Anda di halaman 1dari 25

LANDASAN PENDIDIKAN - KELOMPOK 1

SYAHRUNI ARISANDY ROSDIANA

IAN PERDANA TAMSUR

LINAWATI TITI HARTI AMBAN


HAKIKAT MANUSIA DALAM
DIMENSI PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKAN
Pengertian Hakikat Manusia

Hubungan Hakikat Manusia


dengan Pendidikan
Dimensi Hakikat Manusia
(Makhluk Tuhan)
Dimensi Hakikat Manusia
(Makhluk Individu)
Dimensi Hakikat Manusia
(Makhluk Sosial)
Dimensi Hakikat Manusia
(Makhluk Susila)
Dimensi Hakikat Manusia
(Makhluk Beragama)
Dimensi Hakikat Manusia
(Makhluk Berbudaya)
Pengertian Hakikat Manusia

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta


didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi
kemanusiaanya merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas
mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika
pendidik memiliki gambaran jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang
meliputi : arti hakikat manusia dan dimensi-dimensinya. Ciri khas manusia yang
membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu (integrated)
dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia
karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia yang akan
membentuk karakter manusia.
Pengertian Hakikat Manusia
Hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karateristik, yang secara
prinsipil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Adanya
sifat hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia
sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi daripada hewan. Secara garis
besar dapat diartikan sebagai Makhluk yang memiliki akal pikiran, sehingga
dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial. Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang
positif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan
nasibnya. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
Hakikat manusia merupakan makhluk dimensional yang mempunyai kelebihan
dari pada makhluk lainnya. Manusia mempunyai kelebihan serta kehendak yang telah
ada pada dirinya, dan juga manusia bagian dari alam yang melakukan apapun
terhadap alam, ia mempunyai tempat yang unik dan istimewa berinterpretasi di dunia
ini. Manusia merupakan titipan Tuhan keatas bumi untuk menjadi makhluk individu,
sosial, dan kebudayaan, serta religius.
Selain itu, Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna,
karena manusia dibekali dengan berbagai kelebihan dibanding dengan makhluk lain,
yaitu nafsu (sifat dasar iblis), taat/patuh/tunduk (sifat dasar malaikat), dan akal
(sifat keistimewaan manusia). Ketiga hal tersebut membuat manusia memiliki
kedudukan yang tinggi di hadapan-Nya, jika manusia dapat mengatur ketiganya dan
dapat memposisikan diri sebagaimana yang dititahkan oleh Allah SWT.
Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan

Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik,


mengajar, membimbing dan melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan
sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai. Maka dalam
pelaksanaanya, kegiatan tadi harus berjalan secara serentak dan terpadu,
berkelanjutan, serta serasi dengan perkembangan anak didik serta
lingkungan hidupnya dan berlangsung seumur hidup. Mendidik mencakup
banyak hal, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan
manusia, mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan,
pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai pada perkembangan iman.
ASAS HAKIKAT MANUSIA
DENGAN PENDIDIKAN

Manusia Tugas dan


sebagai Perkembangan Manusia
tujuan manusia manusia
makhluk yang dapat
adalah menjadi bersifat
belum selesai Berkembang
manusia terbuka

Aspek potensi untuk Manusia mungkin


Artinya manusia harus Artinya manusia harus
menjadi apa dan siapa, berkembang sesuai dengan
merencanakan, berbuat, dan merencanakan dan berbuat.
merupakan tugas yang kodratnya dan martabat
menjadi. Dengan demikian setiap Dengan demikian setiap saat
harus diwujudkan oleh kemanusiaanya, sebaliknya
saat manusia dapat menjadi lebih manusia dapat menjadi lebih
setiap orang. mungkin pula berkembang
atau kurang dari keadaanya. atau kurang dari keadaanya.
kearah yang kurang sesuai.
Dimensi Hakikat Manusia

Dimensi sebagai Makhluk Tuhan


Dalam Al-Qur’an banyak ditemukan gambaran yang membicarakan
tentang manusia dan makna filosofis dari penciptaannya. Manusia
merupakan makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-baiknya ciptaan
yang dilengkapi dengan akal fikiran. Ibnu ‘Arabi melukiskan hakikat
manusia dengan mengatakan bahwa, “tidak ada makhluk Allah yang lebih
bagus daripada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui,
berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir, dan memutuskan.
Ada 3 kata yang
terdapat di Al- Al-Basyar
Qur’an untuk
menunjukkan
Al-Insan
pada konsep
Manusia
sebagai Al-Nas
Makhluk Tuhan
1. Al-Basyar
1.

Kata Al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 36 kali


dan tersebar dalam 26 surah. Secara etimologi, al-basyar berarti
kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya
rambut. Penamaan ini memberikan makna bahwa secara biologis
yang mendominasi manusia adalah kulitnya dibanding rambut atau
bulunya. Pada aspek ini terlihat perbedaan umum bilogis manusia
dengan hewan yang lebih didominasi bulu atau rambut.
2. Al-Insan
Kata al-Insan yang berasal dari kata al-uns, dinyatakan dalam Al-Qur’an
sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surah. Secara etimologi, al-insan dapat
diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Kata al-Insan
digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk
jasmani dan rohani.

3. Al-Nas
Kata al-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar
dalam 53 surah. Kata al-Nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai
makhluk sosial secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan atau
kekafirannya.
Dimensi Hakikat Manusia

Dimensi sebagai Makhluk Individu (Individual Being)


Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individuum, artinya yang
tak terbagi. Dalam bahasa inggris individu berasal dari kata in dan divided.
Kata In salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan divided
artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.
Individu adalah hasil proses reproduksi spesies manusia, tetapi proses ini
memerlukan partisipasi dua individu. Interaksi antar individu menghasilkan
masyarakat; dan masyarakat, yang menjadi saksi munculnya budaya,
mempengaruhi individu-individu melalui budaya.
Manusia sering memperlihatkan dirinya sebagai makhluk individu, seperti
ketika mereka memaksakan kehendaknya (egoisme), memecahkan
masalahnya sendiri, percaya diri, dan lain-lain. Menjadi seorang individu
manusia mempunyai ciri khasnya masing-masing. Antara manusia satu
dengan yang lain berbeda-beda, bahkan orang yang kembar sekalipun,
karena tidak ada manusia di dunia ini yang benar-benar sama persis.
Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu, bahwa
manusia memiliki harkat dan martabat yang mempunyai hak-hak dasar,
dimana setiap manusia memiliki potensi diri yang khas, dan setiap manusia
memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Sebagai Makhluk Individu Manusia Berperan
untuk Mewujudkan hal-hal sebagai berikut :

Merealisasikan segenap
potensi diri baik sisi
Menjaga dan jasmani dan rohani
Mempertahankan Harkat
dan Martabatnya
Memenuhi kebutuhan dan
kepentingan diri demi
kesejahteraan hidupnya
Mengupayakan
terpenuhinya hak-hak
dasarnya sebagai manusia
Dimensi Hakikat Manusia

Manusia sebagai Makhluk Sosial (Social Being)


Social Being Menurut M.J Langeveld
Menurut M.J Langeveld bahwa setiap anak dikaruniai benih
kemungkinan untuk bergaul. Adanya dimensi sosial pada diri manusia
tampak jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya pergaulan,
setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Social Being Menurut Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant bahwa manusia hanya menjadi manusia jika
berada diantara manusia. Seseorang dapat mengembangkan
individualitasnya di dalam pergaulan sosial, karena di situ manusia
berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat
yang dikagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak dari sifat
yang tidak disukainya. Dimensi kesosialan manusia tumbuh berkat adanya
rasa saling membutuhkan. Untuk saling membantu, saling melengkapi
antar mereka, baik anak-anak maupun orang tua dan manusia lainya.
Dimensi Hakikat Manusia

Manusia sebagai Makhluk Kesusilaan


Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi.
Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak hanya berbuat yang
pantas tetapi juga kesopanan.. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan
untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakanya. Sehingga dikatakan
manusia itu adalah mahluk susila. Pendidikan kesusilaan meliputi rentangan yang
luas penggarapanya, mulai dari ranah kognitif yaitu mengetahui sampai kepada
menginternalisasi nilai sampai kepada ranah efektif dan meyakini, meniati sampai
kepada siap sedia untuk melakukan. Implikasi pedegogisnya ialah bahwa
pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran melakukan kewajiban dari
pada hak pada peserta didik.
Dimensi Hakikat Manusia

Manusia sebagai Makhluk Beragama


Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Beragama merupakan
kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bersandar. Manusia sebagai makhluk beragama
mempunyai kemampuan menghayati pengamalan diri dan dunianya sesuai
dengan keyakinannya masing-masing. Pemahaman agama diperoleh melalui
pelajaran agama, sembahyang, doa-doa, maupun meditasi. Jauh dekatnya
hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan ketaqwaan
manusia yang bersangkutan. Di dalam masyarakat Pancasila, meskipun
agama dan kepercayaan yang dianutnya berbeda-beda, diupayakan
terciptanya kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling
pengertian, menghargai, kedamaian, ketentraman, dan persahabatan.
Faktor yang
1 Pembentukan inti
mempengaruhi Dimensi Pembentukan kata hati

Keber-agamaan nurani
Pembentukan niat dalam
melakukan kegiatan

2 Pembentukan Kebiasaan

Biasa berbuat baik pada


Tuhan
Biasa berbuat baik terhadap
sesama manusia
Biasa berbuat baik terhadap
makhluk Tuhan yang lainnya

3 Pembentukan Jiwa

Pandangan hidup yang selaras


& seimbang dalam kehidupan
sehari-hari yang sesuai dengan
tuntutan agama
Dimensi Hakikat Manusia

Manusia sebagai Makhluk Berbudaya


Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang
berarti budi atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang
memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis
dan ilmiah adalah E.B Taylor dalam buku yang berjudul
“Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan
lain, serta kebiasaan yang di dapat manusia sebagai anggota
masyarakat.
Selain itu, menurut Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayan
sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang
teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar
dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari
beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil
karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar,
yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Manusia
adalah makhluk berbudaya, artinya makhluk yang berkemampuan
menciptakan kebaikan, kebenaran, berkeadilan, dan bertanggung
jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal
budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun
bagi masyarakat demi kesempurnaan kehidupnya. Sebagai catatan
bahwa dengan pikirannya manusia mendapatkan ilmu pengetahuan.
Dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya dan dengan
perasaannya manusia dapat mencapai kebahagiaan.
Kebudayaan materil (bersifat
jasmaniah), yang meliputi Kebudayaan non-materiil
benda-benda ciptaan manusia, (bersifat jasmaniah), yaitu
misalnya kendaraan, alat rumah semua hal yang tidak dapat
Kebudayaan adalah dilihat dan diraba, misalnya
tangga, dan lain-lain.
segala sesuatu yang agama, bahasa, ilmu
dilakukan dan
pengetahuan & sebagainya.
dihasilkan manusia,
yang meliputi:
Terima Kasih...

SYAHRUNI ARISANDY ROSDIANA

IAN PERDANA TAMSUR

LINAWATI TITI HARTI AMBAN

Anda mungkin juga menyukai