Anda di halaman 1dari 4

Model 5: Connection, challenge, concept, change (4C)

Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Model ini cocok
untuk digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran. Ada beberapa
pertanyaan kunci yang menjadi panduan dalam membuat refleksi model ini, yaitu:
1) Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai
Calon Guru Penggerak?
2) Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari
praktik yang Anda jalankan selama ini?
3) Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda
penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan
setelah menjadi Guru Penggerak?
4) Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah
mendapatkan materi pada hari ini?

Tentang penulis
Nama Lengkap
MA’RIFATUS SA’ADAH
Tempat Tugas
SDN 3 Kedunggebang, Kec. Tegaldlimo
Kab. Banyuwangi
Nama Instruktur
Bpk. Suwardi
Nama Fasilitator
Bpk. Mujib
Nama Pengajar Praktik
Bpk. Edy Siswanto
Email
Marifatussaadah94@gmail.com

JURNAL REFLEKSI 1.1 1


JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN
MODUL 1.1
OLEH : MA’RIFATUS SA’ADAH
SDN 3 KEDUNGGEBANG
CGP ANGKATAN 7 KAB. BANYUWANGI

Keterkaitan materi yang saya dapat dengan peran saya sebagai guru penggerak
yaitu tentang siswa, tentang bagaimana cara melaksanakan pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai
dan sesuai dengan kodrat alam yang dimiliki siswa serta sesuai dengan kodrat
zaman yang berkembang saat ini. Materi dalam minggu ini yang saya pelajari
selama proses pelatihan menjadi calon guru penggerak bermula sosialisasi calon
guru penggerak sekaligus pembukaan calon guru penggerak angkatan 7 yang
bertempat di SMPN 1 CLURING pada tanggal 23 Oktober 2022. Setelah itu semua
peserta calon guru penggerak diminta untuk berkumpul sesuai dengan kelasnya
masing-masing, yang sebelumnya kelas sudah dibagi melalui laman Learning
Management System (LMS) , didalam kelas tersebut terdapat pengajar praktik yaitu
bapak Edy Siswanto, beliau orangnya sabar sekali dalam membimbing kelompok
kami yaitu kelompok 13. Selain pengajar praktik ada juga fasilitator, namun ia
sebagai fasilitataor secara daring, namanya bapak Mujib, beliau juga tak kalah
sabarnya, pak Mujib ini setiap pagi mengirim surat cinta yang berisi kegiatan-
kegiatan yang harus dilaksanakan pada hari ini. Apabila ada tugas yang sudah
mendekati deadline, beliau selalu mengingatkan agar peserta calon guru penggerak
segera mengupload tugas tersebut agar tidak terlewatkan sampai deadline habis.
Selain pengajar praktik dan fasilitator ada juga instruktur kita namanya bapak
Suwardi, beliau berasal dari Jawa Barat, dalam penyampaian materi mudah sekali di
fahami, beliau orangnya humoris dan juga sangat sabar. Saya sangat bersyukur
mendapatkan pengajar praktik, fasilitator dan juga instruktur yang sangat baik dan
sabar sekali.
Sebelum materi dan tugas-tugas dimulai kegiatan calon guru penggerak diawali
dengan pretest modul 1.1 . pretest ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal peserta calon guru penggerak dan dilanjutkan dengan kegiatan “mulai dari diri
“kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman diri tentang pemikiran(filosofi
pendidikan) Ki Hadjar Dewantara. Selanjutnya dilanjutkan dengan kegiatan
“eksplorasi konsep” dimana calon guru penggerak berdiskusi tentang filosofi Ki
Hadjar Dewantara dalam ruang kolaborasi secara virtual dan masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di ruang virtual tersebut dilanjutkan
dengan mengunggah tugas diskusi tersebut di Learning Management System (LMS),
dilanjutkan dengan “Demonstrasi Kontekstual” dimana calon guru penggerak ini
diharapkan dapat mendesain strategi dalam mewujudkan pemikiran Ki Hadjar
Dewantara bisa dalam bentuk vidio, infografis, puisi, lagu dll. setelah demonstrasi

JURNAL REFLEKSI 1.1 2


kontekstual dilanjutkan dengan elaborasi pemahaman dimana calon guru penggerak
diharapkan mendapat penguatan pemahaman tentang pemikiran Ki Hadjar
Dewantara melalui materi yang disajikan oleh Instruktur. Elaborasi pemahaman
telah usai dilanjutkan dengan “ koneksi antar materi “ dimana calon guru penggerak
membuat kesimpulan dalam bentuk esai atau jurnal reflektif tentang pendidikan
yang berpihak pada murid dengan merefleksikan seluruh rangkaian materi yang
sudah dipelajari dari pemikiran KHD dan mengimplementasikan strategi dalam
mewujudkan pemikiran KHD sebagai bentuk aksi nyata ke proses pembelajaran
setiap hari.

Penyampaian materi calon guru penggerak ini melalui online dan offline. Saat online
aplikasi yang kita gunakan yaitu zoom meeting, akan tetapi saat offline kita
berkumpul dalam suatu tempat yang biasa disebut dengan lokakarya. Selama 6
bulan kedepan pertemuan lokakarya yang sudah terjadwal sebanyak 7x. Di dalam
lokakarya banyak sekali materi yang menarik yang disampaikan pengajar praktik.
Pada saat pengajar praktik menyampaikan materi tentang refleksi pemikiran ki
hadjar dewantara, beliau mengatakan bahwa sebagai seorang guru kita harus dapat
memahami karakteristik siswa setiap individu agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai, akan tetapi dalam suatu kelas yang besar memahami karakteristik masing-
masing siswa itu sangat menyita banyak waktu sehingga hal ini sangat bertentangan
dengan kenyataan yang ada terutama pada kelas besar. Pernyataan tersebut sangat
cocok diterapkan pada kelas kecil, dimana siswanya dapat dikondisikan terutama
dalam memahami karakterisktik masing-masing siswa. Apabila diterapkan dalam
kelas kecil maka tidak akan menyita banyak waktu dan tidak mengganggu proses
pembelajran yang akan dilaksanakan terutama tujuan pembelajaran pun akan tetap
terwujud.

Pada modul 1.1 ini materi yang dibahas tentang refleksi filosofi pendidikan nasional
Ki Hadjar Dewantara, dalam modul ini terdapat banyak sekali konsep-konsep utama
yang saya rasa sangat penting untuk dibuat pedoman saat menjadi calon guru
penggerak maupun setelah menjadi calon guru penggerak bahkan sangat penting
untuk diterapkan dalam pembelajaran. Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan
yaitu memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia
mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. KHD menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun dimana kita sebagai pendidik diharapkan
dapat menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar ia dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia
maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidik hanya dapat
menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak agar anak
dapat memperbaiki lakunya(bukan dasarnya)hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat
anak. KHD juga menjelaskan bahwa tujuan pendidikan juga harus sesuai dengan

JURNAL REFLEKSI 1.1 3


kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan yang harus sesuai dengan kodrat alam
dan kodrat zaman bertujuan agar kita dapat mencapai tujuan pembelajran dengan
baik dimana kita sebagai pendidik harus dapat memahami siswa sesuai dengan
kodratnya dan dapat menyesuaikan pendidikan dengan zamannya, jadi kodrat alam
dan kodrat zaman harus saling beriringan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
sesuai harapan. KHD juga menyampaikan budi pekerti, watak atau karakter siswa
juga harus ada perubahan dalam pembelajaran hal ini dimaksudkan antara gerak
pikiran, perasaan dan kehendak/kemauan harus seimbang agar dapat menimbulkan
tenaga untuk bertindak menjadi prilaku yang diharapkan yaitu budi pekerti yang
baik. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila kita sebagai pendidik sudah
menerapkan pemikiran-pemikiran KHD tersebut (menuntun siswa, memperhatikan
kodrat alam yang ada pada siswa dan kodrat zaman saat ini, serta berbudi pekerti
yang baik) tanpa budi pekerti yang baik maka pendidikan menjadi tidak bermakna.
Budi pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi
dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.

Perubahan nyata yang saya alami setelah mendapatkan materi pada modul 1.1 dan
dapat saya terapkan di dalam kelas yaitu :
1. Proses pembelajaran dipusatkan pada siswa dan menyadari bahwa sumber
belajar tidak hanya dari guru, dimana siswa boleh memilih sumber belajar dari
mana saja, apa dan dimana mereka menemukan sumber belajar itu. Proses
pembelajaran berpusat pada siswa merupakan suatu pembelajaran yang
melibatkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga mereka
bisa mengembangkan pengetahuan yang dimiliki
2. Metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran agar
pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan
3. Menghargai perbedaan karakteristik yang dimiliki siswa
Siswa tentunya memiliki perbedaan karakteristik masing-masing, sehingga saya
sebagai guru/fasilitator harus bisa menuntun murid sesuai dengan bakat dan
minatnya agar dapat berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman
saat ini dan memberikan kebebasan menggunakan cara apa siswa dalam
menyelesaikan tugasnya
4. Berusaha menyemangati siswa dengan cara misalnya memberi apresiasi bagi
siswa yang dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, melakukan game
sederhana seperti game bernyanyi balonku ada lima sedangkan huruf vokalnya
diganti dengan huruf “O”.
5. Memperhatikan pembelajaran dengan perkembangan afektif dan psikomotorik
karena saya menyadari bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran itu tidak
hanya siswa bisa mengerjakan tugas dengan baik melainkan perilaku yang dimiliki
juga harus baik agar sesuai profil pelajar pancasila yang berkembang saat ini

JURNAL REFLEKSI 1.1 4

Anda mungkin juga menyukai