Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
Pemilihan kata untuk penulisan karya ilmiah
Di ajukan untuk memenuhi tugas B. indonesia

Disusun oleh :

Irpan Ahmad H 15833009


Nurul Huda 15834004
Reza Anugrah 15834003

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan


( STKIP ) Garut
PEMILIHAN KATA UNTUK
BAB IV PENULISAN KARYA ILMIAH

Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan (science) dan
teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila proses
perwujudannya lewat metode ilmiah. Jonnes (1960) memberikan ketentuan ilmiah, antara
lain dengan sifat fakta yang disajikan dan metode penulisannya.

Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari
pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Karya ilmiah mensyaratkan penggunaan kata yang berbeda dengan yang biasa
digunakan dalam karya sastra ataupun kata-kata sehari-hari. Kata yang digunakan dalam
karya ilmiah harus baku dan terbebas dari makna kias.

A. KATA BAKU
Kata baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai
dengan kaidah-kaidah standar. Kaidah standar dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata
bahasa baku, dan kamus umum.
1. Fungsi kata baku
Secara umum, fungsi kata baku adalah sebagai berikut.
a. Pemersatu, pemakaian kata baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi
satu kesatuan masyarakat bahasa.
b. Pemberi kekhasan, pemakaian kata baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat
pemakai bahasa lainnya.
c. Pembawa kewibawaan, pemakai kata baku dapat memperlihatkan kewibawaan
pemakainya.
d. Kerangka acuan, kata baku menjadi tolok ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa
seseorang atau sekelompok orang.
2. Ciri-ciri kata baku
a. Tidak dipengaruhi bahasa daerah.
Contoh :
Baku Tidak baku
Saya gue
Merasa ngerasa
Ayah bokap
Dimantapkan dimantapin

b. Tidak dipengaruhi bahasa asing.


Contoh :
Baku tidak baku
ahli Akhli
Azan Adzan
Asas Azas
Banyak guru banyak guru-guru
Itu benar itu adalah benar
Kesempatan lain lain kesempatan

c. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan.


Contoh :
Baku Tidak baku
Bagaimana gimana
Begitu gitu
Tidak nggak/gak
Menelpon nelpon
Anugerah anugrah
Cabai cabe
Detail detil

d. Pemakaian imbuhan secara eksplisit.


Contoh :
Baku Tidak baku
Ia mendengarkan radio ia denganrkan radio
Anak itu menangis anak itu nangis
Kami bermain bola di lapangan Kami main bola di lapangan
Ia sudah bekerja keras ia sudah kerja keras
Mereka mengunjungi kantor itu mereka kunjungi kantor itu

e. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat.


Contoh :
Baku Tidak baku
Sehubungan dengan sehubungan
Terdiri atas/dari terdiri
Seorang pasien seseorang pasien
Dan lain sebagainya dan sebagainya
Siapa namamu ? siapa namanya?

f. Tidak mengndung makna ganda, tidak rancu.


Contoh :
Baku Tidak baku
Menghemat waktu mempersingkat waktu
Mengatasi berbagai ketinggalan mengejar ketinggalan
Berkali-kali berulang kali
Mengesampingkan mengenyampingkan

g. Tidak mengandung arti pleonasme.


Contoh :
Baku Tidak baku
Para juri para juri-juri
Mundur mundur ke belakang
Pada zaman dahulu pada zaman dahulu kala
Hadirin para hadirin
Para tamu para tamu-tamu
Maju maju ke depan
Naik naik ke atas

h. Penulisannya sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.


Contoh:
Baku tidak baku
Acapkali acap kali
Adakalanya ada kalanya
Adapun ada pun
Adikarya adi karya
Alhamdulilah alham dulillah
Apabila apa bila
B. MAKNA LUGAS DAN MAKNA KIAS
1. Pengertian makna lugas/makna denotatif
Makna lugas/makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak
mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).
Makna lugas/makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka
wajar, yang berarti mkna kata ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi,
hasil pengukuran dan pembatasan (perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa
atau didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).
Berdasarkan pendapat di atas maka Makna lugas atau makna denotatif adalah
makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa
kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan
adalah tangannya yang sebelah kanan sakit.
a. Ciri-ciri makna lugas
1) Makna kata sesuai apa adanya.
2) Makna kata sesuai dengan hasil observasi.
3) Makna yang menunjukan langsung pada acuan atau makna dasarnya.
Contoh : -Dede mempunyai seekor kambing hitam.
-Ani sedang menggulung tikar.
-Ibu beli ke pasar beli daging

2. Pengertian makna kias/makna konotasi


Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai
emosi tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau
isi pikiran. Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang
dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan
kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif disamping makna denotatif.
Makna kias atau makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang
disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman,
dan criteria-kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
a. Ciri-ciri makna kias/makna konotasi
1) Makna tidak sebenarnya
2) Makna tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual
3) Makna tambahan berupa nilai rasa.
Contoh : -rumah itu habis dilalap ci jago merah. (jago merah=api)
-para tikus kantor seharusnya tidak dihukum terlalu ringan. (tikus kantor=koruptor)

C. PENGGUNAAN ISTILAH
Karya ilmiah yang baik, selain harus didukung oleh pemakaian kata yang benar dan
baik, juga harus didukung oleh pemakaian istilah yang tepat. Istilah yang digunakan dalam
sebuah karya ilmiah akan mencerminkan bidang ilmu yang dibahas didalamnya. Untuk itu,
istilah tersebut di samping memiliki sifat internasional juga memiliki sifat nasional. Istilah
internasional maksudnya bahwa makna istilah itu dikenal secara umum dalam bidang ilmu
yang bersangkutan, sedangkan sifat nasional artinya istilah itu memiliki ciri-ciri linguistik
bahasa yang bersangkutan.
Istilah umum dan Istilah khusus
Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai
secara luas, menjadi unsur kosakata umum. Misalnya: anggaran belanja, penilaian, daya,
radio, nikah, takwa
Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.
Misalnya: apendektomi, kurtosis, bipatride, pleistosen.

1. perbedaan kata dan istilah


Kata kata dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia diambil dari bahasa
Sansekerta yaitu khata yang berarti konversasi,bahasa, cerita, atau dongeng, namun
dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia kata kata mengalami penyempitan arti
semantis menjadi kata. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1997) memberikan
beberapa definisi mengenai kata,
Sementara Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang
dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang
khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa istilah bisa juga merupakan sebuah kata.
Perbedaan antara kata dengan istilah adalah kata dipakai dalam berbagai bidang
kehidupan, sedangkan istilah hanya dipakai dalam bidang kehidupan tertentu. Kata memiliki
makna yang cenderung tidak pasti, tergantung dari konteks kata itu digunakan, sementara
itu istilah cenderung memiliki makna yang pasti, tidak tergantung dari konteks.
2. Istilah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Makna yang dikandungnya tetap atau relatif tidak berubah-ubah. Istilah sinonim atau
antonim misalnya, makna kedua kata tersebut bersifat tetap. Dari dulu hingga sekarang
sinonim tetap bermakna padanan kata dan antonim berarti perlawanan makna kata. Hal
ini berbeda, misalnya, dengan kata sarjana atau ulama, yang keduanya telah mengalami
pergeseran-pergeseran makna.
b) Hanya mempunyai makna tunggal.
Istilah sintaksis, misalnya, kata tersebut hanya memiliki satu makna, yakni tata kalimat.
Hal ini berbeda dengan kata hitam, yang bisa berarti warna gelap, kehinaan, dan bisa
pula bermakna kejelekan.
c) Tidak memiliki padanan atau perlawanan makna istilah sinonim dan bukan merupakan
lawan kata istilah antonim. Demikian pula dengan tata kalimat, bukanlah padanan dari
istilah sintaksis. Tata kalimat adalah pengertian singkat dari sintaksis.
d) Istilah harus memiliki sebuah batasan atau pengertian yang realtif pasti. Karena
merupakan suatu konvensi keilmuan, maka istilah memiliki batasan-batasan yang lebih
jelas daripada kata-kata pada umumnya.
e) Dalam ilmu kimia kita mengenal lambang O2 dan H2O, yang masing-masing merupakan
wakil dari istilah oksigen dan zat cair.

Kesimpulan

Kata baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai
dengan kaidah-kaidah standar. Kaidah standar dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata
bahasa baku, dan kamus umum.
Makna lugas atau makna denotatif adalah makna yang sebenarnya, umum, apa adanya,
tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan.
Sementara Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan
yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Anda mungkin juga menyukai