Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL KARYA ILMIAH

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Lingkungan


Hidup

Disusun oleh :
MUHAMAD GIBRAN KURNIWAN
X-3
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada
kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal karya ilmiah dengan judul
“Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Lingkungan Hidup”. Laporan proposal karya
ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan penelitian pada mata
pelajaran Fisika, SMA Negeri 1 Bogor.
Adapun tujuan dari penulisan proposal karya ilmiah ini adalah untuk
mendapatkan persetujuan dari pihak yang bersangkutan supaya dapat melaksanakan
kegiatan penelitian dan untuk mendapatkan dukungan dari pihak yang berkaitan
dengan kegiatan penelitian ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal karya ilmiah ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis
menyusun proposal karya ilmiah ini. Mulai dari guru yang telah mendidik dan
memberikan bimbingan selama mata pelajaran fisika, yaitu Bapak Hasan Salim,
S.Pd., M.Pd. Papa dan mama serta kakakku yang telah memberikan doa, dorongan
dan semangat selama penyusunan penelitian ini. Dan teman-temanku satu bimbingan
penelitian proposal yang telah berjuang bersama-sama penuis dalam menyelesaikan
proposal penelitian ini.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal karya ilmiah ini sebaik
mungkin, penulis menyadari bahwa proposal karya ilmiah ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal
penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal karya ilmiah ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….......2
DAFTAR ISI…………………………………………………………….....................3
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………...4
a. Latar Belakang Masalah…………………………………………....................4
b. Rumusan Masalah……………………………………………………………..4
c. Tujuan Penelitian……………………………………………………………...4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….5
a. Kualitas Udara………………………………………………………………...5
b. Kualitas Air…………………………………………………………………...6
c. Emisi Karbon………………………………………………………….………7
BAB III : METODE PENELITIAN…………………………………………………..8
a. Tempat dan Waktu…………………………………………………………….8
b. Metode Penelitian……………………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kekacauan akibat pandemi Covid-19 memengaruhi lingkungan hidup dan
iklim. Berkurangnya aktivitas modern manusia, seperti pergerakan kendaraan
bermotor, menyebabkan tingkat pencemaran udara dan air di berbagai daerah
mengalami penurunan. Di Tiongkok, karantina wilayah dan beberapa faktor
lainnya telah mengakibatkan turunnya emisi karbon sebesar 25 persen dan
emisi nitrogen oksida sebesar 50 persen. Ilmuwan memperkirakan bahwa
penurunan emisi tersebut telah menyelamatkan 77.000 kehidupan di Bumi
dalam kurun waktu dua bulan. Meskipun demikian, pandemi juga
berpengaruh pada aktivitas ilegal seperti penebangan hutan hujan Amazon dan
perburuan liar di Afrika, mempersulit upaya diplomasi kebijakan lingkungan,
dan menyebabkan melemahnya ekonomi yang bisa jadi memperlambat
perkembangan energi ramah lingkungan.
Hingga 2020, peningkatan jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan sejak
awal era industrialisasi telah menyebabkan temperatur rata-rata global
meningkat. Hal ini menyebabkan dampak lain, seperti melelehnya gletser dan
kenaikan muka air laut. Sebelum terjadinya pandemi Covid-19, peneliti
berpendapat bahwa pengurangan aktivitas ekonomi dapat membantu
menurunkan tingkat pencemaran udara, laut, dan laju pemanasan global.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas udara akibat pengaruh Covid-19?
2. Bagaimana kualitas air akibat pengaruh Covid-19?
3. Bagaimana perubahan emisi karbon selama pandemi Covid-19?

C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan pengaruh Covid-19 terhadap kualitas udara.
2. Menjelaskan pengaruh Covid-19 terhadap kualitas air.
3. Menjelaskan perubahan emisi karbon selama pandemi Covid-19.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Udara

Akibat dampak pandemic terhadap perjalanan dan sektor industri,


banyak daerah di Bumi mengalami penurunan tingkat pencemaran udara.
Penurunan tingkat pencemaran udara dapat pula mengurangi laju perubahan
iklim dan risiko Covid-19. Centre for Research on Energy and Clean Air
melaporkan bahwa metode-metode pencegahan penyebaran SARS-CoV-2,
seperti karantina dan pembatasan perjalanan, menyebabkan turunnya tingkat
emisi karbon di Tiongkok sebesar 25 persen. Satu bulan pertama
diterapkannya karantina wilayah, Tiongkok memproduksi karbon dioksida
200 juta metrik ton lebih sedikit dibandingkan periode yang sama pada tahun
2019. Hal ini disebabkan oleh berkurangnnya lalu lintas udara, konsumsi
minyak, dan konsumsi batu bara. Seorang ilmuwan sistem Bumi
memperkirakan bahwa penurunan-penurunan ini menyelamatkan setidaknya
77.000 kehidupan di Bumi. Meskipun demikian, Sarah Ladislaw dari Center
for Strategic & International Studies berpendapat bahwa penurunan emisi
akibat pelemahan ekonomi tidak dapat dikatakan sebagai sesuatu yang
menguntungkan. Ia merujuk pada upaya Tiongkok untuk kembali ke kondisi
ekonomi semula hingga memperburuk dampak lingkungan.

Antara 1 Januari dan 11 Maret 2020, European Space Agency mengamati


penurunan emisi dinitrogen monokasida dari mobil, pembangkit listrik, dan
pabrik di daerah Po Valley, Italia bagian utara, bersamaan dengan
diberlakukannya karantina wilayah di daerah itu. Di daerah utara India, seperti
Jalandhar, dapat melihat Pegunungan Himalaya untuk pertama kalinya sejak
beberapa dekade terakhir. Peristiwa ini merupakan pertanda turunnya
pencemaran udara.

Nasa dan ESA telah memantau bagaimana tingkat gas nitrogen oksida di
atmosfer turun secara signifikan saat fase pertama pandemi COVID-19.
Perlambatan ekonomi akibat virus menurunkan tingkat pencemaran di kota-
kota seperti Wuhan, Tiongkok hingga 25-40%. Menurut ilmuwan NASA,
penurunan tingkat pencemaran NO2 pertama kali teramati di Wuhan dan
perlahan terjadi pula di seluruh dunia. Penurunan yang terjadi juga cukup
signifikan karena kemunculan virus bersamaan dengan perayaan Tahun Baru
Imlek di Tiongkok. Penurunan tingkat NO2 di Tiongkok tidak menyebabkan
udara di sana dikategorikan sebagai sehat. Polutan lain di udara, seperti emisi
aerosol, tetap ada

B. Kualitas Air

Hutan di Peru mengalami 14 peristiwa kebocoran minyak sejak awal


pandemi hingga awal Oktober 2020. Delapan di antaranya merupakan
kebocoran di salh satu fasilitas milik Frontera Energy del Perú S.A. yang tidak
beroperasi sejak awal pandemi dan tidak melakukan perawatan terhadap
sumur-sumur dan sistem pipanya. Oli yang bocor kemudian meresap ke dalam
tanah dan mencemari air minum yang digunakan oleh warga teritorial
Quichua.

Di Venesia, setelah karantina wilayah mulai diberlakukan pada Maret dan


April, aliran air di kanal-kanal menjadi lebih jernih dan lancar. Pada situasi
normal, sedimen yang ada di kanal terganggu oleh aktivitas perahu. Saat
pandemi, berkurangnya lalu lintas di kanal menyebabkan sedimen mengendap
dan tidak larut dengan air.

C. Emisi Karbon

Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada Mei 2020 menemukan bahwa


emisi karbon global harian selama diberlakukannya karantina wilayah
mengalami penurunan sebesar 17% dan dapat turut menyebabkan emisi
karbon tahunan untuk turun sebesar 7%. Penelitian tersebut menyebutkan
bahwa penurunan aktivitas industri dan kegiatan transportasi merupakan
penyebab utama menurunnya emisi karbon. Meskipun demikian, efek ini
secara perlahan akan hilang seiring dengan dimulainya kembali aktivitas
industri secara terbatas. Terlepas dari itu, perubahan kegiatan selama pandemi
COVID-19, seperti kerja jarak jauh dan penggunaan teknologi pertemuan
virtual, mungkin bisa memberikan dampak jangka panjang yang lebih baik
dibandingkan penurunan kegiatan transportasi selama pandemi. Dalam sebuah
penelitian yang dipublikasikan pada September 2020, ilmuwan memprediksi
bahwa perubahan perilaku selama pandemi dapat mengurangi emisi CO₂
sebesar 15% secara permanen.

Terlepas dari dampak emisi karbon di atas, konsentrasi karbon dioksida di


atmosfer pada Mei 2020 justru tercatat pada level tertinggi sepanjang sejarah.
Pakar energi dan iklim, Constantine Samaras, menyatakan bahwa "pandemi
adalah cara terburuk untuk mengurangi emisi" dan "perubahan teknologi,
perilaku, dan struktural adalah cara terbaiik dan satu-satunya untuk
mengurangi emisi". Zhu Liu dari Universitas Tsinghua mengatakan bahwa
"apabila kita dapat mengurangi emisi lebih lama dari yang saat ini terjadi, kita
akan dapat melihat penurunan konsentrasinya di atmosfer".
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

1. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam waktu empat bulan,
mulai bulan September 2022 sampai Desember 2022

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekitaran daerah Bogor, baik di kota
ataupun kabupaten.

B. Metode Penelitian

Proposal karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Yaitu


penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian. Contohnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan yang lainnya secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
DAFTAR PUSTAKA

1. “Earth Observatory”. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 April 2020. Diakses
tanggal 9 April 2020.
2. Venter, Zander S.; Aunan, Kristin; Chowdhury, Sourangsu; Lelieveld, Jos
(2020-08-11). "COVID-19 lockdowns cause global air pollution declines".
Proceedings of the National Academy of Sciences (dalam bahasa Inggris). 117
(32): 18984–18990. Bibcode:2020PNAS..11718984V.
doi:10.1073/pnas.2006853117 alt=Dapat diakses gratis. ISSN 0027-8424.
PMC 7430997 alt=Dapat diakses gratis. PMID 32723816.
3. Myllyvirta, Lauri (19 Februari 2020). "Analysis: Coronavirus has temporarily
reduced China's CO2 emissions by a quarter". CarbonBrief. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 16 Maret 2020.
4. Zhang, Ruixiong; Zhang, Yuzhong; Lin, Haipeng; Feng, Xu; Fu, Tzung-May;
Wang, Yuhang (April 2020). "NOx Emission Reduction and Recovery during
COVID-19 in East China". Atmosphere (dalam bahasa Inggris). 11 (4): 433.
Bibcode:2020Atmos..11..433Z. doi:10.3390/atmos11040433 alt=Dapat
diakses gratis. Diakses tanggal 6 May 2020.
5. McMahon, Jeff (16 March 2020). "Study: Coronavirus Lockdown Likely
Saved 77,000 Lives In China Just By Reducing Pollution". Forbes. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 17 March 2020. Diakses tanggal 16 March 2020.
6. Simon, Evan; Castano, Aicha El Hammar (6 Mei 2020). "Deforestation of
Amazon rainforest accelerates amid COVID-19 pandemic". ABC News.
7. Deliso, Meredith (14 April 2020). "Conservationists fear African animal
poaching will increase during COVID-19 pandemic". ABC News.
8. Farand, Chloé; Doyle, Alister (1 April 2020). "Cop26 climate talks postponed
to 2021 amid coronavirus pandemic". Climate Home News (dalam bahasa
Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 April 2020. Diakses tanggal 2
April 2020.
9. Newburger, Emma (13 March 2020). "Coronavirus could weaken climate
change action and hit clean energy investment, researchers warn". CNBC.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 March 2020. Diakses tanggal 16 March
2020.
10. "Climate Change". National Geographic Society. 28 Maret 2019. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 31 Desember 2019. Diakses tanggal 6 April 2020.
11. "Is sea level rising?". National Oceanic and Atmospheric Administration.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Februari 2020. Diakses tanggal 6 April
2020.
12. Rull, Valentí (1 September 2016). "The humanized Earth system (HES)". The
Holocene (dalam bahasa Inggris). 26 (9): 1513–1516.
Bibcode:2016Holoc..26.1513R. doi:10.1177/0959683616640053.
hdl:10261/136857 alt=Dapat diakses gratis. ISSN 0959-6836.
13. Watts, Jonathan; Kommenda, Niko (23 Maret 2020). "Coronavirus pandemic
leading to huge drop in air pollution". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli
tanggal 4 April 2020. Diakses tanggal 4 April 2020.
14. Carrington, Damian (7 April 2020). "Air pollution linked to far higher Covid-
19 death rates, study finds". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN
0261-3077. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 April 2020. Diakses tanggal
10 April 2020.
15. "The Global Impacts of the Coronavirus Outbreak". Center for Strategic and
International Studies (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal
7 April 2020. Diakses tanggal 4 April 2020.
16. Green, Matthew (13 March 2020). "Air pollution clears in northern Italy after
coronavirus lockdown, satellite shows". Reuters. Diarsipkan dari versi asli
tanggal 16 March 2020. Diakses tanggal 16 March 2020.
17. Picheta, Rob (9 April 2020). "People in India can see the Himalayas for the
first time in 'decades,' as the lockdown eases air pollution". CNN (dalam
bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 October 2020.
18. "Airborne Nitrogen Dioxide Plummets Over China".
earthobservatory.nasa.gov (dalam bahasa Inggris). 28 February 2020.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 April 2020. Diakses tanggal 6 April 2020.
19. "Analysis: Coronavirus temporarily reduced China's CO2 emissions by a
quarter". Carbon Brief (dalam bahasa Inggris). 19 February 2020. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 4 March 2020. Diakses tanggal 6 April 2020.
20. "Earth Matters - How the Coronavirus Is (and Is Not) Affecting the
Environment". earthobservatory.nasa.gov (dalam bahasa Inggris). 5 Maret
2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2020. Diakses tanggal 6 April
2020.
21. Zárate, Joseph (2020-10-02). "Opinion | The Amazon Was Sick. Now It's
Sicker". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331.
Diakses tanggal 2020-10-04.
22. "Jellyfish seem swimming in Venice's canals". CNN. 23 April 2020. Diakses
tanggal 25 April 2020.
23. Srikanth, Anagha (18 Maret 2020). "As Italy quarantines over coronavirus,
swans appear in Venice canals, dolphins swim up playfully". The Hill.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Maret 2020. Diakses tanggal 20 Maret
2020.
24. "Pakistan Hires Thousands of Newly-Unemployed Laborers for Ambitious 10
Billion Tree-Planting Initiative". Good News Network (dalam bahasa Inggris).
thegoodnewsnetwork. 30 April 2020. Diakses tanggal 2 May 2020.
25. "Carbon emissions fall 17% worldwide under coronavirus lockdowns, study
finds". www.cbsnews.com. Diakses tanggal 30 May 2020.
26. "Carbon emissions are falling sharply due to coronavirus. But not for long".
Science (dalam bahasa Inggris). 3 April 2020. Diakses tanggal 30 May 2020.
27. Viglione, Giuliana (2 June 2020). "How scientific conferences will survive the
coronavirus shock". Nature (dalam bahasa Inggris). 582 (7811): 166–167.
Bibcode:2020Natur.582..166V. doi:10.1038/d41586-020-01521-3 alt=Dapat
diakses gratis. PMID 32488188. Diakses tanggal 7 June 2020.
28. Stoll, Christian; Mehling, Michael (September 2020). "COVID-19: Clinching
the Climate Opportunity". One Earth. 3 (4): 400–404.
doi:10.1016/j.oneear.2020.09.003 alt=Dapat diakses gratis.
29. "Plunge in carbon emissions from lockdowns will not slow climate change".
National Geographic (dalam bahasa Inggris). 29 May 2020. Diakses tanggal 7
June 2020.
30. "Richard Smith: How can we achieve a healthy recovery from the
pandemic?". The BMJ. 8 June 2020. Diakses tanggal 8 June 2020.
31. Villafranca, Omar (20 May 2020). "Americans turn to cycling during the
coronavirus pandemic". www.cbsnews.com (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 8 June 2020.
32. Chandler, Mathew (18 April 2020). "How COVID-19 Has Caused 'Pop-Up'
Bike Lanes to Appear Overnight". Discerning Cyclist. Diakses tanggal 19
January 2021.
33. "In Corona-Zeiten eingerichtet: Gericht: Pop-up-Radwege in Berlin dürfen
vorerst bleiben". Diakses tanggal 19 January 2021 – via www.faz.net.
34. Press release (24 March 2020). "Drop in aircraft observations could have
impact on weather forecasts". European Center for Medium-Range Weather
Forecasts. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 March 2020. Diakses tanggal
26 March 2020.

Anda mungkin juga menyukai