Anda di halaman 1dari 13

Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Aswaja II

Kelas Psikologi Islam, MBS dam PIAUD Semester 2


Dosen: SifulArifin.M.Pd.I

HARIFATUN

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA
DINI SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-
KARIMIYYAH BERAJI GAPURA SUMENEP
2020
1. Carilah web yang berhaluan salafi wahabi minimal 10 web.kemudian sebutkan ciri
ciri web tersebut? Dan apa yang saudara lakukan terhadap web tersebut?

Jawaban:
Macam macam website yang berhaluan salafi wahabi

https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
2016/05/160506_indonesia_lapsus_radikalisasi_anakmuda_moderatvradikal

https://tirto.id/kompetisi-di-antara-berbagai-situsweb-islam-cEHi

http://www.pejuangislam.com/main.php?prm=karya&var=detail&id=630

https://www.risalahmujahidin.com/mengapa-kyai-aswaja-membenci-wahabi/

https://www.persis.or.id/wahabi-antara-stigmatisasi-dan-adu-domba-umat-islam

http://buletinmajelispecintarasul.blogspot.com/2016/09/ustadz-ustadz-artis-wahabi-salafi.html

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/19/09/13/pxqvuo320-kiai-said-
ungkap-4-aliran-radikal-dan-alasan-masuk-indonesia

https://www.academia.edu/5441730/
Agama_dan_Cyberspace_Islami.co_sebagai_Counter_Religion_Online_dari_Situs-Situs_Kaum_Salafi-
Wahabi

http://hajingfai.blogspot.com/2015/03/eksistensi-nkri-dibawah-bayang-bayang.html#axzz6JuYUxfU6

https://www.dutaislam.com/2017/04/daftar-pesantren-wahabi-yang-perlu-dijauhi-sedini-
mungkin.html

Ciri-ciri website

1. Responsive.
2. Memiliki Struktur Informasi yang jelas
3. Loading yang Cepat
4. Konten Website yang Berkualitas
5. Teks Mudah Untuk Dibaca
 Yang saya lakukan terhadap website tesebut adalah membacanya dan memilah
website mana yang bisa memberikan informasi yang tepat dan sesuai ajaran agama.

2. Sebutkan nama nama dan ciri ciri dai/ustadz yang berhaluan salafi dan
wahabi,apa pendapat saudara tentang ustadz ustadz tersebut dan bagaimana cara
menghadapinya.

1.Ust. Abdul Hakim Abdat


2. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawwas
3. Ust. Zainal Abidin Syamsudin
4. Ust. Badrusalam LC
5. Ust. Kurnaedi
6. Ust. Arman Amri
7. Ust. Firanda LC, MA
8. Ust. Abu Ubaidah Yusuf As Sidawiy
9. Ust. Erwandi
10. Ust. Aunur Rofiq Ghufron
11. Ust. Ahmad Sabiq
12. Ust. Rifky Jafar Thalib
13. Ust. Abu Haidar
14. Ust. Abu Qotadah
15. Ust. Abu Zubeir al-Hawary
16. Ust. Maududi Abdullah
17. Ust. Abdullah Taslim
18. Ust. M.Arifin Badri
19. Ust. M.Nur Ikhsan
20. Ust. Ali Musri
21. Ust. Yusuf Utsman Baisa
22. Ust. Ali Ahmad (Padang)
23. Ust. Muhammad Elvy Sjam MA.Lc
24. Ust. Aris Munandar
25. Ust. Abu Nida
26. Ust. Ahmas Fais (majalah assunnah)
27. Ust. Kholid Syamhudi
28. Ust. Abu Umar Basyir Al Maidany
29. Ust. Abu Salma Alatsary (shigor lulusan ITS
30. Ust. Asmuji Muhayat Lc
31. Ust. Muhammad Wujud Arbain
32. Ust. Agus Hasan Basary Lc MAg (Malang)
33. Ust. Ainul Riza (Malang)
34. Ust. Abu Khaleed (Subang)
35. Ust. Abu Saad Muh Nurhuda (Jogja)
36. Ust. Zaid Susanto (Jogja)
37. Ust. Afifi Abdul Wadud (Jogja)
38. Ust. Abdullah Roy (Madinah)
39. Ust. Ahmad Zainuddin (Banjarmasin)
40. Ust. Abdullah Zain
41. Ust. Muhammad Nuzul Dzikri (Jakarta)
42. Ust. Syafiq Reza Basalamah LC, MA
43. Ust. Khalid Basalamah LC, MA
44. Ust. Munzir situmorang
45. Ust. Subhan bawazier
46. Ust. Aan chandra
47. Ust. Ahmad anshor
49. Ust. Ali nur medan
50. Ust. dr. Raehanul barehan
51. Ust. Nur bait
52. Ust. Muhammad abdu tuasikal
53. Ust. Ad dariny
54. Ust. Yulian purnama
55. Ust. Andika mianoki
56. Ust. Andy bangkit (Jepang)
57. Ust. Muhammad abdurrahaman al amiry
58. Ust. Muhammad Ayyub
59. Ust. Abdurrahman Ayyub
60. Ust. Riyadh Bajrey
61. Ust. Husein mubarok (Ruqyah Syar’iyyah)
62. Ust. Dony Arif Wibowo (Abul Jauza)
63. Ust. Fadlan fahamsyah
64. Ust. Muflih Safitra (Balikpapan)
65. Ust. La Ode Abu Hanafi dan Musa Hafidz Cilik Indonesia
66. Ust. Abu Dzar (Palembang)
67. Ust. Abdurrahman Yusak (Palembang)
68. Farhan Abu Furaihan (Aceh)
69. Abu Haris Naufal (Aceh)

CIRI KHAS ULAMA DAN ULAMA WAHABI

1. Kata kunci dan tema sentral dari fatwa para ulama Wahabi Salafi berkisar pada

(a) bid'ah; (b) syirik; (c) kufur; (d) syiah rafidlah kepada kelompok Islam atau muslim lain
yang tidak searah dengan mereka. Kita akan sering menemukan salah satu dari 4 kata itu
dalam setiap fatwa mereka

2. Dalam memberi fatwa, tokoh utama ulama Wahabi Salafi akan langsung berijtihad sendiri
dengan mengutip ayat dan hadits yang mendukung. Atau, kalau mengutip fatwa ulama,
mereka akan cenderung mengutip fatwa dari Ibnu Taimiyah atau Ibnul Qayyim. Selanjutnya,
mereka akan membuat fatwa sendiri yang kemudian akan menjadi dalil para pengikut
Wahabi. Dengan kata lain, pengikut Wahabi hanya mau bertaklid buta pada ulama Wahabi.

3. Tokoh atau ulama Wahabi Salafi level kedua ke bawah akan cenderung menjadikan fatwa
tokoh Salafi level pertama sebagai salah satu rujukan utama. Atau kalau tidak, akan memberi
fatwa yang segaris dengan ulama Wahabi level pertama.

4. Kalangan ulama atau tokoh Wahabi Salafi tidak suka atau sangat jarang mengutip pendapat
ulama salaf seperti ulama madzhab yang empat dan yang lain kecuali madzhab Hanbali yang
merupakan tempat rujukan asal mereka dalam bidang fiqih walaupun tidak mereka akui
secara jelas. Hanya pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim yang sering dikutip untuk
pendapat ulama di atasnya Muhammad ibnu Abdil Wahhab terutama dalam bidang yang
menyangkut aqidah.

5. Di mata ulama Wahabi, perayaan keislaman yang boleh dilakukan hanyalah hari raya idul
fitri dan idul adha. Sedangkan perayaan yang lain seperti maulid Nabi Muhammad ,
peringatan Isra' Mi'raj dan perayaan tahun baru Islam dianggap haram dan bid'ah.

6. Gerakan-gerakan atau organisasi Islam yang di luar Wahabi Salafi atau yang tidak segaris
dengan manhaj (aturan standar ideologi) Wahabi akan mendapat label syirik, kufur atau
bid'ah.
7. Semua lulusan universitas Arab Saudi dan afiliasinya adalah kader Wahabi Salafi. Sampai
terbukti sebaliknya.

8. Pengikut/aktivis Wahabi Salafi tidak mau taklid (mengikuti pendapat) ulama salaf (klasik)
dan khalaf (kontemporer), tapi dengan senang hati taklid kepada pendapat dan fatwa
ulama-ulama Wahabi Salafi atau fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Al-Lajnah ad-Daimah lil
Buhuts wal Ifta' ( ‫ ﻭﺍﻹﺭﺷﺎﺩ‬G‫ ﻭﺍﻟﺪﻋﻮﺓ‬G‫ ﻭﺍﻹﻓﺘﺎﺀ‬G‫ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ‬G‫ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ‬G‫ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ‬G‫ ) ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ‬dan lembaga serta ulama-
ulama yang menjadi anggota Hai'ah Kibaril Ulama ( ‫ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ‬G‫ ﻛﺒﺎﺭ‬G‫ ) ﻫﻴﺌﺔ‬yang nama lengkapnya
adalah Ar-Riasah al-Ammah lil Buhuts wal Ifta' ( ‫ ) ﺍﻟﺮﺋﺎﺳﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﺍﻹﻓﺘﺎﺀ‬.

9.Pengikut/aktivis sangat menghormati ulama-ulama mereka dan selalu menyebut para ulama
Wahabi dengan awalan Syekh dan kadang diakhiri dengan rahimahu-Llah atau
hafidzahulLah. Seperti, Syeikh Utsaimn, Syeikh Bin Baz, dll. Tapi, menyebut ulama-ulama
lain cukup dengan memanggil namanya saja.

10. Ulama Wahabi Salafi utama (kecuali Nashiruddin Albani yang asli Albania) mayoritas
berasal dari Arab Saudi dan bertempat tinggal di Arab Saudi. Oleh karena itu, mereka
umumnya memakai baju tradisional khas Arab Saudi yaitu

(a) gamis/jubah warna putih (b) surban merah (c) surban putih (d) maslah yaitu jubah luar
tanpa kancing warna hitam atau coklat yang biasa dipakai raja. Lihat baju luar yang dipakai
Abdul Wahab dan Al-Utsaimin. Oleh karena itu, saat kita membaca buku, kitab atau
browsing di internet, tidak sulit menengarai pada fatwa ulama non-Wahabi, mana fatwa yang
berasal dari Wahabi Salafi dan mana tulisan sebuah website atau blog yang penulisnya adalah
pengikut Wahabi. Sayangnya, tidak sedikit dari kalangan awam yang terkadang tidak sadar
bahwa fatwa agama dalam buku atau situs internet yang mereka baca berasal dari fatwa
Wahabi Salafi.

 Menurut saya untuk menghadapinya adalah sama seperti yang dilakukan oleh KH
Wazir Ali yang menukil pendapat Syekh Abu Zahroh, ada 5 (lima) manhaj dalam
Islam. Manhaj tersebut yang pertama adalah Manhaj Falasifah, yang menggunakan
ayat-ayat teologi dan nalar (rasio) dalam menerangkan tentang ketuhanan. Manhaj
yang kedua lanjutnya, yaitu Manhaj Mutakallimin (Mu’tazilah). Madzhab ini secara
umum menggunakan qodiyah aqliyah (ketetapan nalar) daripada nash al-Qur’an. Akal
digunakan untuk memaknai nash. Ayat-ayat yang terkait dengan aqidah harus sejalan
dengan dengan rasio, meskipun terkadang keluar dari ketentuan nash al-Qur’an.
Manhaj selanjutnya, tambah dia, adalah Manhaj Maturidiyah yaitu  memahami
dengan nash al-Qur’an dan Hadist tetapi juga didukung oleh rasio. Kemudaian yang
keempat, yakni Manhaj Asy’ariah yang selalu berpegang kepada al-Qur’an dan Hadist
tetapi juga tidak mengenyampingkan rasio (dalil-dalil aqliyah). Dan yang terahir
Manhaj Salafi/Wahabi. Manhaj ini hanya menerima nash al-Qur’an dan Hadist tanpa
melakukan ta’wil (menggunakan rasio) sama sekali. Bahasan kali ini, menurut Kiai
Wazir, fokus pada Salaf Wahabi. Mereka sama sekali tidak mau menggunakan ta’wil
(akal) dalam meengartikan nash al-Qur’an dan Hadist. “Sehingga mereka dalam
megartikan ayat yadullah fauqo aidihim, akan mengartikan yadullah, tangan Allah
SWT (dalam arti seperti makhluq), karena itu mereka dikatakan juga berpaham
mujassimah (men-jisim-kan Allah SWT)”,. Sehingga dengan berpegang pada manhaj
tersebut kita bisa membentengi paham wahabi salafi.

3.dalam pandangan nahdatul ulama,cinta tanah air merupakan bagian dari


iman.bagaimana pandangan tentang konsep tersebut.dan apa yang akan anda
lakukan jika ada yang menentang konsep tersebut

Salah seorang ulama Indonesia KH Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947) berhasil


mencetuskan prinsip hubbul wathani minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman).
Konteksnya saat itu untuk membangkitkan nasionalisme rakyat Indonesia untuk mengusir
para penjajah. Kiai Hasyim Asy’ari adalah ulama yang mampu membuktikan bahwa agama
dan nasionalisme bisa saling memperkuat dalam membangun bangsa dan negara. Dua unsur
ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Agama Islam memerlukan tanah air sebagai lahan
dakwah dan menyebarkan agama, sedangkan tanah air memerlukan siraman-siraman nilai-
nilai agama agar tidak tandus dan kering.

Meminjam pernyataan ulama asal Kempek, Cirebon KH Said Aqil Siroj, agama tanpa
nasionalisme akan menjadi ekstrem. Sedangkan nasionalisme tanpa agama akan kering. Hal
ini terbukti ketika fenomena ekstremisme agama justru lahir dari orang dan kelompok orang
yang terlalu eksklusif dan sempit dalam memahami agama tanpa memperhatikan realitas
sosial kehidupan. Jika agama diartikan sebagai jalan hidup, sudah semestinya agama berperan
dalam realitas kehidupan. Dalam konteks tersebut, realitas bahwa bangsa Indonesia
merupakan bangsa majemuk menuntut seluruh elemen bangsa menjaga dan merawat
persatuan dan kesatuan. Di sinilah prinsip cinta tanah air harus diteguhkan.

Sehingga menurut pendapat saya dengan mencintai tanah air sebagai tempat lahir dan tempat
tinggal sama halnya bahwa kita benar benar mensyukuri adanya tempat lahir yang diciptakan
Allah yang merupakan salah satu bentuk iman kita kepada Allah swt.

 Jika ada yang menentang konsep tersebut yang pertama adalamh memberikan
pemahan kepadanya jika setelah diberikan pemahaman tetap menentang maka kita
harus bertoleransi dengan menerima pendapat yang diputuskannya.

4.Di indonesia, ada beberapa organisasi keagamaan yg bersifat ektrem radikal


kanan yang sering menentang pemerintah yang sah dan main hakim sendiri Apa
pendat dan tindakan saudara terhadap organisasi tersebut

Adanya gerakan ekstrem radikal muncul karena sekelompok umat yang belum
memahami secarah utuh konsep Islam yang ada, Solusi yang harus dilakukan dalam
mencegah meluasnya gerakan radikalisme agama atau gerakan Islam garis keras, di antaranya
adalah dengan mengaktualisasikan kembali nilai-nilai Aswaja NU ke dalam masyarakat dan
lembaga-lembaga pendidikan. Aktualisasi berarti menghidupkan dan mempraksiskan kembali
nilai-nilai Aswaja NU dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, agar
mendapatkan elan vitalnya, manfaat bagi terbangunnya kehidupan yang damai dan negara
Indonesia yang kokoh khususnya, dan perdamaian dunia pada umumnya. Dengan cara
demikian, diharapkan gerakan Islam garis keras tidak semakin meluas. Demikikian pula
genarasi muda diharapkan menjadi warga negara yang menjungjung tinggi nilai-nilai Aswaja
NU yang mencerminkan Piagam Madinah dan sekaligus sejalan dengan konstitusi UUD
1945, falsafah Pancasila dan semboyang Bhineka Tunggal Ika.

5.dalam beberapa bulan terakhir ini,di dunia termasuk indonesia sedang dilanda
covid19 bagaimana pandangan saudara terkait covid 19 dalam perspektif
agama,sosial,ekonomi,dan politik.

 ASPEK EKONOMI
 Nilai tukar rupiah terus melemah tajam, sementara pasar bursa pun meradang
seiring laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi dalam.
Pertumbuhan ekonomi pun diperkirakan akanmelambat drastis, terkikis oleh
penjalaran dampak virus ke berbagai sektor di perekonomian. Pandemi
memang akan menurunkan pertumbuhan ekonomi, namun tanpa upaya sigap
dari pemangku kebijakan untuk selamatkan nyawa penduduk Indonesia, maka
optimisme perekonomian tidak akan pernah datang. Optimisme dan sentimen
positif ekonomi baru akan terjadi jika pandemi COVID-19 dapat diatasi,
setidaknya menunjukkan tanda-tanda terkendali dan akhirnya dapat
diselesaikan.
 kemampuan Pemerintah dan para pemangku kepentingan ekonomi untuk
secara bersama-sama mengalokasikan sumber daya secara optimal menangani
masalah kesehatan ini akan sangat menentukan jalannya roda perekonomian
ke depan. Tanpa ini sepertinya puluhan jurus stimulus perekonomian pun tidak
akan mempan menggeliatkan perekonomian.

 ASPEK SOSIAL

Pertama, tindakan apatis. Pada tindakan apatis bisa kita lihat pada tindakan masyarakat
yang tidak peduli dengan instruksi pemerintah untuk physical distancing dan tidak pulang
ke kampung halamannya (mudik). Faktanya, physical distancing tidak berjalan
efektif. Masih banyak masyarakat yang bisa kita lihat melakukan kegiatan kumpul-kumpul
dan kegiatan kerumunan lainnya. Selain itu saat ini banyak masyarakat yang memilih
kembali ke kampung halamannya. Tindakan pulang kampung masyarakat ini rupanya justru
meningkatkan jumlah kasus Covid-19 dan sebaran wilayahnya, baik yang berstatus
ODP (Orang Dalam Pemantauan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan) dan Suspect Covid-19.

Kedua, tindakan irasional. Pada tindakan irasional tidak sedikit masyarakat meyakini
berbagai bahan obat dan metode pencegahan agar tidak terkena Covid-19 sekalipun belum
ada bukti penelitian ilmiahnya. Misalnya saja ada masyarakat yang meyakini bahwa metode
berbaring untuk berjemur di atas rel kereta api dapat membantu mencegah penularan
Covid-19. Apa yang dilakukan masyarakat dalam penggunaan bahan obat dan metode
tertentu untuk mencegah tertularnya dari Covid-19 sekalipun belum ada bukti penelitian
ilmiahnya ini tidak lepas dari keterikatan masyarakat atas cara ( usage), kebiasaan
(folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom) yang berlaku pada lingkungan
kehidupannya. Secara sosiologis, tindakan sosial ini disebut dengan tindakan tradisional.
Tindakan irasional lainnya, yaitu panic buying. Panic buying menjadi respon masyarakat
untuk tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari – harinya, dan ini
justru malah membuat berbagai harga kebutuhan melonjak tinggi dan menjadi langkah
karena adanya penimbunan ilegal.
Tindakan irasional berikutnya, yang awalnya masyarakat memahami resiko tinggi (seperti
bunga yang tinggi, dan pencurian data) untuk tidak mengajukan pinjaman ke renternir, baik
renternir yang berbasis pinjaman konvensional maupun pinjaman online (fintech). Mau
tidak mau masyarakat mengajukan pinjaman ke rentenir sebagai mekanisme kebertahanan
hidup bagi diri dan keluarganya di saat kondisi ekonomi tidak menentu pada pandemi
Covid-19 ini.
Ketiga, tindakan kriminal. Hal yang paling dikuatirkan dari kerentanan sosial atas pandemi
Covid-19 adalah tindakan kriminal yang dilakukan oleh oknum masyarakat. Secara
sosiologis, tindakan kriminal merupakan perbuatan yang melanggar hukum serta merugikan
dirinya dan orang lain (korban) yang mengganggu keseimbangan, ketentraman dan
ketertiban di masyarakat. Bentuk tindakan kriminal yang terjadi misalnya saja pencurian,
penjambretan, pencopetan, pemalakan, penjarahan, bahkan pembunuhan. Contoh nyata dari
tindakan kriminal akibat pandemi Covid-19 ini bisa kita ketahui di berbagai media berita
yang sudah mulai terjadi di negara – negara lain (seperti Italia, India, Cina, Amerika),
bahkan di Indonesia sudah mulai terdapat kasus pencurian dengan motif berkurangnya
pemasukan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Tindakan kriminal yang dilakukan oknum masyarakat sebagai dampak kerentanan sosial
yang dihadapinya, setidaknya dapat dipahami dalam 3 konteks secara sosiologis.  Pertama,
dasarnya masyarakat itu berada dalam kondisi stabil, sistem – sistem kehidupannya
beroperasi secara lancar dan berfungsi. Namun, akibat pandemi Covid-19, kondisi
kestabilan dan keberfungsian ini terganggu. Untuk dapat berada pada posisi stabil dan
berfungsi, bagi masyarakat yang tidak memiliki akses kapital dengan baik, maka jalan
singkat yang beresiko akan dilakukannya. Kedua, tindakan kriminal terjadi karena aturan-
aturan yang mengatur tingkah laku berbenturan. Misal, pemerintah menginstruksikan untuk
masyarakat melakukan physical distancing, sementara pemerintah tidak menyiapkan
instrumen untuk melindungi ketahanan masyarakat yang pekerjaannya disektor informal.
Dan ketiga, tindakan kriminal terjadi karena adanya kekosongan kontrol atau pengendalian
sosial. Misalnya, tidak adanya sanksi tegas dan efek jera bagi oknum yang memanfaatkan
kondisi pandemi Covid-19 ini untuk kepentingan dirinya dan memperkaya dirinya, seperti
penimbunan dan pemalsuan cairan hand sanitizer dan obat – obatan yang kemudian dijual
bebas di masyarakat.

 ASPEK POLITIK
Kekuasaan akan semakin diguncang secara alamiah.

Pertama, wacana reshuffle kabinet. Isu ini cukup santer diberitakan pada akhir Februari lalu.
Sejumlah pengamat menilai bahwa kemunculan wacana ini sebelum genap satu tahun masa
pemerintahan Jokowi mengindikasikan ada yang tidak beres dengan “dapur” istana. Hal ini
juga diperkuat dengan sikap “gerah” presiden terhadap menteri kesehatan dalam merespon
Covid-19 sehingga harus menunjuk Ahmad Yurianto, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kementerian Kesehatan, sebagai jubir resmi pemerintah untuk penanganan kasus
Corona.

Aroma ketidakharmonisan justru semakin kentara di tengah situasi genting. Publik akhirnya
semakin liar berspekulasi seraya mempertanyakan sejauh mana keseriusan pemerintah dalam
menangani pandemi Covid 19.

Kedua, gerakan masyarakat sipil semakin solid dan berkesinambungan. Vincent Durac,
dalam Protest Movement and Political Change (2013), menyampaikan bahwa tertutupnya
sistem politik (pengaruh oligarki) disertai dengan tekanan kondisi sosial ekonomi di
masyarakat mendorong tuntutan yang lebih kuat dari masyarakat untuk bergantinya
kekuasaan. Ia menambahkan, gerakan massa tersebut biasanya bersifat informal,
menggunakan perangkat komunikasi yang baru, dan memiliki watak ofensif kepada aparatur
negara.

Riak-riak protes masyarakat terhadap kekuasaan sebenarnya telah tumbuh secara sporadis di
beberapa daerah. Gerakan mahasiswa #ReformasiDikorupsi pada 2019 lalu tidak bisa
dimaknai sebagai klimaks semata. Justru, ia adalah sumbu awal yang menyemai benih-benih
protes selanjutnya.

 ASPEK AGAMA

Dalam sejarah peradaban Islam terdapat dua corak pemikiran yang saling
berseberangan. Pertama adalah corak pemikiran yang berlandaskan pada postulat agama dan
menjelaskan segala hal dari sudut pandang teologi ataupun fikih. Kedua ialah corak
pemikiran yang terbuka kepada kajian empirikal sehingga jawabannya mengalir dari bukti
dan bukan atas dasar penerimaan secara dogmatic (Mohamed Imran Mohamed Taib, 2020

Meminjam istilah pemikir Maghribi, Mohammed Abed al-Jabri (1935-2010) di dalam


karyanya Naqd al-‘Aql al-‘Arabi, sebagaimana dikutip Mohamed Taib, mengatakan corak
pemikiran pertama boleh disebut sebagai ‘al-bayan’ yang melahirkan tradisi ilmu keagamaan;
sementara corak pemikiran kedua boleh disebut sebagai ‘al-burhan’ yang mengedepankan
pendekatan sains alam (natural sciences) dalam memahami realitas.

Untuk pemikiran Al bayan maka Para penceramah umumnya mengajak jemaah


masjid untuk tidak panik dan  pasrah menerima wabah tersebut sebagai ujian dari Allah. Doa,
baginya, adalah senjatanya orang beriman sehingga kegiatan ritual doa menjadi satu-satunya
solusi dalam memerangi virus Corona yang sudah menjadi pandemi ini. Akibatnya jemaah
menjadi pasif dan ignorance terhadap virus ini. Mereka dengan ketidakmengertiannya
berkeliaran dimana-mana termasuk berkerumun tanpa pelindung apapun. Padahal virus
Covid-19 ini tidak memandang ras dan agama. Siapapun yang terkena dan lemah
imunitasnya, dimungkinkan mati.

Jadi, untuk menyikapi kebodohan itu, Harari – yang secara implisit telah
mengonfirmasi pemikiran Ibn al-Khatib – mengatakan bahwa selama satu abad terakhir, para
ilmuwan, dokter, dan perawat di seluruh dunia telah berhasil mengumpulkan informasi dan
memahami mekanisme di balik epidemi dan bagaimana melawannya.

Teori evolusi, baginya, telah menjelaskan mengapa dan bagaimana penyakit baru
muncul dan penyakit lama menjadi ganas. Genetika memungkinkan para ilmuwan menelusuri
instruksi manual patogen itu sendiri. Masyarakat abad pertengahan tidak akan mungkin
menemukan penyebab wabah Black Death.

Tetapi sekarang, hal itu dimungkinkan dan hanya butuh waktu dua minggu bagi para
ilmuwan untuk mengidentifikasi virus corona baru, mengurutkan genomnya dan
mengembangkan tes teruji untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi. Begitu para
ilmuwan memahami apa yang menyebabkan wabah, maka menjadi lebih mudah untuk
melawannya. Vaksinasi, antibiotik, peningkatan kebersihan, dan infrastruktur medis yang
jauh lebih baik telah memungkinkan manusia menaklukan predator yang tidak terlihat
(Harari).
Itu artinya sejarah menunjukkan bahwa corak pemikiran al-burhan jauh lebih akurat,
ketimbang al-bayan, ketika memahami wabah penyakit menular. Dalam konteks itulah, sikap
kita sebaiknya bertolak dari corak pemikiran al-burhan.

Syukurnya sebagian besar gerakan Islam dan para ulama yang mempunyai wawasan
luas, khususnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Muhammadiyah, mengambil
pendekatan al-burhan. Mereka mengimbau semua umat Islam untuk sholat di rumah. MUI
melalui Komisi Fatwa juga mengimbau umat Muslim di wilayah yang terdapat kasus infeksi
virus Covid-19 untuk tidak menunaikan shalat wajib lima waktu secara berjamaah di masjid.

Dengan demikian, sementara kita berdoa di rumah masing-masing sebagai bagian dari
cara untuk melakukan sosial distancing, lockdown, atau apa pun istilahnya, biarkanlah corak
pemikiran al-burhan yang mengambil peran dalam memerangi virus yang sudah menjadi
pandemi ini, karena Allah pun melalui wahyu telah memerintahkan manusia untuk
menggunakan akalnya dalam mengatasi konteks zaman.

Anda mungkin juga menyukai