Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aisyah Luthfi

NIM : 2110722015
Mata Kuliah : Pragmatik A
Implikatur
A. Pengertian Implikatur
Kata implikatur merupakan turunan dari kata dalam bahasa Inggris yaitu Implicature.
Kata implikatur sendiri berasal dari bahasa latin yaitu in- “in/in” dan plicare “to fold”
(melipat) atau “to wrap” (membungkus). Berikut implikasi menurut Yule (2006).
Implikatur merupakan implikasi dari tuturan yang tertutur yang berupa simpulan logis
dari suatu tuturan. Implikatur dipahami secara bersama-sama antara penutur dan mitra
tutur dalam konteks tertentu supaya tujuan tutur dapat terlaksana. Lambang implikatur
adalah (+>).
Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud
yang tidak dituturkan itu bersifat tidak mutlak. Inferensi maksud tuturan itu harus
didasarkan pada konteks situasi tutur yang mewadahi munculnya tuturan tersebut.
Diantara penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan tidak tertulis
bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling dimengerti. Grice (1975) dalam
artikelnya berjudul Logic and Conversation menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat
mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut.
Prposisi yang diimplikasikan itu disebut dengan implikatur percakapan.

B. Jenis-jenis Implikatur
Ada dua jenis implikatur, yaitu implikatur percakapan dan implikatur konvensional.
Perbedaan keduanya terletak pada cara memahaminya. Implikatur percakapan baru
bisa dipahami jika berada dalam wacana percakapan. Sementara itu, implikatur
konvesional bisa dipahami tanpa harus dalam percakapan.

a. Implikatur Percakapan
1. Implikatur Percakapan Umum
Implikatur dalam dialog yang bisa dipahami tanpa melihat konteks
percakapan.
Contohnya:
Charlie: Saya berharap kamu membawakan saya roti dan keju.
Doni : Ah! Saya hanya membawa roti.
+> Doni tidak membawa keju.
Tanpa harus memahami konteks situasi antara Doni dan Charlie,
implikaturnya dapat dipahami.
Contoh:
Felix : Apa kamu mengundang Han dan Hyunjin?
Chris : Aku hanya mengundang Han.
+> Chris tidak mengundang Hyunjin
2. Implikatur Percakapan Khusus
Implikatur dalam dialog yang baru bisa dipahami setelah mengetahui konteks
percakapan tersebut. Contoh:
Karina : Somi dimana, Winter?
Winter : Giselle di kantin.
+>Somi (mungkin) di kantin juga karena dimana ada Giselle, (biasanya) ada
Somi juga.
Konteks: Somi dan Giselle biasanya selalu bersama.

Johnny : Awas Kak Tiffany datang!


Mark : Sembunyikan rokok sama gorengan kalian!

+>Kak Tiffany akan menyita rokok dan gorengan mereka.


Kadang, menyatakan implikatur bisa dengan pertanyaan retoris. Contohnya:
Hanni : Diet karbo boleh makan nasi nggak, ya?
Danielle: Apa sapi bertelur?
+> Diet karbo tidak boleh makan nasi.
Pertanyaan retoris yang disampaikan danielle itu berarti tidak.

3. Implikatur Berskala
Yule (1996) menerangkan bahwa implikatur berskala dalam pembahasan
tentang implikatur percakapan umum. Implikatur berskala ditandai dengan
istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas dari skala nilai tertinggi ke
terendah, seperti semua, banyak, beberapa, kadang-kadang, selalu, dan
sering.
Contoh:
Haewon: Apakah semua member Straykids datang ke pesta itu?
Lily : Hanya beberapa saja.
+>Tidak semua member Straykids datang ke pesta itu.

Kazuha: Chaewon selalu terlambat!


Sakura: Tapi kadang-kadang dia tepat waktu.
+>Chaewon tidak selalu terlambat.

b. Implikatur Konvensional
Merupakan implikatur yang dapat dipahami dari makna satuan gramatikal, bukan
dari percakapan. Contohnya:
Ucok orang Batak, tapi tidak pandai bernyanyi.
+> Orang Batak biasanya pandai bernyanyi.
Ada dua proposisi yang dipertentangkan dalam kalimat diatas. Yakni status Ucok
sebagai orang Batak dan fakta bahwa Ucok tidak pandai bernyanyi. Dua proposisi
tersebut tidak berkaitan tetapi jika disandingkan dan diperbandingkan secara
paradoksal, baru bisa disimpulkan bahwa ada stereotip orang Batak biasanya
pandai bernyanyi.
Contoh:
Meskipun kuliah di Sastra Indonesia, Anggi tidak bisa menulis puisi.
+> Mahasiswa Sastra Indonesia (harusnya) bisa menulis puisi.

Sumber:

Rahardi, Kunjana R. 2005. Pragmatik:Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:


Penerbit Erlangga

Yule, George. 2006. Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai