Anda di halaman 1dari 7

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL DI

INDONESIA
Syarifah Aini Siregar, Cahya Dwi Putri, Evi Bunga Lestari Br hite

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

ainisiregarsyarifah@gmail.com, evibungalestari103@gmail.com, cahyadwiptri@gmail.com

Abstrak
Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh sistem-
sistem kehidupan lain yang terjadi di luar sistem pendidikan. Dalam kerangka keterkaitan antara
sistem pendidikan dengan bidang-bidang kehidupan di luar sistem tersebut terdapat beberapa faktor
di luar sistem pendidikan yang perlu memperoleh perhatian serius agar tampak adanya keterkaitan
fungsionalnya masing-masing. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, karena itu
setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat
dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender.Bagi
bangsa Indonesia, pandangan hidupnya adalah Pancasila. Pancasila sebagai landasan filosofis
pendidikan mempunyai makna 1. Dalam merumuskan pendidikan harus dijiwai dan didasarkan pada
Pancasila 2. Sistem pendidikan nasional haruslah berlandaskan Pancasila 3. Hakikat manusia
haruslah diwujudkan melalui pendidikan, sehingga tercipta sistem kebijakan pembangunan bangsa
Indonesia yang dicita-citakan Pancasila.

Kata Kunci: Pendidikan, UUD 1945, Pancasila

Abstrak
Education is a system that influences and/or is influenced by systems other lives that occur
outside the education system. Within the framework of the relationship between education systems
with areas of life outside the system there are several factors outside the education system which need
to receive serious attention so that their respective functional relationships can be seen respectively.
The Preamble to the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia states that One of the goals of the
Republic of Indonesia is to make the nation's life intelligent. Education is a human right of every
Indonesian citizen, therefore every Indonesian citizen has the right obtain quality education in
accordance with their interests and talents regardless social status, race, ethnicity, religion and
gender. For the Indonesian people, their outlook on life is Pancasila. Pancasila as the philosophical
basis of education has meaning 1. In formulating education must be imbued with and based on
Pancasila 2. The national education system must be based on Pancasila 3. Human nature must be
realized through education, so that it is created Indonesian people who aspire to Pancasila.

Keywords : Education, UUD 1945, Pacasila

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh


sistemsistem kehidupan lain yang terjadi di luar sistem pendidikan. Dalam kerangka keterkaitan
antara sistem pendidikan dengan bidang-bidang kehidupan di luar sistem tersebut terdapat beberapa
faktor di luar sistem pendidikan yang perlu memperoleh perhatian serius agar tampak adanya
keterkaitan fungsionalnya masing-masing. Faktor-faktor tersebut antara lain meliputi faktor
kependudukan, politik, ekonomi, ketenagakerjaan, sosial-budaya, hubungan internasional dan
sebagainya. Pendidikan memiliki fungsi yang hakiki dalam menyiapkansumberdaya manusia (SDM)
baik sebagai aktor-aktor dalam pembangunan maupun untuk menjalankan fungsi dari berbagai bidang
kehidupan yang bersangkutan (Kuntoro, 2008, p.16).. Berkaitan dengan fungsi tersebut berjalannya
sistem pendidikan tidak boleh lepas dari perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan
tersebut.

Berdasarkan hal tersebut di atas, tantangan yang dihadapi oleh pendidikan tidak semata-mata
datang dari sistem pendidikan secara internal, bahkan yang lebih banyak adalah tantangan eksternal
atau tantangan yang berasal dari luar sistem pendidikan itu sendiri. Tantangan eksternal dari sistem
pendidikan seharusnyamerupakan sumber aspirasi yang paling utama dalam melakukan perubahan
dan pembaharuan sistem pendidikan secara internal. Dengan demikian pendidikan tidak akan terus
mendapat tudingan membangun pulau sendiri (building its own island) seperti halnya kritik-kritik
yang selalu terlontar dari berbagai pihak yang menaruh perhatian terhadap sistem pendidikan nasional
(Dewantara, 1977, p.14).

Tantangan masa depan bagi sistem pendidikan di Indonesia tidaklah semata-mata


menyangkut bagaimana meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan secara internal (internal
efficiency), tetapi bahkan yang lebih penting adalah menyangkut bagaimanakah meningkatkan
kesesuaian pendidikan dengan bidang-bidang kehidupan lain (external efficiency) (Kuntoro, 2008, pp.
6-7). Pembangunan sistem pendidikan tidak seharusnya hanya ditujukan pada pengembangan
pendidikan sebagai sistem tersendiri, tetapi juga pengembangan sistem pendidikan sebagai salah satu
sistem atau bagian yang integral dari sistem lain yang lebih luas. Dengan demikian pembangunan
sistem pendidikan harus mampu memberikan arti fungsional bagi pembangunan nasional dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat.

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan


bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, karena itu setiap warga negara
Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang
dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan akses dan
peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life
skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan
modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila (Dewantara, 1977, p. 13)..

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan model penelitian kualitatif, dengan paradigma naturalistik
fenomenologi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bukan untuk mendapatkan generalisasi,
namun dapat ditransfer pada populasi lain yang memiliki ciri-ciri yang sama, dengan diikuti upaya
penyesuaian (Bogdan & Taylor, 1992, p.32).. Metode yang digunakan kualitatif, pengambilan sampel
secara purposive, analisis data secara induktif, grounded theory. Desain penelitian bersifat sementara,
hasil penelitian disepakati, modus laporan studi kasus. Selanjutnya penafsiran secara idiografik,
aplikasi tentatif, dan ikatan konteks terfokus. Sedangkan kriteria kepercayaan adalah kredibilitas,
transferabilitas, dependabilitas, dan konformabilitas. Cara kerja yang dilakukan meliputi tiga tahap,
yakni (1) tahap pra lapangan, (2) tahap di lapangan, (3) tahap analisis data. Guna memperoleh data
yang terkait dengan problematika penelitian maka diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai.
Mengingat penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu studi yang mendeskripsikan hasil penelitian dalam
bentuk naratif, bukan kuantitatif, maka ada empat teknik penelitian kualitatif yang dapat digunakan,
yakni participant observation, pengamatan langsung, intensive interview, dan case studies (Guba
dalam Muhadjir, 1993, p.126).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan meliput: (1) pengamatan partisipatif, (2)


pengamatan nonpartisipatif, (3) wawancara mendalam, (4) dokumentasi dan 4) triangulasi. Beberapa
teknik tersebut dilakukan secara bertahap dan bergantian sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.
Dengan demikian masing-masing teknik dapat saling mengisi dan melengkapi.

Penelitian naturalistik mengandalkan kekuatan pengamatan dan pengambilan data. Beberapa


metode lain bersifat melengkapi, sekaligus untuk menguji dan menguatkan kebenaran data. Data yang
telah diambil di lapangan, terutama melalui pengamatan, setelah selesai segera dicatat. Catatan dibagi
menjadi dua, yakni deskriptif dan reflektif. Catatan deskriptif, lebih menyajikan rinci kejadian.
Sedangkan catatan reflektif lebih mengetengahkan kerangka pikir, ide dan perhatian dari peneliti.
(Muhadjir, 2011, p. 185).

Pemaknaan terhadap kasus perlu segera dilakukan melalui analisis data. Analisis data
merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan
lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti, dan menyajikannya
sebagai sebuah temuan. Guna meningkatkan pemahaman tersebut, maka perlu dilanjutkan dengan
upaya mencari makna atau „meaning‟ dibalik fenomena yang ada. Menurut Strauss dan Corbin
(Basrowi, 2008, p.206). Data yang telah terkumpul dianalisis dengan langkah sebagai berikut: (1)
Pengumpulan data (data collection); (2) Pemberian kode data (data coding), (3) refleksi terhadap data
(Reflection on data), (4) pemaparan data (data display), (5) penyaringan data (data distillation),
menyimpulkan tema atau hasil (Generalization of themes, (6) interpretasi terhadap hasil (story
interpretation), (7) konstruk baru.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas amat mendasar dalam memberikan landasan filosofis serta berbagai prinsip dasar
dalam pembangunan pendidikan, seperti filosofi pendidikan nasional berdasarkan filsafat Pancasila,
paradigma pendidikan dan pemberdayaan manusia seutuhnya, paradigmapembelajaran sepanjang
hayat berpusat pada peserta didik, paradigma pendidikan untuk semua yang inklusif, dan Paradigma
Pendidikan untuk Perkembangan, Pengembangan, dan/atau Pembangunan.

Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk
dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat
meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna. Selama ini,
banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal
tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat
dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas
pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya
masingmasing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnyabukan hanya
untuk dianggap hebat oleh orang lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan bukanlah sesuatu yang sederhana. Banyak
aspek yang turut berpengaruh terhadap keberhasilan progam pendidikan. Semua keadaan, situasi,
sarana, fasilitas, SDM, dan semua yang ada itu turut memberikan kontribusi bagi kelancaran dan
keberhasilan program pendidikan yang humanis. Pembahasan selanjutnya mengacu pada rumusan
masalah yang telah dipaparkan. Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga
berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk
menentukan standar yang akan diambil. Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi
dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan
kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi,
demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan
kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh
hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat
pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih
standar hasil yang telah disepakati. Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah
mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan
banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga
berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.

Beberapa persoalan yang harus diperhatikan pada masa mendatang berkaitan dengan
pembangunan pendidikan nasional di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Kesenjangan mutu pendidikan yang terjadi karena sumber-sumber pendidikan kita tidak merata,
kekuatan sumber daya manusia (tenaga kependidikan) yang bervariasi, sistem pendidikan yang terlalu
(regulated) serta pelaksanaan pendidikan yang ditandaidengan rentang kontrol dan kendali yang
terlalu jauh. Ketidakmerataan ini bukan disebabkan oleh kebijakan pemerintah, tetapi lebih ditentukan
oleh kerumitan wilayah dan keanekaragaman masyrakat.

2. Pendidikan kejuruan dan pendidikan profesional yang masih diatur terlalu ketat oleh pemerintah
(kurikulum buku pelajaran, seragam sekolah, strandarisasi alat praktik, pendidikan guru dan
sebagainya). Pengetatan ini menimbulkan program pendidikan yang konservatif, tidak sejalan dengan
kebutuhan profesi dan keahlian yang terus berkembang secara progresif.

3. Pengalaman menunjukkan bahwa upaya besar yang menitikberatkan pada dimensi teknis
pendidikan (menatar guru, memperbaiki kurikulum, membuatkan buku paket dan sebagainya) yang
telah dilakukan sejak paling tidak sejak 40 tahun yang lalu belum memperlihatkan hasil yang optimal.
Masalah mutu pendidikan masih mirip dengan masalah yang 40 tahun lalu dihadapi. Mungkin kita
percaya upaya tersebut dengan pendekatan lain, yaitu dengan menggunakan pendekatan professional.

KESIMPULAN
Berbagai pemikiran berkait dengan pendidikan humanis religius telah dipaparkan di depan.
Selain itu juga realita yang ada di lapangan, telah digambarkan secara ditail. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan.
Pendidikan adalah unsur vital dalam setiap masyarakat, terutama masyarakat demokratis. Sasaran
pendidikan demokratis adalah menghasilkan warga negara yang bebas, mau bertanya, memiliki
pandangan analisis, dan memahami ajaran dan praktek demokrasi. Tugas pendidikan adalah
mempersiapkan manusia demokratis, dan menyelenggarakan pendidikan secara demokratis yang
memungkinkan peserta didik mengembangkan pemahaman atas masyarakat pluralistik dan mampu
berpartisipasi aktif dalam kerjasama, toleransi, mengambil keputusan secara rasional, memahami
setiap persoalan dari berbagai pandangan yang berbeda, dan mensosialisaikan nilai-nilai demokrasi.
Persoalan yang dihadapi dunia pendidikan adalah bagaimana menciptakan sekolah sebagai lembaga
yang demokratis sehingga dapat menghasilkan lulusan yang juga demokratis. Keberadaan sekolah
yang demokratis amat penting bagi bangsa Indonesia. Kehidupan yang bersifat plural sebagaimana
masyarakat Indonesia, menunutut pemahaman akan masyarakat plural di kalangan warga masyarakat
sendiri. Pemahaman tersebut akan tercermin dalam perilaku kehidupan warga masyarakat, sehingga
melahirkan toleransi dan kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemahaman akan
makna pluralis terkait erat dengan suasana dan kultur yang demokratis, yang pada gilirannya sangat
terkait dengan kecerdasan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan & Taylor (1982). Qualitative research for education, Boston: London.

Dewantara, K.H. (1977). Bagian pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman
Siswa.

Koentjaraningrat,1974. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan.Jakarta:Gramedia.

Supriyoko. 2000. Reformasi Sistem Pendidikan Menuju Masyarakat Madani. Dalam Widodo Usaman
(Ed.). Membongkar Mitos Masyarakat Madani. (hlm. 312-325). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Zamroni. 2001. Pendidikan Untuk Demokrasi, Tantangan Menuju Civil Society. Yogyakarta: Bigraf.

Hanafi, H. et al. (2007). Islam dan humanisme, aktualisasi humanisme Islam di tengah krisis
humanisme universal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jumarudin, J., Gafur, A., & Suardiman, S. (2014). Pengembangan model pembelajaran humanis
religius dalam pendidikan karakter di sekolah dasar. Journal Pembangunan
Pendidikan Fondasi Dan Aplikasi.

Muhadjir, N. (2011). Metodologi penelitian (Ed. VI). Yogyakarta: Rake Sarasin.

Sastrapratedja. (2001). Pendidikan sebagai humanisasi. Yogyakarta: Penerbi Univeritas Sanata


Dharma

Yunus, M. (2008). Sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang

Freire, Paulo. (2004). The politic of education: culture, power, and liberation, (Politik Pendidikan:
kebudayaan, kekuasaan, dan pembebasan). Terjemah: Agung Prihantoro, dkk.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai