Abstract: The increasingly dense life has an impact on the increasing population of
living things, thus affecting the narrowness of the land for activities. Therefore, there is
a need for creation and innovation in utilizing existing and remaining land use based
on the public interest. The Surabaya city government has implemented the use of land
left over from the community to be built into a city park, with the aim of providing
public facilities to the community for activities and increasing the level of cleanliness and
beauty of the city. In this case, we will analyze the response from the community and
the law, the use of land for public facilities of the Surabaya City rainbow park, which
is based on the many contradictions of the creation of a city park when there are still
active settlements in it. We use normative research methods based on relevant laws and
historical approaches for the continuity of more efficient analysis. The purpose of this
analysis is as a knowledge system for the community and the government related to the
level of efficiency of implementing land use in a structured and planned manner without
any contradictions. Therefore, the application of land use T ata to Taman Pelangi
Kota Surabaya is considered to have met the requirements and standards of what is
stipulated in the laws and regulations.
Keywords : Land Use, Land Law, Land Management, Public
Abstrak: Kehidupan yang kian padat berdampak pada meningkatnya
populasi makhluk hidup sehingga mempengaruhi sempitnya lahan untuk
beraktivitas. Oleh karena itu, perlu adanya kreasi dan inovasi dalam
memanfaatkan tanah yang ada dan tersisa dengan tata guna tanah yang
berdasarkan oleh kepentingan umum. Pemerintahan kota Surabaya telah
menerapkan pemanfaatan lahan sisa dari masyarakat untuk dibangun
menjadi sebuah taman kota, dengan tujuan memberikan fasilitas umum
pada masyarakat untuk beraktivitas dan meningkatkan kadar kebersihan
serta keindahan kota. Dalam hal ini, kami akan menganalisis tanggapan
dari masyarakat dan undang – undang, akan pemanfaatan lahan untuk
fasilitas umum taman pelangi Kota Surabaya, yang didasari oleh
banyaknya kontradiksi akan adanya pembuatan taman kota pada saat
masih ada pemukiman aktif di dalamnya. Kami menggunakan metode
penelitian secara normatif yang berdasarkan undang – undang terkait dan
pendekatan sejarah demi keberlangsungan analisis yang lebih efisien.
Tujuan dari analisis ini yakni sebagai sistem pengetahuan bagi masyarakat
dan pemerintah terkait dengan tingkat efisiensi penerapan tata guna lahan
tanah secara terstruktur dan terencana tanpa adanya kontradiksi. Maka
dari itu, penerapan Tata guna lahan terhadap Taman Pelangi Kota
Pendahuluan
Tanah menjadi salah satu anugerah yang diberikan Tuhan
Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang diatur oleh negara
untuk sebesar-besarnya demi hajat hidup orang banyak. Seseorang,
sekelompok orang, termasuk masyarakat hukum atau badan
hukum adalah pemilik dari kepentingan-kepentingan tersebut. Ada
banyak ambiguitas dalam sistem penguasaan tanah Indonesia saat
ini yang menyebabkan banyak terjadinya konflik. Peraturan
pertanahan yang tidak konsisten, peraturan pertanahan yang tidak
lengkap, kelangkaan sumber daya manusia, dan pemahaman
hukum masyarakat yang kurang adalah sebagian kecil dari
persoalan yang menyebabkan konflik tersebut.1
Manusia dan tanah pada hakekatnya berada pada hubungan
yang tidak dapat dipisahkan, sebab manusia akan selalu
membutuhkan tanah untuk memenuhi kebutuhannya, namun
tanah yang tersedia hanya sedikit untuk terus memenuhi kebutuhan
manusia yang tidak terbatas dan terus meningkat. Kebutuhan
manusia yang pasti akan terus meningkat, akan berdampak pada
sejumlah masalah sosial. Secara umum, kesenjangan akses terhadap
tanah menyebabkan banyak kesulitan ini terjadi. Nugroho dan
Muga mengatakan bahwa “Tanah bagi kehidupan manusia
mengandung makna yang multidimensional. Pertama, dari sisi
ekonomi tanah merupakan sarana produksi yang dapat
mendatangkan kesejahteraan. Kedua, secara politis tanah dapat
menentukan posisi seseorang dalam pengambilan keputusan
masyarakat. Ketiga, sebagai kapital budaya dalam menentukan tinggi
rendahnya status sosial pemiliknya. Keempat, tanah bermakna sakral
karena pada akhir hayat setiap orang akan kembali pada tanah”. 2
Nilai tanah dalam kehidupan manusia menjadikannya sebagai
subjek yang lebih mungkin menjadi objek sengketa. Hal ini
disebabkan karena setiap orang akan selalu ingin memiliki dan
Tanah (Land Use) Dan Nilai Tanah (Studi Kasus : Kota Blitar).,” Geoid 5, no. 1
(August 1, 2010): 98, https://doi.org/10.12962/j24423998.v5i1.7338.
10.
20 Nanda Putri Ayuningtyas, “Pengaruh Keberadaan Taman Kota Terhadap
Daftar Pustaka
Adhiatma, Rakhman, Widiatmaka, and Iskandar Lubis. “Perubahan
dan Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan di Kabupaten
Lampung Selatan.” Journal of Natural Resources and
Environmental Management 10, no. 2 (2020): 13.
Adi, R. Kunto. “Penatagunaan Tanah Berbasis Masyarakat Dalam
Menunjang Sistem Dan Usaha Agribisnis Di Indonesia.”
Sepa 11, no. 1 (September 1, 2017): 66–78.
https://doi.org/10.20961/sepa.v11i1.14148.
Anak Agung Sagung Alit Widyastuti, and Rizal Dian Pramana.
“Pola Persebaran Wisata Taman Dan Lingkungan Di Kota
Surabaya.” Jurnal Plano Buana 1, no. 2 (April 27, 2021):
110–21. https://doi.org/10.36456/jpb.v1i2.3533.
Astinah Adnan. “Peranan Lurah Dalam Penyelesaian Sengketa
Tanah Di Kelurahan Wette’e Kecamatan Panca Lautang
Kabupaten Sidenreng Rappang.” Praja, 1, 1 (2012).
Ayuningtyas, Nanda Putri. “Pengaruh Keberadaan Taman Kota
Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Pembangunan
Infrastruktur.” Narotama, 2019.
Budiyanti, R Besari. “Perlindungan Taman Kota Sebagai Jejak
Sejarah Perkotaan : Upaya Pengelolaan Taman Kota
Sebagai Aset Kota.” Seminar Nasional Pembangunan Wilayah
dan Kota Berkelanjutan 1, no. 1 (August 16, 2019).
https://doi.org/10.25105/pwkb.v1i1.5293.
Edward. “Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
Dengan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Keuangan
Daerah.” Jurnal Ilmu Pemerintahan Widyapraja XLII (2016).
Fadhilah, Hakim, Rhega Relynada, Febranisa Erin, and
Muhammad Rizky Fadhillah. “Implementasi Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan