Tingkat/Semester : IV/VII
PENDAHULUAN
Besar Bahasa Indonesia (KBBI)1, kata mengasuh bermakna suatu metode orang tua 2
standar dan kriteria yang orang tua terapkan serta menanamkan dan memberlakukan
tata nilai kepada anak. Jerome Kagan yang dikutip oleh Buyung Surahman
1
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Media Pustaka
Phoenix, 2013), 432.
2
Dalam hal ini, orang tua sebagai pelaku parenting jika masih ada. Namun, bagi anak yang
sudah tidak memiliki orang tua kandung, maka keluarga, kerabat dekat atau siapapun yang mengasuh
anak tersebut, itulah sebagai pelaku parenting bagi anak-anak.
anak. Di dalamnya, terdapat apa yang harus dilakukan oleh orang tua untuk
memfasilitasi agar anak mampu bertanggung jawab dan berkontribusi sebagai bagian
dari masyarakat.3
orang tua adalah segala sesuatu yang mencakup apa yang seharusnya dilakukan oleh
orang tua dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab terhadap perkembangan
anak. Dalam hal ini, orang tua mempunyai tugas yakni berkembang menjadi lebih
dari sekedar memenuhi kebutuhan fisik, memberikan yang terbaik bagi kebutuhan
Dalam parenting, cara orang tua mendidik anak menjadi ruang lingkup pembahasan
di dalamnya karena mendidik merupakan pekerjaan dan tanggung jawab yang berat
Bossard dan Boll yang dikutip oleh Mary Go Setiawani dalam bukunya
“Menerobos Dunia Anak” mengatakan bahwa keluarga adalah tempat bagi seorang
anak untuk membawa pulang pengalamannya, dan sarang bagi seorang anak untuk
tempat pelarian dan perlindunganya. Dalam pandangan anak, orang tua adalah ayah
dan ibu, seorang guru dan seorang teman. 4 Dari pemaparan di atas, dapat dipahami
bahwa memang keluarga adalah tempat utama bagi anak untuk mengalami dan
3
Buyung Surahman, Korelasi Pola Asuh Attachment Parenting Terhadap Perkembangan
Emosional Anak Usia Dini (Bengkulu: CV. Zigie Utama, 2021), 20.
4
Mary Go Setiawani, Menerobos Dunia Anak (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 9-12.
memperoleh segala sesuatu dalam diri mereka. Penulis semakin melihat pentingnya
masih banyak orang tua yang belum memiliki kesadaran penuh dalam pengasuhan
terhadap anak.5 Orang tua cenderung melakukan pola asuh yang benar hanya dalam
pandangan orang tua, tanpa memperhatikan kondisi anak. Dalam hal ini, dapat
dipahami bahwa orang tua belum optimal dalam menerapkan parenting (pola asuh
orang tua), khususnya keluarga Kristen sesuai dengan ruang lingkup yang penulis
teliti. Pola asuh yang mereka terapkan belum mampu memberikan pendidikan yang
optimal pula, baik secara karakter, kepribadian, spiritual serta sosial anak. Dampak
dari hal tersebut, salah satunya adalah tak jarang anak yang melakukan tindakan
secara optimal. Salah satu faktor adalah kemajuan teknologi yang mengendalikan
manusia. Dikarenakan teknologi yang semakin maju, seolah-olah semua hal bisa
didapatkan di dalamnya. Hal ini memicu terjadinya kemerosotan sosial, baik dalam
5
Arri Handayani, Psikologi Parenting (Yogyakarta: Bintang Semesta Media, 2021), 14.
6
Marjorie L. Thompson, Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan: Sebuah Visi Tentang
Peranan Keluarga Dalam Pembentukan Rohani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 45.
Selain itu, faktor yang mempengaruhi kurangnya pengoptimalan parenting
adalah perbedaan generasi. Perbedaan ini melibatkan kepercayaan, emosi dan pilihan-
pilihan. Hal ini telah menghasilkan salah pengertian, ketegangan dan konflik terbuka
antaranggota keluarga, terutama orang tua dan anak. Adalah sangat penting bagi
orang tua memahami bagaimana generasi muda dan generasi tua berkembang dengan
orang tua akan berelasi secara buta dan tidak akan mengerti apa yang anak-anak
katakan dan lakukan.7 Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa pola asuh yang dilakukan
dan anak yang diasuh kerap kali berbeda. Orang tua melakukan pola asuh sesuai
generasinya, sedangkan anak yang diasuh berbeda generasi dengan orang tua.
perbedaan prinsip mengasuh suami-isteri (orang tua) juga menjadi salah satu faktor
penyebab kurang optimalnya parenting dalam keluaga. Suami dan isteri yang
memiliki latar belakang berbeda, merasakan didikan yang berbeda dari orang tua
mereka membuat orang tua memiliki prinsip mengajar anak yang berbeda. Misalnya,
ayah yang dulunya merasakan didikan keras harus menerapkan pola asuh yang keras
juga terhadap anak. Begitu juga ibu, yang dulunya mendapat didikan lembut harus
menerapkan didikan yang lembut pula kepada anak. Dengan perbedaan prinsip
keluarga.8
7
Julianto Simanjuntak & Roswitha Ndraha, Kompak Mengasuh Anak: Mengenali Sikap
Orang Tua Yang Disukai Anak-anak (Tangerang: Yayasan Pelikan, 2008), 40.
8
Stephen Tong, Keluarga Bahagia (Surabaya: Momentum, 2006), 105.
Dari beberapa faktor di atas, penulis memahami bahwa kurangnya
pengoptimalan parenting menjadi masalah baik bagi orang tua yang menerapkan dan
kepada anak yang dididik dan diasuh. Sejalan dengan persoalan tersebut, penulis akan
Teran?
keluarga
diantaranya:
pengoptimalan parenting
peneliti berikutnya
lebih terarah dan fokus pada pokok permasalahan yang diteliti. Batasan penelitian
yang pertama adalah menguraikan parenting yang belum optimal. Alasan penulis
membatasi pada parenting yang belum optimal adalah karena penulis melihat dan
telah melakukan wawancara kepada beberapa orang tua, ternyata masih ada orang tua
yang belum berhasil melakukan parenting secara optimal. Batasan kedua adalah
keluarga Kristen. Alasan penulis membatasi hanya mengacu pada keluarga Kristen
adalah karena penulis melihat dan mewawancarai beberapa keluarga yang ketepatan
adalah keluarga Kristen. Mereka lebih mau terbuka ketika penulis melakukan
wawancara. Ketiga adalah desa Sukanalu Teran Sumatera Utara. Penulis memilih
tempat penelitian tersebut karena persoalan lingkungan terkait dengan judul yang
diajukan. Selain itu, desa Sukanalu Teran adalah tempat tinggal penulis. Jadi, akan
penelitian.
1.6. Hipotesis
Berdasarkan penelitian ini, asumsi awal yang diberikan penulis adalah bahwa
Shema Israel yang terdapat dalam kitab Ulangan 6:1-9 sebagai suatu usaha untuk
kepenulisan dari metode kualitatif. Penelitian ini mengacu pada context of discovery,
yang pada dasarnya mengharapkan penemuan sesuatu yang nantinya dapat diangkat
menjadi hipotesis bagi penelitian selanjutnya. 9 Dalam metode ini, penulis memiliki
bekal teori yang menolong penulis untuk bertanya, menganalisis, memotret dan
merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala
yang ada, yakni keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan
tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Ada
yakni penelitian survei (survey studies), studi kasus (case studies), penelitian
studies).10
Berdasarkan metode di atas, untuk penelitian karya ilmiah ini penulis akan
9
Zainal Aqib & Mohammad Hasan Rasidi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yogyakarta:
ANDI, 2019), 7.
10
Fenti Hikmawati, Metodologi Penelitian (Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2019), 88.
kemudian menyajikannya secara sistematis sesuai dengan sub bagian yang telah
ditentukan dalam penelitian ini. Kedua, penulis akan memaparkan bagaimana Shema
melakukan tafsiran teks Ulangan 6:1-9 dari berbagai kepustakaan atau buku-buku
Sukanalu Teran yang masih belum optimal, penulis mewawancarai beberapa keluarga
penulis akan merelevansikan Shema Israel dalam kitab Ulangan 6:1-9 bagi keluarga
Kristen desa Sukanalu Teran. Penulis akan menjelaskan gagasan yang sudah
dipaparkan dalam landasan teori, kemudian disesuaikan dengan data lapangan yang
parenting.
Bab IV, penulis akan memaparkan relevansi dari Shema Israel sebagai
Daftar Pustaka
Aqib, Zainal, dan Mohammad Hasan Rasidi. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Hidup, 2004.