Anda di halaman 1dari 6

“PENGUKURAN JVP”

KELOMPOK 4

DISUSUN OLEH
1. Redha Febriyanti ( 1910201202)
2. Sulistyiyawati ( 1910201203)
3. Shabira Afif Rahma (1910201204)
4. Khalfia khairin (1910201205)
5. Harum sari handayani (1910201206)
6. Erina ivanka devi (1910201207)
7. Alwi taufiqurrahman (1910201208)
8. Tri Azizul Nurul Haq (1910201209)
9. Efina Lestari (1910201230)
10. Fita nur lifian (1910201231)
11. Aida Nur Anggraini (1910201232)
12. Sri Ana (1910201233)
13. Evi aisyah (1910201234)
14. Rizqa primadita (1910201235)
15. Nada Luqyana (1910201236)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2022/2023
PENGERTIAN
A. JVP

Pemeriksaan tekanan vena jugularis (Jugular Veinous Pressure “JVP”) merupakan


salah satu tehnik untuk mendeteksi adanya kerusakan pada sirkulasi sistem
kardiovaskuler. JVP merupakan prediktor penting dalam penyakit gagal jantung,
memberikan informasi yang sangat berguna tentang status volume cairan tubuh dan
fungsi jantung (Bickley & Szilagyi, 2009).
Perubahan tekana vena direfleksikan dengan tingginya kolom darah di vena
jogularis , yang disebut jogular veinous pressure “JVP” . Tekanan vena jugularis
merefleksikan tekanan atrium kanan yang memberikan indikator klinis yang penting
untuk fungsi jantung dan hemodinamik jantung kanan. JVP biasanya diukur vertikal jarak
diatas angulus sternum : pertemuan ujung klavikula dengan kosta kedua dan manubrium
sterni. Tinggi normal JVP adalah 5-2 cm H20 sampai 5 + 2 c2 H2O.

B. DEFINISI ATRIBUT
Atribut dalam konsep analisis ini adalah pemeriksaan tekanan vena jugularis.
Metode pengukuran vena terdapat dua macam, yakni secara langsung (direct) dan secara
tidak langsung (indirect). Secara langsung, yakni pengukuran dilaksanakan secara invasif
dengan cara memasukkan kateter pada vena subclavia dextra dan berlanjut sampai vena
sentralis (vena cava superior) yang dihubungkan dengan sphygmomanometer.
Pertimbanagan dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam
pemantauan hemodinamik berdasarkan banyak hal. Diantaranya, tindakan invasif hanya
dapat dilaksanakan oleh profesi dengan keahlian tertentu dan harus dilakukan di ruang
operasi, sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar. Berbeda dengan metode
pemeriksaan tidak langsung berupa pemeriksaan JVP, pemeriksaan ini dapat dilakukan
oleh semua tenaga kesehatan, dapat dilakukan kapanpun sesuai dengan kebutuhan, serta
hasil pemeriksaan dapat segera diketahui. Vena jugularis berfungsi sebagai pengganti
sphygmomanometer dengan titik nol berada pada mid atrium kanan. Titik ini kira-kira
berada pada perpotongan antara garis tegak lurus dari angulus Ludoivici menuju bidang
yang dibentuk kedua linea midaxilaris (Vincent, Nathaniel, Peter, & Solomon, n.d.).
C. ATRIBUT PENGUKURAN JVP
Dalam melakukan pengukuran JVP sebaiknya memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut;
1. Tentukan vena jugularis interna (JVI) Pengukuran JVP dilakukan pada JVI karena
vena ini berhubungan langsung dengan atrium kanan melalui vena kava superior,
sehingga memiliki aliran phasic ke atrium kanan dengan akurat. Berbeda dengan vena
jugularis eksterna (JVE), dimana aliran darah di dalamnya bersifat non-pulsatif,
sehingga penilaian kontur vena jugularis tidak dapat dilakukan. (Jyotsna, 2017)
2. Titik Acuan Metode Louis menjadi titik acuan dalam pengukuran JVP. Metode ini
dilakukan dengan cara mengukur ketinggian vena jugularis di atas sudut sternum.
(Jyotsna, 2017) Dengan menggunakan sudut sternum sebagai titik acuan, dengan
asumsi bahwa titik ini terletak sekitar 5 cm di atas pusat atrium kanan, sudut ini lebih
banyak dikenal sebagai sudut Louis.(Laar, 2003) Posisi pasien tidak mempengaruhi
letak dari sudut Louis ini, baik telentang, semi fowler, ataupun duduk.(Resident,
Garg, & Garg, n.d.) Selama pengukuran JVP, aliran vena di bawah sudut rahang
dihentikan sementara dengan diberikan tekanan ringan oleh jari agar puncak pulsasi
terlihat jelas. (Laar, 2003)
3. Refluks abdomino-jugularis Biasa juga dikenal sebagai hepatojugularis. Hal ini
dilakukan ketika pada pasien gagal jantung ketika dilakukan pengukuran JVP
didapatkan hasil yang normal. Sehingga harus dilakukan manipulasi agar tampak
hasil pengukuran JVP. Refluks abdominal-jugularis dilakukan dengan cara menekan
bagian perut di atas pusar selama 10-30 detik seiring dengan inspirasi pasien. pasien
jangan sampai menahan perut atau nafas cepat, sehingga penilaian JVP lebih jelas.
Hasil peningkatan JVP akan menghilang ketika tekanan dilepaskan. (Resident et al.,
n.d.)
4. Pencahayaan Pencahayaan pada saat mengidentifikasi vena jugularis sebelum
pemeriksaan dan ketika sedang melakukan pemeriksaan JVP harus adekuat dan
tangensial untuk meminimalisir adanya bayangan yang akan membiaskan penglihatan
pada saat pengukuran JVP (Jyotsna, 2017).
5. Gunakan alat yang lurus dan berskala Puncak dari pengukuran JVP yakni
menentukan pertemuan jarak antara sudut Louis (manubrio-sternal) dengan puncak
pulsasi vena jugularis. Penggaris lurus akan berpotongan dengan garis horizontal.
Hasil inilah yang didapatkan dalam pengukuran JVP (Jyotsna, 2017).

D. ANATOMI STERNUM
Sternum terdiri dari 3 bagian :
a. Manubrium sterni
Manubrium sterni (kepala tulang dada), membentuk persendian dengan tulang
selangka, klavikula dan tulang rusuk pertama.
b. Corpus sterni
Corpus sterni (badan tulang dada), membentuk persendian dengan sembilan tulang
rusuk berikutnya.
c. Processus Xipoideus
Prosesus xifoid (tulang taju pedang), tulang yang masih berbentuk tulang rawan pada
bayi.

E. EMPIRICAL REFERENT
Prosedur pelaksanaan pemeriksaan JVP tidak terdapat perbedaan pada tiap
negara. Berikut merupakan prosedur yang secara umum digunakan berdasarkan Potter et
al., dan Ball et al.;
Persiapkan alat pengukuran JVP berupa :
a) 2 buah penggaris
b) Spidol / marker skin c/
c) Kapas dan alkohol
d) Senter / pen light
e) Alat tulis untuk dokumentasi

Prosedur :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan, serta lakukan inform consen.
3) Pemeriksaa berada di samping kanan pasien
4) Posisikan pasien berbaring di tempat tidur dan atur posisi kepala pada kemiringan 30-
45 derajat dari bidang horizontal.
5) Anjurkan pasien untuk menoleh dan menengadah ke sebelah kiri
6) Identifikasi vena jugularis
7) Tentukan puncak undulasi vena jugular
8) Tentukan titik angulius sternalis
9) Dengan penggaris pertama, proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara horizontal
ke dada sampai titik manubrium sterni.
10) Kemudian penggaris kedua diletakkan vertikal dari angulus sternalis.
11) Lihat hasil pengukuran dengan melihat hasil angka pada penggaris kedua (titik
pertemuan antara mistar pertama dan kedua). Hasil pembacaan kemudian
ditambahkan angka 5 cm, sebagai asumsi jarak antara angulus sternalis dengan atrium
kanan.
12) Catat jarak dalam sentimeter dan tetntukan sudut kemiringan pasien berbaring (missal
denyut vena jugularis 5 cm di atas sudut sternal, dengan kepala dinaikkan 30 derajat.
13) Pengukuran yang lebih dari 3 sampai 4 cm di atas sudut sternal dianggap sebagai
suatu peningkatan JVP
14) Catat hasil / dokumentasikan (Potter et al., 2013), (Ball et al., 2015)
Tambahan :
1) Untuk melihat kenaikan vena jugularis tempatkan telapak tangan pada tengah
abdomen
2) Tekan telapak tangan ke arah dalam
3) Tahan 30-60 detik
4) Amati ada tidaknya kenaikan tekanan vena jugularis
5) Cuci tangan.
SKENARIO KASUS (SESAK NAFAS)
Seorang anak berusia 20 tahun datang ke IGD dibawah oleh ibuknya, karena sesak nafas
sejak 1 hari yang lalu . Dari anamnesa didapatkan sesaknya sudah lama di rasakan ,terutama saat
berjalan beberapa meter saja pasien sudah merasakan sesak dan meningkat sejak 1 hari yang lalu.
Malam hari pasien sering terbangun karena sesak dan lebih suka tidur dengan menggunakan
bantalyang tinggi . dari pemeriksaan fisi, di dapatkan TD 160/90, frekuensi nadi 70x/menit
frekuensi nafas 30x/menit. Pemeriksaan jantung JVP 3cm dari angulus sterni , pemeriksaan
thorax : paru ronki +/+ , jantung : ictus teraba 1 jari lateral linea midclavicula RIC VI, Auskultasi
dalam batas normal dan tungkai edema + (Ni’am et al., 2020)
DAFTAR PUSTAKA
Ni’am, U., Sobirin, A., & Ropyanto, C. B. (2020). Monitoring Vena Jugularis Presure (Jvp) on
Heart Disease Patients : Concept Analysis. Journal of TSCNers, 5(1), 2503–2453.
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCNers46

Anda mungkin juga menyukai