Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 4,

Nama anggota :
1. Ziaratul khairiyah
2. Salsa Nabila
3. Farellya Anastasya
4. Nur Ersan
5. Rhezy Pratama

Contoh teks editorial

Pendidikan vs Kapitalisme

Pernyataan Pendapat (Tesis)

Perdebatan dalam dunia pendidikan tidak hanya melibatkan biaya tinggi untuk
mendapatkan pendidikan yang baik, tetapi juga mencerminkan pertarungan antara
idealisme dan pengaruh kapitalisme. Ini dapat dilihat dari kasus seperti Bogor
Agribusiness Center di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), pertukaran lahan
SLTP 56 di "daerah emas" Melawai Jakarta Selatan, dan niat seorang yayasan untuk
menjual sekolahnya di Kota Bandung.

Argumentasi

Baik kita menyukainya atau tidak, pengaruh kapitalisme telah merasuki berbagai
aspek kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk pendidikan. Ini terlihat dari
kewajiban murid untuk membeli buku yang telah ditentukan, penggunaan uang
pangkal besar untuk masuk ke perguruan tinggi, dan adanya Malang Town Square di
sekitar kampus Universitas Brawijaya Malang.

Salah satu prinsip dasar kapitalisme adalah pergerakan modal. Kapitalisme


mendorong kita untuk menghasilkan nilai berlebih dengan modal yang ada dalam
waktu sesingkat mungkin. Kapitalisme hanya memprioritaskan keuntungan dan uang
sebagai faktor yang dominan. Nilai-nilai lainnya seringkali diabaikan. Meskipun
demikian, kapitalisme adalah sistem global yang tidak bisa dihindari.

Namun, di mana letak idealisme dalam pendidikan? Apakah hak pendidikan adalah
hak semua warga negara, terlepas dari akses mereka terhadap modal? Terdengar
seperti jeritan yang tenggelam dalam keheningan, seolah-olah tidak bisa bersaing
dengan pengaruh kapital yang begitu kuat, mirip dengan lingkungan yang tak
mampu menahan arus kapital yang mengalir deras. Dunia pendidikan tampaknya
semakin terpinggirkan, dan hampir tidak ada yang peduli lagi dengan aspek filosofis
pendidikan.
Kenyataannya, pendidikan kini telah menjadi bagian dari dunia kapitalisme itu
sendiri. Keinginan untuk menghasilkan nilai berlebih telah tertanam dalam sistem
pendidikan. Semakin seseorang siap untuk berinvestasi dengan modalnya, semakin
besar kemungkinannya untuk menciptakan nilai berlebih dalam dunia pendidikan di
masa depan. Bagi mereka yang tidak ingin melibatkan modal, kemungkinan untuk
mendapatkan nilai berlebih menjadi semakin tipis.

Ini adalah fenomena yang akan terus mempengaruhi dunia pendidikan di masa
mendatang, dan melawan arus besar ini akan memerlukan usaha ekstra yang besar.
Bahkan pemerintah, meskipun memiliki undang-undang sebagai alatnya, tampaknya
tidak mampu mencegah perkembangan kapitalisme di dunia pendidikan. Sebaliknya,
seringkali alasan yang digunakan adalah keterbatasan anggaran, yang seolah-olah
menjadi pembenaran terhadap pengaruh modal yang seringkali mengabaikan aspek
lain, kecuali keuntungan modal itu sendiri. Pemerintah bahkan mungkin ikut
menikmati dampak kapitalisme yang merambah ke dunia pendidikan.

Pernyataan Ulang Pendapat

Namun, kompromi tidak berarti kita boleh melupakan nilai-nilai yang lebih
mendalam, seperti moral dan etika, yang seringkali tertindas oleh kekuatan kapital.
Keterpaparan terhadap kapitalisme, selama ini menjadi alasan keterlambatan dalam
membangun masyarakat Indonesia yang lebih baik. Inilah yang harus menjadi
perhatian kita semua.

Anda mungkin juga menyukai