Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara etimologi sintaksis berasal dari kata sun yang berarti “dengan” dan tattein yang
berarti “menempatkan”. Dilihat dari dua kata tersebut, sintaksis berarti menempatkan kata atau
ilmu tentang penempatan kata atau ilmu struktur kalimat. Pateda (1988: 85) mengatakan bahwa
kata Sintaksis merupakan kata serapan dari bahasa Belanda yaitu syntaxis Inggris (syntax).
Dilihat dari sudut pandang linguistik sintaksis sebenarnya memiliki cakupan kajian yang sama
dengan analisis morfologi. Keduanya sama-sama mengkaji mengenai tata bahasa. Hanya saja
morfologi mengkaji dengan melihat hubungan gramatikal yang ada pada kata-kata hingga
kalimat. Sementara sintaksis mengkaji hubungan gramatikal diluar batas kata dalam satuan
kalimat. Secara umum struktur dari sintaksis sendiri terdiri dari subjek (S), predikat (P),objek
(o), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektiva, dan
juga numeralia itu berkenaan dengan kategori dari sintaksis. Sedangkan untuk pelaku,penderita,
serta penerima itu sendiri berkenaan dengan peran sintaksis.
Sintaksis mengkaji struktur kalimat yang merupakan kesatuan bahasa terkecil yang
lengkap. Ilmu sintaksis juga begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, yaitu seputar
kalimat yang sering digunakan dalam proses berkomunikasi. Agar proses komunikasi itu dapat
berjalan dengan efektif tentunya kita perlu pemahaman lebih yang berkaitan dengan ilmu
sintaksis, sehingga kita dapat menghindari kesalah pahaman dalam proses komunikasi. Sintaksis
memiliki beberapa objek kajian. Beberapa objek kajiannya yaitu frasa, klausa dan kalimat.
Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau
adverbia lain. Dalam tataran klausa, adverbia menjelaskan tentang fungsi-fungsi sintaksis.
Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan pada adverbia itu berfungsi sebagai predikat.
Fungsi sebagai predikat ini bukan satu-satunya ciri adverbia karena adverbia juga dapat
menerangkan kata atau bagian kalimat yang tidak berfungsi sebagai predikat. Itulah sebabnya
ada sejumlah adverbia yang selain dapat menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia lain, juga
dapat menerangkan nomina dan frasa preposisional. Selain adverbia pada tataran frasa dan
klausa, ada pula adverbia yang menerangkan seluruh kalimat. Jenis adverbia ini tidak terikat oleh
unsur kalimat tertentu sehingga tempat atau posisinya dalam kalimat pun dapat berpindah-
pindah. Dari segi bentuknya, perlu dibedakan adverbia tunggal dari adverbia gabungan. Perilaku
sintaksis adverbia dapat dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata dan bagian kalimat yang
dijelaskan oleh adverbia yang bersangkutan. Dengan begitu, dapat dibedakan empat macam
posisi adverbia dan juga adverbia yang menghubungkan satu klausa atau kalimat dengan klausa
atau kalimat yang lain. Bentuk dasar adverbia tunggal dapat pula berupa verba, adjektiva,
nomina, dan numeralia.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu.
1. Apa pengertian dari adverbia ?
2. Bagaimana ciri-ciri dari adverbia ?
3. Apa saja jenis – jenis kata pada adverbia ?
4. Bagaimana bentuk –bentuk adverbia ?
5. Bagaimana penggunaan adverbial dalam kalimat ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan akalah ini yaitu.
1. Untuk mengetahui pengertian dari adverbia.
2. Untuk mengetahui ciri –ciri adverbia.
3. Untuk mengetahui jenis – jenis kata pada adverbia.
4. Untuk mengetahui bentuk –bentuk adverbia.
5. Untuk mengetahui penggunaan adverbial dalam kalimat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Adverbia


Adverbia dalam Bahasa Indonesia juga disebut dengan kata keterangan. Secara
sederhana, adverbia adalah kata keterangan yang fungsinya memberikan penjelasan atau
keterangan pada kata verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), dan nomina predikatif atau nomina
yang berfungsi sebagai predikat.
Adverbia berfungsi sebagai pelengkap kalimat. Umumnya, kata keterangan akan
menerangkan kata yang diikutinya dan digunakan untuk semua jenis kalimat. Adverbia bisa
berperan sebagai kata kerja, kata sifat dan kata bilangan atau numeralia. Akan tetapi, kata
keterangan tidak bisa diterapkan sebagai penjelas pada kata benda dalam sebuah kalimat.
Penggunaan kalimat adverbia akan membantu memberikan gambaran yang jelas
mengenai suatu hal atau peristiwa dalam sebuah kalimat. Dengan adanya kata keterangan, maka
sebuah kalimat akan terlihat lebih lengkap dan mudah dipahami.
Adverbia atau kata keterangan merupakan kata yang menjelaskan dan menerangkan kata
yang diikutinya sekaligus sebagai pelengkap kalimat sehingga lebih mudah untuk pahami. Oleh
karena berfungsi memberi penjelasan, jenis kata ini membutuhkan kata yang lain agar jadi
kalimat yang utuh.

2.2 Ciri –ciri adverbia


Adapun ciri-ciri adverbia yaitu :
1. Kata keterangan selalu berada di awal atau akhir kalimat
2. Tidak diterapkan sebagai penjelas pada kata benda (nomina) dan pronomina (kata ganti
benda)
3. Bisa digunakan sebagai penjelas pada jenis kata kerja, kata sifat dan kata bilangan,
4. Bebas digunakan dalam smua jenis kalimat.
2.3 Jenis-jenis kata adverbia
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2017: 239), adverbia berdasarkan
perilaku semantisnya dapat digolongkan menjadi delapan macam, yakni adverbia kualitatif,
kuantitatif, limitatif, frekuentif, kewaktuan, kecaraan, kontrastif, dan keniscayaan.
1. Adverbia frekuentif
Adverbia frekuentif adalah kata keterangan yang digunakan untuk menyatakan tindakan
secara berulang atau kebiasaan. Jenis kata keterangan frekuentif mengacu pada kata kerja
yang dilakukan secara berulang dan sering.
Contoh adverbia ferkuentif bisa ditemukan pada beberapa kata seperti “kadang-kadang”,
“sering”, “selalu”, “kerap”,”biasanya “, “jarang” dan lain-lain.
Kata keterangan frekuentif bisa menunjukkan adanya kebiasaan yang pasti seperti pada
kata “harian”, “mingguan”, dan “bulanan”. Selain itu juga bisa menunjukkan frekuentif
tidak terbatas dengan jangka waktu tidak menentu. Seperti “kadang-kadang”, “jarang”
dan lain-lain.
Contoh kalimat.
a) Adil kadang-kadang membantu jualan di toko sepulang sekolah.
b) Saya sering melihat Reni membeli buku di toko dekat rumah.
c) Nina selalu membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah.
d) Roni jarang pulang kampung setelah neneknya meninggal.
2. Adverbia kualitatif
Jenis kata keterangan kualitatif digunakan untuk menjelaskan makna yan berkaitan
dengan tingkat, derajat, dan mutu. Seperti pada kata “sangat”, “paling”, “kurang”, “agak”,
“lebih”.
Contoh kalimat.
a) Adik sangat senang melihat nenek dating
b) Kue ini rasanya kurang manis, tidak seperti biasanya.
c) Rina dikenal sebagai murid yang paling pintar di sekolah.
d) Ibu merasa agak lelah setelah pulang dari rumah nenek.
3. Adverbia kuantitatif
Kata keterangan kuantitatif merupakan kata penjelas untuk menyatakan makna kalimat
yang berhubungan dengan jumlah. Misalnya “sedikit”, “banyak”, “cukup”, “kira-kira”,
“beberapa”.
Contoh kalimat.
a) Uang tabungan adik cukup untuk membeli sepatu baru.
b) Jarak dari rumah ke sekolah kira-kira 5 kilometer.
c) Beberapa siswa akan mengikuti kegiatan kemah pada hari Minggu.
d) Kamu harus banyak istirahat agar cepat sembuh.
4. Adverbia limitatif
Kata keterangan limitatif atau pembatasan digunakan untuk menerangkan makna yang
berhubungan dengan pembatasan. Seperti pada kata “hanya’, “saja”, “selain”, “kecuali”,
“sampai”, “sekedar”.
Contoh kalimat.
a) Lomba menulis puisi itu hanya boleh diikuti siswa kels X dan XI
b) Tidak ada yang boleh masuk selain karyawan.
c) Toko kue itu buka sampai jam 9 malam.
d) Rina datang ke rumah Nana sekedar memberikan hadiah ulang tahun.
5. Adverbia kontrastif
Kata keterangan kontrastif digunakan sebagai penjelas yang menyatakan adanya
pertentangan dengan makna kata yang telah disampaikan sebelumnya. Contohnya pada
kata “bahkan”, “malah’, “justru”.
Contoh kalimat,
a) Saya tidak tahu siapa namanya, bahkan setelah mengobrol cukup lama.
b) Jangankan membalas pesan, dia malah pura-pura tidak kenal saat bertemu.
c) Setelah terpilih menjadi wakil rakyat, dia justru lupa dengan janji kampanyenya.
6. Adverbia waktu
Kata keterangan waktu digunakan untuk menerangkan makna yang berhubungan dengan
waktu terjadinya suatu hal atau peristiwa. Seperti dalam kata “segera”, “baru”, “lekas,
“langsung”.
Contoh kalimat.
a) Andi segera pulang setelah mendapat kabar ibunya sakit.
b) Nina baru mengerjakan tugas ketika Rani dating
c) Ayah lekas pulang ke rumah setelah mengetahui adiknya sakit.
d) Dita langsung berangkat ke rumah nenek menyusul ibu dan adiknya.
7. Adverbia kecaraan
Jenis kata keterangan kecaraan berfungsi untuk menyatakan makna yang berkaitan
dengan proses terjadinya suatu hal atau peristiwa. Seperti pada kata “secepatnya”, “diam-
diam”, “pelan-pelan”.
Contoh kalimat.
a) Mereka diminta untuk pergi secepatnya setelah mendapatkan ganti rugi.
b) Dia memberikan uang secara diam-diam kepada pengemis yang ditemui di jalan.
c) Adik makan pelan-pelan karena giginya sedang sakit.
8. Adverbia keniscayaan
Kata keterangan niscaya digunakan sebagai penjelas atau menerangkan makna yang
berhubungan dengan kepastian suatu hal atau terjadinya peristiwa. Misalnya “tentu’,
“pasti”. “niscaya”
Contoh kalimat.
a) Setelah mengetahui hadiahnya, tentu dia akan berusaha keras untuk memenangkan
lomba itu.
b) Jangan khawatir, kamu pasti bisa melewati masa sulit.
c) Kalau kamu sudah bekerja keras dan berdoa, niscaya akan meraih kesuksesan yang
diinginkan.

2.4 Bentuk adverbia


Meskipun ada banyak jenis adverbia dalam bahasa Indonesia, tetapi pada dasarnya
adverbia dibagi menjadi dua macam, yaitu adverbia bentuk tunggal dan adverbia bentuk
gabungan.
Adapun penjelasan dari masing-masing bentuk beserta contohnya, sebagaimana dikutip
di buku Morfologi oleh Ove Lorentz, adalah sebagai berikut:
a) Adverbia bentuk tunggal
Adverbia bentuk tunggal terdiri dari kata dasar, kata berafiks, dan kata ulang
1) Adverbia Tunggal Berupa Kata Dasar
Adverbia tunggal berupa kata dasar terdiri atas satu kata dasar. Adverbia jenis ini
tergolong kelompok kata tertutup, serta jumlahnya amat terbatas, misalnya “hamper”,
“segera”, “paling”, “saja”, “selalu”, “pasti lebih”, “sangat”, “senantiasa”, dan “tentu”.
Contoh kalimat adverbia berupa kata dasar:
- Orang itu sangat baik
- Adiknya sangat cantik
Kata sangat pada kalimat diatas, memberi keterangan pada kata yang mendahuluinya
(adjektiva + adverbia)
2) Adverbia tunggal berupa kata berafiks
Adverbia tunggal berupa kata berafiks diperoleh dari konfiks (se-nya) atau (sufiks –nya)
yang dilekatkan pada kata dasar.
Contoh:
- Sebaiknya kalian segera menyelesaikan pekerjaan itu
- Sesungguhnya mereka itu tidak mengerti politik
- Agaknya omongan itu sangat menyakitkan hati
- Rasanya saya sudah melaporkan kejadian itu kepada anda
Selain itu, ada pula adverbia yang diperoleh dari awal ter- contohnya: teramat, terlalu,
terlampau. Dari segi bentuknya, adverbia berprefiks ter tidak mengikuti pola di atas dan
jumlahnya terbatas pada itu saja.
3) Adverbia berupa kata ulang
Adverbia tunggal berupa kata ulang dapat diperoleh dari (1) pengulangan kata dasar, (2)
pengulangan kata dasar dan penambahan afiks se-, (3) pengulangan kata dasar dan
penambahan sufiks -an, dan (4) pengulangan kata dasar dan penambahan konfiks (se-
nya).
a. Contoh pengulangan kata dasar:
- Diam-diam kami pergi dari tempat berbahaya itu
- Burung nuri terbang tinggi-tinggi
b. Contoh pengulangan kata dasar dan penambahan afiks se-:
- Setinggi-tinggi burung terbang, akhirnya hinggap juga
- Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, lama-lama berbau juga
c. Contoh pengulangan kata dasar dan penambahan sufiks -an:
- Dia berjuang mati-matian melawan penyakit yang dideritanya
- Usaha kecil-kecilan itu ternyata dapat menghidupi keluarganya
d. Contoh pengulangan kata dasar dan penambahan konfiks se-nya
- Gantungkanlah cita-citamu setinggi-tingginya
- Carilah ilmu sebanyak-banyaknya agar hidup tetap berguna.
b) Adverbia Gabungan
Adverbia gabungan terdiri atas dua adverbia yang berupa kata dasar. Kedua kata dasar itu
ada yang berdampingan dan ada pula yang tidak.
1) Contoh adverbia berdampingan:
- Aku agak malas mengunjunginya.
- Lagi pula rumahnya jauh dari sini.
- Setiap hari saya hampir selalu bersama dia di tempat kerja.
- Dia sudah sering bersenam pagi
2) Contoh adverbia tidak berdampingan:
- Karena takut, saya hanya menuruti saja apa yang dimintanya
- Memang benar, sehat itu sangat mahal sekali
- Kita hanya buang-buang waktu dan tenaga saja
- Aku sangat terpukul sekali oleh peristiwa itu

2.5 Contoh penggunaan adverbia dalam kalimat


Berikut adalah contoh penggunaan adverbia dalam kalimat:
1. Saya akan pergi ke toko sekarang.
2. Mereka bermain sepak bola di lapangan.
3. Kucing itu lari cepat.
4. Ani makan buah-buahan kemarin.
5. Dia sering membantu orang lain di sekolah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Adverbia adalah jenis kata yang digunakan untuk memberikan keterangan tambahan
pada kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan lainnya.
2. Adverbia dapat berfungsi untuk memberikan keterangan tentang waktu, tempat,
penyebab, atau tingkat tindakan. Dalam kalimat, adverbia ditempatkan sebelum kata
yang diberi keterangan tambahan..
3. Adverbia tidak dapat diubah menjadi kata kerja. Adverbia adalah kata yang digunakan
untuk mengubah makna kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan lainnya, tetapi
adverbia itu sendiri bukan kata kerja.
4. Adverbia dapat digolongkan menjadi delapan macam, yakni adverbia kualitatif,
kuantitatif, limitatif, frekuentif, kewaktuan, kecaraan, kontrastif, dan keniscayaan.
5. Ciri-ciri adverbia yaitu :
a. Kata keterangan selalu berada di awal atau akhir kalimat
b. Tidak diterapkan sebagai penjelas pada kata benda (nomina) dan pronomina (kata
ganti benda)
c. Bisa digunakan sebagai penjelas pada jenis kata kerja, kata sifat dan kata
bilangan,
d. Bebas digunakan dalam smua jenis kalimat.
6. Meskipun ada banyak jenis adverbia dalam bahasa Indonesia, tetapi pada dasarnya
adverbia dibagi menjadi dua macam, yaitu adverbia bentuk tunggal dan adverbia
bentuk gabungan.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik serta sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Yunus. 2019. Konsep Dasar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Pateda, Mansoer. 1988. Lingustik Sebuah Pengantar. Bandung: Angkasa

Anda mungkin juga menyukai