Modul Internas Islam Edisi Kedua 2021
Modul Internas Islam Edisi Kedua 2021
EKONOMI
INTERNASIONAL
Sebuah Pemikiran dalam perspektif Islam
UNIDA-GONTOR
ACADEMIC PUBLISHING
Daftar Isi
DAFTAR ISI ………………………………………............................................. 2
UCAPAN TERIMAKASIH.……………………………………………………..……....... 3
PROLOG .…………………………………………………………………….……………............. 4
12. Sistem Nilai tukar Kurs dalam Pandangan Islam ........................................... 103
2
Ucapan Terima Kasih
Alhamdulillah, Kehadiran buku ini tidak lepas dari dorongan
dan bantuan banyak pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu
per satu. Diantaranya, Ika Prastyaningsih pendamping setiaku
dan putri kecilku Zafeena Aisyah yang mendorong dan
menyemangati agar buku ini bisa diterbitkan.
3
PROLOG
Buku ini adalah pemikiran yang berusaha untuk
mengenalkan kepada pembaca konsep Islam yang berkaitan
dengan ekonomi Internasional. Ilmu Ekonomi yang banyak
dianut oleh manusia di seluruh Negara kebanyakan masih
berkutat pada jiwa-jiwa kapitalisme yang bersifat individualis,
materialis dan berusaha menghalalkan segala cara demi
kekayaan duniawi.
Lingkup yang dibahas dalam ekonomi internasional ini
bersifat makro, sehingga banyak juga mengkaji kebijakan-
kebijakan Negara. Dalam terdapat beberapa topik diantaranya
Perdagangan Internasional dalam Pandangan Islam, Abu Ubaid
dan Perdagangan Internasional, Perdagangan Internasional
Dalam Pandangan Islam, Sejarah Perdagangan Internasional
pada awal Islam, Al Hisbah Internasional, Mekanisme Pasar
Menurut Ibnu Taimiyah, ACFTA – Pasar Bebas Dalam
Pandangan Islam, Imbal Dagang dan Perdagangan Internasional,
Dumping Dalam Pandangan Islam, Hedging Dalam Pandangan
Islam. Pada edisi kedua ini terdapat bab yang menjelaskan
mengenai perkembangan Wisata halal dibeberapa negara
diantaranya Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, Jepang.
4
5
Ekonomi Internasional Islam
Sebuah Prolog
6
Kembali kepada permasalahan kebijakan pasar tadi, maka yang
dirugikan adalah rakyat (petani garam). Hal tersebut adalah salah satu
contoh dari kejahatan sebuah negara yang melestarikan prinsip pasar.
Pada masuk dalam lingkup internasional, apalagi negara yang menjadi
pelaku tidak berlandaskan syariah Islam, akan sangat jauh sekali
penerapan nilai-nilai islami dalam berbagai aktifitas ekonomi yang
berskala internasional. Dalam sejarah peradaban Islam, hanya khilafah
islamiyah saja yang bisa kita jadikan pijakan saat membangun konsep.
Dalam Ekonomi Internasional tidak bisa terlepas dari kebijakan politik
luar negeri sebuah negara. Misalnya Indonesia akan melakukan
kerjasama bilateral jual beli alusista dengan negara Israel, maka
tergantung pemahaman pemimpin indonesia, apakah hanya keuntungan
yang dicari atau rasa peduli terhadap rakyat paletina yang notabenenya
mayoritas muslim, yang telah dijajah oleh Israel laknatullah. Sehingga
konsep Ekonomi Internasional dalam perspektif Islam akan terbangun
dengan baik apabila negaranya berideologi Islam ataupun jika tidak,
maka memiliki kepedulian terhadap permasalahan kaum muslimin
didunia.
9
1
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
DALAM
PANDANGAN
ISLAM
10
Islam mempunyai pandangan yang sangat jauh berbeda dengan sistem
ekonomi yang berlaku hari ini, baik pada tingkatan mikro maupun makro.
pada ayat ayat ilahiyah dan nilai-nilai keIslaman. Meskipun dalam Islam ada
pada pelaku pasar (pedagang), dan tidak pada komoditinya. Karena saat
tidak langsung yang dijualnya adalah hal-hal yang baik. Dalam kajian hukum
Islam, pedagang dijadikan sebagai asas awal karena status hukum dari
Hukum dagang, adalah hukum yang mengatur tentang hak kepemilikan harta.
Dengan kata lain, hukum jual beli adalah hukum yang mengatur antara
pedagang dan pembeli dan bukan untuk harta yang dijual atau yang dibeli.
mengikuti kebijkaan politik luar negeri negara Islam. Seperti halnya saat dinasti
dalam kategori darul harbi. Walaupun nantinya darul harbi terbagi menjadi dua
11
yaitu darul harbi fi’lan1 dan darul harbi Hukman.
Maka dari itu, dari segi pelaku pasarnya Syekh Taqiyuddin An Nabhani
Dalam hal ini, yang masuk dalam kategori warga negara tidak
pandang muslim atau kafir (hanya kafir dzimmi dan bukan kafir harbi).
Pedagang dari negara harbi hukman, baik muslim maupun non muslim,
negeri Islam. Perizinan disini bisa meliputi komoditinya saja atau beserta
hak untuk melakukan ekspor ke negara lain dengan syarat tidak membawa
kemudharatan.
Pelakunya biasa disebut dengan kafir mu’ahad atau orang kafir yang
syarat-syarat komoditi yang mereka impor dari negara Islam maupun yang
Semua pelaku pasar dari negara harbi fi’lan secara mutlak dilarang
konsep yang diusung pertama kali adalah konsep akidah. Namun pada intinya,
kenegaraan saat ini, mungkin akan sangat jauh berbeda. Karena akan ada
Padahal zaman dahulu kedua hal tersebut tidak ada bedanya. Karena yang
Saat ini, yang ada adalah negara yang berpenduduk muslim, dengan
ideologi negara bukan Islam. Setingkat negara arab saudi, tidak pernah
13
negara monarki kerajaan yang masih mengadopsi nilai-nilai hukum islam
meskipun tidak sepenuhnya. Maka dari tulisan diatas, yang perlu kita cermati
membawa keuntungan luar biasa, namun berasal dari negeri kafir harbi fi’lan,
maka keuntungan tersebut tidak berarti sama sekali. Dan sekali lagi yang
Seperti halnya negara Israel, yang secara nyata memerangi umat Islam di
14
Namun demikian, saat ini sistem tersebut sudah tidak
berlaku lagi. Seluruh dunia saat ini menggunakan mata uang kertas
yang berbeda- beda untuk setiap negara yang mengeluarkannya.
Dengan adanya perbedaan mata uang tersebut, menurut teori, ada
tiga kemungkinan sistem kurs yang dapat diberlakukan:
1. Sistem kurs tetap (fixed exchange rates).
2. Sistem kurs mengambang terkendali (managed floating
exchange rates).
3. Sistem kurs mengambang bebas (freely floating exchange rates).
Dari tiga sistem kurs tersebut, ternyata Islam telah memiliki
ketentuan berbeda dari ketiganya. Sistem kurs dalam Islam sepintas
hampir mirip dengan sistem kurs mengambang bebas, karena Islam
memberikan kebebasan penuh bagi rakyatnya untuk melakukan
transaksi berbagai valuta asing secara bebas (suka sama suka). Akan
tetapi, aturan tersebut tidak berhenti sampai di situ, karena masih
ada syarat lanjutannya, yaitu harus dilakukan secara kontan dan
dalam satu tempat.
Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), “Juallah emas
dengan perak sesuka kalian, dengan (syarat harus) kontan.” Emas
dan perak yang dituju oleh hadis tersebut adalah emas dan perak
sebagai mata uang yang diberlakukan pada masa Nabi saw.
Ketentuan tersebut berlaku umum untuk transaksi-transaksi mata
uang sebagaimana yang berlaku saat ini.
Politik Dagang Internasional
Jika pembahasan perdagangan internasional sampai di sini,
15
sekilas tampaknya sistem Islam terlihat sama dengan politik
ekonomi pasar bebas. Ini tentu merupakan kesimpulan yang salah.
Sebab, jika pembahasan perdagangan internasional dilihat dalam
perspektif Negara, maka politik perdagangan internasional dalam
Islam akan berbeda, karena harus tetap tunduk pada kepentingan
politik luar negeri Islam.
Dalam politik luar negeri Islam, Negara Islam dipandang
sebagai pihak yang paling bertanggung jawab untuk mengemban
risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Bahkan syariat Islam
mengizinkan penggunaan kekuatan militer untuk menumpas segala
bentuk halangan fisik yang dapat mengganggu kelancaran
penyebaran dakwah tersebut.
Oleh karena itu, segala bentuk perdagangan luar negeri yang
dilakukan oleh Negara harus dalam rangka menyukseskan
kepentingan dakwah tersebut dan tidak boleh hanya untuk
kepentingan ekonomi semata. Agar risalah dakwah dapat berjalan
dengan mantap, dibutuhkan berbagai kebijakan khusus untuk
melindungi kepentingan Negara sekaligus memperkuat
kemampuan Negara. Sebagai contoh:
Negara harus mengupayakan segala kebutuhan bahan baku
yang sangat diperlukan bagi pasokan industri militernya, walaupun
harus mengimpor dari luar negeri. Meskipun secara ekonomi tidak
menguntungkan (karena terjadi defisit neraca perdagangan dengan
negara tersebut), Negara tetap harus mengimpor bahan baku
16
tersebut.
Negara harus senantiasa mengupayakan agar segala
kebutuhan pokok rakyat tetap dalam kondisi yang aman dan tidak
ada ketergantungan terhadap negara asing. Bahkan jika perlu,
Negara harus sampai memiliki kemampuan untuk menghadapi
segala kemungkinan embargo yang akan diterapkan oleh negara-
negara asing.
Jika untuk menundukkan sebuah negara harbi diperlukan
embargo BBM, maka ekspor BBM ke negara tersebut harus
dihentikan; walaupun secara ekonomi ekspor BBM ke negara
tersebut sebelumnya sangat menguntungkan.
Jika dalam Negara Islam transaksi perdagangannya sudah
menggunakan emas dan perak, sedangkan negara-negara lain tidak
menggunakannya, maka untuk melindungi Negara dari ancaman
hilangnya emas dan perak ke luar negeri, yang dapat menimbulkan
lumpuhnya perekonomian Negara, maka Negara berhak untuk
memproteksi perdagangan emas dan perak ke luar negeri.
Daftar Pustaka
Krugman, Paul R. & Maurice Obstfeld, 1999, Ekonomi Internasional
– Teori dan Kebijakan, Terj. Faisal H. Basri, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Al-Maliki, Abdurrahman, 2001, Politik Ekonomi Islam, Terj. Ibnu
Sholah, Al-Izzah, Bangil.
Abu Ubaid, Kitab Al Amwal
17
An-Nabhani, Taqyuddin, 1990, an-Nizhâm al-Iqtishâdi fî al-Islâm, Darul
Ummah, Beirut, Lebanon, Cet. IV.
Samuelson, Paul A. & Nordhaus, William D., 1999, Makroekonomi,
Alih Bahasa: Haris Munandar dkk., Erlangga, Jakarta.
Zain, Samih Athif, 1988, Syariat Islam dalam Perbincangan
Ekonomi, Politik dan Sosial sebagai Studi Perbandingan, Terj.
Mudzakir As., Hussaini, Bandung.
Pertanyaan
1. Dalam Ekonomi Internasional perspektif Islam, Pelaku pasar dibedakan
menjadi berapa? Jelaskan masing-masing!
2. Jelaskan perbedaan antara kafir Harbi Hukman dan Kafir harbi Fi’lan!
3. Apakah perbedaan tujuan perdagangan internasional antara Islam dan
Kapitalis?
4. Jelaskan perbedaan antara sistem kurs tetap, mengambang terkendali dan
mengambang bebas!
5. Mengapa darul harbi hukman tidak sama dengan darul harbi fi’lan, Jelaskan
alasannya!
18
2
ABU UBAID
DAN
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
19
Perdagangan Internasional adalah perdagangan antar
negara yang melintasi batas-batas suatu negara. Jauh sebelum
teori perdagangan internasional ditemukan di Barat. Islam telah
menerapkan konsep-konsep perdagangan internasional. Adalah
ulama besar yang bernama Abu Ubaid bin Salam bin Miskin bin
Zaid al-Azdi telah menyoroti praktik perdagangan internasional
ini, khususnya impor dan ekspor. Lahir tahun 774 M dan wafat
838 M, Abu Ubaid merupakan orang pertama yang memotret
kegiatan perekonomian di zaman Rasulullah SAW, khulafaur
Rasyidin, para sahabat dan tabiin-
tabiin.
Pemikiran Abu Ubaid tentang ini dapat dilihat dalam
kitabnya, Al Amwaal yang ditulisnya hampir 1000 tahun sebelum
Adam Smith (1723-1790) menelurkan teori keunggulan
absolutnya. Pemikiran Abu Ubaid tentang ekspor impor ini dapat
dibagi kepada tiga bagian, yaitu tidak adanya nol tarif dalam
perdagangan internasional, cukai bahan makanan pokok lebih
murah, dan ada batas tertentu untuk dikenakan cukai.
Tidak Adanya Nol Tarif
Pengumpulan cukai merupakan kebiasaan pada zaman
jahiliah dan telah dilakukan oleh para raja bangsa Arab dan non
Arab tanpa pengecualian. Sebab, kebiasaan mereka adalah
memungut cukai barang dagangan impor atas harta mereka,
apabila masuk ke dalam negeri mereka. Dari Abdurrahman bin
20
Maqil, ia berkata, “Saya pernah bertanya kepada Ziyad bin
Hudair, Siapakah yang telah kalian pungut cukai barang
impornya? Ia berkata, “Kami tidak pernah mengenakan cukai
atas Muslim dan Mua-hid. Saya bertanya, Lantas, siapakah orang
yang telah engkau kenakan cukai atasnya? Ia berkata, “Kami
mengenakan cukai atas para pedagang kafir harbi, sebagaimana
mereka telah memungut barang impor kami apabila kami masuk
dan mendatangi negeri mereka”.
Hal tersebut diperjelas lagi dengan surat-surat Rasulullah,
dimana beliau mengirimkannya kepada penduduk penjuru
negeri seperti Tsaqif, Bahrain, Dawmatul Jandal dan lainnya yang
telah memeluk agama Islam. Isi surat tersebut adalah “Binatang
ternak mereka tidak boleh diambil dan barang dagangan impor
mereka tidak boleh dipungut cukai atasnya”.
Umar bin Abdul Aziz telah mengirim sepucuk surat
kepada Adi bin Arthaah yang isinya adalah “Biarkanlah bayaran
fidyah manusia. Biarkanlah bayaran makan kepada ummat
manusia. Hilangkanlah bayaran cukai barang impor atas ummat
manusia. Sebab, ia bukanlah cukai barang impor. Akan tetapi ia
merupakan salah satu bentuk merugikan orang lain,
sebagaimana firman Allah, Dan janganlah kamu merugikan
manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan kamu membuat
kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan (Huud85).
Dari uraian diatas, Abu Ubaid mengambil kesimpulan
21
bahwa cukai merupakan adat kebiasaan yang senantiasa
diberlakukan pada zaman jahiliah. Kemudian Allah
membatalkan sistem cukai tersebut dengan pe-ngutusan
Rasulullah dan agama Islam. Lalu, datanglah kewajiban
membayar zakat sebanyak seperempat dari usyur (2.5%). Dari
Ziyad bin Hudair, ia berkata, “Saya telah dilantik Umar menjadi
petugas bea cukai. Lalu dia memerintahkanku supaya
mengambil cukai barang impor dari para pedagang kafir harbi
sebanyak usyur (10%), barang impor pedagang ahli dzimmah
sebanyak setengah dari usyur (5%), dan barang impor pedagang
kaum muslimin seperempat dari usyur (2.5%)”.
Yang menarik, cukai merupakan salah satu bentuk
merugikan orang lain, yang sekarang ini didengungkan oleh
penganut perdagangan bebas (free trade), bahwa tidak boleh ada
tarif barrier pada suatu negara. Barang dagangan harus bebas
masuk dan keluar dari suatu negara. Dengan kata lain, bea
masuknya nol persen. Tetapi, dalam konsep Islam, tidak ada
sama sekali yang bebas, meskipun barang impor itu adalah
barang kaum muslimin. Untuk barang impor kaum muslimin
dikenakan zakat yang besarnya 2.5%. Sedangkan non muslim,
dikenakan cukai 5% untuk ahli dzimmah (kafir yang sudah
melakukan perdamaian dengan Islam) dan 10% untuk kafir harbi
(Yahudi dan nasrani). Jadi, tidak ada prakteknya sejak dari
dahulu, bahwa barang suatu negara bebas masuk ke negara lain
22
begitu saja.
Cukai Bahan Makanan Pokok
Untuk minyak dan gandum yang merupakan bahan
makanan pokok, cukai yang dikenakan bukan 10% tetapi 5%
dengan tujuan agar barang impor berupa makanan pokok banyak
berdatangan ke Madinah sebagai pusat pemerintahan saat itu.
Dari Salim bin Abdullah bin Umar dari ayahnya, ia berkata,
“Umar telah memungut cukai dari kalangan pedagang luar;
masing-masing dari minyak dan gandum dikenakan bayaran
cukai sebanyak setengah dari usyur (5%). Hal ini bertujuan
supaya barang impor terus berdatangan ke negeri madinah. Dan
dia telah memungut cukai dari barang impor al-Qithniyyah
sebanyak usyur (10%)”.
Ada Batas Tertentu untuk Cukai
Yang menarik, tidak semua barang dagangan dipungut
cukainya. Ada batas-batas tertentu dimana kalau kurang dari
batas tersebut, maka cukai tidak akan dipungut. Dari Ruzaiq bin
Hayyan ad- Damisyqi (dia adalah petugas cukai di perbatasan
Mesir pada saat itu) bahwa Umar bin Abdul Aziz telah menulis
surat kepadanya, yang isinya adalah, “Barang siapa yang
melewatimu dari kalangan ahli zimmah, maka pungutlah barang
dagangan impor mereka. Yaitu, pada setiap dua puluh dinar
mesti dikenakan cukai sebanyak satu dinar. Apabila kadarnya
kurang dari jumlah tersebut, maka hitunglah dengan kadar
kekurangannya, sehingga ia mencapai sepuluh dinar. Apabila
23
barang dagangannya kurang dari sepertiga dinar, maka
janganlah engkau memungut apapun darinya. Kemudian
buatkanlah surat pembayaran cukai kepada mereka bahwa
pengumpulan cukai akan tetap diberlakukan sehingga sampai
satu tahun”.
Jumlah sepuluh dinar adalah sama dengan jumlah seratus
dirharn didalam ketentuan pembayaran zakat. Seorang ulama
Iraq, Sufyan telah menggugurkan kewajiban membayar cukai
apabila barang impor ahli dzimmah tidak mencapai seratus
dirharn. Menurut Abu Ubaid, seratus dirharn inilah ketentuan
kadar terendah pengumpulan cukai atas harta impor ahli
dzimmah dan kafir harbi.
Pertanyaan
1. Jelaskan Pemikiran Abu ubaid mengenai ekspor impor!
2. Berapa besar cukai yang dikenakan untuk minyak dan gandum?
3. Apa perintah yang diberkan oleh Umar bin Abdul Aziz kepada Ruzaiq bin
Hayyan ad- Damisyqi mengenai cukai yang harus dipungut?
4. Berapa besar cukai yang dikenakan pada barang impor dari pedagang kafir
harbi?
5. Berapakah jumlah batasan barang impor ahli dzimmah yang tidak
dikenakan cukai?
24
3
SEJARAH
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
PADA AWAL
ISLAM
25
Posisioning Makkah yang berada tepat pada jantung arab,
pertengahan antara Syiria dan Yaman menjadikannya sebagai
tempat yang strategis, Semenanjung arab oleh beberapa
sejarawan di bagi menjadi tiga bagian yaitu Arabia Felix, Arabia
Patraea dan Arabia Deserta yang mengubungkan tripartid
kekuasaaan pada awal abad kristen daerah Arabia Felix adalah
daerah yang merdeka, Arabia Patraea di bawah kekuasaan Roma
dan Arabia Deserta di bawah kekuasaan Parthia. Mekkah terletak
antara Arabia Deserta dan Arabia Felix, dimana daerah Arabia Felix,
yang menghubungkan daerah subur di Arabia Felix dan Daerah
padang pasir di sekitar Mesopotamia.
Dengan kondisi yang strategis memberikan keuntungan
sendiri karena di lalui rute perdagangan antara persia dan Roma,
terlebih perdagangan Roma dan India melewati bagian selatan
dan Timur Arabia selama berabad abad dan rute ini disebut
degan rute perdagangan selatan. Barang dagangan yang di
peroleh dari India menggunakan kapal Laut menuju Oman,
kemudian di bawa lagi meleluilintasan darat melalui bagian
utara Arabia dan Syam dan kemudian ke Roma. Kota kota Besar
pun menjadi pusat perdagangan bagi para kafilah dagang yang
melewati jalur ini. Antara lain adalah Lakm, Al kindah dan
Gassan ketiganya terletak di sepanjang Rute dagang Utara.
Selain rute dagang selatan dan utara, ada rute ketiga yang
berada di antara yaman dan Syam yang di kembangkan pada saat
26
Hasyim mengambil alih kepemimpinan bangsa Quraisy.
Perdagangan melalui rute ini merupakan hasil usaha hasyim
untuk mendapatkan perjanjian dan izin dari raja raja Roma,
Persia, Ethiopia dan yaman bagi Quraisy.
Hal ini menjadi satu bukti bahwa perdagangan
merupakan dasar perekonomian sebelum Islam datang.
Prasyarat untuk melakukan transaksi adalah adanya alat
pembayaran yang dapat di percaya. Satuan mata uang yang
dipergunakan adalah dirham dan Dinar. Dominasi Persia dan
Roma juga tidak lepas atas berlakunya Dinar dirham di Arabia,
dengan kian kuatnya politik kedua negara itu maka alat
pembayarannya pun makin dipercaya di wilayah yang berada di
bawah pengaruh kekuasaannya. Karena faktor itulah, bangsa
Persia dan Bangsa Romawai menjadi Satu satunya Mitra dagang
orang orang Arab.
Dirham dan Dinar memiliki nilai yang tetap. Karena itu,
tidak ada masalah dalam perputaran uang. Jika dirham dinilai
sebagai satuan uang, nilai dinar adalah perkalian dari dirham dan
jika diasumsikan dinar sebagai unit moneter, nilainya adalah
sepuluh kali dirham. Walaupun demikian dirham lebih umum
digunakan daripada dinar karena hampir seluruh wilayah
kekaisaran Persia yang mata uangnya dirham dapat dikuasai
angkatan perang Islam, sementara tidak semua wilayah
kekaisaran Romawi yang memiliki mata uang dinar dapat
27
dikuasai Islam. Karena itu, mata uang dirham lebih Populer di
dunia usaha bangsa arab.
Selain menggunakan dirham dan dinar, alat pembayaran
yang digunakan pada awal periode islam adalah Kredit. Ekspansi
perdagangan di Arabia yang sudah berlangsung berabad abad
lamanya menuntut penggunaan kredit. Selain memiliki
kelebihan yang dimiliki Dinar dan Dirham sebagai alat
pembayaran, kredit memiliki keuntungan lainnya. Biasanya para
pedagang yang berpengalaman dan bereputasi tinggi akan
menggunakan semacam surat wesel dagang dan surat utang
dalam transaksi bisnisnya. Meningkatnya perdagangan antara
syam dan yaman, yang berlangsung paling tidak dua kali setahun
sebelum masa kenabian dimulai, menciptakan kemungkinan
untuk menerbitkan dan menerima surat wesel tagih, cek atau
surat dagang diantara pedagang pedagang Quriasy dan Yaman.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar di terbitkan surat
pembayaran cek yang penggunannnya di terima oleh
masyarakat. Menurut Al-Yaqubi, Umar menginstruksikan untuk
mengimport sejumlah barang dagangan dari Mesir ke Madinah.
Karena barang yang diimport jumlahnya sangat besar,
pendistribusiaannya cukup besar, pendistribusiaannya menjadi
terhambat. Oleh karena itu Umar menerbitkan sejumlah cek
kepada orang-orang yang berhak dan rumah tangga sehingga
secara bertahap setiap orang dapat pergi kebendahara kaum
28
muslimin dan mengumpulkan hartanya.
29
dengan Istilah Ushr, ushr adalah bea impor yang dikenakan
kepada semua pedagang, dibayar sekali dalam setahun dan
hanya berlaku terhadap barang yang nilainya lebih dari 200
dirham. Tingkat bea orang-orang yang dilindungi adalah 5% dan
pedagang muslim 2,5%. Hal ini juga terjadi di Arab sebelum masa
Islam,terutama di Mekkah, pusat perdagangan terbesar. Menurut
Dr.Hamidullah, Rasulullah S.A.W berinisiatif mempercepat
peningkatan perdagangan walaupun menjadi beban pendapatan
negara. Ia menghapuskan semua bea masuk dan dalam banyak
perjanjian dengan berbagai suku menjelaskan hal tersebut. Ia
mengatakan,”Barang-barang milik utusan dibebaskan dari bea
impor di wilayah muslim, bila sebelumnya telah terjadi tukar-
menukar barang”.
Konsepsi hubungan perdagangan akan terangkum dalam
Fiqh Muamalah dimana di dalamnya mengatur hubungan antar
sesama Muslim dan hubungan antar Muslim dan Muslim dalam
keseharian. Dengan mendasarkan hubungan antar negara
dengan syariah seperti dalam Fiqh muamalah akan dengan
sendirinya akan memberikan satu hubungan timbal balik antar
negara yang saling menghormati dan terjaga dari hal hal yang di
haramkan.
Pertanyaan
1. Semananjung Arab dibagi menjadi 3 bagian oleh sejarawan, sebutkan!
Jelaskan masing-masing!
30
2. Jelaskan tentang Ushr!
3. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah dalam rangka mempercepat
pengingkatan perdagangan?
4. Jelaskan latar belakang Umar bin Khattab menerbitkan sejumlah cek pada
masa kekhilafahannya dalam masalah perdagangan!
5. Pada awal periode Islam, selain Dinar dan Dirham perdagangan di Arabia
menggunakan Kredit, Jelaskan !
31
4
Al Hisbah
Internasional
32
Sejak awal tercetusnya, rezim telah bertujuan untuk menjadi
sebuah wadah yang mampu memoderasi kepentingan-
kepentingan aktor internasional. Seiring berjalannya waktu,
kepentingan-kepentingan aktor internasional menjadi semakin
banyak dan heterogen sehingga dibutuhkan rezim-rezim yang
lebih spesifik, mampu memoderasi kepentingan yang lebih luas,
serta terinstitusi dengan jelas dan legal. Munculnya kepentingan-
kepentingan tersebut secara tidak langsung telah menuntut rezim
itu sendiri untuk terusmemperbaharui sistem-sistem yang
terdapat di dalamnya.
33
perdagangan internasional yang kemudian disebut sebagai
trading culture.
Terdapat tiga perspektif tradisional yang dapat digunakan
dalam mengkaji rezim perdagangan internasional, yaitu
perspektif neo-realisme, neo-liberalisme, dan neo- marxisme.
Kaum neo-realis menganggap bahwa dinamika yang terjadi
dalam rezim merupakan refleksi dari kepentingan aktor tertentu
demi memperoleh keuntungan secara ekonomi.
Kaum neo-liberalis pun setuju apabila dinamika yang
terjadi dalam rezim merupakan refleksi dari akumulasi
kepentingan aktor yang tergabung dalam suatu rezim tertentu.
Sedangkan menurut kaum neo-marxis, rezim, dalam hal ini
khususnya rezim perdagangan, tidak terlepas dari eksistensi
kapitalisme global. Ketiga perspektif ini kemudian menjelaskan
bagaimana rezim-khususnya rezim perdagangan-mempengaruhi
keadaan sosial, ekonomi, dan politik internasional seperti
kapitalisme, kekuatan negara, dan institusi internasional dalam
pengimplementasian perkembangan rezim perdagangan (Ford,
2002: 117).
34
memiliki otoritas yang terlegitimasi untuk mengatur
perdagangan internasional. Sehingga kemudian rezim ini
mengatur penghapusan batas-batas perdagangan dunia sehingga
tidak ada pengistimewaan terhadap suatu negara tertentu,
meminimalisir barier, serta memberi proteksi dan konsultasi
perdagangan pada negara anggota (Ford, 2002: 117). Pasca
Perang Dunia II, muncul negara-negara subordinat atau negara
berkembang yang telah terdekolonisasi.
Negara-negara berkembang ini kemudian juga terlibat
dalam rezim GATT dan diberi kebebasan yang sama layaknya
negara maju untuk menjalankan perdagangan internasional
semaksimal mungkin (Ford, 2002: 118). Akan tetapi, beberapa
dekade kemudian, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat
dominansi negara maju atas negara berkembang yang
menyebabkan hilangnya kepercayaan negara berkembang
terhadap rezim GATT.
GATT yang hanya berfokus pada pengurangan tarif
barang perdagangan internasional namun mengabaikan
perbaikan kondisi pasar itu sendiri kemudian memicu transisi
MFN (Most Favored Nation) menjadi GSP (Generalized System
of Preferences) pada tahun 1968 (Chadha, 200: 1084). MFN yang
hanya mengatur mengenai penjaminan perlakuan yang setara
pada seluruh anggota GATT, digantikan oleh GSP yang juga
mengatur mengenai perizinan negara maju untuk memberi akses
35
istimewa terhadap pasar negara berkembang, utamanya pada
barang-barang pokok dan pertanian.
Namun sayangnya, meskipun isi dari GSP ini sangat
membantu negara berkembang dalam mengembangkan dan
memperbaiki pasarnya, pada realitanya negara maju tidak benar-
benar melaksanakan GSP sehingga timbul perlawanan-
perlawanan dari negara berkembang. Negara berkembang juga
sadar bahwa keberadaan rezim GATT yang seharusnya
mendahulukan kepentingan negara sebagai aktor utamanya ini
pada realitanya justru lebih menguntungkan TNC dibanding
negara berkembang (Ford, 2002: 125). Terlebih lagi, menurut
penulis, rezim GATT ini hanya merupakan wadah exercise of
power negara dalam sistem internasional. Mengingat pasca
Perang Dunia II, kondisi persebaran kekuatan yang mendominasi
adalah multipolar.
Maka berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah
terjadi, negara-negara berkembang mulai mempelajari pola-pola
perpolitikan internasional dan berinisiatif untuk membuat
sebuah rezim yang benar- benar mampu untuk menjadi wadah,
tidak hanya untuk negara maju namun juga negara berkembang.
Hal ini kemudian memunculkan sifat rezim sebagai sebuah social
learning process, di mana negara berkembang, meskipun
notabene bukan aktor yang menonjol, namun mencoba untuk
menunjukkan bahwa segala interaksi yang terjadi dalam rezim,
36
terlepas dari siapapun aktornya, akan membawa pengaruh
terhadap rezim itu sendiri dan sistem internasional secara
keseluruhan (Ford, 2002: 121).
Pemahaman mengenai self and other dalam kerja sama di
bidang perdagangan akan timbul dan implikasi dari timbulnya
kesadaran atas pemahaman tersebut tercermin pada perubahan
rezim GATT menjadi WTO (World Trade Organization) pada
tahun 1995. Runtuhnya Bretton Woods System yang dikarenakan
terjadi exercise of power negara-negara hegemon, di mana pada
masa itu negara-negara hegemon selain Amerika Serikat
menukarkan dollar dengan emas sebagai bentuk penolakan
hegemoni Amerika Serikat yang kemudian membawa dunia
internasional menuju ketidakstabilan. GATT yang tidak didesain
untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi dan perdagangan
secara lebih lanjut ini kemudian tidak mampu mengatasi
fluktuasi yang terjadi pada masa itu (Chadha, 2000: 1084).
37
terdapat perbaikan-perbaikan dalam mekanisme pengambilan
keputusan yang telah ada sejak GATT.
Namun dalam rezim GATT, terdapat upaya sistematis
dalam sistem multilateralismenya untuk mengesampingkan
kepentingan negara berkembang sehingga hanya kepentingan
negara maju saja yang menjadi pertimbangan (Ford, 2002: 117).
Kesetaraan dalam pengambilan keputusan ini dibuat oleh WTO
dengan sistem one dollar one vote. Dalam WTO, negara-negara
anggota secara tidak langsung dipaksa untuk mengikuti sistem
perdagangan liberal yang dianggap lebih relevan untuk modal
bersaing di ranah internasional serta demi mendapatkan
kesejahteraan nasional (Ford, 2002: 116). Prinsip NT (National
Treatment) yang terdapat dalam WTO juga merupakan
perbaikan dari sistem sebelumnya yang terdapat dalam GATT.
Dengan adanya NT, negara berkembang dapat
mengembangkan potensinya hingga menjadi negara maju karena
prinsip NT adalah menghilangkan diskriminasi yang ada dengan
cara melakukan negosiasi, prediktabilitas, serta mengutamakan
kompetisi secara sehat (Chadha, 2000: 1084). Karena bentuk dari
rezim WTO yang telah terinstitusi, sifat keanggotaan negara
anggota menjadi lebih mengikat dibanding rezim GATT yang
tidak terinstitusi sehingga pengaturan- pengaturan dapat
dilakukan dengan lebih mudah.
Namun tetap saja terdapat penyimpangan-
38
penyimpangan dalam rezim WTO itu sendiri. Meskipun
regulasi-regulasi dalam WTO telah lebih jelas dibandingkan
dengan GATT, serta sifatnya yang lebih mengikat. Namun pada
kenyataannya, secara keseluruhan, negara berkembang tetap
tidak dapat mendapat keuntungan sebesar yang diperoleh
negara maju. Liberalisasi pasar yang secara tidak langsung
dituntut oleh rezim WTO ini memang membawa keuntungan
yang cukup signifikan bagi negara berkembang.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa negara maju tidak
benar- benar meliberalisasikan pasarnya, negara maju justru
berusaha untuk tetap melindungi dan menjaga stabilitas dari
pasar domestik mereka dengan melakukan usaha-usaha
proteksionisme (Ford, 2002: 134). Hal ini tentu dinilai tidak adil
bagi negara berkembang, akan tetapi di sisi lain, negara
berkembang mengalami dilema karena liberalisasi pasar
memang masih menjadi solusi yang paling efisien dalam
meningkatkan perekonomian negeri. Selain itu, sistem one dollar
one vote yang diterapkan oleh WTO sebenarnya merugikan
negara berkembang karena secara tidak langsung menyiratkan
bahwa stigma hegemon rules the world masih tetap berlangsung
dan negara berkembang hanya dapat menjadi pengikut dalam
proses pengambilan keputusan.
Kesimpulannya, tidak dapat dipungkiri bahwa
penyimpangan- penyimpangan dalam rezim internasional
39
cenderung tidak dapat dihindari. Terutama apabila telah
menyentuh pada persoalan ekonomi, di mana aspek ekonomi ini
membawa dampak yang signifikan bagi aspek-aspek yang lain.
Meskipun terdapat penyimpangan- penyimpangan dalam
jalannya suatu rezim, rezim tetap dibutuhkan untuk mewadahi
dan memoderasi kepentingan-kepentingan negara. Secara tidak
langsung, rezim telah menjembatani antara negara core, semi-
periphery, dan periphery, namun di sisi lain, rezim juga telah
memperjelas kesenjangan diantara ketiganya.
Hal ini dapat dilihat dari transisi yang ada dalam rezim
GATT menjadi WTO. Pada awalnya, keduanya memiliki tujuan
yang sama, yaitu sebagai katalisator perdagangan internasional
serta menjunjung kesetaraan di bidang perdagangan dengan
menghapuskan diskriminasi- diskriminasi. Akan tetapi dalam
pengimplementasiannya, keduanya mengimplikasikan
diskriminasi namun dalam bentuk yang berbeda. Apabila GATT
berbentuk over hegemony, di mana ia menunjukkan kapabilitas
dominansi secara eksplisit dan terbuka. Sedangkan WTO
berbentuk de facto imposition, yaitu menunjukkan kapabilitas
dominansi secara implisit dan dilakukan melalui manipulasi
insentif.
Referensi:
Chadha, Rajesh. 2000. “Understanding the WTO Regime”,
40
dalam Economic and Political.
Ford, Jane. 2002. “A Social Theory of Trade Regime
Change: GATT to WTO”, dalam International Studies Review.
Haggard, Stephan dan Simmons, Beth A. 1987. “Theories of
International regimes”, dalam International Organization
Pertanyaan
1. Apa latar belakang dibentuknya General Agreement on tarrif and
trade (GATT)?
2. Mengapa GATT berubah menjadi WTO?
3. Jelaskan kelebihan WTO dibandingkan GATT!
4. Jelaskan hegemoni negara-negara maju terhadap negara-negara
berkembang dalam perdagangan!
5. Jelaskan Generalized System of Preferences (GSP)!
41
5
PERKEMBANGAN
WISATA HALAL
(HALAL TOURISM)
42
INDONESIA
Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk mayoritas
beragama islam. Menurut Badan Pusat Statsitik pada tahun 2010, warga
muslim di Indonesai sebanyak 87,18%, sedangkan lainnya beragama
Kristen (6,96%), Katolik (2,91%,) Hindu (1,69), Budha (0,72) dan sisanya
menganut agama yang lain. Potensi ini dimanfatkan Indonesai untuk
terus berupaya mengembangkan wisata halal (halal tourism). Hal ini
didukung oleh kondisi geografis yang sangat strategis. Iklim tropis yang
dimiliki Indonesia menjadikan negara ini memiliki berbagai kekayaan
flora dan fauna. Biodiversitas yang tinggi ini menjadikan Indonesia
memiliki potensi yang besar sebagai negara tujuan wisata. Produk wisata
yang ditawarkan dikelompokkan dalam tiga hal yaitu wisata alam,
wisata budaya, dan wisata buatan.
Sebagai upaya untuk mengembangkan wisata halal (halal
tourism), Indonesai berusaha meningkatkan keberadaan hotel syariah.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Indonesia telah membuat pedoman penyelenggaraan hotel syariah.
Syariah yang dimaksud disini adalah prinsip-prinsip hukum islam
sebagaimana yang diatur fatwa dan atau telah disetujui oleh Majelis
Ulama Idonesia (MUI). Pada tahun 2013, terdapat 37 hotel syariah yang
telah bersertifikat halal dan 150 hotel menuju operasional syariah.
Terdapat sebanyak 2.916 restoran dan 303 diantaranya telah bersertifikasi
halal, dan 1.800 sedang mempersiapkan untuk sertifikasi.
Pada umumnya, makanan dan minuman di Indonesia dilakukan
43
kemasan makanan dan minuman, dan dilakukan pemeriksaan oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga makanan dan
minuman yang tersedia di Indonesia terjamin kehalalannya bagi
wisatawan muslim. Sedangkan wisatawan non-muslim dapat meyakini
bahwa makanan dan minuman tersebut tidak mengandung zat
berbahaya bagi tubuh, sehingga layak untuk dikonsumsi.
Indonesia melakukan sinergi dengan banyak pihak untuk
mengembangkan wisata halal (halal tourism), contohnya Kementrian
Pariwisata yang melakukan kerjasama dengan Dewan Syariah Nasional
(DSN), Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Lembaga Sertifikasi Usaha
(LSU). Wujud konkret kerjasama tersebut yaitu dengan cara
mengembangkan pariwisata serta mengedepankan budaya serta nilai-
nilai agama yang kemudian akan dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Selain itu juga dilakukan pelatihan
sumber daya manusia, sosialisasi, dan capacity building. Pemerintah
juga bekerja sama dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia
(PHRI) untuk menyediakan penginapan halal dan tempat makan yang
bisa menyajikan menu makanan halal, dan bekerjasama sama juga
dengan Association of the Indonesia Tours and Travel (ASITA) untuk
membuat paket wisata halal ke tempat wisata religi. Walaupun wisata
halal (halal tourism) tidak hanya terbatas pada wisata religi saja.
Kementrian Pariwisata dalam laporannya mencatat bahwa terdapat 13
provinsi yang siap untuk menjadi destinasi wisata halal (halal tourism)
44
yaitu Aceh, Banten, Sumatera Barat, Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Barat (NTB), dan Bali.
Provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi yang
telah mengembangkan wisata halal untuk wisatawan muslim manca
negara dengan cukup baik. Aceh yang dijuluki sebagai serambi mekah
memiliki budaya islam yang cukup kental dan kuat dibandingkan
daerah lain. Hal ini dilihat dari penerapan sistem berbasis syariah yang
sudah menjadi bagian dari gaya hidup (lifestyle) masyarakatnya sehari-
hari. Kementerian Pariwisata menargetkannya sebagai destinasi wisata
halal (halal tourism) yang digunakan untuk menarik wisatawan muslim
dunia. Tolak ukur baik tidaknya penerapan wisata halal (halal tourism)
di Aceh setidaknya dapat dilihat dari pencapaian dalam segi pariwisata.
Aceh meraih tiga kategori dalam kompetisi pariwisata halal nasional
tahun 2016 yaitu “Aceh sebagai destinasi budaya ramah wisatawan
muslim terbaik”, “Bandara Sultan Iskandar Muda sebagai bandara
ramah wisatawan muslim terbaik”, dan “Masjid Raya Baiturrahman
sebagai daya tarik wisata terbaik”. Berdasarkan data Kementerian
Pariwisata dan BPS pada tahun 2017, sektor pariwisata Aceh bernilai
sekitar Rp10,87 Triliun atau setara dengan 8,97% dari total perekonomian
Aceh. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pariwisata di Aceh
memiliki peran yang sangat penting.
Selain Aceh, praktik wisata halal (halal tourism) juga mulai
diterapkan di pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada tahun 2016,
45
Pemerintah Daerah Provinsi NTB bekerjasama dengan MUI dan LPPOM
serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan UMKM melakukan
sertifikasi halal pada restoran hotel, restoran non hotel, rumah makan
dan UMKM. Tercatat terdapat 644 sertifikat halal yang sudah diterbitkan.
Selain makanan halal, ketersedian fasilitas ibadah juga sangat mudah
ditemukan di NTB. Sebagai daerah dengan populasi muslimmencapai
90%, terdapat 4.500 masjid yang tersebar pada 598 desa dan kelurahan.
Sehingga NTB juga dijuluki sebagai pulau seribu masjid.
Indonesia berusaha mempromosikan halal tourism yang
dimilikinya ke dunia internasional. Hal ini dilakukan dengan mengikuti
World Halal Tourism yang dilaksanakan di Abu Dhabi pada tahun 2016.
Indonesia berhasil meraih 12 penghargaan dari total 16 kategori.
Indonesia sudah didukung oleh berbagai komponen yang dapat
mengantarkan kepariwisataan Indonesia menembus pasar global,
khususnya pariwisata halal. Namun, perlu upaya untuk
mengembangkan wisata halal di Indonesia, karena masih maraknya
perjudian, tempat prostitusi, diskotik, penjualan bebas minuman keras,
dan kegiatan yang diluar syariat sehingga perlu menjadi perhatian
khusus.
MALAYSIA
Malaysia merupakan negara multikultural yang terdiri dari tiga
budaya besar yaitu Melayu, Cina, dan India. Agama Islam menjadi
agama resmi sedangkan agama lain seperti Budha, Hindu, dan Kristen
tetap disambut dengan baik oleh penduduknya. Malaysia menerapkan
46
suatu peraturan yang sesuai hukum Islam yang bisa diterima oleh warga
muslim maupun non muslim.
Pariwisata merupakan sektor penyumbang pendapatan terbesar
kedua di Malaysia. Pada awalnya Malaysia berusaha menarik wisatawan
dari Timur Tengah (Middle East). Namun setelah peristiwa 11
September, Malaysia beralih untuk mengambil keuntungan melalui
sektor pasar Muslim. Maka sejak tragedi 11, Malaysia menjadi negara
tujuan terbesar wisatawan muslim. Hal itu juga disebabkan oleh aturan
yang ketat di negara-negara barat untuk wisatawan muslim, sehingga
mereka mengalihkan tujuan perjalanannya ke negara-negara Timur.
Pasar wisatawan muslim di Malaysia menunjukkan peningkatan
dan pertumbuhan sejak 2001 (Mohd Salleh et al. 2010). Peningkatan dan
pertumbuhan tersebut karena promosi aktif yang dilakukan oleh
pemerintah Malaysia, sehingga berhasil menarik wisatawan muslim
terutama dari Timur Tengah. Ibukota Malaysia yakni Kuala Lumpur
merupakan kota yang populer dikalangan wisatawan Timur Tengah dan
dianggap sebagai tujuan bulan madu yang diinginkan. Para wisatawan
Timur Tengah (Middle East) juga menguntungkan pasar, karena pola
belanja mewah mereka. Upaya pemerintah Malaysia untuk memuaskan
wisatawan Timur Tengah ini dengan meningkatkan pelayanan-
pelayanan yang dibutuhkan mereka, seperti hidangan Timur Tengah,
menu makanan di restoran-restoran dan brosur informasi untuk
wisatawan yang multilanguage, papan nama yang bertuliskan arab,
pekerja atau staf berbahasa arab di hotel dan komplek perjalanan.
47
Bagi wistawan muslim, makanan halal adalah salah satu elemen
penting yang berkontribusi terhadap pilihan wisata diluar negeri.
Sehingga pada tahun 2010, Malaysia mulai menetapkan standar halal
yang tinggi di restoran dan hotel untuk memuaskan wisatawan muslim
dengan mendorong hotel dan restoran memperoleh sertifikat halal
setidaknya untuk restoran umum. Meskipun demikian, menyediakan
makanan halal bukanlah tantangan besar di Malaysia, karena 60 persen
penduduknya beragama Islam. Sehingga wisatawan dapat menemukan
makanan halal yang tersedia di kios-kios jalanan.
Banyak hotel di Malaysia telah memiliki sertifikat halal. Serifikat
tersebut digunakan sebagai bagian dari promosi hotel dengan
mengatasnamakan sebagai hotel syariah yang berarti makanan yang
halal, tidak ada alkohol, tidak ada babi dan tidak ada diskotik. Tercatat
bahwa jumlah hotel berbintang 3 hingga 5 yang bersertifikat halal
sebanyak 273 hotel, sedangkan berbintang 1 hingga 2 sebanyak 53 hotel.
Atas upaya yang telah dilakukan oleh pemerintahan Malaysia,
negara ini menempati urutan pertama dalam indeks wisata halal dunia
yang dikeluarkan oleh badan indeks Mastercard-Cresent Rating dengan
indeks skor tertinggi yaitu sebesar 80.6. Malaysia berusaha untuk
menjadi pusat wisata halal dunia. Salah satu caranya yaitu dengan
membuat aturan untuk tidak mengizinkan wisatawan melakukan
kegiatan yang bertentangan dengan Islam seperti meminum alkohol,
memakai pakaian mini, berjemur di bawah sinar matahari dengan
pakaian minim, tidak menyajikan daging babi terutama di restoran yang
48
terletak pada kawasan wisata.
Malaysia merencanakan “The Halal Master Plan” dengan target
selama 13 tahun yang mencakup tiga fase; pertama (2008-2010)
mengembangkan Malaysia sebagai pusat dunia dalam hal integritas halal
dan menyiapkan pertumbuhan industri. Kedua (2011-2015) menjadikan
Malaysia sebagai salah satu lokasi yang disukai untuk bisnis halal, dan
ketiga (2016-2020) memperluas jejak geografis perusahaan halal yang
tumbuh di dalam negeri.Pada tahun 2008, Malaysia tercatat sebagai salah
satu negara yang terkenal dibidang wisata halal (halal tourism) (Shafaei
dan Mohamed, 2015). Namun, ada beberapa hal yang belum sesuai
dengan konsep wisata halal (halal tourism) seperti adanya daerah bebas
untuk perjudian, alkohol masih mudah ditemukan di hotel, restoran, dan
tempat umum, salon dan spa yang tidak memisahkan antara laki-laki dan
perempuan, lokasi kamar yang tidak memisahkan antara pasangan yang
telah menikah dan belum menikah, hiburan yang menampilkan
tayangan tidak syar’i, website yang lebih menampilkan kebudayaan dan
adat serta fasilitas belanja dan hiburan yang tidak terkait agama.
JEPANG
Jepang menjadi tujuan pilihan bagi wisatawan global karena
keunikannya dalam budaya, pemandangannya yang memukau dan
lanskap metropolitan yang menakjubkan. Jumlah wisatawan semakin
mengalami peningkatan sejak Jepang melakukan promosi wisata “Visit
Japan” ke berbagai negara pada tahun 2003. Selain itu, Adanya
49
peluncuran penerbangan berbiaya rendah ke Jepang, telah mendorong
sektor pariwisata di negara tersebut. Hal tersebut membuat banyak
wisatawan muslim, khususnya Malaysia menganggap Jepang sebagai
tujuan wisata mereka. Jepang juga memiliki beberapa strategi dalam
meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan, salah satunya melalui
konsep omotenashi. Omotenashi adalah keramahtamahan dalam
menerima tamu (wisatawan) yang menjadi khas Jepang. Sebuah
pelayanan berkualitas tinggi dari hati sehingga terjadi interaksi
(touchpoint) dan komunikasi yang baik antara penyedia jasa atau penjual
dan pelanggan.
Bertambahnya jumlah wisatawan muslim yang mengunjungi
Jepang menjadikan konsep halal tourism menjadi perhatian pagi pelaku
pariwisata di negara tersebut. Pada tahun 2013, terjadi peningkatan
jumlah wisatawan asing yang menembus angka diatas 10 juta dan
diperkirakan 30% nya atau sebanyak 300 ribu adalah wisatawan muslim.
Peningkatan jumlah ini diprediksi akan terus terjadi. Pada tahun 2020
diperkirakan jumlah wisatawan muslim ke negara ini akan mencapai 1
juta wisatawan.
Warga negara jepang yang beragama Islam sangat sedikit.
Menurut Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology
Jepang (MEXT), mayoritas agama yang dianut di Jepang adalah Shinto
(51.2%), Budha (43%), dan Kristen (1.0%). Sedangkan jika diamati dari
letak geografisnya, Jepang merupakan negara yang terletak jauh dari
negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
50
Walaupun Islam termasuk agama minoritas, namun tidak mengurangi
antusias wisatawan muslim untuk berwisata kesana. Melihat potensi ini,
Pemerintah Jepang berupaya untuk memfasilitasi para wisatawan
muslim sehingga merasa aman dan nyaman ketika berwisata.
Keberhasilan Jepang dapat dilihat dengan diraihnya penghargaan pada
World Halal Tourism Award sebagai “World Best Non OIC
(Organization of Islamic Conference) Emerging Halal Destination” pada
tahun 2016.
Meningkatanya wisatawan muslim di Jepang, menjadikan
permintaan produk dan fasilitas halal meningkat di negara tersebut.
Sehingga terbentuklah Japan Halal Association (JHA) yang mengawasi
dan memberikan sertifikasi halal dan mengkampanyekan tentang
penyediaan tempat untuk shalat. Selain itu, mendorong beberapa
perusahaan tur jepang untuk meluncurkan paket tur halal bagi
wisatawan muslim yang berbasis di Tokyo dan Osaka. Japan National
Tourism (JNTO) juga melakukan upaya untuk memberikan kenyamanan
bagi wisatawan muslim dengan menerbitkan buku panduan wisata
khusus wisatawan muslim. Dalam buku tersebut, tercatat bahwa
terdapat 52 restoran yang menawarkan makanan halal. Namun restoran
ini masih tersedia di kota-kota besar seperti seperti Tokyo (46%), Osaka
(6.6%), Hokkaido (5.7%), dan Kyoto (5%) (Asazuma, 2015).
Fasilitas tempat shalat di Jepang mengalami peningkatan, namun
belum terpenuhi secara maksimal. Lebih lanjut, terdapat kurang lebih
241 tempat shalat yang tersebar di Jepang termasuk di tempat-tempat
51
strategis seperti bandara internasional Kansai dan Narita, stasiun Osaka
dan Tokyo, tempat wisata istana Nijo, dan beberapa tempat seperti cafe
dan restoran. Namun beberapa tempat shalat belum dilengkapi dengan
tempat berwudhu. Dari total 98 masjid di Jepang, terdapat 38 persen
yang belum memiliki fasilitas wudhu.
Selain makanan, tempat ibadah, dan penginapan, Jepang juga
mulai merambah ke halal fashion untuk menarik wisatawan muslim.
Pada Juli 2017, Uniqlo yang merupakan perusahaan fashion bekerjasama
dengan desainer Jepang bernama Hana Tajima untuk memproduksi
pakaian muslim. Selain itu, jilbab dan kardigan dengan motif Jepang juga
mulai diproduksi. Pada tahun yang sama, badan sertifikasi halal Jepang
juga mulai mngeluarkan sertifikat halal pada beberapa merek kosmetik.
Produk lain seperti bumbu masakan misalnya miso dan saus sukiyaki
juga telah tersertifikasi ke-halal-annya. Begitu pula pada beberapa oleh-
oleh dari Jepang juga telah memiliki sertifikasi halal.
Beberapa masalah yang dihadapi wisatawan muslim saat
berkunjung ke Jepang antara lain sulitnya mencari makanan atau
minuman yang halal karena tidak semua tempat makan di Jepang
memahami tentang konsep halal, tidak banyak ditemui tempat shalat di
hotel, restoran, dan tempat umum lain, serta minimnya tempat
penginapan yang ramah muslim. Selain itu, permasalahan besar yang
dihadapi wisatawan adalah kendala bahasa sehingga pada saat memilih
makanan mereka tidak dapat mengetahui komposisi yang tertera pada
kemasan. Kendala utama juga terjadi saat Bulan Ramadhan, wisatawan
52
muslim kesulitan untuk mencari makanan sahur karena kebiasaan
disana adalah makanan hanya tersedia saat pagi hari (sarapan).
KOREA SELATAN
Meningkatnya wisatawan asing ke Korea Selatan sejak munculnya
fenomena “hallyu wave” atau korean wave. Termasuk wisatawan yang
berasal dari negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim.
Wisatawan muslim mancanegara di Korea Selatan mengalami
peningkatan. Khususnya dari negara Malaysia dan Indonesia. Tingkat
pertumbuhan rata-rata selama tahun 2010 hingga 2014 sebesar 21.1
persen (Malaysia) dan 21.6 persen (Indonesia) (Korean Tourism
Organisation, 2015). Tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan dari 2010
hingga 2014 sebesar 32.7 persen yang menunjukkan peningkatan yang
stabil. Menurut Korean Tourism Organisation, jumlah wisatawan
muslim yang berkunjung ke Korea Selatan diperkirakan akan mencapai
sekitar 1.3 juta wisatawan pada tahun 2020. Selain itu, dampak ekonomi
dari wisatawan muslim yang masuk ke Korea Selatan diperkirakan
sebesar 40 milliar dollar (produksi) dan 20 miliar dolar (nilai tambah).
Diharapkan juga sektor pariwisata yang baru muncul ini akan
menghasilkan lebih dari 80 ribu pekerjaan yang secara langsung atau
tidak langsung terkait dengan wisata halal di Korea Selatan (Han et al.
2018). Wisatawan dari negara Malaysia dan Indonesia menempati posisi
sepuluh wisatawan mancanegara terbesar ke Korea Selatan. Wisatawan
muslim dari negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirat
Arab, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Oman merupakan wisatawan dengan
53
pengeluaran belanja yang besar di Korea Selatan dengan rata-rata 2590
dollar per kunjungan dibandingkan dari wisatawan lain seperti Cina,
Jepang, Rusia, dan Taiwan yang hanya menghabiskan belanja dibawah
2000 dollar.
Pemerintah Korea selatan menerapkan wisata halal dengan
melakukan koordinasi antara Korea Tourism Organisation (KTO),
Korean Muslim Federation (KMF), dan Korean Halal Association (KHA).
KTO menjelaskan bahwa di Korea Selatan terdapat sekitar 130 restoran
ramah muslim yang diklasifikasikan menjadi beberpa kategori yaitu
restoran yang telah mendapatkan sertifikasi halal dari KMF (Halal
Certified Restaurant), Restoran yang mensertifikasi sendiri kehalalan
dari produk makanan dan minuman yang dijualnya (Selfcertified Halal
Restaurant); restoran yang menyediakan makanan halal namun tetap
menjual alkohol (Muslim friendly Restaurant); restoran yang menyajikan
sayur-sayuran dan tidak ada makanan yang mengandung daging babi
(Muslim Welcome Restaurant); dan terakhir yaitu restoran yang menjual
berbagai macam daging namun selain daging babi (Pork-free).
Strategi promosi halal tourism di Korea Selatan juga pernah
dilakukan secara tidak langsung melalui media film dan drama. Pada
beberapa adegan singkat pada film atau drama tersebut memperlihatkan
sosok seorang muslimah yang memakai hijab dan cadar. Melalui
tayangan seperti ini, Korea Selatan seakan-akan menjelaskan bahwa
warga Korea Selatan menerima kehadiran orang muslim.
Pertumbuhan wisata halal di Korea Selatan ini, mengakibatkan
54
tuntutan dan kebutuhan wisatawan muslim saat berpergian ke Korea
Selatan juga telah meningkat secara substansial dengan kendala terkait
dengan makanan, akomodasi, fasilitasi, lingkungan sosial, dan lainnya.
Namun, restoran-restoran halal dan ruang-ruang tempat beribadah telah
meningkat secara bertahap di beberapa tempat wisata di Korea Selatan.
Di negara ini, kesadaran akan halal masih rendah dan pemahaman
kebutuhan wisata halal masih menjadi kendala utama di Korea Selatan,
terutama untuk rencana pembangunan jangka panjang. Misalnya,
jumlah total ruang shalat di Korea Selatan sebesar 28 di seluruh negeri,
sementara Jepang memiliki lebih dari itu yang mencakup tempat-tempat
utama, termasuk pusat perbelanjaan.
55
6
MEKANISME
PASAR
MENURUT
IBNU
TAIMIYAH
56
Ibnu Taimiyah, yang nama lengkapnya Taqiyuddin Ahmad
bin Abdul Halim, lahir di Harran pada tanggal 22 Januari 1263
(10 Rabiul Awwal 661 H). Dia banyak menghabiskan umurnya
di Mesir dan Syria di mana kedua kota itu menjadi pusat
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Mamluk.
Dia terkenal sebagai reformis radikal yang selalu mengkritik
kondisi sosial, politik dan stagnasi perkembang - an ajaran Islam
yang terjadi di sekelilingnya. Jiwa reformis inilah yang
membuatnya di penjara beberapa kali.
57
wal‟l-Raiyah. Ibnu Taimiyah menggabungkan aspek philosofi,
agama, etika, sosiologi dan ekonomi dalam berbagai
pemikirannya. Pada kesempatan ini, fokus utama yang akan
dielaborasi adalah konsep mekanisme pasar menurut beliau.
58
pembahasannya tentang hukum fiqhi. Dan melalui hukum
evolusi metamorposis, nampaknya istilah “adil” yang
merefleksikan tentang spirit etika agama Islam pada awalnya,
bertransformasi menjadi “natural” pada zaman Physiocrats,
menjadi “normal” pada zaman Classical dan terakhir menjadi
istilah “Equilibrium” di tangan Marshall dan ilmuan ekonomi
Barat lainnya (Ghazanfar, 2005). Dapat disimpulkan bahwa
istilah tentang harga keseimbangan (equilibrium) yang sering
dipe lajari dalam ilmu ekonomi adalah sebenarnya hasil
metamorposis dari istilah Ibnu Taimiyah tentang “thaman al-
mithl” atau harga adil dalam pembahasannya tentang hukum
fiqhi. Ibnu taimiyah sangat memahami tentang ekonomi pasar
bebas dan bagaimana harga ditentukan melalui kekuatan
permintaan dan penawaran. Dia mengatakan (Ibn Taimiyah
1983-9, vol. 8, p.583): “naik turunnya harga tidak selalu
diakibatkan oleh kezaliman orang- orang tertentu. Terkadang,
hal tersebut disebabkan oleh kekurangan produksi atau
penurunan impor barang-barang yang diminta.
60
penurunan supply barang atau peningkatan jumlah penduduk
(jumlah pembeli) terjadi karena kehendak Allah- atau disebut
harga pasar yang adil. Dan kenaikan harga juga bisa disebabkan
oleh perilaku zalim penjual berupa penimbunan dan manipulasi
pasar.
61
7
ACFTA –
PASAR
BEBAS
DALAM
PANDANGAN
ISLAM
62
ulai awal tahun ini, siap atau tidak, Indonesia harus
64
untuk mempengaruhi Indonesia mengingat kekuatan
ekonominya jauh di atas Indonesia (Bisnis Indonesia, 9/1/2010).
Bahaya ACFTA
65
27,9% pada 2008. Diproyeksikan 5 tahun ke depan penanaman
modal di sektor industri pengolahan mengalami penurunan US$
5 miliar yang sebagian besar dipicu oleh penutupan sentra-sentra
usaha strategis IKM (industri kecil menegah). Jumlah IKM yang
terdaftar pada Kementrian Perindustrian tahun 2008 mencapai
16.806 dengan skala modal Rp 1 miliar hingga Rp 5 miliar. Dari
jumlah tersebut, 85% di antaranya akan mengalami kesulitan
dalam menghadapi persaingan dengan produk dari Cina (Bisnis
Indonesia, 9/1/2010).
66
Jika di dalam negeri saja kalah bersaing, bagaimana
mungkin produk-produk Indonesia memiliki kemampuan hebat
bersaing di pasar ASEAN dan Cina? Data menunjukkan bahwa
tren pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia ke Cina sejak
2004 hingga 2008 hanya 24,95%, sedangkan tren pertumbuhan
ekspor Cina ke Indonesia mencapai 35,09%. Kalaupun ekspor
Indonesia bisa digenjot, yang sangat mungkin berkembang
adalah ekspor bahan mentah, bukannya hasil olahan yang
memiliki nilai tambah seperti ekspor hasil industri. Pola ini malah
sangat digemari oleh Cina yang memang sedang “haus” bahan
mentah dan sumber energi untuk menggerakkan ekonominya.
67
Perjanjian dan Perdagangan Luar Negeri Dalam Islam
70
Dihilangkannya peran negara dan pemerintah di tengah-
tengah masyarakat, yang notabene harus berperan dan
bertanggung jawab terhadap seluruh urusan rakyatnya. Padahal
dengan tegas Rasulullah saw. bersabda: Pemimpin (kepala
negara) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas
pengurusan mereka (HR Muslim).
Tidak boleh ada bahaya dan dhirar di dalam Islam (H.R. Ibn
71
Majah)
72
selama telah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebaliknya,
impor barang-barang yang bisa mengancam industri dalam
negeri harus dibatasi. Impor seharusnya hanya terbatas pada
barang-barang yang bisa memperkuat industri di dalam negeri.
Semua itu dilakukan antara lain dalam melindungi berbagai
kepentingan masyarakat. Sebab, kewajiban negaralah untuk
menjadi pelindung bagi rakyatnya.
73
8
Imbal Dagang
dan
Perdagangan
Internasional
74
kspor-impor pada dasarnya merupakan perdagangan
75
Artikel ini mencoba mengembangkan suatu model
perdagangan internasional yang sesuai dengan syariah dengan
menggunakan pendekatan financial engineering(rekayasa
keuangan) yang terdiri atas metode imitasi, mutasi, dan adaptasi.
Pengertian imbal dagang
77
berpengaruh terhadap perubahan regulasi/harga), b) kebijakan
yang bersifat jangka pendek serta tidak antisipatif terhadap risiko
dan biaya sharingdengan mitra asing, c) sikapsikap tidak
fleksibel/kaku dari para birokrat dengan program yang tidak
biasa, dan d) BI ataupun Depkeu waktu itu cenderung
memprioritaskan neraca pembayaran daripada neraca
perdagangan, sehingga tuntutan peningkatan cadangan devisa
dari hasil penjualan pesawat CN-235 memiliki nuansa politis
yang lebih kental dalam tarik-menarik kepentingan kebijakan
ekonomi. Solusi imbal dagang
Untuk mencegah terjadinya masalahmasalah di atas, perlu
dipersiapkan solusi agar negara-negara yang hendak melakukan
imbal dagang sama-sama memperoleh manfaat yang baik dan
tidak merusak satu sama lain baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.Solusi-solusi tersebut menurut pandangan Islam
merupakan upaya agar manusia senantiasa memperhatikan
manfaat atau mas lahat ketika hendak mengambil keputusan
ataupun kebijakan bagi pemerintah. Adapun beberapa alternatif
solusi yang mungkin dapat dilakukan.
Pertama, menggunakan satuan mata uang yang sama dan
stabil sebagai patokan harga dalam melakukan imbal dagang.
Emas dan perak, dengan nilainya yang stabil, berpeluang besar
menjadi komponen penting dalam transaksi imbal dagang.
Kedua, menerapkan model konsesi sharingrisiko seperti
78
mudharabah ataupun musyarakah dalam imbal dagang untuk
produk yang akan dijual kembali pada pihak lain. Hal ini
bertujuan untuk meringankan risiko ketidakpastian usaha dari
imbal dagang, terutama yang melibatkan pihak ketiga.
Ketiga, memecah akad perjanjian imbal dagang ke dalam dua
atau lebih klausul perjanjian yang berbeda. Secara regulasi, hal ini
jauh lebih memudahkan para pejabat dalam memutuskan
kebijakan imbal dagang. Sehingga, dapat meminimalisasi
persoalan bureucratic bottleneck sebagai penyebab dominan
munculnya gharar dalam imbal dagang . Meski imbal dagang ini
tidak mudah dilaksanakan karena mengandalkan adanya
mekanisme yang jelas secara keseluruhan, imbal dagang
menawarkan peluang ekspansi ekspor dan impor yang lebih baik
dibandingkan dengan skema perdagangan normal yang berbasis
riba.
79
9
Dumping
dalam
Pandangan Islam
80
umping dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
81
Dumping dapat terjadi bila dua kondisi bertemu. Pertama,
industri bersaing secara tidak sempurna sehingga perusahaan
bisa menetapkan harga (price maker), bukan mengambil harga
pasar yang diberikan (price taker). Kedua, pasar harus
tersegmentasi, sehingga penduduk dalam negri tidak dapat
membeli barang yang ditujukan untuk impor berdasarkan
kondisi ini perusahaan yang memonopoli akan menemukan
bahwa lebih menguntungkan melakukan dumping.
Ada tiga tipe dumping, yaitu sebagai berikut:
1) Persistant dumping, yaitu kecenderungan monopoli
yang berkelanjutan dari suatu perusahaan di pasar domestik
untuk memperoleh profit maksimun dengan mentapkan harga
yang lebh tinggi di dalam negeri daripada di luar negeri.
2) Predatory dumping, yaitu tindakan perusahaan untuk
menjual barangnya di luar negeri dengan harga yang lebih murah
untuk sementara, sehingga dapat menggusur atau mengalahkan
perusahaan lain dari persaingan bisnis. Setelah dapat
memonopoli pasar, barulah harga kembali dinaikan untuk
mendapat profit maksimum.
3) Sporadic dumping, yaitu tindakan perusahaan dalam
menjual produknya di luar negeri dengan harga yang lebih
murah secara sporadis dibandingkan harga di dalam negeri
karena adanya surplus produksi di dalam negeri.
82
Indonesia dan Dumping
Pada kurun waktu 1995- 2008 tuduhan dumping yang
dituduhkan oleh negara anggota WTO sudah mencapai 3.427
kasus, meliputi 100 negarayang dituduh dan 43 negarapenuduh.
Menurut data WTO, pada tahun 1995 terdapat 157 kasus
dumping yang dituduhkan oleh beberapa negara WTO dan
puncak jumlah tuduhan dumping terjadi pada tahun 2001 yaitu
sebanyak 366 kasus.
Sementara itu pada tahun 2008 jumlah kasus dumping yang
dituduhkan oleh negara WTO berjumlah 208 kasus, mengalami
peningkatan sebesar 40% dari 163 kasus pada tahun 2007.
Sementara itu 5 (lima) negara WTO yang paling banyak dituduh
dumping selama periode 1995-2008, yaitu China dengan 677
kasus, diikuti dengan Republik Korea 252 kasus, Amerika Serikat
di tempat ketiga dengan 189 kasus, Taiwan dengan 187 kasus dan
Indonesia berada di tempat kelima dengan 145 kasus.
Sementara itu menurut database WTO, sepanjang kurun
waktu 1995-2008 terdapat 5 (lima) negara yang paling aktif
melakukan tuduhan dumping terhadap sesama negara anggota
WTO, yaitu India dengan 564 kasus, diikuti Amerika Serikat (418
kasus), Uni Eropa (391 kasus) dan dua tempat terakhir diduduki
oleh Argentina sebanyak 241 kasus dan Afrika Selatan sebanyak
206 kasus. Sedangkan Indonesia dalam kurun waktu 1995-2008
telah melakukan tuduhan dumping banyak 73 kali.
83
Berdasarkan data WTO, sejak tahun 1995-2008 ada 5 (lima)
sektor usaha yang paling sering mendapat tuduhan dumping
adalah base metal and articles of base metal (948) kasus diikuti
oleh product of chemical allied industries dengan 690 kasus,
plastic and rubber 440 kasus, machinery and mechanical
appliances 313 kasus dan terakhir textiles and article of textiles
sebanyak 271 kasus.
Kemudian menurut Pascal Lamy, Direktur Jenderal
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dari 213 kasus yang
tercatat pada tahun 2008 turun ke 153 tahun 2011.
Indonesia selama kurun waktu 22 tahun (1990-November
2012) tercatat Indonesia telah mengalami tuduhan “trade
remedy” sebanyak 230 kasus yang berasal dari 26 negara,
dengan rincian tuduhan dumping 176 kasus, tuduhan subsidi
17 kasus dan tindakan safeguard sebanyak 37 kasus. Dari 26
negara yang telah menuduh dumping, subsidi maupun
mengenakan tindakan “safeguard” di antaranya India (29 kasus),
Uni Eropa (29), Amerika Serikat (25), Australia (21), Turki
(19) , Afrika Selatan (12), Malaysia (10), Pakistan (10), dan Filipina
84
menurutnya dari data itu diketahui bahwa saat ini penggunaan
instrumen perdagangan internasional dalam bentuk tuduhan
dumping dan sebagainya banyak dilakukan tidak saja oleh
negara maju, namun juga sesama negara berkembang.
85
Balta‟ah yang sedang menjual kismis di pasar lalu Umar bin
Khattab berkata kepadanya; “Ada dua pilihan buat dirimu,
menaikkan harga atau angkat kaki dari pasar kami.”
Dari uraian tersebut dumping dengan maksud
membahayakan orang lain maka adalah haram dan juga
merupakan kompetisi yang bersifat curang karena ingin
mematikan produk pesaing. Namun jika dumping dilakukan
dengan prosedur dan ketentuan yang benar maka dumping itu
diperbolehkan, salah satunya dumping sporadik yang sifatnya
sementara dan hanya menghabiskan produk yang sudah tidak
dikehendaki.
Berbeda dengan dumping predatory dan persistant yang
akan merusak pasar, dan mematikan pesaing maka diharamkan.
Dampak dari kedua dumping tersebut maka mematikan pesaing
karena negara pengimpor kebanjiran produk dumping sebagai
akibat dari kebutuhan yang tinggi karena harga lebih murah,
kondisi seperti ini bisa menjadikan produk lain tidak mampu
bersaing sehingga dimungkinkan produsen tersebut merugi
bahkan menutup usahanya sehingga produsen pelaku dumping
menjadi pemain tunggal, hal tersebut dapat difahami karena
jumlah permintaan dan tingkat harga memiliki hubungan yang
erat.
Hal tersebut didasari oleh: pertama, kenaikan harga
membuat para pembeli mencari barang lain yang dapat
86
digunakan sebagai barang pengganti (substitusi) dari barang
yang mengalami kenaikan harga. Kedua, kenaikan harga
membuat pendapatan riil para pembeli berkurang. Akibatnya,
para pembeli berusaha untuk mengurangi berbagai
pembeliannya, terutama barang yang mengalami kenaikan
harga. Dalam kondisi seperti ini diperlukan intervensi
pemerintah atau pengenaan bea tambahan masuk untuk produk
tersebut sehingga produk tersebut memasuki pasar dengan harga
wajar, dan tercipta persaingan yang sehat.
Pemerintah tidak boleh melakukan intervensi pasar kecuali
dalam dua hal yaitu: Pertama, para pedagang yang tidak
memperdagangkan barang dengan tertentunya yang sangat
dibutuhkan masyarakat sehingga dapat menimbulkan
kemudharatan serta merusak mekanisme pasar. Dalam hal ini
pemerintah dapat mengeluarkan para pedagang tersebut dari
pasar serta menggantikannya dengan para pedagang lain
berdasarkan kemaslahatan dan kemanfaatan umum. Kedua, para
pedagang yang melakukan praktek siyasah al-ighraq atau banting
harga (dumping) yang dapat menimbulkan persaingan yang tidak
sehat serta dapat mengancam stabilitas harga pasar.
Dalam hal ini pemerintah berhak memerintahkan para
pedagang tersebut untuk menaikan kembali harganya sesuai
dengan harga yang berlaku di pasar. Berdasarkan hal tersebut
pemerintah telah mengambil tindakan yang tepat dengan
87
mengenakan bea masuk tambahan untuk produk dumping atau
dengan istilah Bea Masuk Anti Dumping ( BMAD ). Selain tepat
menurut hukum islam juga hal yang diperkenankan oleh
GATT/WTO.
Dampak dumping bagi Industri dalam negeri negara
pengimpor, antara lain: pertama, diskriminasi harga pada
perdagangan internasional cenderung mengurangi hasil
produksi dari produsen pesaing lokal. Apabila hal ini tidak
dikendalikan, akibatnya akan mematikan industri kecil dalam
negeri negara pengimpor. Namun, disisi lain akan meningkatkan
hasil produksi industri hilir. Karena, dengan adanya produk
impor dengan harga rendah (berbentuk bahan baku) akan
meningkatkan industri dalam negeri yang menggunakannya.
Kedua, berkurangnya keuntungan bagi produsen barang sejenis.
Akibatnya, para pemegang saham akan kehilangan devidennya
dan beberapa pekerja kehilangan pekerjaannya untuk sementara
waktu. Di sisi lain, harga barang-barang yang rendah, secara
langsung akan meningkatkan/menguntungkan kondisi
keuangan konsumen. Ketiga, dampak terhadap proses
diskriminasi harga terjadi secara horizontal atau vertikal Tujuan
akhir dari dumping adalah untuk memonopoli pasar dengan
maksud mencari keuntungan sebesar- besarnya.
Dalam ekonomi islam siapapun boleh berbisnis tanpa peduli
apakah dia satu-satunya penjual (monopoli) atau ada penjual
88
lain. jadi praktek ini sah-sah saja. Namun siapapun tidak boleh
melakukan ihtikar, yaitu mengambil keuntungan di atas
keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang
untuk harga yang lebih tinggi atau istilah ekonominya
monopolistic rent. Artinya selama dumping itu tidak merugikan,
dumping tersebut boleh saja. Akan tetapi jika dumping sudah
mulai merugikan dan merusak mekanisme pasar maka dumping
tersebut dilarang.
89
10
Hedging
Dalam
Pandangan Islam
90
Alloh SWT memerintahkan manusia untuk selalu
berusaha mendapatkan keberuntungan dan menghindarkan diri
dari perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian,
seperti dijelaskan dalam ayat Al-Qur‟an berikut:
91
dalam perdagangan adalah forward, swap, option, yang disebut
dengan instrument derivatif. Produk instrument derivatif ini
merupakan turunan dari pembelian dan dsepenjualan komoditas
ekspor secara spot. Transaksi tersebut dilakukan dengan cara
memenuhi kebutuhan mata uang asing untuk jangka waktu
tertentu di masa depan dengan melakukan transaksi jual beli
mata uang yang dibutuhkan tersebut secara kontrak pada saat ini.
Akan tetapi, penggunaan instrument derivatif forward,
swap, dan option ini masih menjadi perdebatan di kalangan
ulama dan pakar ekonomi Islam. Hal ini disebabkan oleh
kegiatan ekonomi harus terbebas dari unsur maisir, gharar, dan
riba. Dalam prakteknya tidak semua instrumen derivatif sesuai
dengan syariah Islam.
Dengan dikeluarkannya fatwa nomor 28/DSN-
MUI/III/2002 tentang jual beli mata uang asing (as-sharf),
difatwakan bahwa transaksi valuta asing yang dibolehkan (tidak
bertentangan dengan syariah) hanya transaksi spot dan forward
agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil
hajah). Dengan sedikitnya instrument hedging yang tersedia,
sementara peluang perdagangan internasional yang semakin
berkembang seiring dengan perkembangan globalisasi maka
perlu dicari alternatif alat lindung nilai lain yang sesuai dengan
prinsip syariah. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan
selama ini, terdapat beberapa alternatif hedging yang bebas dari
92
unsur maisir, gharar, dan riba. Alternatif instrument hedging
tersebut adalah :
93
diharamkan karena harga yang digunakan adalah harga yang
diperjanjikan (muwa‟adah) dan pembayarannya di waktu yang
akan datang dimana harganya belum tentu sama dengan nilai
yang disepakati. Oleh karena itu, digunakan akad salam.
Menurut Antonio (2001, hal 108) ba‟i as-salam, pembelian barang
yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayarannya
dilakukan di muka. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullaah
SAW berikut:
“Barang siapa yang melakukan salaf (salam),
hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan
timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang
diketahui. “ (Hadits riwayat Ibnu Abbas).
95
dampak buruk pada perekonomian. Sementara, premi swap
mempresentasikan selisih tingkat bunga investasi antara kedua
mata uang yang harus dibayarkan (Agustianto, 2008). Oleh
karena itu, untuk menghilangkan unsur riba pada transaksi swap
konvensional selama ini,digunakan akaq qardh. Menurut
Antonio Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain
yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
Eksportir (A) yang berkedudukan di Indonesia pada
tanggal 1 Juli 2008 mengekspor kerajinan tangan ke Amerika
senilai USD 1000 atau dengan kurs USD 1 = Rp 10.000,00 setara
dengan Rp10.000.000,00. Sementara itu, eksportir B yang
berkedudukan di Amerika juga mengekspor elektronik ke
Indonesia pada hari yang sama senilai USD 2000 setara
Rp20.000.000,00. A yang mendapatkan hasil ekspor USD 1000
khawatir akan fluktuasi (perubahan) nilai tukar dollar terhadap
rupiah 6 bulan ke depan (khawatir rupiah menguat). Demikian
pula si B mendapatkan hasil ekspor senilai Rp20.000.000,00
(khawatir dollar menguat).
Oleh karena itu, pada tanggal 1 Juli 2008 mereka sepakat
melakukan Islamic currency swap agar nilai mata uang yang
mereka pegang saat ini tetap berada pada kurs USD 1 =
Rp10.000,00 pada
96
tanggal 1 Desember 2008 nanti dan terhindar dari risiko
perubahan kurs rupiah terhadap dollar. Caranya yaitu A
memberikan USD 1000 kepada B dan B memberikan
Rp10.000.000,00 kepada A saat ini (1 Juli 2008). Pada 1 Desember
2008 nanti A berjanji akan memberikan kembali Rp10.000.000,00
kepada B demikian pula B akan memberikan USD 1000 milik A
tanpa adanya kewajiban membayar premi berupa selisih suku
bunga simpanan IDR dan USD kepada kedua belah pihak.
97
11
Multinasional
Corporate
Dalam Pandangan
Islam
98
Perusahaan yang memproduksi dan memasarkan produknya di dua
negara atau lebih sehingga dalam aktivitasnya melibatkan dua mata uang atau
lebih yang berbeda. Pada umumnya MNC memiliki kantor pusat disuatu
negara (induk perusahaan) dan didukung oleh beberapa anak perusahaan
dinegara lain yang pengoperasiannya dengan telekomunikasi.
Induk perusahaan merupakan kantor pusat dari anak-anak perusahaan
yang juga merupakan pemilik penuh dari anak perusahaan asing tersebut. Ini
adalah gambaran asing kepemilikan perusahaan multinasional. Bentuk ini
memudahkan manajer keuangan MNC untuk hanya memiliki satu tujuan yaitu
memaksimalkan nilai MNC secara keseluruhan dan bukan memaksimalkan
nilai dari anak perusahaan asing saja.
Awalnya perusahaan mungkin hanya berupaya untuk mengekspor
produknya ke negara tertentu atau mengimpor barang dari produsen asing.
Namun seiring waktu, beberapa perusahaan melihat peluang asing baru dan
akhirnya membentuk anak perusahaan di negar asing.
Tujuan umum suatu perusahaan multinasional adalah memaksimalkan
kekayaan pemegang saham. Meskipun demikian beberapa MNC ada yang
cenderung lebih fokus untuk memuaskan tujuan pemerintah, bank, atau
karyawanya dibanding dengan memaksimalkan kekayaan pemegang saham
saja.
Ada 3 motif berdirinya perusahaan multinasional, yaitu:
1) Bermotif memperluas usahanya dalam rangka mencari bahan baku
(raw material seker) dan menjual produknya keluar negeri, bahkan pemerintah
tidak tahu berapa banyak dan apa saja yang dihasilkan oleh perusahaan asing
tersebut. (Seperti: PT Freeport (timah dan emas) di Irian Jaya, PT Caltex
(minyak) di Riau, PT Port Newman (minyak) di Batu Binjai NTB dll.
99
2) Bermotif mencari pasar (market seeker).
Setelah terpenuhinya pasar dalam negara tersebut, perusahaan
multinasional ini berusaha mencari pasar-pasar baru untuk memasarkan
produknya. Hal ini dapat memperluas jangkauan pemasaran barang tersebut.
3) Bermotif menimumkan biaya (cost minimazer) dan memaksimalkan
sumber daya, Seperti: Keringanan pajak, tenaga kerja murah, harga tanah
murah, biaya pengolahan limbah dengan syarat ringan, menghindari adanya
batasan kuota dinegaranya, dan pelayanan purna jual cepat.
Teknis dalam perusahaan multinasional adalah:
1) Ekspor, merupakan proses awal menjadi perusahaan multinasional.
Perdagangan internasional merupakan pendekatan yang relatif
konservatif yang digunakan perusahaan untuk menembus pasar (melalui
ekspor) atau untuk memperoleh barang dengan biaya rendah melalui impor.
2) Memberikan Lisensi dan mendirikan fasilitas produksi kepada mitra
lokalnya.
Lisensi memudahkan perusahaan untuk menggunakan teknologi
mereka di pasar asing tanpa melakukan investasi besar di negara lain dan tanpa
biaya transportasi yang muncul jika mengekspor barang.
3) Investasi langsung (foreign direct investmnet)
Cara ini diambil setelah ada jaminan bahwa investasi itu aman dari
resiko dan persaiangan mitra lokal dan mnguntungkan karena pasar telah
berkembang dan memberikan respon yang positif. Spt : Astra mengembangkan
program diklat kepada bengkel-bengkel hingga ke desa-desa diseluruh
Indonesia dengan tujuan mengamankan investasi yang besar telah tertanam
karena pelayanan purna jual dan ketersediaan suku cadang dapat dipenuhi.
PANDANGAN ISLAM
100
Dalam Al quran surat al-Jum’ah ayat 10 Allah berfirman, ”Apabila
shalat sudah ditunaikan maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia
Allah serta banyak-banyaklah mengingat Allah agar kalian menjadi orang yang
beruntung. Apabila ayat ini kita perhatikan secara seksama, ada dua hal penting
yang harus kita cermati, yaitu (i) fantasyiruu fi al-ard (bertebaranlah di muka
bumi) dan (ii) wabtaghu min fadl Allah (carilah anugrah/rezeki Allah). Redaksi
fantasyiruu adalah perintah Allah agar ummat Islam segera bertebaran di muka
bumi untuk melakukan aktivitas bisnis setelah shalat fardlu selesai ditunaikan.
Ke mana tujuan bertebaran itu? Ternyata Allah SWT tidak membatasinya hanya
sekadar di kampung, kecamatan, kabupaten, provinsi, atau Indonesia saja.
Allah memerintahkan kita untuk go global atau fi al-ard. Ini artinya kita harus
menembus Timur Tengah, Eropa, Amerika, Australia, Jepang dan negara-
negara Asia lainnya. Untuk apa kita bertebaran ke tempat-tempat tersebut?
Allah menjawab bukan untuk tourism belaka, tetapi untuk berdagang dan
mencari rezeki ”wabtaghu min fadl Allah” (M.Syafi’i Antonio,2003).
Dalam Surat al-Quraish Allah melukiskan satu contoh dari kaum
Quraish (leluhur Rasulullah dan petinggi bangsa Arab) yang telah mampu
menjadi pemain global dengan segala keterbatasan sumber daya alam di negeri
mereka. Allah berfirman, “Karena kebiasaan orang-orang Quraish. (Yaitu)
kebiasaan melakukan perjalan dagang pada musim dingin dan musim
panas.”Para ahli tafsir baik klasik, seperti al-Thabari, Ibn Katsir, Zamakhsyari,
maupun kontemporer seperti, al-Maraghi, az-Zuhaily, dan Sayyid Qutb,
sepakat bahwa perjalanan dagang musim dingin dilakukan ke utara seperti
Syria, Turki, Bulgaria, Yunani, dan sebagian Eropa Timur, sementara perjalanan
musim panas dilakukan ke selatan seputar Yaman, Oman, atau bekerja sama
dengan para pedagang Cina dan India yang singgah di pelabuhan internasional
101
Aden. Perintah Al-quran untuk melakukan perdagangan dengan go
internasional ke manca negara telah dibuktikan oleh generasi Islam di masa
kejayaan Islam. Peter L Bernstein dalam buku The Power of Gold,
menggambarkan kejayaan ummat Islam genarasi awal dalam melakukan
perdagangan internasional.
102
12
Sistem Nilai
Tukar Kurs
Dalam
Pandangan Islam
103
Sejarah mencatat, dalam sistem moneter Internasional pernah
dikenal tiga macam sistem nilai tukar mata uang (kurs valas). Tiga sistem
tersebut adalah Fixed Exchange Rate System, Floating Exchange Rate
System dan Pegged Exchange Rate System.
104
yang isinya antara lain, USD tidak lagi dijamin dengan emas.
‘Istimewanya’, dollar tetap menjadi mata uang internasional untuk
cadangan devisa negara-negara di dunia. Pada titik ini, berlakulah sistem
baru yang disebut dengan floating exchange rate.
105
dengan floating exchange rate system. Hal ini dikarenakan mekanisme
hard currency sebagai mata uang yang dipagu (pegged) masih
ditentukan melalui kekuatan supply dan demand pada bursa valas
dalam hal mata uang yang dijadikan sebagai acuan.
Beberapa Catatan
109
13
NERACA
PEMBAYARAN
110
Neraca pembayaran adalah catatan yang sistematik tentang
transaksi ekonomi internasional antara penduduk Negara itu dengan
penduduk Negara lain (Nopirin, 1996). Menurut Balance of Payment
Manual (BPM) yang diterbitkan IMF (1993) definisi neraca pembayaran
internasional (Balance of Payment) adalah suatu catatan yang disusun
secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi
perdagangan baran jasa, transfer keuangan dan moneter
antarapenduduk (resident) suatu Negara dan penduduk luar negeri (rest
of the world) untuk suatu periode tertentu,biasanya satu tahun (Hady,
2001).
Dari definisi di atas, dapat dilemukakan bahwa BOP merupakan suatu
catatan sistematis yang disusun berdasarkan suatu sistem akuntansi yang
dikenal sebagai double-entry book-keeping sehingga setiap transaksi
intrnasional yang terjadi akan tercatan dua kali, yaitu sebagai transaksi kredit
dan debit.
Tujuan Penyusunan Neraca Pembayaran
1. Mengetahui peranan sektor eksternal dalam perekonomian suatu Negara.
Peranan sektor eksternal tercermin antara lain dari besarnya jumlah permintaan
produk domestik oleh bukan penduduk, atau sebaliknya. Semakin besar
permintaan terhadap produk domestik oleh bukan penduduk, yang tercermin
dari nilai ekspor Negara bersangkutan, semakin besar pula peranan sektor
eksternal dalam pembentukan produk domestik.
112
7. Dipergunakan sebagai sumber data penyusunan statistik pendapatan
nasional (national account).
Statistic Neraca Pembayaran diperlukan dalam perhitungan pendapatan
nasional mengingat salah satu variabel pendapatan nasional adalah nilai
ekspor-impor barang dan jasa yang tercatat dalam Neraca Pembayaran.
113
1. Ekspor dan impor mengalami perkembangan yang pesat. Dalam tahun 1969
nilai ekspor maupun impor baru mencapai 995 juta dolar. Dalam tahun 1985
ekspor sudah hampir rnencapai 20 milyar dolar dan menjadi hampir dua kali
lipat dalam tahun 1993 (37,2 milyar dolar). Impor juga naik dengan pesat, tetapi
masih lebih lambat dari perkembangan ekspor. NiIai impor mencapai 29.2
milyar dolar pada tahun 1993. Maka dalam tahun 1993 neraca perdagangan
engalami surplus sebanyak (37,186 – 29,198) milyar dolar = 7,988 milyar dolar.
2. Neraca jasa-jasa mengalami perkembangan yang pesat. Akan tetapi berbeda
dengan neraca impor barang, impor-ekspor jasa kurang menguntungkan
Indonesia. Nilainya tetap defisit dan makin lama makin besar, jumlah defisitnya
mencapai 10,9 milyar dolar. Ini mengakibatkan defisit dalam transaksi berjalan
(karena kelebihan ekspor dan impor hanya berjumlah 7,99 milyar dolar).
3. Lalu lintas modal menunjukkan gambaran yang menggalakkan, terutama
aliran modal swasta. Aliran bersih modal pemerintah meningkat hingga tahun
1985, tetapi sesudah itu merosot. Ini disebabkan oleh aliran keluar untuk
membayar hutang pada masa lalu. Aliran modal swasta neto berjumlah hampir
3,45 milyar dolar pada tahun 1993, sedangkan dalam tahun 1969 hanya
berjumlah 71 juta dolar.
4. Sebagai akibat dari kedudukan neraca perdagangan dan aliran masuk modal
yang relatif baik, neraca pembayaran Indonesia pada umumnya mengalami
surplus.
114
1. Neraca Perdagangan (Balance of Trade)
Neraca perdagangan ialah daftar atau neraca yang berisi perbandingan
antara besarnya nilai ekspor dengan nilai impor suatu negara dalam dalam
jangka waktu 1 tahun. Jika nilai ekspor lebih besar dari impor maka negara
mengalami surplus dalam neraca perdagangan. Tetapi bila nilai ekspor lebih
kecil daripada impor maka negara mengalami defisit dalam neraca
perdagangan. Neraca perdagangan surplus disebut juga neraca perdagangan
aktif. Sedangkan neraca perdagangan defisit disebut juga neraca perdagangan
pasif.
2. Neraca Jasa
Neraca jasa ialah neraca yang mencatat transaksi jasa yang
diselenggarakan dan diterima suatu negara terhadap negara lain selama jangka
waktu 1 tahun. Misalnya jasa pengangkutan, asuransi, pariwisata, jasa
perdagangan, dan jasa perbankan.
115
penanaman modal asing, bantuan luar negeri, serta pembayaran utang luar
negeri.
117
Catatan
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
118
119
Buku ini adalah pemikiran yang berusaha untuk mengenalkan kepada
pembaca konsep Islam yang berkaitan dengan ekonomi Internasional. Ilmu
Ekonomi yang banyak dianut oleh manusia di seluruh Negara kebanyakan
masih berkutat pada jiwa-jiwa kapitalisme yang bersifat individualis, materialis
dan berusaha menghalalkan segala cara demi kekayaan duniawi. Lingkup yang
dibahas dalam ekonomi internasional ini bersifat makro, sehingga banyak juga
mengkaji kebijakan-kebijakan Negara. Dalam terdapat beberapa topik
diantaranya Perdagangan Internasional dalam Pandangan Islam, Abu Ubaid
dan Perdagangan Internasional, Perdagangan Internasional Dalam Pandangan
Islam, Sejarah Perdagangan Internasional pada awal Islam, Rezim
Perdagangan Intenasional: Transisi GATT menuju WTO, Perdagangan Bebas
Menurut Islam, Mekanisme Pasar Menurut Ibnu Taimiyah, ACFTA – Pasar
Bebas Dalam Pandangan Islam, Imbal Dagang dan Perdagangan
Internasional, Dumping Dalam Pandangan Islam, Hedging Dalam Pandangan
Islam. Semoga buku ini bisa menjadi sumbangsih pemikiran tentang Ekonomi
Internasional dalam perspektif Islam yang belum ada selama ini.
970-4-3474-7828-3