Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN

TUGAS ILMU HUKUM/PTHI

Disusun oleh:
AHMAD ALFIYAN ARDIYANTO
051549268

PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
Jawaban Atas Tugas 1 Mata Kuliah Ilmu Hukum/PTHI

1. Manusia Sebagai Makhluk Sosial.


Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. Sudah menjadi kodrat
manusia untuk hidup bersama, bahkan semenjak peradaban pertama manusia itu
ada. Didorong oleh naluri bertahan hidup, manusia beradaptasi den belajar dari
keadaan yang ada, dimana untuk dapat terus mempertahankan eksistensi ataupun
bahkan meningkatkan kualitas hidup, manusia tidak dapat hidup seorang diri.
Contohnya saja seorang petani, tentunya tidak memiliki kemampuan untuk
menangkap ikan. untuk dapat menikmati ikan, seorang petani membutuhkan
bantuan seorang nelayan. Demikian juga manusia yang pada dasarnya
memerlukan bantuan orang lain untuk dapat hidup serta meningkatkan taraf
hidupnya. Bakan di era modern sekarang ini, taraf kehidupan manusia sudah lebih
kompleks, menimbulkan begitu banyak kebutuhan yang harus dipenuhi,
memerlukan berbagai macam keahlian.
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon yaitu dalam bahasa
Yunani zoon berarti makhluk, sedangkan politicon berarti hidup dalam polis (atau
di zaman dahulu semacam kota/negara kota). Sementara Hans Kelsen
mengartikan zoon politicon sebagai man is a social and political being.
2. Perlindungan Kepentingan Manusia
Menurut pandangan Roscoe Pound, di dalam diri manusia terdapat berbagai
kepentingan, yang dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian. Yaitu:
Kepentingan Umum (public interest). Sering disebut juga sebagai kepentingan
yang utama, biasanya menyangkut kepentingan negara dalam menjalankan
fungsinya
Kepentingan Masyarakat (social interest). Berhubungan dengan kepentingan
masyarakat luas. misalnya kepentingan terhadap keselamatan umum, jaminan
terhadap masyarakat, kepentingan kesusilaan/moral, dan sebagainya
Kepentingan Pribadi (private interest). Kepentingan pribadi dibagi atas 3 yakni
kepentingan bagi diri sendiri, kepentingan terhadap hubungan, serta kepentingan
yang meliputi harta benda.
2. a Kaitannya ialah manusia itu adalah zoom politicon artinya bahwa manusia
sebagai makhluk hidup pada dasarnya selaly ingin bergaul dan berkumpul dengan
sesama manusia lainnya, jadi makhluk yang suka bermasyarakat. Dan oleh karena
sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut mahkluk sosial
2 b. Manusia, Masyarakat dan Hukum (Manusia sebagai Makhluk Sosial)
Dalam bagian ini, akan dibahas mengenai hubungan antara manusia masyarakat
dan hukum. Ketiga hal tersebut memiliki hubungan satu sama lain, bagaimana
saling mempengaruhi antara ketiga unsur ini akan dibahas.

3. Alasan Keberadaan Hukum


Mengapa hukum itu ada ? "ubi societas ibu ius" Sebuah ungkapan dari Cicero
yang bermakna "dimana ada masyarakat, disitu ada hukum". Seperti yang kita
pelajari sebelumnya bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, yang
mana manusia tidak dapat hidup seorang diri saja. Dalam pergaulan bersama
manusia tersebut timbul suatu yang dinamakan masyarakat. Jika sudah terbentuk
masyarakat (yang mana manusia tidak lagi seorang diri saja), sudah terdapat hak
dan kewajiban di dalamnya sehingga perlu diatur oleh hukum.

Hukum ada untuk menjamin keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.


Didalam masyarakat terdapat norma-norma yang mengatur, yaitu norma agama,
norma kesopanan, norma kesusilaan dan norma hukum. ketiga norma di luar
hukum tidak dapat memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya.
Diperlukan norma hukum yang lebih tegas mengatur pergaulan hidup masyarakat
agar kehidupan masyarakat dapat menjadi tertib dan teratur.
Mempelajari ilmu hukum memiliki beberapa alasan penting:
1. Memahami hak dan kewajiban: Ilmu hukum membantu kita memahami
hak dan kewajiban kita sebagai warga negara. Ini melibatkan pemahaman
tentang hukum yang mengatur kehidupan sehari-hari, seperti hukum
perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi.
2. Mencegah pelanggaran hukum: Dengan mempelajari ilmu hukum, kita
dapat menghindari melakukan pelanggaran hukum yang tidak disengaja.
Pengetahuan tentang hukum dapat membantu kita menghindari tindakan
yang melanggar hukum dan menghadapi konsekuensinya.
3. Melindungi hak individu: Ilmu hukum melibatkan pemahaman tentang
hak-hak individu dan bagaimana melindunginya. Dengan mempelajari
ilmu hukum, kita dapat memahami hak-hak kita dan memperjuangkannya
jika terjadi pelanggaran.
4. Mengatasi konflik: Hukum adalah alat yang digunakan untuk
menyelesaikan konflik dan sengketa. Dengan mempelajari ilmu hukum,
kita dapat memahami proses hukum dan cara menyelesaikan konflik
dengan cara yang adil dan efektif.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mempelajari ilmu hukum:
1. Studi mandiri: Membaca buku teks, jurnal, dan artikel hukum adalah cara
yang efektif untuk mempelajari ilmu hukum secara mandiri. Dalam studi
mandiri, penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang konsep-
konsep hukum dasar dan mengikuti perkembangan hukum terkini.
2. Kuliah dan seminar: Menghadiri kuliah dan seminar hukum dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang topik-topik hukum
tertentu. Ini juga memberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan dosen
dan rekan mahasiswa tentang isu-isu hukum yang relevan.
3. Partisipasi dalam klinik hukum: Beberapa perguruan tinggi
menawarkan program klinik hukum di mana mahasiswa dapat terlibat
dalam penelitian kasus nyata dan memberikan bantuan hukum kepada
masyarakat. Ini memberikan pengalaman praktis dalam menerapkan ilmu
hukum dalam konteks nyata.
4. Magang atau praktek hukum: Magang atau praktek hukum di firma
hukum atau lembaga hukum lainnya adalah cara yang bagus untuk
mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ilmu hukum. Ini
juga memberikan kesempatan untuk belajar dari praktisi hukum yang
berpengalaman.
5. Diskusi kelompok: Berdiskusi dengan rekan mahasiswa atau kelompok
studi hukum dapat membantu memperdalam pemahaman tentang konsep-
konsep hukum dan memecahkan masalah hukum secara bersama-sama.
Penting untuk mencatat bahwa metode yang efektif untuk mempelajari ilmu
hukum dapat bervariasi tergantung pada preferensi individu. Kombinasi beberapa
metode di atas seringkali memberikan hasil yang terbaik

3a. Teori Piramida Hukum (Stufentheorie) dari Hans Kelsen


Teori Piramida Hukum, juga dikenal sebagai Stufentheorie, dikembangkan oleh
Hans Kelsen, seorang ahli hukum Austria. Teori ini menggambarkan hierarki
norma hukum dalam suatu sistem hukum. Menurut teori ini, norma hukum yang
lebih tinggi mengatur norma hukum yang lebih rendah, membentuk suatu
piramida hukum.
Piramida hukum terdiri dari beberapa tingkatan, dengan norma hukum yang lebih
tinggi berada di puncak piramida dan norma hukum yang lebih rendah berada di
bagian bawah. Norma hukum yang lebih tinggi memiliki kekuatan mengikat yang
lebih besar daripada norma hukum yang lebih rendah. Jika terjadi konflik antara
norma hukum, norma hukum yang lebih tinggi akan mengesampingkan norma
hukum yang lebih rendah.
Contoh; konkretnya dalam norma hukum di Indonesia adalah sebagai
berikut:Konstitusi: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945) merupakan norma hukum tertinggi di Indonesia. Norma-norma
hukum lainnya harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
UUD 1945.
Undang-Undang: Undang-Undang (UU) merupakan norma hukum yang dibentuk
oleh lembaga legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). UU memiliki
kekuatan mengikat yang lebih besar daripada peraturan perundang-undangan
lainnya.
Peraturan Pemerintah: Peraturan Pemerintah (PP) merupakan norma hukum yang
dikeluarkan oleh Presiden sebagai pelaksanaan UU. PP memiliki kekuatan
mengikat yang lebih rendah daripada UU.
Peraturan Menteri: Peraturan Menteri (Permen) merupakan norma hukum yang
dikeluarkan oleh menteri sebagai pelaksanaan UU dan PP. Permen memiliki
kekuatan mengikat yang lebih rendah daripada UU dan PP.
Peraturan Daerah: Peraturan Daerah (Perda) merupakan norma hukum yang
dibentuk oleh pemerintah daerah sebagai pelaksanaan UU. Perda memiliki
kekuatan mengikat yang lebih rendah daripada UU, PP, dan Permen.
Dalam piramida hukum Indonesia, UUD 1945 berada di puncak sebagai norma
hukum tertinggi, diikuti oleh UU, PP, Permen, dan Perda. Norma hukum yang
lebih tinggi mengatur norma hukum yang lebih rendah, dan jika terjadi konflik
antara norma hukum, norma hukum yang lebih tinggi akan mengesampingkan
norma hukum yang lebih rendah.

3b. Sistem hukum di Indonesia mengadopsi teori piramida hukum atau norma
berjenjang dari Hans Kelsen karena teori ini mengakomodasi prinsip-prinsip
negara hukum yang mendasar, yaitu supremasi hukum dan pemisahan kekuasaan.
Dalam teori piramida hukum, hukum dianggap sebagai piramida dengan hukum
tertinggi di puncaknya, dan setiap peraturan atau norma harus sesuai dengan
hukum yang lebih tinggi di atasnya.
Penjelasan:
Sistem hukum di Indonesia mengadopsi teori piramida hukum atau norma
berjenjang dari Hans Kelsen karena teori ini mengakomodasi prinsip-prinsip
negara hukum yang mendasar, yaitu supremasi hukum dan pemisahan kekuasaan.
Dalam teori piramida hukum, hukum dianggap sebagai piramida dengan hukum
tertinggi di puncaknya, dan setiap peraturan atau norma harus sesuai dengan
hukum yang lebih tinggi di atasnya.
Dalam sistem hukum Indonesia, hukum tertinggi adalah Undang-Undang Dasar
1945, yang menetapkan prinsip-prinsip dasar negara, hak asasi manusia, dan tugas
negara. Kemudian di bawahnya terdapat hirarki peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah, seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
presiden, peraturan daerah, dan kebijakan pemerintah. Setiap peraturan atau
norma harus sesuai dengan hukum yang lebih tinggi di atasnya, dan tidak boleh
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.
Dalam teori piramida hukum, kekuasaan legislatif memiliki peran penting dalam
menetapkan hukum tertinggi, sedangkan kekuasaan yudikatif memiliki peran
penting dalam menegakkan hukum tersebut. Oleh karena itu, prinsip pemisahan
kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif sangat penting untuk menjaga
keseimbangan dan keadilan dalam sistem hukum.
Dalam pendapat saya, penggunaan teori piramida hukum atau norma berjenjang
dari Hans Kelsen sangat relevan dengan sistem hukum di Indonesia. Dengan
mengakui hirarki peraturan perundang-undangan dan prinsip supremasi hukum,
kita dapat memastikan bahwa hukum di Indonesia berdasarkan pada aturan yang
jelas dan adil, dan mampu menjamin keamanan, perlindungan hak asasi manusia,
serta kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Nanang Almsah Deliarnoor .Pendidikan Ilmu Hukum/PTHI, ISIP4130, Edisi 4,


Cetakan Ketiga , Febuari 2023

Anda mungkin juga menyukai