Anda di halaman 1dari 3

Ahlul Hadits “Ahlul Madzhab”

Kamis, 20 Februari 2014 - 04:26 WIB

Kita tidak perlu berpayah-payah memisahkan antara ahlul fiqih dan ahlul hadits, antara
madzhab empat dengan Sunnah, apalagi mempertentangkan keduanya

Terkait

 Argumen Madzhab Asy Syafi’i tentang Hadits Qunut Shubuh


 Sufi Menurut Penilaian Imam Asy Syafi’i
 Dalam Madzhab Asy Syafi’i Pelihara Jenggot, Wajib atau Sunnah?
 Mahzab Hanbali, Hadits Dhaif dan Air Kencing Unta

ANTARA fiqih madzhab empat dan huffadz serta muhadditsin tidak bisa dipisahkan satu
sama lain, lebih-lebih dipertentangkan, karena keduanya saling menguatkan. Di mana para
hufadz hadits juga merupakan pengikut dari madzhab fiqih yang ada.

Musnad Imam Madzhab Empat

Para Imamnya madzabnya sendiri baik Imam Ibnu Hanifah, Imam Malik, Imam As Syafi’i
serta Imam Ahmad sama-sama memiliki periwayatan hadits musnad. Imam Abu Hanifah
memiliki musnad Abu Hanifah yang dikumpulkan oleh Al Hafidz Abu Muhammad Al
Haritsi. Imam Malik memiliki Al Muwaththa’. Sedangkan Imam As Syafi’i memiliki Al
Umm yang disamping merupakan kitab fiqih juga kitab hadits yang beliau riwayatkan, juga
Musnad As Syafi’i yang dikumpulkan oleh Imam Al Muhaddits Abu Al Abbas Al Asham.
Sedangkan Imam Ahmad juga memiliki musnadnya yang masyhur.

Madzhab Fiqih Penulis Kutub As Sittah

Para penulis kitab hadits yang masyhur, yakni Kutub as Sittah (kitab 6) pun diidentifikasi
oleh para ulama mengenai madzhab fiqih yang dianut. Imam Al Bukhari, menurut pendapat
masyhur beliau bermadzhab Syafi’i, Imam Tajuddin As Subki memasukkan Al Bukhari
dalam Thabaqat As Syafi’iyah di mana beliau adalah murid Imam Al Humaidi ulama besar
Syafi’iyah.

Pendapat fiqih beliau banyak yang sejalan dengan madzhab Syafi’i meskipun tidak sedikit
yang menyelesihi. Oleh sebab itu pendapat beliau yang menyelisihi madzhab tidak dihitung
sebagai pendapat dalam madzhab As Syafi’i. (lihat Al Inshaf, hal. 86, Ad Dihlawi)

Namun ada pula yang berpendapat bahwa beliau adalah mujtahid mutlak semisal Al Allamah
Al Kasymiri, di mana beliau berpendapat jika Al Bukhari dinilai pengikut madzhab Syafi’i
karena guru beliau dan pendapat beliau, maka Al Bukhari juga berguru kepada Ishaq bin
Rahuyah yang menurut beliau bermadzhab Hanafi. Adapun masalah fiqih banyak juga yang
selaras dengan fiqih Hanafi. Meski Al Kasymiri tidak menampik bahwa memang pendapat
masyhur adalah bahwa Al Bukhari pengikut madzhab As Syafi’i. (Lihat, Faidh Al Bari, 1/53)

Imam Nasa’i dan Abu Dawud menurut Ibnu Taimiyah merupakan penganut madzhab Al
Hanbali, namun ada pihak lain yang menyebut bahwa keduanya Syafi’i. Sedangkan Imam At
Tirmidzi bermadzhab As Syafi’i di mana pendapat beliau secara terang-terangan tidak
menyelesihi madzhab kecuali masalah Al Ibrad. Adapun Imam Muslim dan Ibnu Majah tidak
diketahui madzhab fiqih beliau. Sedangkan bab yang berada dalam Shahih Muslim bukan
dari penulisnya, sehingga tidak diketahui pendapat fiqih beliau. (Lihat, Faidh Al Bari, 1/53)

Namun Ad Dihlawi menilai bahwa Imam Muslim bermadzhab As Syafi’i, dan beliau
memiliki jalur madzhab Syafi’i sendiri semisal Abu Al Abbas Al Asham. Dan beliau menilai
bahwa Imam At Tirmidizi termasuk mujathid dalam madzhab Ahmad bin Hanbal. (lihat Al
Inshaf, hal. 86)

Para Huffadz Madzhab Empat

Madzhab empat sendiri di dalamnya amat banyak para huffadz hadits. Dimualai dari madzhab
Imam Abu Hanifah, sebagian hufadz hadits dalam madzhab ini antara lain Al Hafidz Abu
Bishr Ad Dulabi, Al Hafidz Abu Ja’far Ath Thahawi, Al Hafidz Ibnu Abi Al Awwam As
Sa’di, Al Hafidz Abu Muhammad Al Haritsi, Al Hafidz Abdul Baqi, Al Hafidz Abu Bakr Ar
Razi Al Jashas, Al Hafidz Abu Nashr Al Kalabadzi, Al Hafidz Abu Muhammad As
Samarqandi, Al Hafidz Syamsuddin As Saruji, Al Hafidz Quthb Ad Din Al Halabi, Al Hafidz
Alauddin Al Mardini, Al Hafidz Az Zaila’i, Al Hafidz Mughulthai, Al Hafidz Badruddin Al
Aini, Al Hafidz Qasim bin Quthlubugha. Syaikh Anwar Zahid Al Kuatsari dan Syeikh Abdul
Fattah Abu Ghuddah menyebutkan 150 ulama hufadz dan muhadits madzhab Hanafi
(lihat, Fiqh Alhul Iraq wa Haditsuhum, hal. 60-82).

Sedangkan dalam madzhab Maliki sendiri pengikutnya yang merupakan hufadz hadits antara
lain Al Hafidz Hussain bin Ismail Al Qadhi, Al Hafidz Al Ashili, Al Hafidz Ibnu Abdil Barr,
Al Hafidz Abu Walid Al Baji, Al Hafidz Ibnu Al Arabi, Al Hafidz Abdul Haq, Al Hafidz
Qadhi Iyadh, Al Hafidz Al Maziri, Al Hafidz Ibnu Rusyd, Al Hafidz Abu Qashim As Suhaili
dan lainya.

Adapun dalam madzhab As Syafi’i para hufadznya antara lain adalah Al Hafidz Ad
Daraquthni, Al Hafidz Al Baihaqi, Al Hafidz Ibnu Asakir, Al Hafidz Ibnu Daqiq Al Ied, Al
Hafidz Ad Dimyathi, Al Hafidz Al Mundziri, Al Hafidz Taqiyuddin As Subki, Al Hafidz Al
Mizzi, Al Hafidz Adz Dzahabi, Al Hafidz Ibnu Katsir, Al Hafidz Al Haitsami, Al Hafidz Al
Iraqi, Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani, Al Hafidz As Suyuthi dan lainnya.

Dalam madzhab Hanbali, para hufadz haditsnya antara lain Al Hafidz Abdul Ghani Al
Maqdisi, Al Hafidz Ibnu Al Jauzi, Al Hafidz Ibnu Qudamah, Al Hafidz Abu Barakat Ibnu
Taimiyah, Al Hafidz Ibnu Rajab dan lainnya.

Catatan ringkas ini hanya merupakan sampel saja, masih amat banyak para hufadz yang
berada dalam madzhab empat, lebih-lebih para muhadits-nya yang tidak memungkinkan
ditulis semua dalam kesempatan ini. Jika, demikian sekali lagi, kita tidak perlu berpayah-
payah memisahkan antara ahlul fiqih dan ahlul hadits, antara madzhab empat dengan Sunnah,
apalagi mempertentangkan keduanya. Karena keduanya memang sudah mendarah-daging.
Wallahu Ta’ala A’la wa A’lam.*

Anda mungkin juga menyukai