Anda di halaman 1dari 24

Analisis Tata Guna Tanah (Land Use) Dalam

Pemanfaatan Taman Pelangi Kota Surabaya Sebagai


Fasilitas Umum
Hutmi Amivia Ilma*1, Imroatin Arsali2, Intan Kartika Sari3, Nabila
Maharani4
1-3 Program Studi Hukum Pidana Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
Jl. A. Yani 117 Surabaya
Correspondent Author*: hutmiamivia@gmail.com

Abstract: The increasingly dense life has an impact on the increasing population of
living things, thus affecting the narrowness of the land for activities. Therefore, there is
a need for creation and innovation in utilizing existing and remaining land use based
on the public interest. The Surabaya city government has implemented the use of land
left over from the community to be built into a city park, with the aim of providing
public facilities to the community for activities and increasing the level of cleanliness and
beauty of the city. In this case, we will analyze the response from the community and
the law, the use of land for public facilities of the Surabaya City rainbow park, which
is based on the many contradictions of the creation of a city park when there are still
active settlements in it. We use normative research methods based on relevant laws and
historical approaches for the continuity of more efficient analysis. The purpose of this
analysis is as a knowledge system for the community and the government related to the
level of efficiency of implementing land use in a structured and planned manner without
any contradictions. Therefore, the application of land use T ata to Taman Pelangi
Kota Surabaya is considered to have met the requirements and standards of what is
stipulated in the laws and regulations.
Keywords : Land Use, Land Law, Land Management, Public
Abstrak: Kehidupan yang kian padat berdampak pada meningkatnya
populasi makhluk hidup sehingga mempengaruhi sempitnya lahan untuk
beraktivitas. Oleh karena itu, perlu adanya kreasi dan inovasi dalam
memanfaatkan tanah yang ada dan tersisa dengan tata guna tanah yang
berdasarkan oleh kepentingan umum. Pemerintahan kota Surabaya telah
menerapkan pemanfaatan lahan sisa dari masyarakat untuk dibangun
menjadi sebuah taman kota, dengan tujuan memberikan fasilitas umum
pada masyarakat untuk beraktivitas dan meningkatkan kadar kebersihan
serta keindahan kota. Dalam hal ini, kami akan menganalisis tanggapan
dari masyarakat dan undang – undang, akan pemanfaatan lahan untuk
fasilitas umum taman pelangi Kota Surabaya, yang didasari oleh
banyaknya kontradiksi akan adanya pembuatan taman kota pada saat
masih ada pemukiman aktif di dalamnya. Kami menggunakan metode
penelitian secara normatif yang berdasarkan undang – undang terkait dan
pendekatan sejarah demi keberlangsungan analisis yang lebih efisien.
Tujuan dari analisis ini yakni sebagai sistem pengetahuan bagi masyarakat
dan pemerintah terkait dengan tingkat efisiensi penerapan tata guna lahan
tanah secara terstruktur dan terencana tanpa adanya kontradiksi. Maka
dari itu, penerapan Tata guna lahan terhadap Taman Pelangi Kota

Ma’mal: Jurnal Laboratorium Syariah dan Hukum


Volume 04, Nomor 02, April 2023
ISSN (Print): 2775-1333, ISSN (Online): 2774-6127
Surabaya dinilai telah memenuhi persyaratan dan standar dari apa yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Kata Kunci : Tata Guna Tanah, Hukum Pertanahan, Pengelolaan Tanah,
Publik

Pendahuluan
Tanah menjadi salah satu anugerah yang diberikan Tuhan
Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang diatur oleh negara
untuk sebesar-besarnya demi hajat hidup orang banyak. Seseorang,
sekelompok orang, termasuk masyarakat hukum atau badan
hukum adalah pemilik dari kepentingan-kepentingan tersebut. Ada
banyak ambiguitas dalam sistem penguasaan tanah Indonesia saat
ini yang menyebabkan banyak terjadinya konflik. Peraturan
pertanahan yang tidak konsisten, peraturan pertanahan yang tidak
lengkap, kelangkaan sumber daya manusia, dan pemahaman
hukum masyarakat yang kurang adalah sebagian kecil dari
persoalan yang menyebabkan konflik tersebut.1
Manusia dan tanah pada hakekatnya berada pada hubungan
yang tidak dapat dipisahkan, sebab manusia akan selalu
membutuhkan tanah untuk memenuhi kebutuhannya, namun
tanah yang tersedia hanya sedikit untuk terus memenuhi kebutuhan
manusia yang tidak terbatas dan terus meningkat. Kebutuhan
manusia yang pasti akan terus meningkat, akan berdampak pada
sejumlah masalah sosial. Secara umum, kesenjangan akses terhadap
tanah menyebabkan banyak kesulitan ini terjadi. Nugroho dan
Muga mengatakan bahwa “Tanah bagi kehidupan manusia
mengandung makna yang multidimensional. Pertama, dari sisi
ekonomi tanah merupakan sarana produksi yang dapat
mendatangkan kesejahteraan. Kedua, secara politis tanah dapat
menentukan posisi seseorang dalam pengambilan keputusan
masyarakat. Ketiga, sebagai kapital budaya dalam menentukan tinggi
rendahnya status sosial pemiliknya. Keempat, tanah bermakna sakral
karena pada akhir hayat setiap orang akan kembali pada tanah”. 2
Nilai tanah dalam kehidupan manusia menjadikannya sebagai
subjek yang lebih mungkin menjadi objek sengketa. Hal ini
disebabkan karena setiap orang akan selalu ingin memiliki dan

1 Iswantoro, “Perspektif Yuridis Pengaturan Tata Guna Tanah Dalam


Implementasi Kebijakan Bidang Pertanahan” 3 (2014): 19.
2 Astinah Adnan, “Peranan Lurah Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Di

Kelurahan Wette’e Kecamatan Panca Lautang Kabupaten Sidenreng Rappang,”


Praja, 1, 1 (2012): 37–38.

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 193


menguasainya.3 Sebagian besar sengketa tanah diakibatkan oleh
kesepakatan yang dibuat antara dua pihak atau lebih, di mana salah
satu pihak wanprestasi atau lalai memenuhi syarat-syarat
kesepakatan sebelumnya. Masalah sengketa tanah menjadi masalah
klasik yang dapat terjadi di mana saja. Akibatnya, konflik tanah
menjadi masalah sosial yang berkembang dan mempengaruhi
hampir seluruh wilayah Indonesia, baik perkotaan maupun
pedesaan. Demikianlah sebagaimana terjadi dalam kasus sengketa
tanah yang terjadi di Taman Pelangi Kota Surabaya.
Jumlah penduduk Surabaya dan sekitarnya terus bertambah,
sehingga meningkatkan tingkat kejenuhan. Belum lagi banyaknya
pendatang dari luar kota yang berdomisili di Surabaya untuk
bekerja atau menuntut ilmu, yang pasti akan meningkatkan laju
pengguna lalu lintas. Hal ini dapat terlihat pada jam kerja dimana
jalanan akan dipenuhi oleh berbagai kendaraan yang berlomba di
jalan untuk mengejar waktu. Maka, dipandang perlu adanya fasilitas
taman kota untuk para warga kota Surabaya melepaskan penatnya
tanpa harus bepergian jauh keluar kota. Taman Pelangi sendiri
merupakan salah satu taman yang berada di tengah-tengah kota
Surabaya berada diantara dua jalan protokol sebagai akses keluar
dan masuk dari kota Pahlawan, Surabaya. Taman ini menjadi pintu
masuk untuk menyambut para pengendara yang akan menuju ke
kota Surabaya sekaligus menjadi pintu untuk keluar dari kota
Surabaya. Jalan raya utama kota berada tepat disebelah taman dan
sangat padat dengan berbagai kendaraan yang hilir mudik, sehingga
sering terjadi kemacetan lalu lintas. 4
Taman Pelangi dibangun dengan tujuan sebagai kawasan
ruang terbuka hijau yang diharapkan mampu menjalankan fungsi
dan manfaatnya sebagaimana mestinya untuk menjaga kelestarian
alam. Salah satu tujuan dibangunnya Taman Pelangi ini adalah
untuk menjaga keseimbangan suasana yang sudah sesak dengan
banyaknya bangunan dan gedung-gedung yang memenuhi kota
Surabaya. Taman ini tentunya juga berfungsi sebagai metode dalam
menyerap air hujan ketika musim hujan datang, yang kemudian air
tersebut masuk dan disimpan di dalam tanah dan menjadi tempat
persediaan air ketika musim kemarau datang. Hal ini seiring dengan

3 Astinah Adnan, 38.


4 Yockisur, “Mengenal Lebih Dakat Taman Pelangi Surabaya,” 2013,
https://yockisure.wordpress.com/2013/11/03/tugas-pengantar-arsitektur-
lanskap-analisis-taman-rekreasi-kota/.

194 Hutmi Amivia Ilma, dkk | Analisis Tata Guna Tanah...


fungsi dalam menjaga keseimbangan alam agar dapat menampung
curah air hujan yang apabila tidak ditampung dapat menyebabkan
meluapnya air sehingga dapat menyebabkan banjir. Hal tersebut
dipandang sebagai unsur penting jika melihat bahwa kota Surabaya
yang memiliki tingkat curah hujan tinggi, sehingga keberadaan
taman merupakan suatu hal yang penting sebagai sarana
penampung air hujan serta mengurangi resiko terjadinya banjir. 5
Salah satu tujuan lain dari pembangunan Taman Pelangi
adalah untuk menjaga keseimbangan ekosistem sebagai habitat
baru bagi beragam satwa, antara lain burung, serangga, dan lain
sebagainya. Tentu dengan adanya Taman Pelangi ini diharapkan
dapat mengurangi terjadinya kepunahan beberapa spesies satwa.
Tujuan lainnya adalah untuk menyerap asap polusi yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor yang semakin hari semakin banyak
jumlahnya. Jalur utama disebelah Taman Pelangi ini sendiri setiap
harinya dilewati jutaan kendaraan yang menyebabkan tingkat polusi
sangat tinggi. Maka, taman ini diperlukan sebagai penyeimbang
untuk dapat mengurangi polusi udara di kota Surabaya.6
Namun, banyak yang tidak menyadari bahwa terdapat
sebuah permukiman yang terletak di sebelah utara Taman Pelangi.
Para pengendara yang melewati taman tersebut, tidak sedikit yang
tidak menyadari bahwa adanya permukinan yang disebabkan
karena tertutupnya permukiman tersebut dengan rindangnya
pepohonan yang ada di Taman Pelangi.7 Pada saat ini terdapat 24
rumah warga yang dihuni 47 Kepala Keluarga. Mereka masih
bertahan di permukiman tersebut, meskipun sudah ada wacana
pembebasan lahan, sehingga pada kasus ini terjadilah sengketa
lahan yang terjadi antara warga permukiman tersebut dengan
pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah ingin melakukan
pembebasan lahan tersebut yang telah diwacanakan sejak 2009,
namun warga yang berada di daerah tersebut menolak pemerintah
untuk melakukan pembebasan lahan. Warga yang tinggal di daerah
tersebut enggan dipindahkan karena merasa bahwa mereka telah
terlebih dahulu menempati daerah tersebut. Dilain sisi, sebenarnya

5 Parlindungan, “Taman Pelangi Surabaya,” 2013,


https://jejakpiknik.com/taman-pelangi/.
6 Parlindungan.
7 Tim detikJatim, “Melihat Lebih Dekat Kampung Di Tengah Jalan Ahmad Yani

Surabaya,” 2022, https://www.detik.com/jatim/berita/d-5969174/melihat-


lebih-dekat-kampung-di-tengah-jalan-ahmad-yani-surabaya.

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 195


warga bersedia untuk dipindahkan jika mendapat dana kompensasi
yang sesuai, namun sampai saat ini dana pembebasan tersebut
belum dianggarkan sehingga warga menolak untuk dipindahkan.8
Terjadinya sengketa lahan ini tentu akan menimbulkan berbagai
permasalahan terkait tata guna tanah dalam pemanfaatan Taman
Pelangi kota Surabaya sebagai fasilitas umum, penyimpangan lahan
serta dampak yang ditimbulkan dari penyimpangan tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode hukum
normatif yaitu pendekatan yang dilaksanakan berdasarkan pada
peraturan perundang – undangan terkait dengan penelitian ini,
meliputi peraturan perundang-undangan Nomor 32 Tahun 2009
mengenai kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Pasal 2 Ayat (2) UUPA mengenai hak menguasai negara
atas tanah, serta peraturan pemerintah Kota Surabaya. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan pada
masyarakat sekitar Taman pelangi serta studi observasi dengan
baha literatur buku, jurnal, serta artikel terkait. Adapun teknik
analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni teknik
kualitatif dengan menjabarkan data – data yang diperolah
berdasarkan norma hukum, teori, serta doktrin dan kaidah yang
relevan dengan pokok permasalahan guna memberikan hasil yang
optimal dan komprehensif.
Definisi Tata Guna Tanah (Land Use)
Pada dasarnya setiap pembangunan dilakukan di atas tanah
dengan memiliki suatu konsep tersendiri dalam proses kegiatannya,
untuk itu perlu adanya afirmasi dalam pengelolaan tanahnya.
Banyaknya permasalahan terkait dengan tanah dipicu oleh
bertambahnya aktivitas pembangunan. Bermula dari hal tersebut,
munculah istilah land use yang memiliki arti penggunaan tanah atau
tata guna tanah. Tata guna tanah atau land use ini dalam artian
singkatnya dapat dikatakan sebagai tata kelola untuk penggunaan
tanah. Undang – Undang Pokok Agraria telah menggaris bawahi
terkait dengan adanya beraneka jenis hak atas permukaan bumi.
Oleh karena itu, segala aktivitas tata guna tanah ini termuat dalam
Pasal 2 ayat (2) huruf a dan Pasal 14 ayat (1) UUPA mengenai

8 Puguh Sujiatmiko, “Dikepung Jalan A. Yani, 47 Keluarga Bertahan Di


Kampung Tdaman Pelangi,” 2019,
https://www.jawapos.com/surabaya/10/12/2019/dikepung-jalan-a-yani-47-
keluarga-bertahan-di-kampung-taman-pelangi/.

196 Hutmi Amivia Ilma, dkk | Analisis Tata Guna Tanah...


persediaan, peruntukan, penggunaan, dan pemeliharaan atas bumi,
air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya. Hal yang di kelola ini sesuai dengan ruang lingkup atas
tanah yang termuat dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA. Sifat daripada
tata guna tanah atau land use adalah segala aktivitasnya bersifat
umum atau publik yang dilakukan dan ditetapkan oleh pemerintah,
baik pusat maupun daerah demi tercapainya kepentingan umum,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang
penguasaan tanah negara oleh instansi pemerintah, dengan
penyesuaiannya yang diatur ke dalam Peraturan Menteri Agraria
Nomor 9 Tahun 1965 dengan penegasan terkait hak penguasaan
atas tanah negara yang telah diatur sebelumnya, makan hal tersebut
dikonversi kedalam suatu hak pengelolaan.9 Namun, perlu digaris
bawahi mengenai kejelasan atas tujuan pengelolaan yang hendak
dicapai, haruslah sesuai dengan prinsip pembangunan demi
kemakmuran rakyat.
Secara terminologi, tata guna tanah, pengelolaan tanah, atau
land use menurut Malingreau yakni “tata guna tanah adalah segala
campur tangan manusia baik secara permanen atau siklus terhadap
suatu kumpulan sumber daya alam atau sumber daya buatan secara
keseluruhan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik
material, spiritual, ataupun kebutuhan kedua-duanya”.10 Sedangkan
menurut R.Soeprapto menyatakan bahwa “tata guna tanah adalah
rangkaian kegiatan penataan peruntukan, penggunaan, dan
persediaan tanah secara berencana dan teratur, sehingga diperoleh
manfaat yang lestari, optimal, seimbang, dan serasi untuk sebesar –
besarnya kemakmuran rakyat”. Diperkuat dengan pendapat
Soedikno Mertokusumo yang berpendapat bahwasannya dalam
rangka pembangunan nasional perlu yang dinamakan tata guna
tanah sebagai rangkaian kegiatan dalam sistem penataan,
peruntukkan, serta pengelolaannya dengan teratur dan terencana.
Lain daripada itu, tata guna tanah menurut undang – undang
yang berlaku atau dalam hukum positifnya, termuat dalam Pasal 33
ayat (1) Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 jo. Pasal 1 angka 1
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004, yaitu penatagunaan

9 Wira Franciska, “Perjanjian Penjaminan Kredit Perbankan Terhadap Objek


Hak Guna Bangunan Di Atas Hak Pengelolaan,” Aksara 8, no. 3 (September 1,
2022): 2224, https://doi.org/10.37905/aksara.8.3.2223-2238.2022.
10 Urip Santoso, Hukum Agraria : Kajian Komprehensif (Jakarta: Prenada Media

Group, 2015), 245.

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 197


tanah sama dengan pengelolaan tata guna tanah, yang meliputi
penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berwujud
konsolidasi pemanfaatan tanag melalui pengaturan kelembagaan
yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan
sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. 11 Dari banyaknya
pendapat akan definisi tata guna tanah atau land use dapat kita
ambil benang merahnya dari hal tersebut yakni, bahwasanya tata
guna tanah atau land use merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
oleh badan pemerintahan baik pusat maupun daerah untuk
melangsungkan pengelolaan dan pengaturan atas agraria tanah
demi keberlangsungan kepentingan umum untuk mencapai
kehidupan yang seimbang dan teratur.
Penatagunaan tanah atau land use memiliki pola dalam
penyelenggaraannya, meliputi penggunaan, penguasaan, dan
pemanfaatan tanah sebagai suatu sistem kesatuan untuk
kepentingan masyarakat secara adil. Terdapat empat macam esensi
dari land use, yaitu12 : (1) terdapat rentetan aktivitas, seperti
penggunaan, penguasaan, pembuatan pola kerja, kemampuan fisik,
dan koordinasi yang semuanya termuat ke dalam pengumpulan
data di lapangan, (2) diawali dengan pembuatan rencana yang
sesuai dengan prinsip keseimbangan, selaras, dan optimal, (3)
tujuan yang jelas akan rencana yang telah dibuat, (4) mengetahui
urgensi terkait skala prioritas dalam penatagunaan tanah.
Selain itu, land use atau tata guna akan berbeda – beda pada
setiap daerahnya tidak serta merta disamaratakan dalam satu
negara, hal ini disebabkan oleh aksesibilitas yang tidak sama.
Aksesibilitas sendiri merupakan suatu kemudahan dalam
mengakses suatu tempat atau jangkauan yang teramat mudah dan
strategis. Dalam hal ini bentuk land use terbagi menjadi dua, yakni
land use produktif yang bergerak mengarah pada land use
konsumtif.13 Land use produktif adalah tata guna tanah yang
kemungkinan besar terjadi di daerah perkotaan yang di dalamnya
banyak memiliki sektor perindustrian, perkantoran, serta banyak
lapangan kerja. Kemudian, land use konsumtif merupakan tata guna
11 Santoso, 246.
12 R. Kunto Adi, “Penatagunaan Tanah Berbasis Masyarakat Dalam Menunjang
Sistem Dan Usaha Agribisnis Di Indonesia,” Sepa 11, no. 1 (September 1, 2017):
70, https://doi.org/10.20961/sepa.v11i1.14148.
13 Ruri Puspita and Yuwono Yuwono, “Analisa Hubungan Variasi Penggunaan

Tanah (Land Use) Dan Nilai Tanah (Studi Kasus : Kota Blitar).,” Geoid 5, no. 1
(August 1, 2010): 98, https://doi.org/10.12962/j24423998.v5i1.7338.

198 Hutmi Amivia Ilma, dkk | Analisis Tata Guna Tanah...


tanah yang banyak terjadi pada daerah pedesaan yang masih belum
efisien untuk dilakukan pengembangan penataan daerahnya,
namun tidak menutup kemungkinan pada daerah desa dapat sangat
produktif daripada daerah perkotaan. Pergerakan land use dari
produktif mengarah pada konsumtif disebabkan oleh semakin
meningkatnya produktivitas suatu wilayah atau tingginya tingkat
efisiensi suatu wilayah, maka akan semakin tinggi nilai tanah di
wilayah tersebut dan berlaku sebaliknya. Hal ini menjadikan
besarnya usaha pemerintah di daerah perkotaan untuk mengelola
wilayahnya guna menciptakan suatu keseimbangan dan optimalisasi
penggunaan tanah, karena tanah yang dapat dimanfaatkan secara
optimal sesuai dengan kegunaannya akan memicu baik dan
tingginya nilai tanah itu sendiri (best use and highest). Sejalan dengan
adanya pelaksanaan otonomi daerah, dapat menjadi sebagai
keleluasaan dalam menjalankan manajemen pengelolaan aset tanah
dan bangunan yang dipandang perlu untuk inovasikan dengan
upaya menjaga aset – aset daerah yang berupa public good tidak
terkikis dari manfaat sosialnya.
Pemanfaatan Tata Guna Lahan (Land Use) Terhadap
Taman Pelangi Kota Surabaya
Wilayah metropolitan ialah identik dengan salah satu titik
polusi udara yang utama. Segala aktivitas metropolis yang
mencakup ruang lingkup aktivitas kawasan hunian, transportasi,
ekonomi industri, tata kelola limbah padat, dan kawasan
penyokong lainnya dikatakan sebagai aktivitas yang memiliki
potensi dalam pengubahan kualitas udara metropolis. Infrastruktur
kota dan dibentuknya pusat-pusat industri disertai dengan
meningkatnya sistem produksi transportasi jenis sepeda motor,
sehingga memiliki impact dalam kenaikan stabilitas lalu lintas dan
hasil produk sampingan sebagai salah satu faktor pemicu polusi
udara. Apabila ditilik dari macam jenis sektor yang berpotensi
sebagai pemicu pencemaran udara, pada hakikatnya sektor
transportasi menjadi subjek yang memiliki kontribusi utama dan
sangat besar jika dikomparasikan dengan jenis sektor yang lain. Di
daerah metropolitan, eksistensi gas buang transportasi jenis sepeda
motor merupakan akar tercemarnya udara hingga nilai
presentasenya 60-70%. Disisi lain, eksistensi emisi gas buang yang
berasal dari cerobong asap sector industri hanya memiliki
presentasi 10-15%, dan asap yang berasal dari akar emisi lainnya,

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 199


seperti dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan,
dan lain sebagainya.14
Berlaku pula dari aspek pertumbuhan penduduk. Apabila
penduduk kian meningkat dari masa ke masa, maka penunjang
pokok manusia sebagai pribadi yang konsumtif dari segi
kepentingan rumah tangga kian meningkat pula. Pemakaian bahan
pokok rumah tangga secara sadar membangkitkan pengaruh
kontaminasi udara apabila tidak dihiraukan, semakin lama dapat
menimbulkan penyusutan integrasi lingkungan daerah Tingkat II.
Andaikata, telah terjadinya kemerosotan lingkungan, maka konteks
tersebut dapat mengakibatkan tingkat kesehatan melemah, tingkat
kemiskinan melonjak, proses infrastruktur daerah terkendala,
kebutuhan gizi menjadi menurun, dan akibat lainnya. Oleh karena
itu, berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 5/PRT/M/2008
terkait Panduan Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Perkotaan, menafsirkan bahwa taman kota ialah
area terbuka yang memiliki kemanfaatan sosial dan nilai estetika
sebagai bentuk media aktivitas wisata, edukasi ataupun aktivitas
lainnya yang berkedudukan di daerah Tingkat II dengan maksud
untuk memberikan pelayanan kepada para penduduk metropolis
dan bersifat konvensional. Ruang lingkup dari taman kota itu
sendiri ialah terdapat berbagai macam vegetasi yang dapat
diidentifikasikan berupa tanaman tahunan, sekelompok tanaman
perdu, dan beberapa semak yang ditanam secara berkelompok
ataupun tersebar luas yang memiliki kemanfaatan sebagai pohon
yang dapat menciptakan atmosfer mikro atau sebagai determinan
antar aktivitas. 15 Pada hakikatnya, taman berarti menggunakan
lahan yang ada pada suatu wilayah atau lingkungan yang memiliki
batas tertentu. Menurut Djamal, taman didefinisikan sebagai
sebidang lahan yang terbuka dengan adanya unsur-unsur
didalamnya, meliputi berbagai macam tumbuhan, fasilitas-fasilitas
yang tersedia dan memadai serta pada umumnya difungsikan
sebagai tempat bersantai, piknik, bermain, dan sebagainya.
Sedangkan, taman yang berada di wilayah perkotaan merupakan

14 Pemerintah Kota, “Laporan Kajian Daya Dukung Lingkungan Hidup Taman


Kota Surabaya” (Surabaya: Dinas Lingkungan Hidup, 2017), 1.
15 2.

200 Hutmi Amivia Ilma, dkk | Analisis Tata Guna Tanah...


lahan hijau terbuka dilengkapi dengan berbagai fasilitas sebagai
sarana kebutuhan masyarakat.16
Terutama di wilayah Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa
Timur yang memiliki banyak taman kota. Kota Surabaya ialah kota
Provinsi di wilayah Jawa Timur dengan data jumlah penduduk
3.157.126 jiwa (Dispendukcapil Kota Surabaya, 2020).
Meningkatnya kuantitas penduduk tersebut, dapat memberikan
impact semakin naiknya bahan pokok rumah tangga dan
transportasi, kisaran pada tahun 2018 hingga saat ini total
transportasi motor di Ibu Provinsi terdapat sekian juta unit. Hal
tersebut secara tidak langsung menjadi salah satu faktor degradasi
integrasi distrik perkotaan di wilayah Ibu Provinsi. Kemerosotan
supremasi lingkungan metropolitan dapat mengakibatkan
kurangnya pasokan oksigen yang diperlukan oleh para penduduk.
Distrik Surabaya ini terpantau mempunyai 345 taman kota, dengan
data rincinya yaitu 72 taman yang masih aktif dan 273 taman yang
pasif. Pernyataan tersebut berindikasi bahwa Ibukota Jawa Timur
ini, mempunyai karakteristik kota yang simpatik terhadap
lingkungan sekitar dan sebagai penyokong segala aktivitas
masyarakat yang berada di wilayah Kota Surabaya. Maka dari itu,
eksistensi Ruang Terbuka Hijau dapat beroperasi sebagai bentuk
proporsional land use atau tata guna lahan yang menampung
aktivitas infrastruktur dari sektor industri, sosial-politik,
pendidikan, kebudayaan dan lingkungan, dan berbagai aspek yang
saling berkaitan. Adanya peningkatan aktivitas metropolis di Kota
Surabaya, taman kota mempunyai kontribusi penting sebagai
daerah yang memiliki kredibilitas dalam menyaring berbagai jenis
polutan yang berakar dari segala kegiatan dunia perkotaan maupun
penduduk dan menghasilkan oksigen, sehingga perlunya urgensi
edukasi kajian terkait daya dukung taman kota di Provinsi. 17 Secara
universal, taman kota merupakan salah satu dari banyaknya fasilitas
kota yang telah dirancang dan tersedia guna sebagai pemenuhan
keperluan para penduduk metropolitan dalam melaksanakan
berbagai aktivitas sosial di ranah publik. Adanya variasi nilai dan
inti yang terkandung dalam taman kota, sehingga produk fasilitas
tersebut merupakan suatu aset penting bagi suatu wilayah terutama

16 Ari Wibowo and Mangasa Ritonga, “Kebutuhan Pengembangan Standar


Nasional Indonesia Fasilitas Taman Kota,” Jurnal Standardisasi 18, no. 3 (March
6, 2018): 162, https://doi.org/10.31153/js.v18i3.234.
17 “Laporan Kajian Daya Dukung Lingkungan Hidup Taman Kota Surabaya,” 3.

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 201


kota. Eksistensinya Sebagai aset negara, taman kota mempunyai
vitalitas, kesinambungan dengan lingkungan sekitar, dan memiliki
relevansi dengan afeksi suatu kota itu sendiri. Oleh karena itu,
dapat mengidentifikasikan kemakmuran dan karakteristik suatu
wilayah sebagai bentuk ideologi dan ciptaan para perancang kota
pada masanya, serta dapat dijadikan sebagai iconic dan generator di
suatu daerah.18
Taman kota tergolong dalam jenis Ruang Terbuka Publik
yang memberikan dedikasi kepada masyarakat dalam
mengembangkan kualitas lingkungan dengan penataan yang
sedemikian rupa. Hal tersebut telah tercantum pada peraturan
perundang-undangan No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
RTH (Ruang Terbuka Hijau) yang merupakan kawasan terbuka
dan dapat digunakan untuk penanaman tumbuhan.19 Di tengah
urbanisasi ini, tentu bentuk kritik terhadap pengelolaan lingkungan
perkotaan kian membesar sehingga tersedianya RTH merupakan
bentuk usaha untuk meningkatkan kulaitas fungsi pada lingkungan
secara optimal. Dengan adanya RTH, maka pemanfaatan yang
ditimbulkan pada kawasan perkotaan ialah sebagai paru-paru kota
atau penghasil oksigen, meminimalisir kepadatan dan kebisingan
yang terjadi, memiliki nilai estetika pada pembangunan
infrastrukturnya sehingga selayang pandang terlihat asri, serta
berguna sebagai bentuk keseimbangan antara bangunan dan
lingkungan. 20
Menurut pemikiran Scarlet, taman kota dapat diklasifikasikan
menjadi 2 jenis yaitu taman aktif dan taman pasif. Taman aktif
memiliki nilai sebagai tempat rekreasi yang dilengkapi dengan
fasilitas memadai dan dibentuk berdasarkan keragaman konsep,
salah satunya taman pelangi Surabaya yang identik dengan air
mancur beragam warna dan patung yang dinamik. Sedangkan
taman pasif memiliki nilai estetika saja yang pada umumnya
dibatasi dengan pagar, pengaman, maupun yang lain. Dan fokus

18 R Besari Budiyanti, “Perlindungan Taman Kota Sebagai Jejak Sejarah


Perkotaan : Upaya Pengelolaan Taman Kota Sebagai Aset Kota,” Seminar
Nasional Pembangunan Wilayah dan Kota Berkelanjutan 1, no. 1 (August 16, 2019):
298, https://doi.org/10.25105/pwkb.v1i1.5293.
19 “Laporan Kajian Daya Dukung Lingkungan Hidup Taman Kota Surabaya,”

10.
20 Nanda Putri Ayuningtyas, “Pengaruh Keberadaan Taman Kota Terhadap

Kepuasan Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur” (Surabaya,


Narotama, 2019), 19.

202 Hutmi Amivia Ilma, dkk | Analisis Tata Guna Tanah...


penulisan ini tertuju pada Taman Pelangi Surabaya yang terletak di
Jl. Frontage Ahmad Yani Siwalankerto, No.138 Kec. Gayungan
dengan Luas 4.232 meter persegi.21 Taman Pelangi ini, sebagai
bentuk pemanfaatan lahan (land use) yang digunakan untuk fasilitas
umu memiliki berbagai fungsi, diantaranya:
1. Fungsi Hidrologi: Adanya unsur berbagai macam flora yang
tumbuh dengan melakukan penanaman. Dengan hal tersebut
dapat meminimalisir terjadinya banjir sebab menurut
perkiraannya setiap hektar pada lahan RTH dapat menampung
kurang lebih 900 𝑚3 air tanah setiap tahunnya.
2. Fungsi Kesehatan: jenis-jenis flora yang ada merupakan
penghasil oksigen yang dapat dikatakan sebagai paru-paru kota
sehingga penduduk sekitar dapat menghirup udara dengan lega
sehingga dapat menjaga kestabilan kesehatan tubuh
masyarakat.
3. Fungsi Ekologis: meminimalisir adanya polusi, debu, maupun
gas pencemar sehingga dapat membantu menyaring dan
menyerap polutan udara. Fungsi ekologis ini dapat
mengalokasikan taman kota sebagai penampung dari
bertebarannya polusi yang ditimbulkan oleh aktivitas para
warga, diantaranya meminimalisir adanya keriuhan lalu lintas
maupun yang paling substansial ialah dapat dijadikan sebagai
peresap emisi Karbon Monoksida (CO) dan kandungan
kontaminasi lainnya untuk ditransformasikan menjadi oksigen
(O2). Disamping itu, atmosfer tumbuhan yang dapat
menghasilkan oksigen, pohon juga memiliki kontribusi besar
dalam menetralisir udara. Apabila ditinjau secara zatnya,
tumbuhan dapat berintegrasi untuk mereklamasi logam berat
sebagai stimulus respon metabolisme dan berkontribusi dalam
penciptaan fisiologi tumbuhan.
4. Fungsi Estetika: bentuk infrastrukturnya memiliki keunikan
yaitu adanya air mancur warna-warni yang dijadikan sebagai
icon dari taman pelangi sehingga dapat menarik perhatian
pengunjung maupun masyarakat dan menjadi inspirasi bagi di
kalangan masyarakat sebagai penghilang jenuh.
5. Fungsi Olahraga dan Lahan Wisata: sebagai bentuk motivasi
masyarakat untuk produktif melakukan aktivitas olahraga dan

21“Laporan Kajian Daya Dukung Lingkungan Hidup Taman Kota Surabaya,”


55–60.

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 203


sebagai bentuk rekreasi dengan digunakan untuk bersantai,
bermain, dan sebagainya.
6. Fungsi Edukasi: bentuk media pembelajaran, penelitian, studi
kasus, maupun lainnya baik dari kalangan siswa ataupun
mahasiswa sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan
yang diperoleh pad ataman pelangi ini.22
Berdasarkan karakteristik objek taman dan lingkungan
melalui atraksi, daya tarik pada taman pelangi ini dapat ditinjau dari
3 bentuk komponen pendukung yakni, pertama, something to see
yaitu taman pelangi hanya dapat ditinjau dari 2 aspek objek yaitu
taman yang identik dengan arsitektur penataan dan nilai kesenian.
Kedua, something to do yaitu taman pelangi memiliki presentase 79%
dari seluruh taman kota yang ada di wilayah Surabaya sebagai
taman yang digunakan untuk aktivitas bermain dan memiliki
presentase 76% dari seluruh taman wilayah Surabaya yang
digunakan untuk aktivitas olahraga. Ketiga, something to buy yaitu
taman pelangi merupakan taman yang tidak memiliki sentra kuliner
maupun sarana pembelian cinderamata sehingga kurang cocok
apabila dijadikan sebagai sentra pembelian oleh-oleh. Berdasarkan
karakteristik amenitas yaitu ketersediaan sarana dan prasarana
dalam objek taman dan lingkungan diklasifikasikan menjadi dua
hal, meliputi kelengkapan fasilitas dan ketidaklengkapan fasilitas.
Dalam hal ini, taman pelangi termasuk dalam kategori taman yang
memiliki fasilitas lengkap baik di dalam objek kawasan maupun
diluar objek kawasan. Berdasarkan karakteristik aksebilitas, taman
pelangi dinilai memadai akan hal tersebut, misalnya dapat ditinjau
dari ketersediaan lahan parker, akses jalan menuju lokasi berupa
aspal.23
Pro dan Kontra Terkait Penyimpangan dan Dampaknya
dalam Pemanfaatan Lahan Taman Pelangi Kota Surabaya
Peningkatan stabilitas perekonomian dapat menimbulkan
adanya progress suatu daerah secara intensif dan efektif. Akan tetapi,
disisi lain hal berikut juga membawa pengaruh yang negatif salah
satunya ialah meningkatnya angka invitasi pada suatu lahan atau

22 Wibowo and Ritonga, “Kebutuhan Pengembangan Standar Nasional


Indonesia Fasilitas Taman Kota,” 163.
23 Anak Agung Sagung Alit Widyastuti and Rizal Dian Pramana, “Pola

Persebaran Wisata Taman Dan Lingkungan Di Kota Surabaya,” Jurnal Plano


Buana 1, no. 2 (April 27, 2021): 114–17,
https://doi.org/10.36456/jpb.v1i2.3533.

204 Hutmi Amivia Ilma, dkk | Analisis Tata Guna Tanah...


tanah. Keberlangsungan perekonomian dan peningkatan penduduk
juga diwujudkan menjadi faktor pengalih fungsian suatu lahan
menjadi kawasan pemanfaatan lainnya. Interpretasi dari lahan
sendiri berdasarkan pernyataan dari Hardjowigeno dan Widiatmaka
yang mengemukakan bahwa suatu fisiologi wilayah yang memiliki
ruang lingkup tanah, atmosfer, hidrologi, kontur dan ekosistem
lainnya yang mana pemicu tersebut memiliki impact terhadap
pengadaan penggunaan lahan, secara include-nya ialah bentuk dari
akibat aktivitas para penduduk berdasarkan perkembangan
peradaban yang lalu maupun saat ini. Tanah atau lahan merupakan
kontur alam yang memiliki sumber daya terbatas, sehingga angka
permintaan akan suatu lahan yang dapat dikatakan tinggi.
Dinamika masyarakat dari aspek sosial ekonomi yang terjadi pada
daerah metropolitan khususnya akan sangat berpengaruh terhadap
tata guna lahan. Adanya persediaan lahan yang kemungkinannya
tetap dapat menimbulkan daya saing lahan dari aspek
kebermanfaatannya dengan segala resiko berlangsungnya
perubahan tata guna lahan yang amat cepat.24
Mengenai tata guna lahan atau biasa disebut dengan land use,
pemerintah tidak bisa dengan sewenang-wenang dikarenakan
banyak misi dan konsep yang harus terpenuhi pula. Secara umum,
dalam penggunaan lahan sendiri Indonesia menganut konsep yang
mana tata guna lahan tersebut diperuntukan dan ditujukan untuk
kesejahteraan rakyat. Maka pemerintah sebagai pelaku memiliki
peranan yang sangat penting demi tercapainya konsep dan tujuan
sesuai dengan yang diharapkan. Pemerintah juga perlu melakukan
riset mengenai karakter setiap wilayah yang ada khususnya Kota
Surabaya yang menjadi sasaran peningkatan kesejahteraan melalui
tata guna lahan. Adapun misi atau kebijakan yang dimiliki oleh
pemerintah dalam pelaksanaan setiap program penatagunaan tanah
diantaranya yakni:
1. Pemerataan dalam pembangunan kota berdasarkan dengan
fungsi masing-masing wilayah.
2. Meningkatkan perkembangan ekonomi serta memanfaatkan
segala potensi yang tersedia disetiap wilayah tertentu.

24 Rakhman Adhiatma, Widiatmaka, and Iskandar Lubis, “Perubahan dan


Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan di Kabupaten Lampung Selatan,”
Journal of Natural Resources and Environmental Management 10, no. 2 (2020): 234.

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 205


3. Meningkatkan kualitas kota dengan melakukan tata guna lahan
atau tanah yang tentunya dengan memperhatikan mampu atau
tidaknya lingkungan menampung hal tersebut.
4. Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat yang tentunya mengutaman
pembangunan yang dianggap utama yakni pembangunan sosial
dan budaya.
5. Meningkatkan kualitas tata kota sesuai dengan konsep yang
dianut.
Kebijakan-kebijakan tersebut memiliki peran penting dalam
strategi penataan lahan terkhusus di Kota Surabaya, kebijakan
tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk merumuskan
segala rencana mengenai penatagunaan lahan dan juga
mengendalikan segala hal yang berhubungan dengan tata guna
lahan tersebut. Kebijakan penataagunaan lahan selain berisi
mengenai konsep dan misi juga berisi mengenai aturan-aturan yang
berisi tentang kebijakan izin dalam pengelolaan lahan. Arahan yang
terdapat dalam kebijakan penatagunaan lahan tersebut bertujuan
untuk mencapai tujuan yang direncanakan dalam estimasi waktu 20
tahun maka yang harus menjadi perhatian utama dalam hal ini
diantaranya yakni terkait dengan ketentuan Undang-Undang yang
berlaku, strategi dan rencana struktur terhadap lahan serta arahan
dalam pemanfaatan lahan di wilayah perkotaan yang
dimaksudkan.25
Sesuai dengan yang telah dipaparkan pada pembahasan
sebelumnya, bahwasanya memang benar adanya jika taman pelangi
yang bertepat di kawasan Jalan Ahmad Yani Surabaya ini menarik
minat banyak pengunjung disebabkan akan keindahan dan juga
kenyamanan yang dapat diperoleh pengunjung ketika berkunjung
ke tempat tersebut. Banyak pemandangan yang memanjakan mata
hingga spot foto yang bisa diakses oleh puluhan bahkan ratusan
pengunjung. Namun, siapa sangka jika dalam proses
pembangunannya, taman pelangi menimbulkan banyak pro dan
kontra dikalangan masyarakat. Pembangunan taman yang terlihat
berjalan dengan lancar, ternyata banyak seluk beluk yang tidak
semua diketahui oleh masyarakat awam.

25 Hani Mukaromah, “Pro Kontra Terhadap Kebijakan Tata Kota


Pengembangan Hunian Vertikal Di Surabaya,” JURNAL JEBAKU 2, no. 2
(August 2022): 6.

206 Hutmi Amivia Ilma, dkk | Analisis Tata Guna Tanah...


Masyarakat yang pro akan pembangunan dan perluasan
taman pelangi tersebut sudah pasti sangat senang dengan adanya
taman yang mungkin bisa menjadi aset penting dan juga ikon
untuk Kota Surabaya. Didukung dengan pemandangan yang indah
dan juga fasilitas memadai memberikan kesan menarik bagi
keberadaan taman tersebut. Banyak masyarakat yang setuju
terhadap pembangunan serta perluasan taman pelangi tersebut
karena memang pemerintah Kota Surabaya sudah memberikan
penjelasan jika selain untuk tempat refreshing, taman pelangi juga
ditujukan sebagai area hijau di tengah Kota Surabaya. Perluasan
taman pelangi tersebut tentunya juga merupakan salah satu upaya
pemerintah kota dalam menjalankan wewenangnya dan kebijakan
otonomi daerah yang telah diberikan kepada pemkot masing-
masing sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014.26 Taman pelangi ini membawa dampak yang baik
bagi Kota Surabaya sendiri, ketika taman ini dibangun dan menarik
minat banyak pengunjung, maka secara tidak langsung taman
tersebut memberikan sumbangsih bagi keuangan Kota. Tak salah
jika pemkot Surabaya menjadikan taman pelangi sebagai salah satu
strategi dalam meningkatkan pendapatan asli daerah serta
meningkatkan perekonomian masyarakat sebagai bentuk
keseriusan pihak pemkot dalam mengelola serta memaksimalkan
segala pemanfaatan potensi yang terdapat di Kota Surabaya sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tepatnya pada
Pasal 1 ayat (3) tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Daerah Pendapatan Asli Daerah.27
Secara tidak langsung, dengan adanya taman pelangi tersebut
akan banyak pedagang kecil yang merasa terbantu ketika mereka
diijinkan untuk berjualan di taman tersebut. Selain itu, sudah
dikatakan bahwa taman pelangi digunakan sebagai area hijau, yang
berarti dapat dimakanai bahwa taman tersebut akan membawa
dampak positif baik bagi masyarakat maupun kota. Ketika lahan
yang sebelumnya kosong dan kini disulap menjadi taman kota yang
dirawat dengan baik, maka dampak positif yang dimunculkan
diantaranya pepohonan yang rindang pada taman tersebut tentunya
akan menghasilkan banyak oksigen yang dapat membantu

26 Rahmad Nur Said, “Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Sektor


Pariwisata Pada Masa Pandemi Covid-19,” Program Studi Keuangan Daerah, 2021,
3.
27 Rahmad Nur Said, 3.

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 207


mengurangi kadar polusi yang sudah sangat parah termasuk di
Kota Surabaya yang mana merupakan salah satu kota metropolitan
di Indonesia. Dengan adanya kawasan hijau tersebut, maka akan
semakin banyak juga daerah resapan air yang dapat digunakan
untuk menanggulangi bencana banjir. Sedikit banyaknya pohon
yang tertanam pasti memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan
manusia.
Namun, dibalik banyaknya dukungan dari masyarakat atas
perluasan wilayah taman pelangi tersebut, nampaknya juga tidak
sedikit masyarakat yang merasa kurang setuju bahkan merasa risih
akan perluasan taman tersebut. Mereka kontra dalam hal ini
dikarenakan mereka menilai bahwa tak kalah banyak dampak
negatif yang ditimbulkan. Salah satu dampak yang disebabkan dari
proyek perluasan taman dan disekitar bundaran taman pelangi
tersebut yaitu timbulnya kemacetan yang parah sehingga sangat
mengganggu pengguna jalan yang melewati area tersebut baik roda
dua maupun lebih. Hal tersebut tak lain dikarenakan banyaknya
alat proyek yang secara sembarangan tergeletak tak tertata di
pinggiran jalan hingga memakan badan jalan sekalipun.28 Adanya
permasalahan mengenai pembebasan lahan yang sebenarnya akan
digunakan untuk perluasan taman juga menjadi tolak ukur
masyarakat akan kontra mereka terhadap proyek taman tersebut.
Terhitung hingga tahun ini masih terdapat kurang lebih 47 kepala
keluarga yang enggan berpindah dari tempat tinggalnya, hal itu
dikarenakan dana sebagai bentuk kompensasi kepada masyarakat
tersebut belum juga dianggarkan. Warga yang tinggal di dekat
taman pelangi juga enggan berpindah apabila dana kompensasi
yang diberikan tersebut tidak sesuai dan sepadan apabila digunakan
untuk mencari hunian baru.29
Demikian pro dan kontra dari masyarakat setempat
mengenai adanya taman pelangi tak lain dan tak bukan pasti ada
alasan tertentu yang melatarbelakangi. Baik pemerintah kota
maupun masyarakat tentunya mengupayakan yang terbaik untuk
mencari jalan tengah daripada suatu permasalahan yang timbul

28 Galih Lintartika, “Proyek Di Bundaran Taman Pelangi Surabaya Picu


Kemacetan Separah Ini,” August 27, 2016, https://surabaya.tribunnews.com/.
29 Puguh Sujiatmiko, “Dikepung Jaan A. Yani, 47 Keluarga Bertahan Di

Kampung Taman Pelangi,” December 10, 2019,


https://www.jawapos.com/surabaya/.

208 Hutmi Amivia Ilma, dkk | Analisis Tata Guna Tanah...


sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bersama dengan
memanfaatkan potensi yang ada semaksimal mungkin.
Analisis Pemanfaatan Taman Pelangi Kota Surabaya
Perspektif Perundang-undangan.
Dinamika peradaban kehidupan, setiap manusia perlu adanya
lingkungan yang layak dari aspek apapun demi menciptakan
lingkungan yang asri. Berkaitan dengan hal tersebut, peraturan
perundang-undangan telah menciptakan kebijakan dan memiliki
legalitas dari pemerintah yang berupa peraturan perundang-
undangan Nomor 32 Tahun 2009 mengenai kebijakan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Secara
komprehensif, substansi dari kebijakan tersebut meliputi
perencanaan, pendayagunaan, penanganan, pelestarian,
pemantauan, dan akibat hukum. Berdasarkan aspek
pemanfaatannya, sistem tata kelola lingkungan dapat memberikan
nilai surplus dalam sektor perekonomian, kebudayaan maupun
sosial sehingga kebijakan tata kelola lingkungan hidup merupakan
bentuk keharusan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
masyarakat. Dari aspek penyelenggaraannya, maka pemerintah
memiliki kewenangan penuh atas pendayagunaan sumber daya
yang ada termasuk dalam hal perizinan apabila melakukan kegiatan
di wilayah yuridiksinya.30 Oleh karena itu, apabila ditinjau dari
infrastruktur Taman Pelangi Kota Surabaya maka Pemerintah Kota
Surabaya mampu menyelenggarakan wewenangnya dalam program
pemberdayaan lingkungan hidup sesuai dengan UU Nomor 32
Tahun 2009 melalui pengembangan Taman Pelangi sehingga
kawasan tersebut dialokasikan sebagai kawasan publik yang
bertujuan untuk memberikan maslahat pada masyarakat dan
memiliki izin lingkungan sesuai ketentuan dari Pasal 36 UU
Nomor 32 Tahun 2009 bahwa setiap aktivitas harus mempunyai
analisis dampak lingkungan (amdal) dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan serta Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-
UPL), memiliki rekomendasi dan melengkapi persyaratan dari
UKL-UPL atas kelayakan kawasan, serta perizinan pembangunan

30Hakim Fadhilah et al., “Implementasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun


2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap
Kebersihan Lingkungan Masyarakat,” Cross-Border 5, no. 2 (June 22, 2022): 1193.

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 209


lingkungan harus mendapatkan legalitas dari Menteri, gubernur,
walikota/bupati.31
Selain itu, segala hal yang berkaitan dengan Sumber Daya
Alam khususnya dasar serta pokok dalam pengelolaan SDA berupa
tanah telah diatur dalam UUPA dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pemanfaatan serta pengelolaan tanah
merupakan salah satu hal yang termasuk ke dalam kebijaksanaan
negara pula, sehingga tak jarang tercantum dalam berbagai
peraturan hukum dan perundang-undangan. Mengenai
kebijaksanaan tersebut diatur dan tertuang pada Pasal 33 Ayat (3)
UUD 1945 yang mana dijelaskan "…. dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat" dan dapat ditarik
kesimpulan bahwasanya negara memiliki hubungan keterkaitan
dengan masyarakat mengenai hal-hal pertanahan. Secara gamblang
sudah terlihat bahwa pasal tersebut menghendaki untuk
dihapusnya asas-asas yang bertentangan serta merugikan negara
serta masyarakat, sehingga negara sejatinya adalah lembaga yang
menguasai saja dan bukan "memiliki" tanah yang ada. Kewenangan
dalam menguasai tanah tersebut diatur lebih lanjut dan terperinci
dalam Pasal 2 Ayat (2) UUPA yang mana hak menguasai negara
atas tanah dapat berupa mengatur dan menyelenggarakan
peruntukkan, penggunaan dan lainnya, mengatur hak-hak serta
mengatur hubungan hukum dengan perseorangan yang berkaitan
dengan bumi, air dan luar angkasa. Maka apabila hal tersebut
dikaitkan terhadap pembangunan serta perluasan Taman Pelangi
maka tentu saja negara memiliki kewenangan penuh akan hal
tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku sebab berdasar pada
Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 2 Ayat (2) UUPA, dapat
terlihat bahwasanya perluasan taman itu tak lain untuk
memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan meningkatkan
kemakmuran sesuai dengan prinsip dan tujuan yang diemban yakni
"memakmurkan kesejahteraan umum".32 Namun, untuk menambah
dan mempertahankan kemakmuran tersebut maka negara dan
pemerintah perlu mempertimbangkan keinginan masyarakat yang

31 Al Mujabbar, “Analisis UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan


Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Perspektif Maqashid Al-Syari’ah)”
(Sulawesi Selatan, IAIN Bone, 2020), 43.
32 Putu Juni Swasta, “Analisis Normatif Pelepasan Hak Pengelolaan Pemerintah

Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Rangka Pembangunan Kawasan


Mandalika Resort” III, no. 9 (December 6, 2015): 438–39.

210 Hutmi Amivia Ilma, dkk | Analisis Tata Guna Tanah...


mana mengganti nominal sesuai dengan kesepakatan sehingga
mereka dapat melepaskan tanah yang menjadi "haknya" untuk
dikelola sepenuhnya oleh negara dan pemerintah setempat.
Kemudian jika ditilik dari Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 Pasal 1 ayat (3) tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Daerah Pendapatan Asli Daerah yang tertulis
“Perimbangan keungan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis,
transparan, dan efesien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan
Desentralisasi, dengan memper-timbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan
daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan”. Dapat diartikan hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah merupakan suatu
sistem yang mengatur cara jalan sejumlah dana yang dibagi di
antara berbagai tingkat pemerintah serta upaya dalam mencari
berbagai sumber pemberdayaan daerah guna menunjang berbagai
kegiatan dalam sektor publik.33 Kewenangan yang diberikan oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mandiri dalam
membuat kebijakan dan mengelola keuangan daerah
direpresentasikan dalam bentuk desentralisasi fiskal. Dalam hal ini
pemerintah daerah mempunyai wewenang dalam menjalankan
otonomi yang seluas-luasnya dalam rangka mencapai tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas
pelayanan umum, dan daya saing daerah.34 Adanya perimbangan
wewenang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
merupakan suatu sistem keuangan negara sebagai akibat dari
adanya pembagian tugas antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, di mana pemberian sumber keuangan negara
didasarkan pada penyerahan tugas pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan
keseimbangan fiskal. Terlaksananya fungsi pemerintah daerah akan
berjalan secara optimal apabila penyelenggaraan wewenang
pemerintah daerah diikuti dengan adanya berbagai sumber
penerimaan yang sesuai yang sejalan dan mengacu pada Undang-
Undang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah.

33 Edward, “Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dengan


Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah,” Jurnal Ilmu
Pemerintahan Widyapraja XLII (2016): 1.
34 Edward, 2.

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 211


Jika dikaitkan dengan pembangunan Taman Pelangi sebagai
wewenang Pemerintah Kota Surabaya dalam menjalankan fungsi
otonomnya, maka dipandang perlu adanya pembangunan Taman
Pelangi sebagai salah satu sumber pendapatan keuangan daerah,
menunjang kebutuhan daerah dan pelayanan umum, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta sebagai ruang terbuka hijau dan
meningkatkan daya tarik daerah. Dengan adanya Taman Pelangi
maka akan meningkatkan daya tarik para wisatawan untuk
berkunjung ke Kota Surabaya, sehingga jumlah pendapatan Kota
Surabaya dengan banyaknya wisatawan dari luar maupun warga
lokal yang berkunjung ke Taman Pelangi akan mengalami
peningkatan. Dari segi pemenuhan kebutuhan daerah, dapat dilihat
bahwa Kota Surabaya merupakan kota metropolitan yang selalu
sibuk dengan segala aktivitas sehari-hari sehingga memerlukan
ruang rekreasi sebagai sarana refreshing dan hiburan bagi
masayarakat, sehingga memudahkan masyarakat yang ingin sejenak
beristirahat ataupun menenangkan pikiran dari segala aktivitas yang
padat tanpa harus bersusah payah mencari tempat rekreasi.
Dengan adanya Taman Pelangi juga memberikan ruang baru bagi
para pedagang, terlebih kepada para pedagang dan pengusaha kecil
untuk membuka usaha mereka sehingga akan berdampak pada
meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk Kota
Surabaya yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu
akan memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota, maka
dari itu Taman Pelangi sebagai salah satu ruang terbuka hijau perlu
mendapat perhatian sebagai pengembangan wisata hijau perkotaan
yang dapat dinikmati oleh masayarakat umum.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh rangkaian
kegiatan penyusunan laporan penelitian ini, yang dimulai dari tahap
kajian teori dan kebijakan pemerintah, proses analisa, serta
deksripsi hasil, maka tata guna lahan terhadap Taman Pelangi Kota
Surabaya dinilai sudah memenuhi persyaratan dan standar dari apa
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, seperti
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 mengenai
kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
UUPA, dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 ayat
(3) tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah
Pendapatan Asli Daerah. Namun, dibutuhkan peninjauan kembali
terhadap dampak atas pembangunan Taman Pelangi tersebut,

212 Hutmi Amivia Ilma, dkk | Analisis Tata Guna Tanah...


seperti peninjauan terhadap beberapa penduduk yang bersikukuh
untuk tetap tinggal di kawasan Taman Pelangi tersebut, peninjauan
terhadap dana ganti rugi yang sepadan yang harus diberikan untuk
para penduduk mendapatkan hunian baru, serta peninjauan
terhadap penguraian kemacetan yang terjadi di sekitar kawasan
Taman Pelangi. Maka penting bagi pemerintah Kota Surabaya
untuk mengusahakan segala upaya dari krisis yang dialami
masyarakat guna menjadikan taman kota sebagai sarana yang
memberikan kemaslahatan bagi seluruh masyarakat.

Daftar Pustaka
Adhiatma, Rakhman, Widiatmaka, and Iskandar Lubis. “Perubahan
dan Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan di Kabupaten
Lampung Selatan.” Journal of Natural Resources and
Environmental Management 10, no. 2 (2020): 13.
Adi, R. Kunto. “Penatagunaan Tanah Berbasis Masyarakat Dalam
Menunjang Sistem Dan Usaha Agribisnis Di Indonesia.”
Sepa 11, no. 1 (September 1, 2017): 66–78.
https://doi.org/10.20961/sepa.v11i1.14148.
Anak Agung Sagung Alit Widyastuti, and Rizal Dian Pramana.
“Pola Persebaran Wisata Taman Dan Lingkungan Di Kota
Surabaya.” Jurnal Plano Buana 1, no. 2 (April 27, 2021):
110–21. https://doi.org/10.36456/jpb.v1i2.3533.
Astinah Adnan. “Peranan Lurah Dalam Penyelesaian Sengketa
Tanah Di Kelurahan Wette’e Kecamatan Panca Lautang
Kabupaten Sidenreng Rappang.” Praja, 1, 1 (2012).
Ayuningtyas, Nanda Putri. “Pengaruh Keberadaan Taman Kota
Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Pembangunan
Infrastruktur.” Narotama, 2019.
Budiyanti, R Besari. “Perlindungan Taman Kota Sebagai Jejak
Sejarah Perkotaan : Upaya Pengelolaan Taman Kota
Sebagai Aset Kota.” Seminar Nasional Pembangunan Wilayah
dan Kota Berkelanjutan 1, no. 1 (August 16, 2019).
https://doi.org/10.25105/pwkb.v1i1.5293.
Edward. “Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
Dengan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Keuangan
Daerah.” Jurnal Ilmu Pemerintahan Widyapraja XLII (2016).
Fadhilah, Hakim, Rhega Relynada, Febranisa Erin, and
Muhammad Rizky Fadhillah. “Implementasi Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 213


Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap Kebersihan
Lingkungan Masyarakat.” Cross-Border 5, no. 2 (June 22,
2022): 1190–1200.
Franciska, Wira. “Perjanjian Penjaminan Kredit Perbankan
Terhadap Objek Hak Guna Bangunan Di Atas Hak
Pengelolaan.” Aksara 8, no. 3 (September 1, 2022): 2223–
38. https://doi.org/10.37905/aksara.8.3.2223-2238.2022.
Galih Lintartika. “Proyek Di Bundaran Taman Pelangi Surabaya
Picu Kemacetan Separah Ini,” August 27, 2016.
https://surabaya.tribunnews.com/.
Iswantoro. “Perspektif Yuridis Pengaturan Tata Guna Tanah
Dalam Implementasi Kebijakan Bidang Pertanahan” 3
(2014).
Juni Swasta, Putu. “Analisis Normatif Pelepasan Hak Pengelolaan
Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam
Rangka Pembangunan Kawasan Mandalika Resort” III, no.
9 (December 6, 2015).
Mujabbar, Al. “Analisis UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Perspektif Maqashid Al-Syari’ah).” IAIN Bone, 2020.
Mukaromah, Hani. “Pro Kontra Terhadap Kebijakan Tata Kota
Pengembangan Hunian Vertikal Di Surabaya.” JURNAL
JEBAKU 2, no. 2 (August 2022).
Parlindungan. “Taman Pelangi Surabaya,” 2013.
https://jejakpiknik.com/taman-pelangi/.
Pemerintah Kota. “Laporan Kajian Daya Dukung Lingkungan
Hidup Taman Kota Surabaya.” Surabaya: Dinas
Lingkungan Hidup, 2017.
Puguh Sujiatmiko. “Dikepung Jaan A. Yani, 47 Keluarga Bertahan
Di Kampung Taman Pelangi,” December 10, 2019.
https://www.jawapos.com/surabaya/.
———. “Dikepung Jalan A. Yani, 47 Keluarga Bertahan Di
Kampung Taman Pelangi,” 2019.
https://www.jawapos.com/surabaya/10/12/2019/dikepu
ng-jalan-a-yani-47-keluarga-bertahan-di-kampung-taman-
pelangi/.
Puspita, Ruri, and Yuwono Yuwono. “Analisa Hubungan Variasi
Penggunaan Tanah (Land Use) Dan Nilai Tanah (Studi
Kasus : Kota Blitar).” Geoid 5, no. 1 (August 1, 2010): 098–
104. https://doi.org/10.12962/j24423998.v5i1.7338.

214 Hutmi Amivia Ilma, dkk | Analisis Tata Guna Tanah...


Rahmad Nur Said. “Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Sektor Pariwisata Pada Masa Pandemi Covid-19.” Program
Studi Keuangan Daerah, 2021.
Santoso, Urip. Hukum Agraria : Kajian Komprehensif. Jakarta: Prenada
Media Group, 2015.
Tim detikJatim. “Melihat Lebih Dekat Kampung Di Tengah Jalan
Ahmad Yani Surabaya,” 2022.
https://www.detik.com/jatim/berita/d-5969174/melihat-
lebih-dekat-kampung-di-tengah-jalan-ahmad-yani-surabaya.
Wibowo, Ari, and Mangasa Ritonga. “Kebutuhan Pengembangan
Standar Nasional Indonesia Fasilitas Taman Kota.” Jurnal
Standardisasi 18, no. 3 (March 6, 2018): 161.
https://doi.org/10.31153/js.v18i3.234.
Yockisur. “Mengenal Lebih Dakat Taman Pelangi Surabaya,” 2013.
https://yockisure.wordpress.com/2013/11/03/tugas-
pengantar-arsitektur-lanskap-analisis-taman-rekreasi-kota/.

MA’MAL | Volume 04 Nomor 02 April 2023 215

Anda mungkin juga menyukai