NASIONALISME INDONESIA
Studi tentang “ konsepsi pemikiran Trisakti
Soekarno Dan Relevansinya terhadap
Kebijakan Politik
Joko Widodo”
MOCHDAR SOLEMAN
13011865017
a. Nasionalisme ..................................................................... 18
b. Trisakti .............................................................................. 25
c. Globalisasi ......................................................................... 27
PENDAHULUAN
rontok, suku bunga melonjak, harga barang naik tidak terkendali, daya beli
adalah tuntutan perubahan pada struktur sistem, nilai dan aktor baik dalam bidang
ekonomi, social, politik, budaya serta pertahanan dan keamanan. Secara teoritik,
perubahan diupayakan agar tatanan Negara dan masyarakat baru Indonesia akan
menjadi lebih bermartabat, demokratis dan sejahtera. Dimensi dinamik pada kata
reformasi adalah terkandung upaya perombakan dan penataan dari tatanan lama
(dismantling the Old Regime) menuju suatu tatanan baru yang lebih egaliter,
pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan social dan rasa
1
Soepriyanto, Nasionalisme dan Kebangkitan Ekonomi, Jakarta : Inside Press, 2008, hal
140-141.
aman dalam masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat
Kerangka dasar dari agenda tersebut adalah untuk menentukan arah dari sebuah
dan berada di antara perputaran arus globalisasi dunia. Sementara itu menurut
kapitalisme, yakni kian terbuka dan mengglobalnya peran pasar, investasi, dan
dikuatkan oleh ideologi dan tata dunia perdagangan baru di bawah suatu aturan
2
Ibid, hal 3.
3
HD. Haryo Sasongko, Bung Karno Nasionalisme dan Demokrasi, Pustaka Grafiksi, 2005,
hal. 35
marjinalisasi rakyat, serta persoalan keadilan sosial. Bersamaan dengan itu.
fenomena yang juga berkembang secara pesat dan global berakibat pada semakin
Hal itu telah terjadi sejak Orde Baru berkuasa, sebagaimana yang
dikemukakan Dwi Rio Sambodo bahwa Indonesia berkiblat pada blok yang
Arief Pranoto bahwa Persoalan bangsa ini ada di hulu, yakni penguasaan ekonomi
dan pencaplokan sumber daya alam, (SDA) oleh asing! Itulah skema kolonialisme
international tentang perdagangan pada bulan April tahun 1994 setelah melalui
4
Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: Insist Press
bekerjasama denagan Pustaka Pelajar, 2001, hal. 198
5
Dwi Rio Sambodo, Catatan dari Kebon Sirih, Jakarta: Perhimpunan Rumah Indonesia,
2014, hal. 20
6
M. Arief Pranoto, Geo Politik Ilmunya Ketahanan Nasional dalam The Global Review, The
Jurnal of International Studies, Edisi IV, November 2014, hal 6
proses yang sulit, di Marrakesh, Maroko. yakni suatu perjanjian internasional
(GATT7).
uluran tangan para pemodal internasional dari Negara-negara kaya. Posisi ini
negara miskin; dari melayani melindungi kepentingan rakyat menjadi pelayan dan
multinasional dan besar karena alasan persaingan global ini akan memaksa
pemerintah untuk mengubah kebijakan dari subsidi bagi petani kecil menjadi
subsidi kepada perusahaan agribisnis raksasa, dan proses ini sekaligus menggusur
7
GATT merupakan suatu kumpulan aturan internasional yang mengatur peri-laku
perdagangan antarpemerintah. GATT juga merupakan forum negosiasi perdagangan
antarpemerintah. serta juga merupakan pengadilan untuk menvelesaikan jika terjadi per-
selisihan dagang antarbangsa. Kesepakatan itu dibangun di atas asumsi bahwa sistem
dagang yang terbuka lebih efisien dibanding sistem yang proteksionis, dan dibangun di atas
keyakinan bahwa oersaingan bebas akan menguntungkan bagi negara yang menerapkan
prinsip-prinsip efektivitas dan efisiensi. Namun kemudian pada tahun 1995 suatu organisasi
pengawasan perdagangan dan kontrol perdagangan dunia yang dikenal dengan World Trade
Organizations (WTO) didirikan dan organisasi global ini sejak didirikan mengambil alih
GATT. Loc Cit, Fakih, hal. 212
8
Loc Cit, Soepriyanto, hal 15.
kemampuan petani kecil sebagai produsen. Salah satu akibatnya nanti, petani kecil
tidak ada pilihan lain kecuali melepaskan sumber alam terutama tanah mereka. Di
kota.
ketergantungan yang tinggi terhadap mereka. Oleh karena itu, ketika negara Dunia
Ketiga ingin melepaskan diri dari hegemoni negara maju akan dihadapkan dengan
banyak masalah baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan demikian, kita bisa
sebab negara berkembang akan sangat bergantung pada negara maju baik dalam
bidang ekonomi, budaya, maupun politiknya. Kondisi demikian berlaku saat ini di
Kekayaan alam berupa migas, batubara, emas dan tembaga dikeruk habis-habisan
dengan memberikan investasi berupa bantuan dana pinjaman melalui IMF dan
9
Op Cit, Sambodo, hal. 20-21
World Bank, begitu juga melakukan penyuapan terhadap penguasa Negara
sehingga kedaulatan Negara tersebut seakan telah hilang. Dan oleh karenanya
dimusuhi oleh rakyat yang seharusnya ia lindungi. Keadaan seperti inilah keadaan
dimana rakyat terjajah dan penguasa negara yang seharusnya membela rakyatnya
pembangunan. Satu pendekatan yang harus selalu diingat bahwa bangsa dan
pergaulan dunia. Dalam pergaulan dunia yang kian mengglobal, bangsa yang
menutup diri dari dunia luar pasti akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan
ekonomi bagi bangsa dan Negara tersebut dikebiri dengan melalui tangan-tangan
dan agama terhadap globalisasi. Kedua, tantangan dari new social movement dan
10
Babu dalam kamus ensiklopedia online di istilahkan untuk menyebut orang yang bekerja
sebagai pembantu rumah tangga. Pekerja rumah tangga, pembantu rumah
tangga (disingkat PRT), asisten rumah tangga atau sering disebut pembantu saja adalah
orang yang bekerja di dalam lingkup ru ah ta gga majikannya. Di I do esia saat asa
pe jajaha Bela da, pekerjaan pekerja rumah tangga disebut baboe (dibaca "babu"),
sebuah istilah yang kini kerap digunakan sebagai istilah berko otasi negatif untuk
pekerjaan ini. Pekerja rumah tangga mengurus pekerjaan rumah tangga seperti memasak
serta menghidangkan makanan, mencuci, membersihkan rumah, dan mengasuh anak-anak.
Di beberapa negara, pembantu rumah tangga dapat pula merawat orang lanjut usia yang
mengalami keterbatasan fisik.
global civil society terhadap globalisasi. Ketiga, tantangan gerakan lingkungan
terhadap Globalisasi.11
menjadi semu karena tak pernah bisa untuk sepenuhnya menetukan kebijakannya
hedonistik, liberalis dan anti sosial. Hal ini terlihat pada bentuk persaingan bebas
dan yang kalah. Pihak yang menang akan terus berjaya, bersenang-senang
(hedonisme) tanpa peduli kepada kesengsaraan pihak yang kalah (anti sosial). Dan
sektor publik hanya terkonsentrasi pada pihak yang menang. Sedangkan pihak
yang mempengaruhi dan menguasai perekonomian bangsa ini. Dan oleh karena itu
adalah berani mempertanyakan hidup di alam kemerdekaan dalam arti lepas dari
ini tidak terlepas dari praktek penjajahan gaya baru. Itulah neokolonialisme dan
11
Op Cit, Fakih, hal. 221-225
imperialisme.12 Sementara itu, Juwono Sudarsono mengemukakan bahwa para
imaji tentang persatuan, keikaan sekaligus kebhinnekaan, serta imaji masa depan
yang lebih baik yang terbebas dari kolonialisme, penderitaan, dan kemiskinan.13
merupakan bagian dari krisis sejarah dominasi dan eksploitasi manusia atas
manusia yang lain, yang diperkirakan telah berusia lebih dari lima ratus tahun.
Proses sejarah dominasi itu pada dasarnya dibagi ke dalam tiga periode yakni;
teoretis sebenarnya tidak ada perubahan ideologi dari ketiga periode zaman
12
Op Cit, Sambodo , hal. 20
13
Juwono Sudarsono dalam M.'Azzam Manan dan Thung Ju Lan, Nasionalisme dan Ketahanan Budaya
sebuah di Indonesia tantangan, Jakarta: LIPI, 2011, hal
14
Op Cit, Fakih, hal. 208 – 210.
yang secara ekonomis berwatak eksploitatif secara politik berwatak represif, dan
secara budaya berwatak hegemonik dan diskursif, dari sebagian kecil elit
mengedepankan sikap hidup yang hedonistik, liberalis dan anti sosial. Hal ini
terlihat pada bentuk persaingan bebas (liberal) yang tidak sehat dengan hilangnya
menghasilkan pihak yang menang dan yang kalah. Pihak yang menang akan terus
yang kalah (anti sosial). Dan sektor publik hanya terkonsentrasi pada pihak yang
menang. Sedangkan pihak yang kalah tidak lagi berada dalam tanggung jawab
pemerintah.16
15
Ibid, Fakih, hal 210.
16
Ana Irhandayaningsih, Ide Mobil Nasional Sebagai Simbol Perlawanan Terhadap
Neokolonialisme Di Era Globalisasi, Jurnal HUMANIKA, volume IV, 2011, hal. 9
Huntington menyebutkan bahwa globalisasi ternyata memiliki
menghianati amanat penderitaan rakyat. Negeri indah, elok, kaya ini dipecundangi
kekayaan alam kita, merusak ekosistem kita, menjajah buruh-buruh kita dengan
upah yang rendah. Pemimpin dan elit politik nasional masih banyak yang
"the founding fathers" menuju kemerdekaan bangsa ini adalah untuk menjadikan
bangsa ini sebagai sebuah bangsa besar yang maju bermartabat dan berdaulat,
sehingga mampu berdiri sejajar dengan bangsa lainnya, yang dilandasi atas nilai-
nilai perjuangan bangsa secara riil yang bersandar pada gagasan utama yakni rasa
yang berbeda-beda baik; suku, agama, ras, maupun golongan untuk merebut dan
17
Loc cit, Soepriyanto, hal 12.
mempertahankan kemerdekaan. Semangat melahirkan suatu nilai yang sangat
Dalam situasi serba nestapa dan keterjajahan ini, tidak lain kita harus
sentral perannya dalam mendorong bangkitnya bangsa indonesai. Karena itu, kita
dijiwa, hati, pikiran dan tindakan kita. Salah satu wujud nasionalisme dalam
majunya ekonomi Indonesia, maka Indonesia akan kembali jaya dan patut dibela
dari ancaman musuh. Majunya ekonomi juga akan meningkatkan kebanggaan dan
Indonesia berakar pada ide dan gagasan "the founding father" sebagai jiwa yang
objektif "the founding fathers" dan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang pernah
18
Ibid, Soepriyanto, hal 13-14.
ketidakadilan dan penindasan atas nilai-nilai kemanusiaan masih terjadi di dunia.
Dalam konteks sekarang ini mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
adalah persoalan integritas bangsa dalam bidang politik, ekonomi dan budaya.
Sehingga sejauh mana komitmen kita sebagai generasi penerus bangsa dalam
memelihara dan menjaga hakikat integritas bangsa ini dengan menjaga semangat
nasionalisme.
Indonesia menuju masyarakat Adil dan Makmur, Beradab dan berdiri sejajar
dengan bangsa lain dimata Dunia adalah tujuan utama "the founding fathers".
founding fathers" sekiranya memberi harapan besar bagi bangsa ini. Soekarno
dari cengeraman kolonialisme, b). agar bangsanya bersatu padu, c). agar
bangsanya merdeka, d). agar bangsanya bisa hidup tenteram, adil dan makmur,
relasi masyarakat Negara kedalam ikatan solidaritas sosial. Selain itu, Soekarno
merupakan figur kunci bagi tergugahnya semangat bangsa terjajah untuk merebut
19
R. Soemarjoto, bung karno " seorang pujangga besar, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001, hal. 1
Trisakti yang akan memberikan pencerahan bagi bangsa ini di tengah-tengah
konstelasi politik, ekonomi dan budaya dunia yang semakin mengglobal. Hemat
sebab mental yang masih menguat pada kondisi bangsa Indonesia saat ini masih"
kolaborator.20
kreaktivitas dan inovatif. Munculnya gagasan tentang berdaulat dalam politik bagi
Soekarno setelah melihat penderitaan rakyat Indonesia yang lahir dari sistem
bangsa sendiri.
Pidato yang kemudian dikenal sebagai (TAVIP) Tahun Vivere Pericoloso yang
dimaknai sebagai (The Year of Living Dangerously ) tahun yang bahaya. Soekarno
20
Wasisto Raharjo Jati, Trisakti, Globalisasi, & Pembangunan Karakter Bangsa, dalam
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dengan Judul " Melihat Kekinian Lima
Konsep Kebangsaan dan Keindonesiaan Bung Karno " di Ruang Seminar Gedung Widya
Graha Lt. I, Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan (LIPI) Jl. Jend. Gatot Soebroto 10, 9
Juni 2014, hal 1. https:// www. Academia .edu /7331384/
Trisakti_Globalisasi_and_Pembangunan_Karakter
menilai bahwa tahun-tahun itu merupakan periode tahun yang berbahaya bagi
saat itu, hal serupa juga diungkapkan oleh Wasisto Raharjo Jati, Soekarno sendiri
mengemukakan penemuan jati diri sebagai esensi mendasar dari Trisakti. Maka
akan sangatlah percuma, apabila kemudian diera sekarang ini, Trisakti justru
dilupakan dan hiraukan oleh elemen masyarakat Indonesia secara luas dan
kekinian. 22
Dalam rangka asumsi itu, penulis memilih judul penelitian yang tertera berikut
Judul penelitian ini dipilih dengan alasan bahwa semenjak orde baru muncul
21
Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi Jilid II, Jakarta: Panitia Penerbit DBR 1965, hal 565, lihat juga Fa
“GRIP”, Tahun Vivere Periciloso, Tjetakan Ke IV, Jawa Timur: Fa “GRIP” Kotakpos 129,
hal. 9
22
Op Cit,Jati, hal. 10
maling alias koruptor23. Dimana paska Orde Baru mengalami keruntuhan,
bahkan mengeluarkan bara yang menakutkan seperti gunung api. Dan bahkan
sebagai "Negara Indonesia dalam bahaya. Memang bahaya ini adalah satu fase,
satu tingkat, dalam usaha kita mendirikan satu negara yang merdeka"... maka
tidak boleh tidak Negara Indonesia harus melalui satu fase "dalam bahaya"24
dipertontonkan oleh elit-elit politik, sampai main mata hukum yang didramatisir
oleh elit birokrasi bahkan sumber daya alam yang sudah dikuasai oleh asing, maka
tidak boleh tidak kata Soekarno bahwa "Penguasa wajib menghantam membasmi
tiap-tiap kekuasaan, asing maupun tidak asing, pribumi ataupun tidak pribumi,
B. Rumusan Masalah
23
Haryo Sasongko, HD. Bung Karno Nasionalisme dan Demokrasi, Pustaka Grafiksi, 2005, hal. 9.
24
Op Cit, Soekarno II, hal. 565.
yang kemudian diwujudkan dalam praktik kebijakan ekonomi maupun politik,
Mau tidak mau, suka tidak suka ini adalah sebuah usaha yang
penjajah.
25
Ibid, hal 14-15
pernah mempunyai kemandirian ekonomi, tetapi sebaliknya bergantung kepada
gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun
perekonomian dan budaya. Dalam hal ini Indonesia memiliki landasan berdaulat
Indonesia.
a. Tujuan Penelitian
Joko Widodo.
b. Manfaat Penelitian
yang kian merosot. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
diperlukan landasan dasar sebagai sebuah tinjauan teoritis sehingga dalam kajian
a. Konsep Nasionalisme:
reaksi atas feodalisme dimana suatu negara dipersatukan atas dasar kesetiaan pada
tokoh bangsawan tertentu, agama atau negara yang dikepalai raja dari suatu
dinasti. Menurut Barbara Ward26, akar nasionalisme di dunia barat, diawali setelah
kelompok ini mulai mengambil bentuk nasional yang dapat dilihat. Suku-suku
Gaul telah ditaklukkan Caesar dan mereka diberi bahasa yang dilatinisasi. Di
bahasa Perancis yang mempunyai bentuknya sendiri dan daerah bahasa ini
26
Lihat Barbara Ward dalam Ita Mutiara Dewi, Nasionalisme Dan Kebangkitan Dalam
Teropong, Yogyakarta, Jurnal Mozaik Vol.3 No. 3, Juli 2008
mempunyai batas-batasnya yang tegas secara geografis—sepanjang Laut
Atlantika, sepanjang Pegunungan Pyrenea dan Alpen. Akhir abad ke-14, Perancis
menjadi sadar tentang dirinya sebagai sebuah kelompok nasional yang besar yang
untuk pertama kali cikal bakalnya muncul di Inggris pada abad ke -17 yang
perbudakan dan takhayul.28 Diperkuat lagi dengan adanya dugaan kuat bahwa
yang ditandai dengan “The Glorous Revolution” pada tahun 1689, dimana
ditandatangani nya Bill of Rights oleh Raja Willem III dan Mary II maka
parlemen, disamping itu Inggris juga memutus hubungan gerejaninya dengan paus
nasionalisme sebagai konsep dan kata pertama kali dikemukakan oleh Augustin
Barruel pada tahun 1789, dari satu sisi “nasionalisme adalah merupakan satu
27
Ibid
28
Hans Kohn, Nasionalisme dan Arti Sejarahnya, alih bahasa dari Nationalitm, It’s Meaning
and History (penerjemah: Sumantri Mertodipuro), Jakarta: PT. Pembangunan dan Penerbit
Erlangga, 1994, hal 11.
29
Dwiko Atmoko dkk, Nasionalisme di Berbagai Negara, Yogyakarta: Penerbitan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 1996, hal 61
akibat totalitas dan homogenisasi program pembentukan Negara” melalui jalan ini
sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya.31
merasa bersetiakawan dengan satu sama lain. Nasion adalah suatu jiwa, suatu asas
spritual, ia adalah suatu kesatuan solidaritas yang besar, tercipta oleh perasaan
pengorbanan yang telah dibuat di masa lampau dan yang oleh manusia-manusia
30
Rusli Karim, Arti dan keberadaan nasionalisme, Jurnal Analisis CSIS, Jakarta: Edisi Maret
– April 1996, hal 96
31
Loc Cit, Kohn, hal.
32
Motyl. Encyclopedia of Nationalism, Volume 1: Fundamental Themes. San Diego,
California, USA; London, England, UK: Academic Press, 2001. Pp. 251. Dalam
http://fileserver.net-texts.com/asset.aspx?dl=no&id=25023
yang bersangkutan bersedia di buat dimasa depan. Nasion mempunyai masa
lampau, tetapi ia melanjutkan dirinya pada masa kini melalui suatu kenyataan
yang jelas, yaitu kesepakatan, keinginan yang dikemukakan dengan nyata untuk
terus hidup bersama. Oleh karena itu suatu nasion tidak tergantung pada kesamaan
asal ras, suku bangsa, agama, bahasa, geografi atau hal-hal lain yang sejenis.
Kehadiran suatu nasion, lanjut Renan, adalah suatu kesepakatan bersama yang
pandangan Ernest Renan tentang faham "bangsa" itu. "Bangsa" ada suatu nyawa,
suatu azas-akal, yang terjadi dari dua hal: pertama-tama rakyat itu dulunya harus
pandangan Karl Kautsky dan Karl Radek, teristimewa Otto Bauer yang
mengemukakan "Bangsa itu adalah suatu persatuan perangai yang terjadi dari
persatuan hal-ikhwal yang telah dijalani oleh rakyat itu", …Nasionalisme itu
yalah suatu iktikad; suatu keinsyafan rakyat, bahwa rakyat itu ada satu golongan,
satu "bangsa"!34
33
Fahmi Salatoly dan Rio (ed), Nasionalisme Kaum Pinggiran “ Dari Maluku, Tentang
Maluku , Untuk Indonesia”, Yogyakarta : LKiS Yogyakarta, 2004, hal 28-29.
34
Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Jilid I, (Jakarta: Panitia Penerbit
Dibawah Bendera Revolusi, 1964), hal 3
Bagi Soekarno rasa nasionalistis itu menimbulkan suatu rasa percaya
akan diri sendiri, rasa yang mana adalah perlu sekali untuk mempertahankan diri
Akan tetapi, Soekarno menegaskan bahwa Nasionalis yang sejati, yang cintanya
pada tanah-air itu bersendi pada pengetahuan atas susunan ekonomi-dunia dan
nasionalis yang bukan chauvinis, tak boleh tidak, haruslah menolak segala faham
itu bukan semata-mata suatu copie atau tiruan dari nasionalisme Barat, akan tetapi
timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan, - nasionalis yang menerima
rasa-nasionalismenya itu sebagai suatu wahyu dan melaksanakan rasa itu sebagai
suatu bakti, adalah terhindar dari segala faham kekecilan dan kesempitan.
Baginya, maka rasa cinta bangsa itu adalah lebar dan luas, dengan memberi
tempat pada lain-lain sesuatu, sebagai lebar dan luasnya udara yang memberi
tempat pada segenap sesuatu yang perlu untuk hidupya segala hal yang hidup.35
Revolusi ialah:
35
Ibid, Soekarno, hal 5-6
ia bukanlah 'jingo-nationalism" atau chauvinisme, dan bukanlah
suatu copie atau tiruan dari pada nasionalisme Barat.
Nasionalisme kita adalah suatu nasionalisme, jang menerima rasa
hidupnja sebagai suatu wahju, dan mendjalankan rasa-hidupnja itu
sebagai suatu bakti. Nasionalisme kita adalah nasionalisme jang
didalam kelebaran dan keluasannja memberi tempat tjinta pada
lain-lain bangsa, sebagai lebar dan luasnja udara, jang memberi
tempat segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnja segala hal jang
hidup. Nasionalisme kita ialah nasionalisme ke-Timur-an, dan
sekali-kali bukanlah nasionalisme ke-Barat-an, jang menurut
perkataan C.R. Das adalah "suatu nasionalisme jang serang-
menjerang, suatu nasionalisme jang mengedjar keperluan sendiri,
suatu nasionalisme perdagangan jang menghitung-hitung untung
atau rugi".... Nasionalisme kita adalah nasionalisme jang membuat
kita mendjadi "perkakasnja Tuhan", dan membuat kita mendjadi
"hidup didalam Roch"-sebagai jang saban-saban dichotbahkan
oleh Bipin Chandra Pal, pemimpin India jang besar itu. Dengan
nasionalisme jang demikian ini, maka kita insjaf dengan seinsjaf-
insjafnja, bahwa negeri kita dan rakjat kita adalah sebagian dari
pada negeri Asia dan rakjat Asia, dan adalah sebagian dari pada
dunia dan penduduk dunia adanja.... " 36
36
Ibid, Soekarno I, hal 75-76
kekuatan dan kemampuan rakyat dapat digiring untuk melaksanakan
pembangunan dibawah garis politik monoloyalitas.37
yang dikemukakan bahwa nasionalisme yang kita perlukan di masa kini adalah
Sumpak Pemuda.38
dengan dua sisinya yang saling berkait dan melengkapi, nasionalisme Indonesia
juga bisa dilihat sebagai suatu "ikatan budaya" yang menyatukan dan mengikat
rakyat Indonesia yang majemuk menjadi satu bangsa dalam ikatan suatu negara-
sebagai konsep politik, konsep ekonomi dan konsep budaya yang dikonstruksikan
37
Loc Cit, Sasongko, hal 37-39.
38
Ibid, Sasongko, hal 40-41.
9
Loc Cit, M.'Azzam Manan dan Thung Ju Lan, hal 11.
b. Trisakti
adalah suatu keadaan atau suasana yang didalam orang bebas, sedangkan
orang dapat mengambil sikap atau melakukan perbuatan yang didasarkan pada
pertimbangan yang bersifat rasional, atau bisa dikatakan orang dapat melakukan
bidang politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Itu semua merupakan upaya
40
Dadang Prabowo, Pembahasan Pemikiran Soekarno Tentang Kemerdekaan, Program
Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1984, hal. 80
dalam rangka membangun Indonesia merdeka.41 Bung Karno menegaskan,:
"Maka dari itu ketahuilah, ketahuilah kondisi tanah air kita, geopolitik kita.
supaya kita semuanya sadar dan yakin, bahwa geopolitik kita menentukan kita
sebagai bangsa dari Sabang sampai Merauke, dan bahwa untuk mempertahankan
tanah air kita itu, kita harus mengetahui segala seluk beluk daripada bangsa
Trisakti yang kedua ini tidak dapat dipisahkan dengan konsep pertama “Berdaulat
maka bangsa Indonesia memiliki hak pula untuk mengelola sumber daya ekonomi
yang ada tanpa ketergantungan pada bangsa lain. Soekarno pernah mengatakan
“untuk membangun satu negara yang demokratis, maka satu ekonomi yang
merdeka harus dibangun. Tanpa ekonomi yang merdeka, tak mungkin kita
Menteri Kim Il Sung di tahun 1947 yang berbunyi : "In order to build a
41
Ibid, Prabowo, hal. 79
42
Iman Toto K. Rahardjo dan Suko Sudarso (ed), Bung Karno Masalah Pertahanan -
Kemanan, Grasindo, 2010, hal XXXII.
43
Iman Rahardjo (ed), Bung Karno dan Ekonomi Berdikari, Jakarta: Grasindo, 2001, hal 288
established ... Without the foundation of an independent economy, we can neither
attain independence, nor found the state, nor subsist".44 Soekarno mengemukakan
bahwa ciri dari ekonomi kolonial tempohari adalah ketergantungan dalam banyak
hal, termasuk pangan, dan sebaliknya yang diutamakan oleh ekonomi kolonial
pandangan Perdana Menteri Kim Il Sung di tahun 1947: "Untuk membangun satu
Negara yang demokratis, maka satu ekonomi yang merdeka harus dibangun.
Tanpa ekonomi yang merdeka, tak mungkin kita mencapai kemerdekaan, tak
maupun kelompok, suku atau bangsa yang memiliki khas kebudayaan Oleh karena
itu, konteks dari gagasan Trisakti disini adalah kepribadian bangsa yang lahir dari
bahasa, tradisi, dan pola hidup yang membedakan identitas bangsa Indonesia
44
Fa “GRIP”, Tahun Vivere Periciloso, Tjetakan Ke IV, Jawa Timur: Fa “GRIP” Kotakpos
129, hal 40, lihat juga dalam Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Jilid II, (Jakarta: Panitia Penerbit
Dibawah Bendera Revolusi, 1964), hal. 596
45
Loc Cit, Soekarno II, hal. 605.
mencari kepeloporan mental pada orang lain, tetapi carilah kepeloporan mental itu
c. Konsep Globalisasi
ekonomi telah menjadi salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu
tentang keamanan dan lingkungan global. Sebagai isu yang paling sering dibahas,
ada juga orang-orang yang melihat bahwa globalisasi ekonomi telah menciptakan
Fakih, secara lebih tegas bahwa yang dimaksud dengan globalisasi adalah proses
zaman kolonialisme. Para teoretisi kritis sejak lama sudah meramalkan bahwa
kapitalisme akan berkembang menuju pada dominasi ekonomi, politik dan budaya
46
Loc Cit, Soekarno I, hal. 594
47
Budi Winarno, Globalisasi Peluang atau Ancaman bagi Indonesia, Jakarta: Erlangga,
2008, hal . 3
berskala global setelah perjalanan panjang melalui era kolonialisme. Konsep
paling diuntungkan dari proses tersebut. Fakih menyebutkan ada tiga aktor utama
adalah TNCs, yakni perusahaan multinasional yang besar yang dengan dukungan
perserikatan perdagangan global yang dikenal dengan WTO vang menjadi aktor
kedua. Ketiga, adalah lembaga keuangan global IMF d,an Bank Dunia. Ketiga aktor
48
Loc Cit, Fakih, hal. 210-211
49
Ibid, Fakih, hal 214-215
50
Ibid, hal 218-219
Kedua hentikan subsidi negara kepada rakyat karena hal itu selain
bertentangan dengan prinsip menjauhkan campur tangan pemerintah juga
bertentangan dengan prinsip pasar bebas serta persaingan bebas. Oleh
karena itu, pemerintah juga harus melakukan privatisasi terhadap semua
perusahaan milik negara karena perusahaan negara pada dasarnya dibuat
untuk melaksanakan subsidi negara pada rakyat dan menghalangi terjadinya
persaingan bebas.
Ketiga. penghapusan ideologi "kesejahteraan bersama" dan pemilikan
komunal seperti yang masih banyak dianut oleh masyarakat "tradisional".
Paham kesejahteraan dan pemilikan bersama tersebut dianggap akan
menghalangi pertumbuhan.
dalam coraknya saat ini telah merongorng kedaulatan bangsa (ekonomi, politik,
melayani dan melindungi rakyat dan kepentingan strategis nasional. Untuk itu
miskin yakni ; pengkerdilan peran Negara dan peningkatan peran pasar. Oleh
sebab itu, menurutnya bahaya globalisasi bagi Negara-negara miskin terletak pada
51
Loc Cit, Soepriyanto, hal 16-17.
pelemahan struktural sebuah pemerintahan dalam melindungi kepentingan Negara
mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah
suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti
oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan
nasionalisme:
52
Op Cit, Sasongko hal 14-16.
berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut
faktor berikut yaitu :politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Maka terjadi globalisasi
topik mengenai gagasan dan pemikiran seseorang sehingga metode inilah yang
tepat untuk penulisan tesis ini. Penelitian ini difokuskan dalam studi literatur atau
berlalu. dengan menggunakan bahan primer yang diambil dari buku-buku yang
secara langsung membahas tentang permasalahan yang akan diteliti dan bahan
masalah yang akan diteliti, namun masih relevan untuk dikutip sebagai
pembanding. Jangka waktu penelitian sekitar 3 bulan yaitu dari bulan Juni sampai
masa sekarang terutama di era globalisasi. Sumber data tersebut diperoleh dari
sejumlah literatur, baik buku, jurnal, majalah, koran, atau karya tulis lainnya yang
tertulis, gambar, atau foto yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti
ditambah lagi dengan studi pustaka dengan cara mempelajari, mendalami dari
sejumlah literatur yang relevan. dalam tiga tahap jalan penelitian literal: Pertama;
Pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder sesuai lingkup
penelitian. Pembuatan kategori dengan menyatukan dan mengumpulkan dalam
tentang gejala hal yang berhubungan dengan objek penelitian. Dan Ketiga;
F. Sistematika Penulisan
BAB I: Pendahuluan
Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian
penulisan.
pendekatan teori untuk digunakan sebagai acuan analisis, teori yang digunakan
Jenis Penelitian, Sumber Data, Tehknik Pengumpulan Data dan Tehknik Analisis
Data
bab sebelumnya.
DAFTAR BACAAN:
Buku :
Fukuyama, Francis : The End of History and The Last Man (judul terjemahan:
Kemenangan kapitalisme dan demokrasi liberal, : (penerj:
Mohammad Husein amrullah), Yogyakarta: Penerbit Qalam, 1992
Huntington, Samuel P: Benturan antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia
(The clash of civilizations and the remaking of world order), Qalam,
1996.
Karim, Rusli, Arti dan keberadaan nasionalisme, Jurnal Analisis CSIS, Jakarta:
Edisi Maret – April 1996, hal 96
Rahardjo Iman (ed), Bung Karno dan Ekonomi Berdikari, Jakarta: Grasindo,
2001
Rahardjo, Iman Toto K. dan Sudarso, Suko (ed), Bung Karno Masalah
Pertahanan - Kemanan, Grasindo, 2010
Salatoly, Fahmi dan Rio (ed), Nasionalisme Kaum Pinggiran “ Dari Maluku,
Tentang Maluku , Untuk Indonesia”, Yogyakarta : LKiS Yogyakarta,
2004
Sambodo, Dwi Rio: Catatan dari Kebon Sirih, Jakarta: Perhimpunan Rumah
Indonesia, 2014
Soekarno: Dibawah Bendera Revolusi, Jilid II, Cetakan kedua, Jakarta : Panitia
Penerbit DBR 1965.
Pranoto, M. Arief: Geo Politik Ilmunya Ketahanan Nasional dalam The Global
Review, The Jurnal of International Studies, Edisi IV, November
2014.