Anda di halaman 1dari 55

Pelatihan Kepemimpinan Pengawas Angkatan IV Tahun2023

PENINGKATAN KEAMANAN
DENGAN PENGAWASAN DRONE
(PEKA WASRON)

NDH_25
LA IBRA, S.H.
NIP. 197906042007031001
Lapas Kelas IIB Manokwari
LEMBAR PERSETUJUAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN

JUDUL AKSI PERUBAHAN

PENINGKATAN KEAMANAN DENGAN


PENGAWASAN DRONE
(PEKA WASRON)

DISUSUN OLEH :

NAMA : LA IBRA, SH

NDH : 25
Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban Lapas
JABATAN :
Kelas IIB Manokwari
UNIT KERJA : Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Manokwari

LAPORAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN INI


TELAH DI SETUJUI UNTUK DI SEMINARKAN
PADA TANGGAL BULAN TAHUN DUA RIBU DUA PULUH TIGA
DI KAMPUS LAN MAKASSAR.

COACH MENTOR

NATAN T LANDE, SE., M.A.P JUMADI, A.Md.I.P., S.H., M.H.


NIP. 1966111519950310 NIP. 197506061999021001
LEMBAR PENGESAHAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN
JUDUL AKSI PERUBAHAN

PENINGKATAN KEAMANAN DENGAN


PENGAWASAN DRONE
(PEKA WASRON)

DISUSUN OLEH :

NAMA : LA IBRA, SH

NDH : 25
Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban Lapas
JABATAN :
Kelas IIB Manokwari
UNIT KERJA : Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Manokwari

LAPORAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN INI TELAH DI SAHKAN


PADA TANGGAL BULAN TAHUN DUA RIBU DUA PULUH TIGA
DAN TELAH DILAKUKAN PERBAIKAN PADA SAAT SEMINAR RANCANGAN
DI KAMPUS LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA (LAN) MAKASSAR.

COACH MENTOR

NATAN T LANDE, SE., M.A.P JUMADI, A.Md.I.P., S.H., M.H.


NIP. 1966111519950310 NIP 197506061999021001

PENGUJI

…………………………………………………….
NIP ……………………………………
1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengawasan dan pemantauan keamanan di lingkungan Lapas


(Lembaga Pemasyarakatan) adalah suatu aspek yang sangat penting
dalam menjaga ketertiban, menghindari kerusuhan, dan memastikan
keamanan bagi para narapidana dan petugas. Lembaga
Pemasyarakatan memiliki peran kritis dalam menjalankan fungsi
pemasyarakatan, rehabilitasi, dan pencegahan kriminalitas. Namun,
pada kenyataannya, beberapa Lapas menghadapi tantangan besar,
salah satunya adalah masalah kelebihan kapasitas.

Kondisi Lapas saat ini mengalami kelebihan kapasitas yang


sangat serius. Misalnya, daya tampung Lapas yang seharusnya hanya
mampu menampung sekitar 100 narapidana, namun saat ini telah
dipaksa untuk menampung lebih dari 400 narapidana. Selain itu,
jumlah petugas penjagaan juga sangat terbatas, hanya ada 43 orang
petugas yang bertanggung jawab atas pengamanan dan pengawasan
di dalam Lapas. Kondisi ini memberikan tekanan yang luar biasa pada
sistem Lapas dan mengancam keamanan serta ketertiban di
dalamnya.

Di tengah tantangan ini, teknologi drone muncul sebagai solusi


inovatif yang dapat membantu mengatasi beberapa masalah kritis
dalam pengawasan dan pemantauan keamanan di Lapas yang
kelebihan kapasitas. Drones memiliki potensi besar untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang keadaan di
dalam Lapas, mendeteksi potensi konflik atau aktivitas mencurigakan,
serta memberikan pandangan yang lebih luas dan akurat tentang
situasi secara keseluruhan.
Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam bentuk program
"PENINGKATAN KEAMANAN DENGAN PENGAWASAN DRONE"
(PEKA WASRON) sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi
oleh Lapas yang kelebihan kapasitas. Program ini bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas pengawasan keamanan di Lapas, menjaga
ketertiban, dan mengurangi risiko potensial yang dapat timbul akibat
kelebihan kapasitas. Dengan penerapan teknologi drone, Lapas dapat
memanfaatkan alat modern untuk memastikan keamanan dan
keberlanjutan operasionalnya, serta memberikan perlindungan yang
lebih baik bagi narapidana dan petugas.

B. Tujuan Aksi Perubahan

Rencana Aksi Perubahan "PENINGKATAN KEAMANAN


DENGAN PENGAWASAN DRONE" (PEKA WASRON) bertujuan
untuk mencapai sejumlah tujuan yang bersifat jangka pendek,
menengah, dan panjang. Tujuan-tujuan ini dirinci sebagai berikut:

a. Tujuan Jangka Pendek (2 Bulan)

1. Peningkatan Pengawasan dan Keamanan melalui Drone :


Penggunaan teknologi drone merupakan inovasi yang
diharapkan akan membawa peningkatan signifikan dalam
pengawasan dan keamanan di Lapas Kelas IIB Manokwari.
Dengan memanfaatkan drone, Lapas akan memiliki
kemampuan untuk melakukan pemantauan udara yang efisien,
mendeteksi aktivitas mencurigakan, serta merespons secara
cepat terhadap potensi insiden keamanan. Ini merupakan
langkah maju yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat
keamanan dan ketertiban di dalam fasilitas pemasyarakatan,
melindungi nyawa petugas dan narapidana, serta mencegah
terjadinya kerusuhan dan pelanggaran lainnya.

b. Tujuan Jangka Menengah (6 Bulan)

1. Operasionalisasi Penuh PEKA WASRON: Memulai


operasionalisasi penuh dari program PEKA WASRON setelah
fase persiapan dan pelatihan. Drone harus aktif digunakan
dalam pengawasan sehari-hari di Lapas.

2. Evaluasi Kinerja: Melakukan evaluasi terhadap kinerja program


PEKA WASRON. Ini melibatkan pengukuran sejauh mana
drone telah meningkatkan efektivitas pengawasan dan
pemantauan keamanan di Lapas.

c. Tujuan Jangka Panjang (>1 Tahun)

1. Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban: Pada tingkat jangka


panjang, tujuan utama adalah mencapai peningkatan yang
signifikan dalam keamanan dan ketertiban di dalam Lapas.
Dengan menggunakan drone, insiden keamanan yang
berpotensi dapat dideteksi dan dicegah lebih awal, sehingga
mengurangi risiko kerusuhan dan pelanggaran lainnya.

Melalui pencapaian tujuan-tujuan ini dalam berbagai jangka


waktu, program PEKA WASRON diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap keamanan, ketertiban, dan
efektivitas operasional Lapas dalam jangka panjang.
C. Manfaat Aksi Perubahan

a. Manfaat Bagi Internal Organisasi

1. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban: Penggunaan drone


akan meningkatkan keamanan dan ketertiban di dalam Lapas.
Ini akan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi
petugas, narapidana, dan staf lainnya yang bekerja di dalam
fasilitas tersebut.

2. Efisiensi Operasional: Drones akan membantu meningkatkan


efisiensi operasional Lapas dengan menghemat waktu dan
sumber daya yang biasanya diperlukan untuk pengawasan
manual. Petugas dapat memusatkan perhatian mereka pada
tugas-tugas yang memerlukan interaksi manusia.

3. Keterlibatan Resiko yang Lebih Rendah: Penggunaan drone


dapat mengurangi risiko fisik bagi petugas yang harus masuk
ke dalam situasi yang potensial berbahaya. Ini dapat
mengurangi insiden cedera petugas selama pelaksanaan tugas
pengawasan.

4. Peningkatan Kemampuan Analisis: Data yang dihasilkan oleh


drone akan memberikan organisasi lebih banyak informasi
yang dapat digunakan untuk analisis. Ini dapat membantu
dalam perencanaan strategis, pemahaman tren, dan
pengambilan keputusan yang lebih baik.
b. Manfaat Bagi Stakeholder Lainnya

1. Masyarakat Umum dan Keluarga Narapidana: Masyarakat


umum, termasuk keluarga narapidana, akan merasakan
manfaat langsung dari peningkatan keamanan di Lapas.
Dengan pengawasan yang lebih baik dan pencegahan insiden
keamanan di dalam Lapas, risiko narapidana yang lolos atau
kembali melakukan tindakan kriminal setelah pembebasan
dapat berkurang. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang
lebih aman bagi masyarakat umum dan membantu mengurangi
dampak kriminalitas.

2. Pemerintah: Pemerintah dapat memanfaatkan data yang


dihasilkan oleh drone untuk pengambilan kebijakan yang lebih
baik terkait sistem pemasyarakatan. Data ini dapat digunakan
untuk memahami dinamika di dalam Lapas, mengidentifikasi
area yang memerlukan perbaikan, dan merancang kebijakan
yang lebih efisien dalam pengelolaan fasilitas pemasyarakatan
secara keseluruhan. Hal ini dapat menghasilkan sistem
pemasyarakatan yang lebih efisien dan berkelanjutan.

3. Pihak Hukum (Pengacara dan Pengadilan): Pengacara dan


pengadilan dapat memanfaatkan bukti visual yang dihasilkan
oleh drone dalam penyelidikan dan persidangan. Bukti ini dapat
membantu memperkuat kasus-kasus hukum, memberikan
pandangan yang lebih lengkap tentang situasi di dalam Lapas,
dan berpotensi memengaruhi pengambilan keputusan hukum
yang lebih adil.

4. Ormas Hak Asasi Manusia: Pengawas hak asasi manusia dan


organisasi yang peduli terhadap hak asasi manusia dapat
melihat penggunaan drone sebagai alat yang dapat
mengurangi risiko penyalahgunaan kekuasaan dan perlakuan
yang tidak manusiawi terhadap narapidana. Dengan adanya
rekaman visual, pengawas dapat melakukan pemantauan yang
lebih akurat terhadap kondisi di dalam Lapas dan dapat
berperan dalam memastikan bahwa hak-hak narapidana
dihormati dan dilindungi dengan baik.

Dengan memahami dan mengakui manfaat yang dihasilkan


oleh program "PEKA WASRON" tidak hanya bagi internal organisasi
Lapas tetapi juga bagi pemangku kepentingan lainnya, dapat
memperkuat dukungan untuk penerapan teknologi drone dalam
pengawasan dan pemantauan di Lapas. Hal ini akan memberikan
kontribusi positif terhadap sistem pemasyarakatan secara
keseluruhan.

D. Ruang Lingkup Aksi Perubahan

Ruang lingkup pelaksanaan program "PEKA WASRON"


terbatas pada Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban di Lapas
Kelas IIB Manokwari. Dalam konteks ini, program ini akan sepenuhnya
dikelola, diawasi, dan diimplementasikan oleh Seksi Administrasi
Keamanan dan Ketertiban sebagai bagian integral dari tugas dan
tanggung jawab mereka dalam menjaga keamanan dan ketertiban di
dalam Lapas tersebut.
E. Profil Organisasi dan Analisa Maslah
1. Profil Organisasi

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Manokwari,


dibentuk berdasarkan Pasal 4A Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Pemasyarakatan. Lapas Kelas IIB Manokwari
bertujuan Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi
manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat.

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Manokwari, yang


terletak di Papua, Indonesia, adalah sebuah lembaga yang
didedikasikan untuk pelaksanaan pemasyarakatan narapidana dan
anak didik. Lapas ini berfungsi sebagai entitas penting dalam sistem
peradilan pidana, dengan tugas utama melaksanakan pembinaan,
pemeliharaan keamanan, dan berbagai aspek pelayanan terkait
pemasyarakatan. Dalam mengemban tugasnya, Lapas Kelas IIB
Manokwari memiliki visi, misi, serta tugas dan fungsi yang menjadi
landasan dalam menjalankan peran strategisnya dalam upaya
pemasyarakatan narapidana.

Visi dan Misi

Dalam melaksanakan kinerja pelayanannya, Lapas Kelas IIB


Manokwari tidak lepas dari kerangka pencapaian kinerja Kementrian
Hukum dan Ham sesuai dengan visi : "Masyarakat memperoleh
kepastian hukum".
MISI :

• Mewujudkan peraturan Perundang-Undangan yang


berkualitas;
• Mewujudkan pelayanan hukum yang berkualitas;
• Mewujudkan penegakan hukum yang berkualitas;
• Mewujudkan penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan
HAM;
• Mewujudkan layanan manajemen administrasi Kementerian
Hukum dan HAM; serta
• Mewujudkan aparatur Kementerian Hukum dan HAM yang
profesional dan berintegritas.

TATA NILAI :

Kementerian Hukum dan HAM menjunjung tinggi


tata nilai reformer "P-A-S-T-I"

a. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Lapas Kelas IIB Manokwari memiliki tugas dan fungsi utama yang
mencakup berbagai aspek dalam pelaksanaan pemasyarakatan
narapidana dan anak didik. Tugas pokok dan fungsi organisasi
Lapas ini adalah sebagai berikut:

Tugas Pokok:

Melaksanakan Pemasyarakatan Narapidana/Anak Didik sesuai


Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Fungsi:

1. Melaksanakan Pembinaan Narapidana/Anak Didik:


Memberikan bimbingan, pendidikan, dan rehabilitasi kepada
narapidana dan anak didik guna mempersiapkan mereka untuk
kembali ke masyarakat sebagai warga yang lebih baik.
2. Memberikan Bimbingan, Persiapan Sarana, dan Pengelolaan
Hasil Kerja: Mendukung pengembangan keterampilan dan
potensi narapidana melalui program kerja dan pelatihan, serta
mengelola hasil kerja yang dihasilkan oleh narapidana.
3. Melakukan Hubungan Sosial dan Kerohanian
Narapidana/Anak Didik: Memfasilitasi pembinaan hubungan
sosial dan spiritual narapidana untuk memperbaiki perilaku dan
sikap mereka.
4. Melakukan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban: Menjaga
keamanan dan ketertiban dalam Lapas untuk mencegah
insiden yang dapat membahayakan narapidana, petugas, dan
fasilitas.
5. Melakukan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga:
Menangani administrasi internal, termasuk tata usaha dan
kegiatan sehari-hari dalam operasional Lapas.

Dengan demikian, Lapas Kelas IIB Manokwari bertujuan untuk


menciptakan sistem pemasyarakatan yang mendukung proses
rehabilitasi narapidana dan anak didik, mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan mendorong mereka untuk
menjadi anggota masyarakat yang lebih baik setelah menjalani
hukuman pidana mereka. Visi, misi, tugas, dan fungsi ini menjadi
panduan dan komitmen dalam menjalankan perannya di dalam
sistem peradilan pidana Indonesia.

b. Uraian Tugas

Tugas pokok Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban di


Lapas Kelas IIB Manokwari adalah sangat penting dalam menjaga
keamanan dan ketertiban di dalam lembaga pemasyarakatan.
Seksi ini memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengawasi berbagai aspek terkait keamanan
dan ketertiban di dalam Lapas yaitu :

1. Membuat Rencana Kerja Seksi Administrasi Keamanan dan


Ketertiban: Seksi ini bertanggung jawab untuk merencanakan
rencana kerja terkait dengan aspek keamanan dan ketertiban
di Lapas. Rencana ini harus mencakup strategi, tujuan, dan
langkah-langkah yang akan diambil untuk menjaga keamanan
dan ketertiban di dalam Lapas.
2. Menyusun dan Membuat Laporan Target Kinerja Terkait
Keamanan: Seksi ini harus menyusun laporan yang berisi
target-target kinerja terkait dengan aspek keamanan di Lapas.
Laporan ini mencakup pencapaian target-target yang telah
ditetapkan, termasuk langkah-langkah yang diambil untuk
mencapainya.
3. Memeriksa dan Menandatangani Buku Laporan Penjagaan
dan P2U: Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban
bertanggung jawab untuk memeriksa dan menandatangani
buku laporan penjagaan dan P2U (Pemantauan Pengamanan
dan Pencegahan Unjuk Rasa). Ini adalah langkah penting
dalam memastikan bahwa pelaporan kejadian dan aktivitas
yang berkaitan dengan keamanan tercatat dengan baik.
4. Menyusun dan Memeriksa Absen Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) Sesuai Kamar Hunian: Seksi ini
memiliki tanggung jawab untuk menyusun dan memeriksa
absen WBP sesuai dengan kamar hunian mereka. Ini adalah
bagian dari prosedur untuk memantau keberadaan narapidana
dan mengidentifikasi ketidaksesuaian atau ketidakberaturan.
5. Pengontrolan Pos-pos Jaga dan Kebersihan dan Keindahan
dalam Blok Hunian WBP: Seksi Administrasi Keamanan dan
Ketertiban harus mengawasi pos-pos jaga yang berfungsi
untuk memantau aktivitas narapidana. Mereka juga
bertanggung jawab untuk memeriksa dan memastikan
kebersihan serta keindahan di dalam blok hunian WBP. Ini
termasuk memastikan fasilitas tetap terjaga dengan baik.
6. Menyusun dan Membuat Laporan Bulanan: Seksi ini memiliki
kewajiban untuk menyusun laporan bulanan yang mencakup
berbagai aspek terkait dengan keamanan dan ketertiban di
Lapas. Laporan ini akan memberikan gambaran tentang kinerja
Lapas dalam menjaga keamanan dan ketertiban.
7. Menyusun, Merencanakan, dan Melaksanakan Razia
Penggeledahan Rutin dan Insidentil: Salah satu tugas kunci
dari seksi ini adalah merencanakan dan melaksanakan razia
penggeledahan rutin dan insidentil. Razia ini bertujuan untuk
menemukan benda-benda terlarang atau kegiatan yang dapat
mengganggu keamanan Lapas. Seksi ini harus berkoordinasi
dengan Kepala Pengamanan Lapas dalam pelaksanaan razia
tersebut.

Tugas pokok ini menunjukkan bahwa Seksi Administrasi


Keamanan dan Ketertiban memiliki peran sentral dalam menjaga
keamanan dan ketertiban di dalam Lapas Kelas IIB Manokwari.
Mereka harus bekerja dengan teliti, koordinasi yang baik, serta
memastikan bahwa semua prosedur dan laporan terkait keamanan
dan ketertiban terlaksana dengan baik demi menjaga stabilitas di
dalam lembaga pemasyarakatan tersebut.
c. Struktur Organisasi

Gambar 1 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB


Manokwari

2. Analisa Masalah
a. Analisa Internal
Saat ini, Lapas Kelas IIB Manokwari menghadapi masalah serius
dengan jumlah narapidana yang jauh melebihi kapasitas lapas.
Dengan jumlah narapidana mencapai 412, sementara kapasitas
seharusnya hanya dapat menampung 100 orang, terlihat bahwa
lembaga pemasyarakatan ini mengalami kelebihan populasi yang
signifikan. Situasi ini menciptakan tekanan ekstrem pada sistem
pengawasan keamanan dan ketertiban. Kelebihan narapidana
dapat mengakibatkan kondisi yang penuh sesak, meningkatkan
ketegangan di antara narapidana, dan memicu konflik yang
berpotensi berbahaya. Dalam situasi seperti ini, pengawasan yang
efektif menjadi jauh lebih sulit, dan risiko insiden keamanan
meningkat secara signifikan.

Jumlah Petugas dan Staf yang Terbatas:


Tambahan masalah yang dihadapi adalah jumlah petugas dan staf
yang terbatas. Lapas ini hanya memiliki total 73 petugas dan staf,
termasuk petugas administrasi dan petugas kesehatan. Namun, di
antara jumlah tersebut, hanya sekitar 30-an petugas yang memiliki
peran langsung dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Jumlah
petugas keamanan yang relatif rendah dalam menghadapi jumlah
narapidana yang sangat tinggi menghasilkan ketidakseimbangan
yang signifikan antara pengawas dan pengawasan.

Dampak Keamanan Terhadap Kapasitas:


Kelebihan kapasitas lapas tidak hanya masalah kenyamanan,
tetapi juga berdampak serius pada keamanan dan ketertiban
Lapas. Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian menjadi
jauh lebih sulit saat lembaga pemasyarakatan penuh sesak.
Ancaman seperti rencana pelarian atau konflik antarnarapidana
menjadi lebih sulit diatasi karena keterbatasan sumber daya
manusia dan infrastruktur. Kelebihan kapasitas dapat
mengakibatkan penurunan efisiensi dan responsibilitas terhadap
ancaman yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban di
Lapas.
Analisis Internal

Tabel 1 Analisis Eksternal

No. Aspek Isu Dampak Isu bagi Organisasi


1 Teknologi Kemajuan 1. Meningkatkan efektivitas
Teknologi pengawasan dan pemantauan
Drone keamanan di dalam Lapas.
2. Memungkinkan deteksi dini
insiden keamanan.
3. Mengurangi risiko
pelanggaran keamanan.
Keterbatasan 1. Menghambat efisiensi
Teknologi pengawasan manual.
yang 2. Potensial meningkatkan
Digunakan risiko keamanan.
Saat Ini
Penggunaan 1. Potensial kebocoran
Teknologi informasi sensitif.
Drone oleh 2. Potensial ancaman terhadap
Pihak keamanan.
Eksternal
Kesiapan 1. Diperlukan pelatihan yang
Personel intensif.
dalam 2. Kemungkinan resistensi
Mengadopsi terhadap perubahan.
Teknologi
Drone
Ketersediaan 1. Memerlukan investasi dalam
Sumber Daya pengadaan dan pemeliharaan
untuk drone.
Teknologi 2. Potensial beban finansial
Drone bagi organisasi.

b. Analisa Eksternal

Model Kondisi Kondisi Penyebab Solusi


Elemen Organisasi Organisasi Gap Perubahan/
yang Saat Ini yang Terobosan
Digunakan Diinginkan Inovasi
1. Task Petugas Petugas Keterbatasan Membangun
and memiliki memiliki teknologi kesadaran
Individual keterbatasan keterampilan saat ini. tentang manfaat
Skill dalam dalam teknologi drone.
pengawasan mengoperasikan
manual. teknologi drone.
Terdapat Petugas Resistensi Pengadaan dan
kesiapan memiliki terhadap pelatihan dalam
terbatas pemahaman perubahan. penggunaan
dalam yang lebih baik teknologi drone.
mengadopsi tentang
teknologi teknologi drone.
drone.
Perencanaan Pemantauan Kurangnya Pengembangan
dan operasional sumber daya SOP untuk
pemantauan yang efisien dan manusia penggunaan
operasional luas untuk drone.
terbatas menggunakan pemantauan.
dalam skala drone.
besar.
Petugas Penggunaan Keterbatasan
Lapas teknologi drone dalam
membutuhkan sebagai alat teknologi
dukungan bantu yang
teknologi pengawasan digunakan
yang efektif. saat ini.
yang lebih
baik.

2. System Sistem Implementasi Keterbatasan PENINGKATAN


pengawasan sistem drone teknologi KEAMANAN
manual saat untuk saat ini. DENGAN
ini mengalami pemantauan PENGAWASAN
keterbatasan. dan DRONE
pengawasan
keamanan
Lapas.
Data Data Kurangnya (PEKA
pemantauan pemantauan sumber daya WASRON)
dan yang lebih luas untuk
pengawasan dan akurat pemantauan
terbatas untuk manual.
dalam mendukung
cakupan dan keamanan.
akurasi.

c. Kondisi Kinerja Saat Ini


Saat ini, Lapas Kelas IIB Manokwari menghadapi berbagai
tantangan serius dalam menjaga keamanan dan ketertiban di
dalam fasilitasnya. Pemahaman mendalam tentang profil kinerja
saat ini adalah langkah awal yang penting untuk mengidentifikasi
area-area yang memerlukan perbaikan dan perkembangan.

Jumlah Narapidana yang Melebihi Kapasitas:


Saat ini, Lapas Kelas IIB Manokwari menghadapi masalah serius
dengan jumlah narapidana yang jauh melebihi kapasitas lapas.
Dengan jumlah narapidana mencapai 412, sementara kapasitas
seharusnya hanya dapat menampung 100 orang, terlihat bahwa
lembaga pemasyarakatan ini mengalami kelebihan populasi yang
signifikan. Situasi ini menciptakan tekanan ekstrem pada sistem
pengawasan keamanan dan ketertiban. Kelebihan narapidana
dapat mengakibatkan kondisi yang penuh sesak, meningkatkan
ketegangan di antara narapidana, dan memicu konflik yang
berpotensi berbahaya. Dalam situasi seperti ini, pengawasan yang
efektif menjadi jauh lebih sulit, dan risiko insiden keamanan
meningkat secara signifikan.

Jumlah Petugas dan Staf yang Terbatas:


Tambahan masalah yang dihadapi adalah jumlah petugas dan staf
yang terbatas. Lapas ini hanya memiliki total 73 petugas dan staf,
termasuk petugas administrasi dan petugas kesehatan. Namun, di
antara jumlah tersebut, hanya sekitar 30-an petugas yang memiliki
peran langsung dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Jumlah
petugas keamanan yang relatif rendah dalam menghadapi jumlah
narapidana yang sangat tinggi menghasilkan ketidakseimbangan
yang signifikan antara pengawas dan pengawasan.

Dampak Keamanan Terhadap Kapasitas:


Kelebihan kapasitas lapas tidak hanya masalah kenyamanan,
tetapi juga berdampak serius pada keamanan dan ketertiban
Lapas. Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian menjadi
jauh lebih sulit saat lembaga pemasyarakatan penuh sesak.
Ancaman seperti rencana pelarian atau konflik antarnarapidana
menjadi lebih sulit diatasi karena keterbatasan sumber daya
manusia dan infrastruktur. Kelebihan kapasitas dapat
mengakibatkan penurunan efisiensi dan responsibilitas terhadap
ancaman yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban di
Lapas.
d. Kinerja Yang Diharapkan
1) Petugas memiliki keterampilan dalam mengoperasikan
teknologi drone.
2) Petugas memiliki pemahaman yang lebih baik tentang
teknologi drone.
3) Pemantauan operasional yang efisien dan luas menggunakan
drone.
4) Penggunaan teknologi drone sebagai alat bantu pengawasan
yang efektif.
5) Data pemantauan yang lebih luas dan akurat untuk
mendukung keamanan.

F. STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

1. Terobosan Inovasi
Dalam mengatasi kondisi kinerja saat ini yang mencakup
overpopulasi narapidana dan keterbatasan sumber daya manusia,
diperlukan terobosan inovasi untuk merubah paradigma pengawasan
dan pemantauan di Lapas Kelas IIB Manokwari. Terobosan inovasi
utama dalam rencana "PENINGKATAN KEAMANAN DENGAN
PENGAWASAN DRONE" (PEKA WASRON) adalah penggunaan
teknologi drone untuk meningkatkan efektivitas pengawasan
keamanan.

Penggunaan teknologi drone telah terbukti efektif dalam


pemantauan dan pengawasan di berbagai bidang, termasuk
keamanan. Dalam konteks Lapas, drone akan digunakan untuk
memantau aktivitas narapidana, mendeteksi potensi kerusuhan, dan
memberikan pandangan yang lebih luas tentang situasi di dalam
fasilitas tersebut.
Terobosan inovasi ini diharapkan dapat membawa perubahan
signifikan dalam cara Lapas menjaga keamanan dan ketertiban.
Dengan mengadopsi teknologi drone, organisasi akan menjadi lebih
responsif terhadap potensi ancaman, dan petugas akan memiliki alat
yang kuat untuk menjaga keamanan di dalam Lapas. Terobosan ini
juga mencerminkan komitmen organisasi untuk berinovasi dalam
rangka meningkatkan pelayanan dan perlindungan terhadap narapidana
serta masyarakat umum.

2. Tahapan Kegiatan (Milestone)

Tabel Milestone Jangka Pendek

WAKTU

NO TAHAPAN OKTOBER NOPEMBER OUTPUT


I II III IV I II III IV

Pengadaan Drone
Drone dan Peralatan
1 dan Peralatan
pendukung
Pendukung

Pelatihan Awal
2 Petugas yang terlatih
Petugas

Penyusunan
Standar Standar Operasional
3
Operasional dan Prosedur
Prosedur (SOP)

Launching Pelaksanan
4 Penggunaan Pengoperasian Drone
Drone secara resmi
Tabel Milestone Jangka Menengah

WAKTU OUTPUT
NO TAHAPAN Tahun 2024
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Implementasi penuh
program PEKA WASRON
Operasionalisasi 2. Pelaporan operasional
program dan jumlah
1 Penuh PEKA drone yang aktif
WASRON digunakan.
3. Evaluasi program
PEKA WASRON
1. Data pengawasan yang
dihasilkan
Pengumpulan
2 2. Laporan analisis data
Data dan Analisis 3. Rekomendasi
berdasarkan analisis data
1. Laporan evaluasi
2. Identifikasi
keberhasilan yang telah
dicapai dan area-area
yang masih perlu
3 Evaluasi Kinerja diperbaiki.
3. Rekomendasi untuk
perubahan atau
peningkatan dalam
implementasi
Tabel Milestone Jangka Panjang

WAKTU OUTPUT
Tahun 2025
NO TAHAPAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Laporan evaluasi jangka


panjang
2. Statistik menunjukkan
penurunan insiden
Meningkatkan
keamanan dan ketertiban di
1 Keamanan dan
dalam Lapas selama periode
Ketertiban
jangka panjang.
3. Peningkatan perasaan
aman dan nyaman di antara
petugas dan narapidana.
1. Peningkatan kemampuan
analisis data yang terkait
dengan penggunaan drone.
2. Laporan analisis data yang
memberikan wawasan
Pengembangan tentang tren dan pola
2
Kemampuan Analisis perilaku di dalam Lapas.
3. Rekomendasi kebijakan
berdasarkan analisis data
yang mendukung
pengambilan keputusan
yang lebih baik.
1. Rencana perbaikan dan
pengembangan program
PEKA WASRON berdasarkan
temuan evaluasi
2. Penerapan perbaikan
Evaluasi dan yang telah direncanakan
3 Perbaikan dalam program PEKA
Berkelanjutan WASRON.
3. Laporan evaluasi tahunan
yang mencakup pencapaian
tujuan jangka panjang dan
rekomendasi untuk
perbaikan lebih lanjut.
3. Sumber Daya
a. Pemanfaatan Sumber Daya

Pemanfaatan sumber daya adalah praktik


mengoptimalkan penggunaan semua aset dan potensi yang
tersedia dalam sebuah organisasi untuk kepentingan Rencana
Aksi Perubahan. Ini termasuk tenaga kerja, teknologi,
anggaran, waktu, dan bahan-bahan yang dapat digunakan
secara efisien untuk mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan.
Pemanfaatan sumber daya bertujuan untuk mencapai efisiensi,
produktivitas, dan kinerja yang lebih baik dalam mencapai
tujuan.

• Tim Efektif

Tim efektif adalah kelompok individu yang bekerja


bersama secara kolaboratif dengan tujuan mencapai
hasil yang diinginkan. Karakteristik tim efektif meliputi
komunikasi yang baik, pembagian tugas yang jelas,
kepercayaan antaranggota tim, kerja sama yang
harmonis, serta kemampuan untuk mengatasi konflik
dan tantangan. Tim efektif mampu mencapai tujuan
mereka dengan efisien dan menghasilkan kinerja yang
lebih baik daripada individu bekerja sendiri.
Keberhasilan tim efektif juga tergantung pada
kepemimpinan yang baik dan visi yang jelas dalam
mencapai tujuan bersama.

Tim Efektif merupakan tim kerja dalam


mendukung kegiatan ini adalah Kepala Seksi
Administrasi Keamanan dan Ketertiban dan seluruh
Kasubsi dan Staf dilingkungan Seksi Administrasi
Keamanan dan Ketertiban Lapas Kelas IIB Manokwari
• Jejaring Kerja

Jejaring kerja adalah jaringan atau hubungan


antara individu, organisasi, atau entitas yang berbagi
informasi, sumber daya, atau dukungan untuk mencapai
tujuan bersama. Jejaring kerja memungkinkan
pertukaran pengetahuan, peluang, dan kolaborasi yang
dapat memperkuat individu atau organisasi dalam
mencapai tujuan mereka. Ini dapat terjadi melalui
komunikasi, kerjasama proyek, atau pertukaran
informasi yang saling menguntungkan antara pihak-
pihak yang terlibat dalam jejaring tersebut.

Jejaring kerja dalam kegiatan ini adalah Kepala


Keamanan Lembaga Pemasyarakatan, Kepala Seksi
Binadik Giatja dan Kasuag Tata Usaha.

• Pemanfaatan Teknologi Drone

Pemanfaatan teknologi drone adalah penggunaan


pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh
untuk berbagai tujuan. Dalam konteks program
"PENINGKATAN KEAMANAN DENGAN
PENGAWASAN DRONE" (PEKA WASRON) di Lapas
Kelas IIB Manokwari, pemanfaatan teknologi drone
memiliki komponen penting dalam upaya meningkatkan
keamanan dan ketertiban di dalam lembaga
pemasyarakatan. Berikut adalah break down dan
penjelasan komponen-komponen pemanfaatan
teknologi drone:
1. Identifikasi Kebutuhan: Pertama-tama, program ini
harus mengidentifikasi kebutuhan khusus yang dapat
diatasi oleh teknologi drone. Ini mencakup
pemantauan keamanan, pemantauan aktivitas
narapidana, dan deteksi potensi insiden.
2. Pengadaan Drone dan Peralatan Pendukung: Tahap
awal adalah mengidentifikasi model drone yang
sesuai dengan kebutuhan dan memastikan peralatan
pendukung seperti kamera, sensor, dan perangkat
lunak tersedia.
3. Pelatihan Petugas: Pemanfaatan teknologi drone
memerlukan pelatihan petugas dalam
pengoperasiannya. Pelatihan mencakup penggunaan
dasar, pemeliharaan, dan aspek keselamatan.
4. Pengembangan SOP: Standar Operasional Prosedur
(SOP) dikembangkan untuk mengatur penggunaan
drone. Ini mencakup panduan operasional dan
peraturan keselamatan yang harus diikuti.
5. Peluncuran Penggunaan Drone: Setelah persiapan,
drone diaktifkan dan digunakan dalam pengawasan
sehari-hari di Lapas. Ini mencakai peluncuran
operasional drone dalam pengawasan dan
pemantauan.
6. Pengumpulan Data dan Analisis: Data yang
dihasilkan oleh drone dikumpulkan dan dianalisis. Hal
ini dapat mencakup pemantauan aktivitas
narapidana, pergerakan mencurigakan, atau deteksi
potensi masalah keamanan.

Pemanfaatan teknologi drone memberikan manfaat


berupa pemantauan yang lebih luas, deteksi dini, dan
pengurangan risiko insiden keamanan di dalam Lapas.
Ini menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan
keamanan dan ketertiban, serta memberikan data yang
berharga untuk pengambilan keputusan lebih baik.

b. Identifikasi Stakeholder
• Internal
1) Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
Manokwari
2) Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan
3) Kepala Seksi Binadik & Giatja
4) Kasubag Tata Usaha
5) Staf Keamanan
6) Seluruh ASN Lapas
• Eksternal
1) Narapidana
2) Masyarakat Sekitar Lapas
3) Coach Aksi Perubahan

Gambar 2 Posisi Stakeholder


Gambar 3 Peta Stakeholder
4. Rencana Strategi Pengembangan Kompetensi Dalam Aksi
Perubahan

Tabel 10 Rencana Strategi Pengembangan Kompetensi

Cara Pengembangan
Pihak Perubahan Kompetensi
No. Kompetensi
Terdampak yang Dibutuhkan
(Klasikal/NonKlasikal)
Penggunaan teknologi
Pelatihan operasional
1 Petugas Lapas drone dan
drone
pemeliharaannya
Keselamatan dalam
Pelatihan etika
penggunaan drone, etika,
penggunaan drone
dan kode etik
Pemahaman tentang SOP Pelatihan SOP penggunaan
2 Tim Efektif
penggunaan drone drone
Analisis data yang
Pelatihan analisis data
dihasilkan oleh drone
Penanganan darurat dalam
Pelatihan penanganan
kasus kegagalan teknis
darurat
drone
Pemahaman tentang
Sosialisasi tentang
3 Narapidana penggunaan drone di
penggunaan drone
dalam Lapas
Keterampilan teknis dalam
Tim IT dan Pelatihan teknis
4 perbaikan dan
Teknisi Drone pemeliharaan drone
pemeliharaan drone
G. Pemetaan Sikap Perilaku Kepemimpinan dan Rancangan
Strategi Pengembangan Potensi Diri

1. Hasil Pemetaan

Tabel 11. Rekap Nilai Akhir Sikap Perilaku Peserta


2. Rencana Strategi Pengembangan Potensi Diri

Tabel 12 Rencana Pengembangan Diri

Rencana Pengembangan Potensi Diri


No. Komponen
Rekomendasi*) Jumlah Mentoring**) Jumlah Coaching***)

1. Integritas Pendalaman 2 kali 2 kali

2. Kerjasama Penguatan 2 kali 2 kali

Mengelola
3. Pendampingan 3 kali 3 kali
Perubahan

*) diisi dengan rekomendasi pengembangan potensi diri (Pengayaan/Pendalaman/Penguatan/Pendampingan ketat)


**) diisi dengan rencana beberapa kali akan mengadakan mentoring pengembangan potensi diri selama 60 hari
kalender
***) diisi dengan rencana beberapa kali akan mengadakan Coaching pengembangan potensi diri selama 60 hari
kalender

H. LAPORAN AKSI PERUBAHAN


1. Deskripsi Proses Kepemimpinan
a. Membangun Integritas
Proses kepemimpinan dalam implementasi program
"PEKA WASRON" dimulai dengan upaya membangun
integritas di antara anggota Seksi Administrasi Keamanan
dan Ketertiban di Lapas Kelas IIB Manokwari. Integritas
menjadi landasan utama dalam menjalankan program ini,
dengan menekankan pentingnya etika, kejujuran, dan
transparansi dalam semua tahapan program.
Integritas adalah landasan yang kuat dalam memimpin
perubahan, terutama dalam implementasi program "PEKA
WASRON." Membangun integritas dalam konteks
kepemimpinan program ini melibatkan beberapa aspek
penting:
1) Disiplin: Disiplin adalah pondasi utama dalam
membangun integritas. Kepemimpinan yang disiplin
menciptakan budaya kerja yang konsisten, terutama
dalam menjalankan program. Disiplin diperlukan untuk
mematuhi aturan, menjalani pelatihan dengan tekun,
dan memastikan bahwa program dijalankan sesuai
dengan jadwal dan rencana.
2) Konsep Kreatif dan Inovatif: Integritas juga memerlukan
kreativitas dan inovasi. Kepemimpinan yang inovatif
mencari cara-cara baru untuk meningkatkan keamanan
dan ketertiban di Lapas. Mereka mendorong tim untuk
berpikir out-of-the-box dan mencari solusi inovatif untuk
tantangan yang dihadapi.
3) Kompetensi: Memiliki kompetensi yang tepat sangat
penting dalam membangun integritas. Kepemimpinan
harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang
penggunaan drone, peraturan yang mengaturnya, dan
bagaimana teknologi ini dapat mengoptimalkan
pengawasan keamanan. Mereka juga harus
memastikan bahwa tim di bawahnya memiliki
kompetensi yang sesuai untuk menjalankan program
ini secara efektif.
4) Koneksi: Kepemimpinan yang membangun integritas
juga memahami pentingnya berkoneksi dengan
pemangku kepentingan lainnya. Mereka menjalin
hubungan yang kuat dengan pihak pemerintah,
pengacara, dan organisasi hak asasi manusia. Ini
memungkinkan mereka untuk mendengarkan
masukan, menjelaskan tujuan program, dan
membangun dukungan lintas sektor untuk program
"PEKA WASRON."
5) Komitmen: Integritas memerlukan komitmen yang kuat
terhadap tujuan program. Kepemimpinan harus
menunjukkan komitmen mereka untuk meningkatkan
keamanan dan ketertiban di Lapas. Mereka
berkomitmen untuk menjalankan program ini dengan
penuh dedikasi, mengatasi hambatan yang mungkin
muncul, dan memastikan bahwa program berlanjut
dengan sukses dalam jangka panjang.
Dalam rangka membangun integritas dalam
kepemimpinan program "PEKA WASRON," faktor-faktor di
atas harus diintegrasikan dalam sikap dan tindakan
kepemimpinan. Kepemimpinan yang kuat dalam hal
disiplin, inovasi, kompetensi, konektivitas, dan komitmen
akan membantu mengarahkan program ini ke arah yang
sukses, memberikan manfaat yang signifikan bagi Lapas
dan pemangku kepentingan lainnya, serta menciptakan
landasan yang kuat untuk perubahan positif dalam sistem
pemasyarakatan.
Sebagai suatu output dari penegasan komitmen dalam
pelaksanaan aksi perubahan, dihasilkan dokumen Pkta
Integritas. Sehingga menjamin setiap anggota tim
menjalankan masing-masing perannya sebagaimana
mestinya. Dokumentasi Pakta Integritas dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
b. Pengelolaan Budaya Layanan
Kepemimpinan berperan dalam mengubah budaya
layanan di dalam organisasi. Mereka mendorong anggota
tim untuk fokus pada pelayanan yang berkualitas kepada
narapidana, petugas, dan pemangku kepentingan lainnya.
Budaya ini berfokus pada peningkatan keamanan,
ketertiban, dan kualitas operasional Lapas.

Pengelolaan budaya layanan dalam konteks program


"PEKA WASRON" merupakan aspek penting dalam
menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan
meningkatkan efektivitas pengawasan keamanan di Lapas.
Budaya layanan adalah kerangka kerja budaya yang fokus
pada pelayanan yang berkualitas, baik kepada narapidana
maupun kepada petugas serta pemangku kepentingan
lainnya. Ini mencakup sejumlah komponen utama:

1) Kepemimpinan dan Peran Model: Kepemimpinan


berperan penting dalam menciptakan budaya layanan
yang baik. Mereka harus menjadi teladan dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas. Ketika
anggota tim melihat kepemimpinan secara konsisten
berfokus pada pelayanan yang baik, ini akan
mempengaruhi budaya organisasi secara keseluruhan.
2) Peningkatan Kesadaran: Pengelolaan budaya layanan
melibatkan upaya untuk meningkatkan kesadaran
tentang pentingnya pelayanan yang berkualitas. Ini
melibatkan pelatihan, workshop, dan komunikasi yang
jelas tentang bagaimana budaya layanan mendukung
tujuan program "PEKA WASRON."
3) Penyediaan Alat dan Sumber Daya: Bagian dari
pengelolaan budaya layanan adalah memastikan
bahwa tim memiliki alat dan sumber daya yang
diperlukan untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas. Ini termasuk pemeliharaan dan perbaikan
drone secara berkala, serta akses ke teknologi dan
pelatihan yang diperlukan.
4) Umpan Balik dan Evaluasi: Untuk mengelola budaya
layanan, penting untuk memiliki mekanisme umpan
balik dan evaluasi. Ini memungkinkan anggota tim
untuk memberikan masukan, mengidentifikasi area
perbaikan, dan merancang strategi untuk
meningkatkan pelayanan. Evaluasi berkala juga
penting untuk mengukur sejauh mana budaya layanan
telah berkembang dan bagaimana ini memengaruhi
efektivitas program.
5) Penyadaran Tujuan Bersama: Budaya layanan berarti
semua anggota tim memahami tujuan bersama
program "PEKA WASRON." Ini menciptakan kesatuan
visi dan fokus dalam mencapai tujuan program.
Pengelolaan budaya layanan melibatkan komunikasi
yang terus-menerus tentang tujuan ini dan bagaimana
setiap tindakan yang diambil oleh tim mendukung
pencapaian tujuan tersebut.
6) Mengatasi Perubahan Budaya: Perubahan budaya
tidak selalu mudah. Pengelolaan budaya layanan harus
mencakup strategi untuk mengatasi perubahan budaya
yang mungkin dihadapi. Ini melibatkan kesabaran,
dukungan, dan komunikasi yang terbuka tentang
mengapa perubahan budaya diperlukan.
7) Penghargaan dan Pengakuan: Bagian dari
pengelolaan budaya layanan adalah penghargaan dan
pengakuan terhadap pencapaian yang baik dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas. Ini dapat
menciptakan dorongan tambahan bagi anggota tim
untuk terus berfokus pada budaya layanan.

Dengan pengelolaan budaya layanan yang efektif,


program "PEKA WASRON" dapat menciptakan lingkungan
di mana setiap tindakan dan keputusan didasarkan pada
pelayanan yang berkualitas. Hal ini akan memberikan
manfaat bagi narapidana, petugas, dan pemangku
kepentingan lainnya, menciptakan lingkungan yang lebih
aman dan efisien di Lapas, dan membantu mencapai tujuan
jangka panjang program dalam meningkatkan keamanan
dan ketertiban di fasilitas pemasyarakatan.

c. Pengelolaan Tim
Pengelolaan tim adalah elemen kunci dalam
menjalankan program "PEKA WASRON." Tim yang bekerja
di bawah kepemimpinan program ini harus dikelola dengan
cermat untuk memastikan bahwa operasional program
berjalan efisien dan mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pembentukan Tim Kerja di tetapkan sejak awal
kegiatan aksi perubahan melalui Surat Keputusan Kepala
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Manokwari Nomor :
…………, tanggal …. 2023 tentang Pembentukan Tim Kerja
dalam rangka Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik
pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Manokwari
Tahun Anggaran 2023. Adapun personal yang ditunjuk
dalam Keputusan tersebut adalah pegawai di lingkungan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Manokwari.
Tabel 13 Susunan Tim Kerja

No. Nama/NIP Jabatan Jabatan dalam Tim

Kepala Lembaga
JUMADI, A.Md.I.P, S.H, M.H.
1 Pemasyarakatan Kelas IIB Pembina/Mentor
NIP. 197506061999021001
Manokwari
Kepala Seksi Binadik & Giatja
LAIBRA, SH Tim Leader/ Project
2 Lembaga Pemasyarakatan
NIP. 197906042007031001 Leader
Kelas IIB Manokwari

3 Anggota

4 Anggota

5 Anggota

6 Anggota

Pengelolaan tim yang efektif merupakan kunci kesuksesan


program "PEKA WASRON." Dengan memastikan bahwa tim
memiliki kualifikasi yang tepat, pelatihan yang komprehensif,
dukungan yang memadai, dan mekanisme evaluasi yang
berkelanjutan, program ini dapat mencapai tujuan dalam
meningkatkan pengawasan keamanan di Lapas yang kelebihan
kapasitas. Selain itu, pengelolaan tim yang baik juga
menciptakan lingkungan kerja yang positif dan memotivasi
anggota tim untuk berkinerja tinggi.

2. Deskripsi Hasil Kepemimpinan


a. Capaian Tahapan Inovasi
Capaian tahapan inovasi adalah penilaian terhadap
kemajuan dan hasil yang telah dicapai dalam setiap
tahapan pelaksanaan program "PEKA WASRON." Capaian
ini merupakan ukuran penting dalam memahami sejauh
mana program telah berjalan sesuai rencana dan berhasil
mencapai tujuan yang ditetapkan. Capaian dari setiap
tahapan inovasi dapat dilihat pada table berikut
Tabel 14 Capaian Tahapan Inovasi

Jadwal Tanggal
Tahapan
Rencana Aksi Output Aksi Capaian
No Aksi
Aksi Perubahan Perubahan Hasil
Perubahan
Perubahan (AP)

Tim program
"PEKA WASRON"
1 Persiapan terbentuk dengan 100%
SK Tim dan
Jadwal Kegiatan

Anggota tim
Pelatihan
2 menjalani 100%
Tim
pelatihan
Program "PEKA
Launching WASRON"
3 100%
Program diaktifkan di
Lapas
Petugas
Pelatihan
Penjagaan
4 Petugas 100%
menerima
Jaga
pelatihan

Evaluasi
menunjukkan
Evaluasi dan
5 perbaikan 100%
Perbaikan
berkelanjutan
dalam program
Laporan akhir
disusun dan
Pelaporan disampaikan
6 100%
Hasil kepada
pemangku
kepentingan

Capaian tahapan inovasi adalah bagian penting dalam


memonitor kemajuan program "PEKA WASRON" dan
memastikan bahwa tujuan program tercapai. Capaian ini
memberikan bukti nyata tentang manfaat program, dan
hasil dari setiap tahap membentuk dasar untuk tahap
selanjutnya. Dengan evaluasi yang cermat dan
pemahaman yang mendalam tentang capaian ini, program
dapat terus ditingkatkan untuk mencapai tujuan jangka
panjangnya dalam meningkatkan keamanan dan ketertiban
di Lapas.

b. Capaian dalam Perbaikan Sistem Pelayanan


Capaian dalam perbaikan sistem pelayanan adalah
tahap kunci dalam evaluasi dampak dan hasil dari program
"PEKA WASRON." Fokus utama dalam tahapan ini adalah
memahami bagaimana program telah berhasil
meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan kualitas pelayanan
yang diberikan oleh Lapas, terutama dalam hal
pengawasan dan keamanan. Berikut adalah tabel yang
lebih detail tentang capaian dalam perbaikan sistem
pelayanan:
Tabel 15 Capaian dalam Perbaikan Sistem Pelayanan

Indikator
No Perbaikan Sebelum Inovasi Setelah Inovasi
Sistem Layanan

Efisiensi Efisien, cepat, dan akurat


Manual, memerlukan
1 Pengawasan dan dengan penggunaan
banyak waktu dan upaya
Pemantauan drone
Efektivitas
Lebih efektif dalam
Pengawasan dan Terbatas, banyak
2 mendeteksi aktivitas
Deteksi Potensi kegiatan tidak terdeteksi
mencurigakan
Konflik
Kualitas
Meningkat, lingkungan
Pelayanan Terbatas, kerap terjadi
3 lebih aman dan
(Keamanan dan pelanggaran
terkendali
Ketertiban)
Memungkinkan
Proses Keterbatasan dalam pengambilan keputusan
4 Pengawasan dan pengumpulan dan yang lebih cerdas
Analisis Data analisis data dengan data yang lebih
akurat

Risiko insiden berkurang,


Risiko tinggi terhadap
Risiko Insiden potensi insiden lebih
5 insiden seperti
Keamanan mudah dideteksi dan
kerusuhan
dicegah
Terganggu oleh insiden Meningkat, operasional
Keberlanjutan
6 keamanan dan Lapas lebih
Operasional
kerusuhan berkelanjutan

Narapidana dan petugas


Manfaat bagi Risiko tinggi bagi mendapatkan manfaat
7 Narapidana dan keamanan narapidana langsung dari
Petugas dan petugas lingkungan yang lebih
aman dan terkendali

Dalam rangka mencapai capaian dalam perbaikan


sistem pelayanan, program "PEKA WASRON" harus terus
dievaluasi dan ditingkatkan. Hasil evaluasi berperan
penting dalam memahami sejauh mana program telah
berhasil dalam mencapai tujuan ini dan mengidentifikasi
area perbaikan yang mungkin diperlukan. Dengan
demikian, capaian dalam perbaikan sistem pelayanan
berkontribusi secara signifikan pada efektivitas dan
dampak positif program dalam konteks pemasyarakatan.

c. Manfaat Aksi Perubahan

Manfaat aksi perubahan program "PEKA WASRON"


sangat relevan bagi berbagai pemangku kepentingan
(stakeholder) yang terlibat dalam sistem pemasyarakatan.

1) Masyarakat Umum dan Keluarga Narapidana:


• Peningkatan Keamanan: Salah satu manfaat
utama adalah peningkatan keamanan di dalam
Lapas. Dengan pengawasan yang lebih baik dan
deteksi dini aktivitas mencurigakan, risiko
narapidana yang lolos atau melakukan tindakan
kriminal setelah pembebasan dapat berkurang. Hal
ini memberikan rasa aman bagi masyarakat umum.
• Pencegahan Pelanggaran dan Gangguan: Dengan
penggunaan drone, potensi insiden seperti
kerusuhan atau pelanggaran di dalam Lapas dapat
dideteksi dan dicegah lebih awal. Ini membantu
dalam menjaga ketertiban dan mencegah
gangguan yang dapat berdampak negatif pada
masyarakat.
2) Internal Organisasi Lapas:
• Peningkatan Keamanan dan Ketertiban:
Penggunaan drone akan meningkatkan keamanan
dan ketertiban di dalam Lapas. Ini akan
menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi
petugas, narapidana, dan staf lainnya yang bekerja
di dalam fasilitas tersebut.
• Efisiensi Operasional: Drones akan membantu
meningkatkan efisiensi operasional Lapas dengan
menghemat waktu dan sumber daya yang
biasanya diperlukan untuk pengawasan manual.
Petugas dapat memusatkan perhatian mereka
pada tugas-tugas yang memerlukan interaksi
manusia.
• Keterlibatan Resiko yang Lebih Rendah:
Penggunaan drone dapat mengurangi risiko fisik
bagi petugas yang harus masuk ke dalam situasi
yang potensial berbahaya. Ini dapat mengurangi
insiden cedera petugas selama pelaksanaan tugas
pengawasan.
• Peningkatan Kemampuan Analisis: Data yang
dihasilkan oleh drone akan memberikan organisasi
lebih banyak informasi yang dapat digunakan untuk
analisis. Ini dapat membantu dalam perencanaan
strategis, pemahaman tren, dan pengambilan
keputusan yang lebih baik.

Manfaat aksi perubahan ini bagi berbagai stakeholder


merupakan bukti bahwa program "PEKA WASRON" bukan
hanya memberikan dampak positif dalam keamanan dan
ketertiban di dalam Lapas, tetapi juga memiliki implikasi
yang lebih luas dalam konteks sistem pemasyarakatan dan
masyarakat secara keseluruhan. Program ini menciptakan
lingkungan yang lebih aman, lebih efisien, dan lebih adil
bagi semua yang terlibat dalam sistem pemasyarakatan.
3. Keberlanjutan Aksi Perubahan
a. Legalitas Penerapan Inovasi

Untuk memastikan keberlanjutan dari aksi perubahan


program "PEKA WASRON," dengan fokus pada legalitas
penerapan inovasi. Legalitas adalah elemen kunci dalam
memastikan bahwa program ini dapat berlanjut dengan
dukungan yang kuat dari aspek hukum.

Legalitas penerapan inovasi merujuk pada sejauh mana


program "PEKA WASRON" mematuhi hukum yang berlaku
dalam konteks penggunaan drone dalam pengawasan dan
pemantauan di Lapas. Penerapan teknologi drone
memunculkan berbagai aspek hukum yang perlu
dipertimbangkan, termasuk regulasi, izin, hak pribadi, dan
perlindungan data. Oleh karena itu, keberlanjutan program
ini sangat bergantung pada pemahaman dan pemenuhan
berbagai aspek hukum berikut:

1. Regulasi Penerbangan Drone: Keberlanjutan program


"PEKA WASRON" memerlukan pemahaman dan
kepatuhan terhadap regulasi penerbangan drone yang
berlaku. Hal ini mencakup aturan terkait tinggi terbang,
izin operasi drone, dan persyaratan pengendalian
penerbangan yang telah ditetapkan oleh otoritas
penerbangan setempat.
2. Perlindungan Privasi: Penggunaan drone untuk
pemantauan di Lapas menimbulkan pertanyaan
tentang perlindungan privasi narapidana. Program
harus mematuhi peraturan yang mengatur batasan
pemantauan, termasuk dalam hal pengambilan gambar
dan merekam aktivitas narapidana. Penanganan data
yang dihasilkan oleh drone juga harus memenuhi
standar perlindungan data pribadi yang berlaku.
3. Audit dan Pelaporan: Keberlanjutan program "PEKA
WASRON" juga bergantung pada pelaporan dan audit
yang rutin dilakukan untuk memastikan pematuhan
terhadap aspek hukum. Data pengawasan yang
dikumpulkan oleh drone harus dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum, dan laporan
yang sesuai harus disusun untuk tujuan pelaporan.

Keberlanjutan program "PEKA WASRON" adalah tanggung


jawab bersama antara Lapas, dan semua pihak terkait.
Program ini harus terus dipantau dan dievaluasi secara
berkala untuk memastikan pemenuhan aspek hukum, serta
untuk mengidentifikasi perubahan peraturan yang mungkin
mempengaruhi penggunaan drone di masa depan.
Kesadaran akan legalitas penerapan inovasi ini adalah
langkah kritis dalam memastikan bahwa program ini dapat
berlanjut dengan sukses dan berkontribusi pada sistem
pemasyarakatan yang lebih baik dalam jangka panjang.

b. Perencanaan Keberlanjutan Inovasi

Perencanaan keberlanjutan inovasi adalah langkah penting


dalam memastikan bahwa program "PEKA WASRON"
dapat berjalan secara efektif dan memberikan manfaat
jangka panjang bagi Lapas dan pemangku kepentingan
lainnya. Ini mencakup strategi-strategi untuk menjaga
keberlanjutan operasional, pemeliharaan teknologi,
pengembangan sumber daya manusia, serta rencana
darurat jika terjadi masalah.
1. Jaminan Keberlanjutan Operasional: Langkah pertama
dalam perencanaan keberlanjutan inovasi adalah
memastikan bahwa operasional program "PEKA
WASRON" berjalan terus menerus. Ini melibatkan
alokasi sumber daya yang cukup untuk menjaga
peralatan drone, pelatihan petugas, pemantauan
berkala, serta pemeliharaan teknis. Diperlukan
perencanaan keuangan yang solid untuk menjaga
program berjalan tanpa hambatan.
2. Pengembangan Keterampilan dan Sumber Daya
Manusia: Kunci dari keberlanjutan program adalah
pengembangan sumber daya manusia. Ini mencakup
pelatihan petugas dalam pengoperasian drone, analisis
data, dan manajemen teknologi. Perencanaan
pengembangan keterampilan dan kompetensi petugas
harus menjadi bagian integral dari program untuk
memastikan bahwa mereka dapat beradaptasi dengan
perkembangan teknologi yang terus berlanjut.
3. Pemeliharaan Teknologi: Drone dan perangkat terkait
memerlukan pemeliharaan berkala. Perencanaan
pemeliharaan harus mencakup perawatan rutin,
perbaikan jika terjadi kerusakan, serta penggantian
perangkat jika diperlukan. Diperlukan kerja sama
dengan penyedia teknologi drone untuk pemeliharaan
dan pembaruan perangkat.
4. Rencana Darurat: Dalam situasi yang tidak terduga,
seperti kegagalan perangkat teknis atau insiden
keamanan yang parah, program "PEKA WASRON"
harus memiliki rencana darurat yang dapat diaktifkan.
Ini mencakup tindakan penggantian, pemulihan data,
serta rencana evakuasi jika diperlukan.
5. Evaluasi dan Perbaikan Terus-Menerus: Perencanaan
keberlanjutan inovasi harus mencakup evaluasi yang
berkelanjutan dan perbaikan berdasarkan hasil
evaluasi tersebut. Dalam konteks program "PEKA
WASRON," evaluasi harus mencakup penilaian kinerja
drone, efektivitas pengawasan, serta pemenuhan
aspek hukum. Hasil evaluasi harus digunakan untuk
membuat perubahan yang diperlukan dalam program.
6. Perluasan Penggunaan Teknologi: Seiring berjalannya
waktu, program "PEKA WASRON" dapat
mempertimbangkan perluasan penggunaan teknologi
drone ke area lain dalam Lapas atau bahkan ke
pengawasan di luar Lapas, seperti pengawasan
transportasi narapidana. Rencana perluasan
penggunaan teknologi ini harus dipertimbangkan
dalam perencanaan keberlanjutan.
7. Komunikasi dan Keterlibatan Pemangku Kepentingan:
Keberlanjutan program memerlukan dukungan dari
pemangku kepentingan, termasuk petugas,
manajemen Lapas, pemerintah, dan masyarakat.
Komunikasi yang efektif dan keterlibatan pemangku
kepentingan dalam pengambilan keputusan penting
untuk memastikan keberlanjutan dan dukungan
berkelanjutan.
8. Keselarasan dengan Tujuan Organisasi: Program
"PEKA WASRON" harus selaras dengan tujuan dan
strategi organisasi Lapas. Keber lanjutan program ini
akan lebih mudah dicapai jika program tersebut
terintegrasi secara keseluruhan dengan rencana dan
tujuan organisasi.

Perencanaan keberlanjutan inovasi merupakan


langkah penting dalam memastikan bahwa program "PEKA
WASRON" dapat berjalan lancar dan efektif dalam jangka
panjang. Ini mencakup berbagai aspek, mulai dari
pemeliharaan teknologi hingga pengembangan sumber
daya manusia. Dengan perencanaan yang matang dan
dukungan berkelanjutan dari pemangku kepentingan,
program ini dapat memberikan manfaat yang signifikan
dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Lapas.

c. Strategi Mengahadapi Tantangan Implementasi

Tantangan implementasi adalah hal-hal yang mungkin


muncul dalam pelaksanaan program "PEKA WASRON"
yang dapat menghambat kemajuan dan keberhasilan.
Strategi menghadapi tantangan implementasi penting
untuk memastikan bahwa program ini dapat berjalan lancar
meskipun menghadapi rintangan.

1. Identifikasi Tantangan Potensial: Langkah awal dalam


strategi menghadapi tantangan adalah identifikasi
potensi masalah dan hambatan yang mungkin muncul
selama pelaksanaan program "PEKA WASRON." Ini
dapat melibatkan analisis risiko, pertimbangan aspek
teknis, hukum, dan operasional yang dapat
menimbulkan tantangan.
2. Penyusunan Rencana Kontinjensi: Setelah identifikasi
tantangan, perlu dibuat rencana kontinjensi yang
merinci tindakan yang akan diambil jika suatu masalah
muncul. Rencana ini harus mencakup langkah-langkah
darurat, sumber daya yang diperlukan, dan komunikasi
yang efektif untuk mengatasi masalah.
3. Pelatihan dan Peningkatan Kompetensi: Salah satu
tantangan yang mungkin adalah kurangnya
pemahaman atau keterampilan dalam penggunaan
teknologi drone. Strategi ini mencakup pelatihan dan
pengembangan kompetensi petugas yang akan
menggunakan drone. Ini termasuk pelatihan
operasional, pemeliharaan teknis, dan pemahaman
aspek hukum.
4. Evaluasi Berkala dan Perbaikan: Untuk menghadapi
tantangan yang muncul selama pelaksanaan, penting
untuk melakukan evaluasi berkala. Ini melibatkan
pengumpulan data tentang kinerja program,
penggunaan drone, dan efektivitas pengawasan. Hasil
evaluasi digunakan untuk membuat perubahan yang
diperlukan dalam program.
5. Manajemen Risiko: Strategi manajemen risiko
melibatkan identifikasi risiko, penilaian dampak, dan
tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko
implementasi yang mungkin. Ini termasuk kebijakan
dan prosedur yang diperlukan untuk menghindari
insiden keamanan dan teknis.
6. Komunikasi yang Efektif: Komunikasi yang baik adalah
kunci untuk menghadapi tantangan implementasi. Ini
melibatkan komunikasi antara semua pihak terkait,
termasuk petugas, manajemen Lapas, dan penyedia
teknologi drone. Dengan komunikasi yang efektif,
masalah dapat diidentifikasi dan diatasi dengan lebih
cepat.
7. Keterlibatan Pemangku Kepentingan: Strategi ini
mencakup keterlibatan pemangku kepentingan dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Pemangku kepentingan seperti petugas, manajemen
Lapas, dan pihak hukum dapat memberikan
pandangan yang berharga dalam menghadapi
tantangan yang muncul.
8. Fleksibilitas dan Adaptabilitas: Implementasi program
"PEKA WASRON" harus bersifat fleksibel dan dapat
beradaptasi dengan perubahan situasi. Ketika
tantangan muncul, perlu ada kemampuan untuk
menyesuaikan rencana dan tindakan sesuai
kebutuhan.
9. Pengawasan dan Pengendalian: Strategi pengawasan
dan pengendalian melibatkan pemantauan yang
berkelanjutan terhadap pelaksanaan program. Ini
mencakup pengendalian proses, pengawasan
perangkat teknis, serta pemantauan terhadap
penggunaan drone.

Strategi menghadapi tantangan implementasi adalah


bagian integral dari kesuksesan program "PEKA
WASRON." Dengan perencanaan yang matang,
keterlibatan pemangku kepentingan, komunikasi yang
efektif, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan, program ini dapat mengatasi berbagai
rintangan yang mungkin muncul selama pelaksanaan dan
terus memberikan manfaat yang signifikan dalam
pengawasan dan pemantauan keamanan di Lapas.
I. PENUTUP
1. Kesimpulan

Berangkat dari hasil implementasi aksi perubahan dalam


rangka Peltihan Kepemimpinan Pengawasan Angkatan IV
Tahun 2023 BPSDM Propinsi Papua Barat, kita dapat melihat
bagaimana kepemimpinan transformasional memiliki dampak
positif pada pelaksanaan program tersebut. Kepemimpinan
transformasional, yang mencakup elemen-elemen seperti
pembangunan integritas, pengelolaan budaya layanan,
pengelolaan tim, dan strategi menghadapi tantangan, telah
memainkan peran kunci dalam menggerakkan perubahan dan
mencapai tujuan program.

Pertama, pembangunan integritas adalah aspek penting


dari kepemimpinan transformasional. Pemimpin yang memiliki
integritas membawa kepercayaan dan kredibilitas kepada
program "PEKA WASRON." Mereka memberikan contoh yang
baik bagi staf dan memotivasi mereka untuk beroperasi
dengan standar etika dan profesionalisme yang tinggi.
Integritas juga membantu memastikan bahwa program
dijalankan dengan transparansi dan akuntabilitas.

Kedua, pengelolaan budaya layanan adalah bagian


integral dari kepemimpinan transformasional. Pemimpin yang
mendorong budaya layanan memastikan bahwa semua staf
program "PEKA WASRON" memiliki fokus pada pelayanan
yang berkualitas. Mereka menciptakan lingkungan di mana
pelayanan kepada narapidana dan pemangku kepentingan
lainnya diutamakan. Ini menciptakan rasa tanggung jawab
dan komitmen terhadap keberhasilan program.
Ketiga, pengelolaan tim adalah komponen penting dari
kepemimpinan transformasional. Pemimpin yang efektif
dalam mengelola tim dapat memotivasi, memandu, dan
memberdayakan staf program "PEKA WASRON." Mereka
menciptakan atmosfer kerja yang kolaboratif dan
memungkinkan tim untuk bekerja secara sinergis dalam
mencapai tujuan program.

Keempat, strategi menghadapi tantangan mencerminkan


bagaimana kepemimpinan transformasional mampu
mengatasi rintangan yang muncul selama pelaksanaan
program. Pemimpin yang berorientasi pada transformasi
memiliki kreativitas dan fleksibilitas untuk menemukan solusi
dalam menghadapi masalah. Mereka mendorong tim untuk
berpikir inovatif dan adaptif.

Rancangan Aksi Perubahan "PEKA WASRON" telah


berhasil dalam meningkatkan keamanan, ketertiban, dan
efisiensi operasional Lapas Kelas IIB Manokwari melalui
penggunaan teknologi drone. Capaian dalam dua bulan
pertama menunjukkan dampak positif, dan manfaat program
dirasakan oleh berbagai pemangku kepentingan.

Rancangan Aksi Perubahan "PEKA WASRON" telah


membuktikan manfaatnya dalam meningkatkan pengawasan
keamanan di Lapas yang menghadapi tantangan kelebihan
kapasitas. Dengan penggunaan drone, Lapas telah dapat
melaksanakan pemantauan udara yang efisien, mendeteksi
potensi insiden keamanan, dan merespons secara cepat
terhadap situasi yang mencurigakan. Hasil evaluasi awal
menunjukkan peningkatan signifikan dalam keamanan dan
ketertiban di dalam fasilitas pemasyarakatan.
2. Rekomendasi

Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat


menjadi panduan untuk masa depan program "PEKA
WASRON" dan upaya serupa dalam penggunaan teknologi
drone dalam pengawasan keamanan di Lapas:
1) Pengembangan Keberlanjutan: Program "PEKA WASRON"
perlu terus memprioritaskan perencanaan keberlanjutan
untuk menjaga kelangsungan operasional dan
efektivitasnya dalam jangka panjang. Hal ini mencakup
pemeliharaan teknologi, pengembangan sumber daya
manusia, dan diversifikasi sumber dana.
2) Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan: Evaluasi berkala
dan perbaikan berkelanjutan harus menjadi bagian integral
dari program. Hasil evaluasi harus digunakan untuk terus
meningkatkan program, termasuk perluasan penggunaan
drone jika dianggap relevan.
3) Keterlibatan Pemangku Kepentingan: Komunikasi dan
keterlibatan pemangku kepentingan, termasuk petugas,
manajemen Lapas, dan pihak hukum, harus terus
ditingkatkan. Ini membantu dalam mengatasi masalah dan
memastikan dukungan yang berkelanjutan.
4) Pengembangan Sumber Daya Manusia: Peningkatan
kompetensi petugas dalam pengoperasian drone dan
pengelolaan data menjadi kunci untuk kesuksesan
program. Pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia harus terus ditingkatkan.
Dengan implementasi yang berkelanjutan, program
"PEKA WASRON" dapat terus memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap keamanan, ketertiban, dan efektivitas
operasional Lapas. Seiring berjalannya waktu, program ini
dapat menjadi model untuk penggunaan teknologi inovatif
dalam sistem pemasyarakatan di berbagai daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Riant Nugroho, A. (2018). Manajemen Pengamanan Pemasyarakatan. PT.


Rajagrafindo Persada.

Harefa, A. (2019). Manajemen Keamanan Lembaga Pemasyarakatan.


Salemba Medika.

Kusumah, A. (2020). Pemasyarakatan: Teori, Kebijakan, dan Praktek. PT


Raja Grafindo Persada.

Herliansyah, H. (2017). Hukum Pidana dan Kepolisian Negara Republik


Indonesia. Raja Grafindo Persada.

Lubis, A. (2019). Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia. Prenada


Media.

Anda mungkin juga menyukai