Anda di halaman 1dari 26

1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada
dinding pembuluh darah yang mengalami peningkatan tekanan darah sehingga
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi tidak bisa sampai ke jaringan yang
membutuhkannya. Hal tersebut mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras
untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Apabila kondisi tersebut berlangsung dalam
waktu yang lama dan menetap akan menimbulkan penyakit hipertensi (Hastuti,
2022).
Seseorang dapat dikatakan hipertensi apabila tekanan darah melebihi batas
normal yaitu 140 mmHg untuk sistol dan 90 mmHg untuk diastol yang dilakukan
sebanyak dua kali pemeriksaan dalam selang waktu 5 menit, serta dalam kondisi
yng rileks. Tekanan darah sistolik merupakan kondisi ketika jantung
berkontaksi/berdetak memompa darah. sedangkan tekanan darah diastol merupakan
kondisi dimana jantung sedang rileksasi (Sari, 2017)
Menurut Joint National Commite 8 mengklasifikasikan hipertensi menjadi
beberapa jenis yaitu:

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National


Commite on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure)
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Klasifikasi
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80

Pre
120-139 80-89
hipertensi

Stadium I 140-159 90-99

Stadium II ≥160 ≥100

(Sumber : Hastuti, 2022)


2. Etiologi
Menurut Junaedi, Yulianti & Rinata (2013) penyebab hipertensi dibagi
menjadi dua faktor sebagai berikut :
2

a. Faktor yang Tidak Bisa Diubah


1) Ras
Di Amerika Serikat, orang berkulit hitam keturunan Afrika- Amerika
paling banyak mengalami hipertensi dibandingkan dengan kelompok ras
lainnya. Penyebab pasti belum diketahui, namun pada orang berkulit hitam
terdapat kadar renin yang lebih rendah dan sensivitas terhadap vasoprenin
lebih besar.
2) Umur
Pertambahan umur mampu meningkatkan risiko terjadinya hipertensi
yang disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan
kadar hormon. Walaupun hipertensi dapat terjadi pada segala umur,
namun paling banyak menyerang pada orang dewasa yang berusia 35 tahun
atau lebih.
3) Keturunan
Riwayat keluarga menjadi salah satu faktor risiko yang cukup besar
dalam terjadinya hipertensi pada seseorang yaitu sebesar 25%. Jika kedua
orang tua menderita hipertensi, maka risiko terkena hipertensi menjadi
semakin besar yaitu 60%.
4) Jenis Kelamin
Diantara orang dewasa dan setengah baya, kaum laki- laki berisiko
lebih tinggi menderita hipertensi. Namun, ketika memasuki usia 55 tahun
hipertensi paling banyak terjadi pada perempuan dimana sebagian besar
telah mengalami menopause.
b. Faktor yang Bisa Diubah
1) Obesitas
Obesitas berpengaruh dalam terjadinya hipertensi. Semakin besar
masa tubuh seseorang, maka akan semakin banyak darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan nutrisi ke sel ataupun jaringan yang
membutuhkan. Obesitas dapat memperpanjang pembuluh darah sehingga
resistensi darah meningkat dan tidak mampu menempuh jarak lebih jauh.
Peningkatan resistensi ini dapat meningkatkan tekanan darah menjadi lebih
tinggi. Selain itu, kondisi ini dapat diperparah akibat sel-sel lemak yang
menghasilkan senyawa yang merugikan kerja pembuluh darah dan jantung.
3

2) Kurang Gerak
Aktivitas fisik yang kurang mampu meningkatkan tekanan darah
menjadi lebih tinggi. Hal ini berkaitan dengan obesitas dan orang yang
memiliki kecenderungan kurang gerak memiliki frekuensi denyut jantung
lenih tinggi, sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras ketika
berkontraksi.
3) Merokok
Kandungan nikotin dalam rokok dapat merusak lapisan dalam
dinding arteri, akibatnya rentang terjadi penumpukan plak. Hal ini dapat
memperberat kerja jantung karena pembuluh darah menyempit sehingga
meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.
4) Sensivitas Natrium dan Kadar Kalium yang Rendah
Asupan natrium dan garam berpengaru terhadap kenaikan tekanan
darah. Sedangkan kalium berfungsi untuk menyeimbangkan jumlah
natrium dalam cairan sel. Jika makanan yang dikonsumsi kurang
mengandung kalium atau tidak mampu mempertahankannya dalam tubuh,
maka jumlah natrium akan meningkat, sehingga tekanan darah akan ikut
meningkat.
5) Konsumsi Alkohol Berlebih
Hamper 20% terjadinya hipertensi diperkirakan terjadi akibat
konsumsi alcohol yang berlebih. Konsumsi dua sampai tiga gelas alkohol
perhari dapat meningkatkan 2x lipat terkena hipertensi.
6) Stress
Aktivitas saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (berselang), sehingga ketika seseorang mengalami stress
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi yang menetap.
3. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak
terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi (Corwin, 2001).
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara
akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas
tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat
kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti refleks
4

kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan


saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan
sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi
kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka
panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ (Corwin, 2001).
Patofisiologi hipertensi primer terjadi melalui mekanisme :
1. Curah jantung dan tahanan perifer
Peningkatan curah jantung terjadi melalui dua cara yaitu peningkatan
volume cairan atau preload dan rangsangan saraf yang mempengaruhi
kontraktilitas jantung. Curah jantung meningkat secara mendadak akibat adanya
rangsang saraf adrenergik. Barorefleks menyebabkan penurunan resistensi
vaskuler sehingga tekanan darah kembali normal. Namun pada orang tertentu,
kontrol tekanan darah melalui barorefleks tidak adekuat sehingga terjadi
vasokonstriksi perifer (Williams et al, 1998).
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama terjadi apabila
terdapat peningkatan volume plasma berkepanjangan akibat gangguan
penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam berlebihan.
Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke
ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan
volume plasma menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga
terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload
biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik (Murni, 2011).
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh
terhadap normalitas tekanan darah. Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi
sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi sel otot
halus berpengaruh pada peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler.
Peningkatan konsentrasi otot halus mengakibatkan penebalan pembuluh darah
arteriol yang dimediasi oleh angiotensin dan menjadi awal meningkatnya
tahanan perifer yang irreversible. (Gray et al, 2005).
Peningkatan resistensi perifer disebabkan oleh resistensi garam (hipertensi
tinggi renin) dan sensitif garam (hipertensi rendah renin). Penderita hipertensi
tinggi renin memiliki kadar renin tinggi akibat jumlah natrium dalam tubuh
5

yang menyebabkan pelepasan angiotensin II. Kelebihan angiotensin II


menyebabkan vasokonstriksi dan memacu hipertrofi dan proliferasi otot polos
vaskular. Kadar renin dan angiotensin II yang tinggi pada hipertensi berkorelasi
dengan kerusakan vaskular. Sedangkan pada pasien rendah renin, akan
mengalami retensi natrium dan air yang mensupresi sekresi renin. Hipertensi
rendah renin akan diperburuk dengan asupan tinggi garam (Chris at al, 2010)
Jantung harus memompa secara kuat dan menghasilkan tekanan lebih
besar untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang menyempit pada
peningkatan Total Periperial Resistence. Keadaan ini disebut peningkatan
afterload jantung yang berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.
Peningkatan afterload yang berlangsung lama, menyebabkan ventrikel kiri
mengalami hipertrofi. Terjadinya hipertrofi mengakibatkan kebutuhan oksigen
ventrikel semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah
lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot
jantung mulai menegang melebihi panjang normalnya yang akhirnya
menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup (Wibowo, 2011).
2. Sistem renin-angiotensin
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan
ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem renin-angiotensin merupakan sistem
endokrin penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh
juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion,
penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik
Mekanisme terjadinya hipertensi melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang
peranan fisiologis penting dalam pengaturan tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi hati, kemudian oleh hormon renin yang
diproduksi ginjal akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida tidak aktif).
Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (oktapeptida sangat aktif) oleh
ACE yang terdapat di paru-paru. Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan
tekanan darah karena bersifat sebagai vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu:
a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin
6

menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume


cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga
meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang berperan penting pada ginjal untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler. Aldosteron mengurangi ekskresi
NaCl dengan cara reabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada akhirnya meningkatkan volume dan tekanan darah.
3. Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska
ganglion ke pembuluh darah, di mana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Sirkulasi sistem saraf simpatis
menyebabkan vasokonstriksi dan dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom memiliki
peran penting dalam mempertahankan tekanan darah.
Hipertensi terjadi karena interaksi antara sistem saraf otonom dan sistem
renin-angiotensin bersama dengan faktor lain termasuk natrium, volume
sirkulasi, dan beberapa hormon.30 Hipertensi rendah renin atau hipertensi
sensitif garam, retensi natrium dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas
adrenergik simpatis atau akibat defek pada transpor kalsium yang berpapasan
dengan natrium. Kelebihan natrium menyebabkan vasokonstriksi yang
mengubah pergerakan kalsium otot polos (Anggi, 2010).
4. Perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah
Perubahan struktural dan fungsional sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah terutama pada usia lanjut.
Perubahan struktur pembuluh darah meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
7

mengakibatkan penurunan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh


darah.23 Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi
endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer (Anggi, 2010).
4. Manifestsi klinis
Menurut Hasututi (2022), Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan berupa :
a. Sakit kepala
b. Jantung berdebar-debar
c. Sesak napas setelah aktivitas berat
d. Mudah lelah
e. Penglihatan kabur
f. Wajah memerah
g. Hidung berdarah
h. Sering buang air kecil, terutama malam hari
i. Telinga berdenging (tinnitus)
j. Dunia terasa berputar (vertigo)
k. Tengkuk terasa berat
l. Sulit tidur
m. Cepat marah
n. Mata berkunang-kunang dan pusing
5. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)

b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
8

4) Gangguan konduksi

c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)
6. Penatalaksanaan medis
1. Penatalaksanaan farmakologis

a. Terapi Tunggal
Penggunaan satu macam obat anti hipertensi untuk pengobatan
hipertensi dapat direkomendasikan bila nilai tekanan darah awal mendekati
nilai tekanan darah sasaran. Menurut JNC-7 nilai tekanan darah awal
mendekati nilai tekanan darah sasaran apabila selisihnya kurang dari 20
mmHg untuk tekanan darah sistolik dan kurang darah sistolik dan kurang
dari 10 mmHg untuk tekanan darah diastolik. Hal ini meliputi penderita
hipertensi tahap 1 dan tekanan darah sasaran<140/90 mmHg.
b. Terapi Kombinasi
Bila menggunakan terapi obat kombinasi, biasanya dipilih obat – obat
yang dapat meningkatkan efektivitas masing – masing obat atau
mengurangi efek samping masing-masing obat. Memulai terapi dengan
kombinasi dua obat direkomendasikan untuk penderita hipertensi tahap 2
atau penderita hipertensi yang nilai tekanan darah sasarannya jauh dari nilai
tekanan darah awal (≥ 20 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan ≥ 10
mmHg untuk tekanan darah diastolik). Contohnya kombinasi obat
hipertensi adalah : ACE inhibitor – kalsium antagonis, ACE inhibitor –
diuretik, ACE inhibitor – beta bloker, beta bloker– diuretik, beta bloker –
kalsium antagonis.
2. Penatalaksanaan non farmakologis

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko


penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan
terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140
mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat
9

antihipertensi (Aspiani, 2016).


Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang
dianjurkan:

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah


pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi


mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat
pada dinding vascular.

3) Diet kaya buah dan sayur

4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.


b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi
beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan
bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif
untuk menurunkan tekanan darah.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
10

jantung. (Aspiani, 2016)


7. Komplikasi
Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi adalah
untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbul jika
penyakit ini tidak disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum terjadi
sebagai berikut:
a. Stroke
Pada penderita hipertensi dapat mengakibatkan stroke yang merupakan
stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau embolisasi
dari jantung dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan
(haemorrhage), yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat
tinggi.
b. Penyakit jantung koroner
Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko
terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian
mendadak), meskipun kekuatan hubungan ini lebih rendah daripada hubungan
antara nilai tekanan darah dan stroke. Kekuatan yang lebih rendah ini
menunjukan adanya factor – factor resiko lain yang dapat menyebabkan
penyakit jantung koroner.
c. Gagal jantung
Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif
menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam
kali lebih besar untuk menderita gagal jantung dari pada penderita tanpa riwayat
hipertensi. Data yang ada menunjukan bahwa pengobatan hipertensi, meskipun
tidak dapat secara pasti mencegah terjadinya gagal jantung, namun dapat
menunda terjadinya gagal jantung selama beberapa decade.
d. Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon kompensasi
terhadap peningkatan afterload terhadap jantung yang disebabkan oleh tekanan
darah yang tinggi. Pada akhirnya peningkatan massa otot melebihi suplai
oksigen, dan hal ini bersamaan dengan penurunan cadangan pembuluh darah
koroner yang sering dijumpai pada penderita hipertensi, dapat menyebabkan
terjadinya iskemik miokard.
e. Penyakit vaskular
11

Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit


vaskular perifer. Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang
diperbesar oleh hipertensi. Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi
atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang berat
seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.
f. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata yang
disebut retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral
retinalfalmshaped haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan
papiloedema. Pada tekanan yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-
kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol –
arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan padangan kabur, dan bukti
nyata pendarahan otak yang sangat serius, gagal ginjal atau kebutaan permanent
karena rusaknya retina.
g. Kerusakan ginjal
Dalam waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan
insufiensi ginjal, kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi
arteri – ginjal kecil. Pada hipertensi yang tidak parah, kerusakan ginjal akibat
arteriosklerosis yang biasanya agak ringan dan berkembang lebih lambat.
Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh
proteinuria.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi
Proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan Keluarga
a. Data Umum
Pengkajian data umum keluarga antara lain :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
12

8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti. Tahap perkembangan keluarga pada kasus ini yaitu keluarga
dengan anak remaja, tugas perkembangannya yaitu :
a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri.
b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak- anak
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing- masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing- masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
13

4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
e. Fungsi keluarga :
1) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi reproduksi, merupakan fungsi untuk menjaga generasi dan
mempertahankan kelangsungan keluarga.
4) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga antara lain:
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
b) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
c) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan
d) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat.
e) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.
f. Stres dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari lima bulan.
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
3) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
14

permasalah
5) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian,
menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. Pada
kasus hipertensi pemeriksaan spesifik yang perlu dikaji yaitu terkait dengan
riwayat keluarga yang menderita hipertensi, riwayat tekanan darah, riwayat
penggunaan obat antihipertensi, adanya keluhan nyeri tengkuk dan
kesemutan/kebas, pola makan serta pola aktivitas.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan masalah
hipertensi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SLKI) (2017)
adalah :
a. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (D.0115) berhubungan dengan
kompleksitas sistem pelayanan kesehatan dan kompleksitas program
perawatan/pengobatan
c. Penurunan koping keluarga (D.0097) berhubungan dengan perubahan peran
keluarga, kurangnya saling mendukung, orang terdekat kurang terpapar
informasi
d. Perilaku kesehatan cenderung berisiko (D.0099) berhubungan dengan kurang
terpapar informasi
e. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (D.0117) berhubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah (keluarga)
f. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan (D.0112)
g. Kesiapan peningkatan pengetahuan (D.0113)
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang direncanakan
oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatan dengan
melibatkan anggota keluarga. Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat
diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan, di antaranya pengetahuan
tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktik
15

keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan


masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih dan membuat
strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi
keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan tingkat
kesehatan lain (Kholifah & Widagdo, 2016). Perencanaan dapat disusun sesuai
dengan diagnosis keperawatan keluarga yang mucul pada kasus hipertensi antara
lain sebagai berikut
16

Tabel 3. Perencanaan
keperawatan

Diagnosis
Tujuan dan Kriteria Hasil Inter ve nsi Keperawatan (SIKI,
Keperawatan
No (SLKI, 2018) 2018) Rasional
(SDKI, 2017)
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Eduk asi Manajemen Nyeri (I.1239) a. Memudahkan informasi masuk
(D.0077) Setelah dilakukan kunjungan ke Observasi : ke klien saat dirinya dalam
berhubungan rumah diharapkan tingkat nyeri a. Identfikasi kesiapan dan kondisi siap
dengan agen menrurun dengan kriteria hasil : kemampuan menerima informasi b. Alat bantu dalam
pencedera a. Kemampuan Teraupetik menyampaikan
fisiologis menuntaskan aktivitas b. Sediakan materi dan pendidikan kesehatan kepada klien
meningkat media pendidikan kesehatan c. Kegiatan terjadwal
b. Keluhan nyeri menurun c. Jadwalkan pendidikan kesehatan memudahkan klien dan pemberi
c. Meringisi menurun sesuai kesepakatan informasi
d. Sikap protektif menurun d. Berikan kesempatan bertanya d. Melatih klien berpartisipasi
e. Gelisah menurun Edukasi : aktif dalam pemberian edukasi

f. Kesulitan tidur menurun e. Jelaskan penyebab, periode, e. Mampu mengelola nyeri secara

g. Frekuensi nadi menurun dan strategi meredakan nyeri mandiri


f. Anjurkan memonitor nyeri f. Mengetahui tingkat nyeri
secara mandiri secara mandiri
g. Anjurkan menggunakan g. Menghindari kelebihan
analgetik secara tepat penggunaan analgetik
h. Ajarkan teknik h. Merangsang hormone endorphin
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
17

untuk mengurangi rasa nyeri

2. Manajemen Manajemen Kesehatan Eduk asi Kesehatan (I.12383) a. Memudahkan informasi masuk
kesehatan Keluarga (L.12105) Observasi : ke klien saat dirinya dalam
Keluarga tidak Setelah dilakukan kunjungan a. Identifikasi kesiapan dan kondisi siap
efektif ke rumah diharapkan kemampuan menerima informasi b. Alat bantu dalam
(D.0115) manajemen kesehatan keluarga Terapeutik menyampaikan pendidikan
berhubungan meningkat dengan kriteria b. Sediakan materi dan media kesehatan kepada klien
dengan hasil : pendidikan kesehatan tentang c. Kegiatan terjadwal
ketidakma a. Kemampuan menjelaskan manajemen dan pencegahan memudahkan klien dan pemberi
mpuan masalah kesehatan yang hipertensi informasi
keluarga dialami meningkat c. Jadwalkan pendidikan kesehatan d. Melatih klien berpartisipasi
merawat b. Aktivitas keluarga sesuaikesepakatan aktif
anggota mengatasi masalah d. Berikan kesempatan untuk bertany dalam pemberian edukasi
keluarga. kesehatan tepat e. Melatih psikomotor klien dalam
Meningkat manajemen dan pencegahan
hipertensi
f. Strategi yang tepat mampu
18

Diagnosis
Keperawat Tujuan dan Kriteria Hasil Inter ve nsi Keperawatan (SIKI,
No an (SDKI, (SLKI, 2018) 2018) Rasional
2017)
c. Verbalisasi kesulitan Edukasi meningkatkan perilaku hidup
menjalani perawatan yang e. Ajarkan perilaku hidup bersih bersih dan sehat
ditetapkan menurun dan sehat
f. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
3. Penurunan Status Koping Keluarga PromosiKoping (I.09312) a. Mengetahui sejauh
koping keluarga (L.09088) Observasi mana pemahaman proses
(D.0097) Setelah dilakukan kunjungan a. Identifikasi pemahaman penyakit
berhubungan ke rumah diharapkan status proses penyakit b. Mengetahui penyelesaian
dengan koping keluarga membaik b. Identifikasi penyelesaian masalah masalah yang sudah dilakukan
perubahan dengan kriteria hasil : Teraupetik c. Menilai peran setiap anggota
peran keluarga, a. Perasaan diabaikan menurun c. Diskusikan perubahan peran keluarga
kurangnya b. Kekhawatiran tentang yang dialami d. Fasilitas informasi yang
saling anggota keluarga menurun d. Fasilitasi dalam memperoleh adekuat meningkatkan
mendukung, c. Perilaku mengabaikan informasi yang dibutuhkan pemahaman
orang terdekat anggota keluarga menurun e. Motivasi untuk menentukan e. Motivasi mampu mendorong
kurang terpapar d. Kemampuan harapan yang realistis minat seseorang
informasi memenuhi kebutuhan Edukasi f. Keluarga mampu merawat
. anggota meningkat f. Anjurkan keluarga terlibat anggota
e. Komitmen yang sakit di rumah
19

pada g. Latih penggunaan teknik relaksasi. g. Teknik relaksasi meningkatkan


perawatan/pengobatan hormone endorphin yang
meningkat mampu membuat tubuh rileks
f. Komunikasi antar
anggota keluarga
meningkat
4. Pemeliharaan Pemeliharaan Kesehatan Promosi Perilaku Upaya Kesehatan a. Mengetahui upaya kesehatan
Kesehatan tidak (L12106) Observasi yang dapat ditingkatkan
efektif (D.0117) Setelah dilakukan kunjungan a. Identifikasi upaya kesehatan b. Lingkungan yang mendukung
berhubungan ke rumah diharapkan yang dapat ditingkatkan mampu meningkatkan minat
dengan pemeliharaan kesehataan dapat Terapeutik menjaga perilaku kesehatan
ketidakmampuan meningkat dengan kriteria b. Berikan lingkungan yang c. Orientasi membantu klien
mengatasi hasil : mendukung dalam memilih program
a. Menunjukkan perilaku adaptif kesehatan pengobatan
20

Diagnosis
Keperawat Tujuan dan Kriteria Hasil Inter ve nsi Keperawatan (SIKI,
No an (SDKI, (SLKI, 2018) 2018) Rasional
2017)
masalah meningkat c. Orientasi pelayanan kesehatan d. Makanan tinggi
(keluarga) a. Perilaku mencari yang dapat dimanfaatkan kalium meningkatkan fungsi
bantuan kesehatan Edukasi pembuluh darah
meningkat d. Anjurkan makan sayur dan e. Memperlancar sirkulasi darah
b. Menunjukkan minat buah setiap hari
meningkatkan perilaku e. Anjurkan melakukan aktivitas
sehat meningkat fisik setiap hariseperti senam
c. Memiliki sistem hipertensi
pendukung
Membaik
5. Perilaku Perilaku Kesehatan (L12107) Promosi Perilaku Upaya Kesehatan a. Mengetahui upaya kesehatan
kesehatan Setelah dilakukan kunjungan Observasi yang dapat ditingkatkan
cenderung ke rumah diharapkan perilaku a. Identifikasi upaya kesehatan b. Lingkungan yang mendukung
berisiko kesehatan dapat membaik yang dapat ditingkatkan mampu meningkatkan minat
(D.0099) dengan kriteria hasil : Terapeutik menjaga perilaku kesehatan
berhubungan a. Penerimaan b. Berikan lingkungan yang c. Orientasi membantu klien
dengan kurang terhadap perubahan status mendukung kesehatan dalam memilih program
terpapar kesehatan meningkat c. Orientasi pelayanan kesehatan pengobatan
informasi b. Kemampuan yang dapat dimanfaatkan Edukasi d. Makanan tinggi kalium
melakukan tindakan d. Anjurkan makan sayur Meningkatkan fungsi
pencegahan masalah dan buah setiap hari pembuluh darah
kesehatan meningkat e. Anjurkan melakukan aktivitas e. Memperlancar sirkulasi darah
21

c. Kemampuan peningkatan fisik setiap hariseperti senam


kesehatan meningkat hipertensi
6. Kesiapan Manajemen Kesehatan Eduk asi Kesehatan (I.12383) a. Memudahkan informasi masuk
peningkatan (L.12104) Setelah dilakukan Observasi : ke klien saat dirinya dalam
manajemen kunjungan ke rumah a. Identifikasi kesiapan dan kondisi siap
kesehatan diharapkan manajamen kemampuan menerima informasi b. Alat bantu dalam
(D.0112) kesehatan dapat meningkat Terapeutik menyampaikan
dengan kriteria hasil: b. Sediakan materi dan pendidikan kesehatan kepada
a. Melakukan t indakan media pendidikan kesehatan klien
untuk mengurangi faktor tentang c. Kegiatan terjadwal
risiko memudahkan klien dan pemberi
informasi
d. Melatih klien berpartisipasi aktif
22

Diagnosis
Tujuan dan Kriteria Hasil Inter ve nsi Keperawatan (SIKI,
Keperawatan Rasional
No (SLKI, 2018) 2018)
(SDKI, 2017)
manajemen dan pencegahan
hipertensi
c. Jadwalkan pendidikan
meningkat dalam pemberian edukasi
kesehatan sesuaikesepakatan
b. Menerapkan program e. Melatih psikomotor klien dalam
d. Berikan kesempatan untuk
perawatan meningkat manajemen dan pencegahan
bertanya
c. Aktivitas hidup sehari-hari hipertensi
Edukasi
efektif memenuhi f. Strategi yang tepat mampu
e. Ajarkan perilaku hidup
tujuan kesehatan meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
meningkat bersih dan sehat
f. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
7. Kesiapan Tingkat Pengetahuan (L.12111) Promosi Kesiapan Penerimaan a. Menilai sejauh mana
Peningkatan Setelah dilakukan kunjungan Informasi (I.12470) pemahaman klien tentang
pengetahuan ke rumah diharapkan tingkat Observasi : kondisinya
(D.0113) pengetahuan dapat meningkat a. Identifikasi pemahaman tentang b. Memudahkan informasi masuk
dengan kriteria hasil: kondisi kesehatan saat ini ke klien saat dirinya dalam
a. Perilaku sesuai anjuran b. Identifikasi kesiapan menerima kondisi siap
meningkat informasi c. Keluarga sebagai tempat
b. Verbalisasi minat dalam Terapeutik pertama klien dalam menjalani
belajar meningkat c. Libatkan pengambilan kehidupan sehingga perlu
c. Kemampuan menjelaskan keputusan dalam keluarga melibatkan keluarga dalam
pengetahuan tentang suatu untuk menerima informasi pengambilan keputusan
23

d. Memudahkan dalam
topik
d. Berikan nomor kontak pasien komunikasi anatar klien dan
d. Kemampuan
untuk mengingatkan atau follow tenaga kesehatan
menggambarkan
up kondisi pasien e. Akses pelayanan yang cepat
pengalaman sebelumnya
e. Fasilitasi akses pelayanan pada dan tepat memberikan
yang sesuai dengan topic
saat dibutuhkan Edukasi kenyamanan kepada klien
meningkat
f. Berikan informasi berupa, dalam memperoleh fasilitas
e. Perilaku sesuai dengan
leaflet atau gambar untuk kesehatab
pengetahuan
memudahkan pasien informasi f. Alat bantu dalam
f. Persepsi yang keliru
kesehatan menyampaikan pendidikan
terhadap masalah menurun
kesehatan kepada klien
24

4. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Dalam
tahap ini, perawat harus mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya
fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahaman tentang hak- hak dari pasien, serta pemahaman
tingkat perkembangan pasien (Kholifah & Widagdo, 2016)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, meskipun tahap evaluasi diletakkan pada
akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap
proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah
informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang
diobservasi sudah sesuai. Diagnosis keperawatan juga perlu dievaluasi dalam
hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan keperawatan harus dievaluasi
adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut, dapat dicapai secara efektif.
Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi atau tindakan yang
dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya. Keefektifan ditentukan
dengan melihat respon keluarga dan hasil, bukan intervensi- intervensi yang
diimplementasikan.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Ada tiga
kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan,
yaitu:
a. Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih
dalam proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya
25

menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada ke majuan sama sekali


Proses evaluasi keperawatan yaitu dengan mengukur pencapaian tujuan
klien sebagai berikut :
a. Kognitif (pengetahuan)
Untuk mengukur pemahaman klien dan keluarga setelah diajarkan
teknik-teknik perawatan tertentu. Metode evaluasi yang dilakukan,
misalnya dengan melakukan wawancara pada klien dan keluarga.
b. Afektif (status emosional)
Cenderung kepenilaian subjektif yang sangat sulit diukur. Metode
yang dapat dilakukan adalah observasi respon verbal dan nonverbal dari
klien dan keluarga, serta mendapatkan masukan dari anggota keluarga lain.
c. Psikomotor (tindakan yang dilakukan)
Mengukur kemampuan klien dan keluarga dalam melakukan suatu
tindakan atau terjadinya perubahan perilaku pada klien dan keluarga.
(Kholifah & Widagdo, 2016)
28

C. Web of Causation (WOC)

Sumber : SDKI (2017); SIKI (2018)

Anda mungkin juga menyukai