taaruf, yaitu saling
berkenalan lewat media sosial seperti whatsup, facebook, instragram dan media soail
lainnya, bahkan media layanan taaruf berbasis online ini bisa kita temui di website ini
bertujuan untuk saling mengenal tanpa batasan jarak dan waktu.

Hal penting yang harus digaris bawahi adalah taaruf bukanlah pacaran, perkara tersebut
merupakan dua hal yang berbeda. Bahkan sekarang ini muncul istilah dengan “Pacaran
Secara Islam”. Sebutan ini datang dikarenakan ada sebagian orang yang ingin
melegalkan berdua-duaan dengan non mahram, dan perkara lainnya yang selalu ada
dalam kegiatan dalam berpacaran. Sehingga, muncullah definisi baru bahwa
taarufadalah nama lain dari pacaran, hanya secara Islami. Hal tersebut adalah salah
besar. Taaruf adalah hubungan yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab disertai
adanya keseriusan untuk segerah menikah dalam jangka waktu yang disepakati.
Sedangkan pacaran bisa dimulai kapan saja, bahkan sejak belum balig, dan
mengakhirinya pun bisa kapan saja.Tidak adanya pula pembicaraan yang serius tentang
pernikahan sejak awal-awal pacaran.

Taaruf menjaga diri dari fitnah karena adanya pendamping, sedangkan pacaran tidak
ada pihak yang mendampingi, sehinggah mudah terjadi fitnah. Sudah jelas dalam
pandangan Islam pacaran erbeda dengan taaruf dan pacaran adalah bagian dari aktifitas
maksiat.

Ta’aruf yang benar sebatas saling mengenal melalui murabbi (pembina liqo). Proses
ta’aruf dilakukan mengikuti prosedur yang sesuai dengan kaidah agama Islam. Pria dan
wanita yang menjalani proses ta’aruf tidak diperkenankan untuk bertemu atau
berkomunikasi langsung, namun tetap melalui proses ta’aruf yang melibatkan perantara.
Ta’aruf merupakan perkenalan sebelum menikah yang biasanya dimediasi oleh seorang
tokoh agama, guru, atau orang yang dipercaya. Agar tidak salah pilih maka yang
menjadi perantara dalam proses taaruf harus orang yang dapat dipercaya dan telah
mengenal calon pasangan dan keluarga dalam konteks aqidah, akhlak, serta kehidupan
sosialnya (Amarsyahid, 2019).

Penguatan aqidah agar lebih lugas mendifinisakan taaruf dan tidak mengidentikkan
taaruf dengan pacaran. Adapun perbedaan pacaran dan taaruf sebagai berikut:
1) Taaruf memprioritaskan hubungan trasendental, dalam agama Islam, Taaruf
merupakan perbuatan mulia karena menjaga kesucian diri dari halhal yang
dilarang agama. Pacaran adalah salah satu perbuatan yang mendekati zina dan
itu dilarang dalam agama Islam.
2) Tujuan taaruf sudah jelas untuk menikah, sedangkan tujuan perilaku berpacaran
variatif.
3) Jangka waktu taaruf maksimal 3 bulan, kalaupun lebih dari itu, biasanya sudah
bukan taaruflagi, melainkan sedang mepersiapkan pernikahan. Berbeda dengan
pacaran yang cenderung tidak pasti.
4) Orang yang sudah berani taaruf, berarti mentalnya sudah siap untuk menikah
karena memang tujuan awalnya adalah untuk menikah. Orang pacaran belum
tentu sudah siap menikah karena tujuan dari pacaran tidak selalu untuk menikah.
5) Berlama-lama menjalin hubungan dengan lawan jenis akan mengotori hati.
Padahal belum tentu akan menikah. Berbeda dengan taaruf yang jangka
waktunya hanya sebentar.
6) Dalam proses menjalankan taaruf, dilarang berbohong dan wajib jujur,
menceritakan diri pelaku taarufapa adanya. Berbeda dengan pacaran, yang
cenderung menonjolkan kabaikan-kebaikan masing-masing selama pacaran.
7) Taaruf menggunakan perantara dalam proses pelaksanaanya dan mempunyai
beberapa kriteria khusus. Hal ini dikarenakan Islam melarang berdua-duaan
dengan selain mahram (khalwat) sehingga adanya perantara membolehkan
terjadinya interaksi sosial tersebut. Berikut adalah hadits tentang dilarangnya
khalwat (berduaan dengan selain mahram) (Salim, 2012).

Salim A Fillah. (2012). Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan,Cet ke 19. Yogyakarta:


Pro-U Media

Elysia, Eda, Chatra, Emeraldy, Arif, Ernita. (2021) Transformasi Makna Ta’aruf di Era
Digital. Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021 ISSN: 2614-7998 (Print), 2614-218X
(Online)

Amarsyahid. (2019). Taaruf Dalam Konteks Modern (Telaah Penafsiran Thahir Ibnu
‘Asyur dalam QS Al-Hujurat Ayat 13). Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin Adab dan Dakwah (Fuad) Institut Agama Islam Negeri Palu (Iain)

Anda mungkin juga menyukai