Anda di halaman 1dari 3

1.

Profil Matrik Metode simulasi assessment centre :

Simulasi LGD Negosiasi In- Problem Presentasi Wawancara


Kelompok Tray/In Analysis
Dimensi Basket
Analythical Thinking x x x x
Strategic Orientation x x x
Business Awareness x x x
Problem Solving x x x x
Kreativitas x x x x x
Planning & Organizing x x x x x x
Team Work x x
Persuasi x x x
Drive for Achievement x x
Leadership x x x x

2. Alur Proses Pelaksanaan Assesment Center

3. Bias Subjektif dari atribut peserta :


 Efek kesan pertama

Kesan pertama yang cukup kuat terhadap peserta akan dapat membuat kesan yang
terbentuk pada saat-saat berikutnya menjadi kurang berarti, padahal kesan awal mungkin
saja tidak sejalan dengan hasil assessment nya.

 Efek Kontrak

Kelompok yang sangat aktif dapat membuat seorang peserta yang sebenarnya cukup
kontributif menjadi kelihatan kurang aktif dibandingkan keaktifan kelompok secara
keseluruhan dan sebaliknya.

 Efek “halo Effect” dan “Devil Effect”

Tanpa konsentrasi yang cukup kuat, pengamat dapat terpengaruh oleh kecenderungan untuk
menggeneralisasikan suatu kesan tertentu baik yang positif maupun negative mengenai
peserta pada berbagai aspek yg lain. Dalam kasus ini pengamat diharapkan untuk tetap
objektif terhadap fakta-fakta perilaku yang ditampilkan oleh peserta, bukan hanya kesan-
kesan awal peserta.

 Keterampilan berbicara

Seorang peserta yang pintar berbicara dapat menimbulkan kesan yang kurang berdasar
(bias). Seseorang yang pandai berbicara bukan berarti memiliki kemampuan yang baik pada
aspek-aspek yang lain, seperti kemampuan analitis, interpersonal dan team work. Dalam hal
ini pengamat harus juga memperhatikan isi dan konteks yang dibicarakan, keterampilan-
keterampilan menggunakan bahasa verbal dan non verbal, ekspresi wajah dan sebagainya.

 Daya Tarik fisik

Peserta dengan daya Tarik fisik yang tinggi terkadang dapat menimbulkan bias juga dalam
proses pengamatan. Pengamat harus tetap objektif kepada fakta-fakta perilaku yang
ditampilkan peserta dalam proses Latihan simulasi.

 Gender

Posisi pekerjaan tertentu terkadang dapat mempengaruhi terhadap persepsi pengamat,


bahwa gender tertentu yang cocok/tepat untuk mengisi posisi tersebut. Hal ini harus
dihilangkan, pengamat harus tetap kembali kepada kompetensi dan kemampuan masing-
masing peserta, bukan berdasarkan gender tertentu yang sesuai untuk posisi tersebut

4. Perangkap Penilaian dalam proses Assesment Center

Berikut adalah Perangkap penilaian yang dapat dihindari dalam proses Assesment Center :

A. Pola Pikir Matematis


Terkadang para asesor mudah terjebak dalam penilaian numerik yang digunakan dalam
assessment centre. Untuk menghindari hal tersebut, harus disadari benar bahwa penilaian
dalam bentuk angka hanyalah suatu jalan pintas dalam penulisan dan sama sekali tidak dapat
menggantikan atau diartikan sebagai deskripsi perilaku. Pernyataan seperti “kemampuan
komunikasi saudara “X” saya usulkan 4”, memang ringkas, namun dapat membuat para
asesor lupa mengenai makna yang terkandung dalam angka 4 tersebut. Jika ditanggapi
dengan pernyataan “ saya tidak setuju, skor komunikasi yang bersangkutan ada di 3”, maka
pernyataan seperti itu akan membuat diskusi dalam integrasi dapat menjadi sesat makna.

B. Konflik Data
Salah satu jenis kasus yang terkadang membingungkan para asesor adalah terjadinya
perbedaan yang sangat mencolok diantara sejumlah data yang bersumber dari instrument
atau metode assessment yang berbeda.

Berikut contohnya :

Metode Negosiasi Problem In- Analisis Role Play Wawacara


Dimensi Kelompok Solving Tray Kasus Presentasi
Kelompok
Persuasi - 2 - 5 1 4
Dalam kasus seperti ini harus diingat kembali bahwa bukti perilaku yang diperoleh dari
masing-masing metode bentuknya berbeda-beda. Dalam Latihan simulasi interaktif, untuk
kelompok maupun individual – dalam kasus ini problem solving kelompok dan role play
presentasi – para assessor dapat melihat sendiri faktanya dengan jelas bahwa peserta tidak
mampu mempengaruhi orang lain. Dalam analisis kasus atau wawancara, peserta
menggambarkan dirinya, atau dengan kata lain menilai diri sendiri
– sebagai seorang yang percaya diri dalam situasi sosial, dapat melakukan persuasi dan
negosiasi dengan orang lain. Secara keseluruhan, dalam kasus semacam ini sudah selayaknya
data yang bersumber dari Latihan-latihan simulasi interaktif memperoleh bobot sumbangan
yang lebih besar daripada persepsi diri. Asesor harus mampu menjelaskan mengapa
seseorang mempersepsikan diri sebagai orang yang penuh percaya diri, akan tetapi gagal
mempengaruhi orang lain dalam Latihan simulasi interaktif.

C. Penilaian tidak selaras dengan bukti


Kasus ketidakselarasan antara penilaian dan bukti-bukti kompetensi, hal ini juga dapat
menggangu / membingungkan dalam proses pengambilan keputusan/kesepakatan pada sesi
integrasi rapat asesor. Contohnya sebagai berikut :

Kerja sama tim dan kepekaan :


“Saudara Y aktif terlibat dan berperan dalam aktivitas diskusi kelompok, dan
memberikan kontribusi bagi kelompok setidaknya dua kali lebih banyak daripada
anggota tim lainnya. Ia tampak sangat bersemangat dan dominan dalam
menyampaikan gagasan- gagasannya kepada rekan-rekan kelompok. Ia paling sering
berbicara, mengeraskan dan meninggikan nada suaranya agar dapat lebih didengar
oleh orang lain. Beberapa kali pada saat seorang rekan berbicara atau bertanya, ia
memotong pembicaraannya untuk menegaskan pandangan dia sendiri. Ia tidak
pernah meminta rekan lain untuk menyampaikan pendapat atau gagasannya”

Banyak diantara data atau bukti yang disajikan bernilai negative dalam kaitannya dengan
kompetensi “kerja sama tim”, tetapi assessor memberikan penilaian 3 atau cukup memadai
(acceptable). Dalam kasus seperti ini perlu dilakukan penilaian ulang. Kemungkinan lain,
assessor melupakan (tidak menyertakan) bukti-bukti positif yang membuatnya memberikan
nilai 3.

Anda mungkin juga menyukai