Anda di halaman 1dari 4

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan/ Kelompok : VIII / III
Nama Agenda : Nilai-Nilai Dasar ASN(Komitmen Mutu)
Nama Peserta : Nourma Sustiena, A.Md.Kep
No. Daftar Hadir : -
Nama Tutor : Ahmad Nur Rahman,S.Kom.,M.Si
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : PPSDM Kemendagri Regional
Bandung

A. Pokok Pikiran

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih sudah menjadi


keniscayaan di era reformasi saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mewujudkan keniscayaan tersebut, namun dalam implementasinya masih
belum sesuai harapan. Hal ini ditandai dengan banyaknya keluhan masyarakat
atas buruknya layanan aparatur pemerintahan, misalnya: 1. Terkait dengan
maraknya kasus korupsi, sebagai cerminan penyelenggaraan pemerintahan
yang tidak efisien; 2. Banyaknya program pembangunan sarana fisik yang
terbengkalai, sebagai cerminan ketidakefektifan roda pemerintahan; 3.
Kecenderungan pelaksanaan tugas yang lebih bersifat rule driven dan sebatas
menjalankan rutinitas kewajiban, sebagai cerminan tidak adanya kreativitas
untuk melahirkan inovasi; 4. Masih banyaknya keluhan masyarakat karena
merasa tidak puas atas mutu layanan aparatur, sebagai cerminan
penyelenggaraan layanan yang kurang bermutu.

Komitmen mutu dapat diartikan sebagai janji terhadap diri sendiri yang
tercermin dalam tindakan dan perbuatan untuk menjaga standar yang telah
ditetapkan. Sebagai ASN, tugas apapun yang diemban merupakan
tanggungjawab kita untuk dilaksanakan secara optimal dengan prinsip
efektivitas, efisiensi, inovasi, dan mutu. Sehingga masyarakat sebagai
stakeholder merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Terdapat empat
indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu antara lain:

1. Efektif, yang berarti berhasil guna, sasaran dapat dicapai hasil sesuai
rencana atau target. Efektivitas merujuk pada tingkat ketercapaian target
yang telah direncanakan baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
2. Efisien, berdaya guna dan dapat menjalankan tugas serta mencapai hasil
tanpa menimbulkan pemborosan sehingga hemat waktu, biaya, tenaga dan
fikiran. Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat
diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang keluar alur.
3. Inovasi, penemuan sesuatu yang baru atau mengandung kebaruan,
mewujudkan ide kreatif menjadi hasil pekerjaan serta kemampuan untuk
menciptakan atau melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Terdapat 3
urutan kegiatan dalam rangka mencapai Inovasi, antara lain semangat
belajar, kreativitas, dan imajinasi. Inovasi perlu dilakukan agar dapat
beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang dipicu oleh pergeseran selera
pasar, meningkatnya harapan dan daya beli masyarakat, gaya hidup,
kesejahteraan, ekonomi, pengaruh globalisasi, serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Orientasi Mutu, mengarahkan semua upaya dalam rangka memuaskan
pelanggan/publik. Mutu merupakan standar yang menjadi dasar untuk
mengukur hasil capaian kerja, selain itu juga sebagai pembeda dengan
produk yang dihasilkan oleh lembaga sejenis.

Tanpa indikator diatas akan terjadi pemborosan tenaga, waktu,


dan anggaran, namun hasilnya tidak berguna. Hasil kerja dapat menjadi lebih
baik jika dilakukan secara efektif, efisien, dan inovatif. Sebaliknya jika hasil
kerja kurang memuaskan berarti terdapat sesuatu yang tidak efektif, tidak
efisien, atau tidak inovatif. Jika ada yang menyampaikan kritik atas hasil
kerja kita, hal tersebut menandakan bahwa pekerjaan kita belum memuaskan.
Seharusnya kita mulai mencari cara bagaimana memperbaiki mutu
kinerja kita. Seseorang yang komitmen terhadap mutu, hasil pekerjaannya
harus siap menerima koreksi dan perbaikan untuk memenuhi
tuntutan pelanggannya. Jika tidak maka kita tidak mampu
menghadapi globalisasi yang sangat kompetitif. Nilai Dasar Orientasi
Mutu adalah sikap perilaku bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas
dengan tujuan memuaskan pelanggan seperti komitmen pada
kepuasan customers; cepat, tepat, dan ramah; melayani dengan hati;
melindungi dan mengayomi serta perbaikan berkelanjutan. Jika sudah
dijanjikan seperti contoh ini maka harus bisa diwujudkan pada praktiknya.

Target utama kinerja ASN yang berbasis komitmen mutu yaitu


mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan (customer
satisfaction). Dikaitkan dengan tiga fungsi utama pegawai ASN (pasal 10 UU
No. 5 tahun 2014 tentang ASN), yaitu sebagai: (1) pelaksana kebijakan publik,
(2) pelayan publik, dan (3) perekat dan pemersatu bangsa, maka dalam
implementasi fungsi tersebut pegawai ASN harus menunjukkan perilaku yang
komitmen terhadap mutu, bukan sekedar menggugurkan kewajiban formal atau
menjalankan rutinitas pelayanan. Dengan demikian, ASN harus mampu
menjadi pelayan publik yang handal dan profesional, menjadi pendengar yang
baik atas berbagai keluhan dan pengaduan masyarakat, sekaligus mampu
menindaklanjutinya dengan memberikan solusi yang tepat melalui langkah
perbaikan secara nyata, bukan sekedar janji-janji muluk untuk menenangkan
gejolak masyarakat. Selain itu, untuk membangun komitmen mutu,
implementasi mutu dalam layanan publik harus senantiasa dimodifikasi agar
kemampuan terus berkembang. Karena kondisi saat ini yang bersifat
dinamis, ASN perlu terus berfikir kritis terhadap dinamika. Menjadikan
keterbatasan sebagai sarana untuk melahirkan sikap kreatif dan inovatif. Faktor
yang memfasilitasi inovasi antara lain: kepemimpinan yang memiliki visi-misi
untuk perubahan yang lebih baik, lingkungan kerja yang kondusif menorong
adanya kreativitas, dan budaya yang memfasilitasi lahirnya inovasi.

Profil Tokoh

Sutopo Purwo Nugroho


Sejak menjabat sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdatin Humas BNPB), Sutopo Purwo
Nugroho bertugas menyampaikan kebenaran data dan informasi terkait
setiap bencana yang melanda Bumi Pertiwi. Beliau berperan membangun
pentingnya kesadaran masyarakat tentang bencana sebagai
bentuk kewaspadaan yang terencana. Menurut beliau perlu bekerja lebih giat
lagi untuk tetap memberikan pengetahuan kepada masyarakat
tentang terobosan atau alat baru yang belum sepenuhnya masyarakat tahu
dalam mengatasi bencana. Masyarakat yang masih awam perlu diberi
informasi. Inovasi keterbukaan dalam menyampaikan informasi beliau
lakukan dengan menyebar informasi dan pengetahuan tentang bencana melalui
beberapa grup WhatsApp beranggotakan wartawan untuk keperluan berita
dan update kondisi terbaru keadaan bencana dan cuaca di setiap daerah di
Indonesia. Beliau juga menggunakan media sosial untuk memberikan data
terbaru di setiap wilayah setiap harinya, seperti membuat status di Twitter
dengan bahasanya yang khas. Data terkini dan ilmu-ilmu penting tentang
penanganan bencana juga disampaikan ketika menjadi pembicara dalam
berbagai seminar dan forum diskusi.

Inovasi lain yang dilakukannya yaitu dengan membangun diorama


bencana yang sangat menarik di Lt. 11-12 Graha BNPB sebagai sarana
edukasi kebencanaan kepada masyarakat khususnya pelajar sehingga tidak
membosankan ketika dikunjungi. Selain itu, BNPB juga
membuat majalah dengan meniru National Geographic Magazine. Beliau
mengajari para stafnya cara mengambil gambar/foto serta mengundang para
pakar untuk berdiskusi sehingga tercipta ide dan kreasi-kreasi baru yang
inovatif. Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM para stafnya,
beliau mencarikan beasiswa baik di dalam maupun di luar negeri untuk
meningkatkan status pendidikan stafnya. Beliau terus melakukan perubahan di
lingkungan kerjanya misalnya setiap 2-3 tahun melakukan evaluasi terhadap
semua program kerja yang sudah dilakukan bersama para stafnya untuk terus
berinovasi. Satu hal yang patut diteladani dari beliau adalah sakit parah yang
dideritanya tidak menghambatnya dalam bekerja. Beliau terlihat tetap
bersemangat menjelaskan kondisi terkini bencana serta dengan cekatan
menjawab pertanyaan wartawan. Hal ini dilakukan karena bukan abai terhadap
penyakitnya, akan tetapi beliau memiliki komitmen mutu yang kuat untuk
tetap bekerja dan beraktivitas seperti biasa sembari tetap berupaya melakukan
terapi atas penyakit yang dideritanya.

B. Penerapan

Bentuk penerapan komitmen mutu di instansi kesehatan mengacu pada


tugas perawat sesuai Undang-Undang No 38 Tahun 2014 yakni pemberi
asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor bagi klien, pengelola pelayanan
keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan
wewenang, dan atau pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
sebagai berikut:
Dalam pemberian asuhan keperawatan seorang perawat harus
memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien, memberikan pelayanan
mengacu kepada standar operasional posedur (SOP), melayani dengan
cepat, tepat, dan sesuai alur. Melibatkan keluarga dalm proses pemberian
asuhan. Sebagai penyuluh/konselor, peranan perawat dalam penerapan
komitmen mutu yaitu dengan memberi edukasi kesehatan kepada pasien
melalui media sosial, instagram, facebook, whatsapp, menciptakan inovasi-
inovasi yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi
kesehatan, mengukur mutu layanan setiap bulan dan dilaporkan kepada
Penanggung jawab Mutu, melakukan Survey Kepuasan Masyarakat terhadap
layanan di unit UGD.

Anda mungkin juga menyukai