Anda di halaman 1dari 8

Nama : Thalia Salsabilla

Nim : 12280323426

Kelas :1D

Mata Kuliah : Dasar Manajemen ( kritik jurnal )

Judul Paper Dispensasi Nikah Dibawah Umur dalam


Hukum Islam
Jurnal Jurnal Hukum Keluarga Islam
Volume & Halaman Vol 5 & Hal 34-61
Tahun 2020
Penulis Haris Hidayatullah,Miftakhul Janah
Reviewer Thalia Salsabilla
Tanggal 15 Desember 2022

Isi Jurnal Yang Dikritik Sejalan dengan perkembangan kehidupan


manusia yang makin kompleks, muncul
suatu permasalahan yang terjadi dalam
masyarakat, lunturnya moral value atau
nilai-nilai akhlak yaitu pergaulan bebas di
kalangan remaja dan hubungan zina menjadi
hal biasa sehingga terjadi kehamilan di luar
nikah. Akibatnya, orangtua menutupi aib
tersebut dengan menikahkan anaknya tanpa
mempertimbangkan lagi usia dan masa
depan anaknya.
Dispensasi nikah adalah permohonan
keringanan supaya bisa dinikahkan untuk
laki-laki yang belum berumur 19 tahun atau
perempuan yang belum berumur 16 tahun,
bisa salah satu saja atau dua-duanya,
berdasarkan Undang-undang No 1 Tahun
1974 tentang perkawinan. Sedangkan dalam
Islam tidak ada batasan umur dalam
menjalankan pernikahan akan tetapi Islam
hanya menunjukkan tanda-tandanya saja.
Baligh yakni anak-anak yang sudah sampai
pada usia tertentu yang jelas baginya segala
urusan atau persoalan yang dihadapi. Pikiran
telah mampu mempertimbangkan atau
memperjelas mana yang baik dan mana yang
buruk. Tanda baligh bagi wanita yakni telah
mengalami menstruasi sedangkan tanda bagi
laki-laki yaitu telah mengeluarkam air mani.
pria maupun wanita yang ingin menikah
harus mendapatkan izin orang tua apabila
belum genap usia 21 tahun. Umur minimal
diizinkan melang-sungkan perkawinan yaitu
pria 19 tahun dan wanita 16 tahun (Pasal 7
ayat 2 ), anak yang belum mencapai umur
18 tahun atau belum pernah kawin, berada
dalam kuasaan orang tua (Pasal 47 ayat 2),
anak yang belum mencapai umur 18 tahun
atau belum pernah kawin, berada di bawah
kekuasaan orang tuanya atau berada di
bawah kekuasaan wali (Pasal 50 ayat 1).
Tidak ada ketentuan yang mengatur tentang
yang belum dewasa dalam Undang-undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan ini
dan tidak ada larangan menikah di bawah
umur secara eksplisit. Meski demikian,
penyimpangan terhadap batas usia tersebut
dapat terjadi jika ada dispensasi yang
diberikan pengadilan atau pejabat lain yang
ditunjuk oleh kedua orang tua dari pihak
pria maupun wanita (pasal 7 ayat 2).
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tidak
menghendaki pelaksanaan perkawinan di
bawah umur. Akan tetapi perkawinan di
bawah umur dapat dengan terpaksa
dilakukan karena Undang-undang No. 1
Tahun 1974 masih memberikan
kemungkinan penyimpangan. Dalam Pasal 7
ayat (2), Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 ,adanya dispensasi dari Pengadilan
bagi yang belum mencapai batas umur
minimal tersebut. Sedangkan dalam Islam
tidak ada batasan umur pernikahan namun
persyaratan yang umum adalah sudah
baligh, berakal sehat, mampu membedakan
mana yang baik dan buruk sehingga dapat
memberikan persetujuan untuk menikah.
seseorang diminta pertanggungjawaban atas
perbuatannya dan mempunyai kebebasan
menentukan hidupnya setelah cukup umur
atau baligh. Batas awal mulainya baligh
secara yuridis adalah jika seorang telah
berusia 12 tahun bagi laki-laki dan berusia 9
tahun bagi perempuan. Menurut Imam Abu
Hanifah yakni setelah seseorang mencapai
usia 18 tahun bagi laki-laki dan telah
mencapai usia 17 tahun bagi perempuan.
Sedangkan menurut kebanyakan para ulama
termasuk pula sebagian ulama Hanafiyah
yaitu Pada umumnya sekitar usia 15 tahun
berkembang kemampuan akal seseorang
cukup mendalam untuk mengetahui antara
yang baik dan yang buruk dan antara yang
bermanfaat dan berbahaya. Sehingga telah
dapat mengetahui akibat-akibat yang timbul
dari perbuatan yang dilakukannya. Imam
Maliki, Imam Syafi‟i, dan Imam Hambali
menyatakan tumbuhnya bulu-bulu ketiak
merupakan bukti baligh seseorang
Kritik yang Diajukan Dari pandangan hukum dan pandangan
islam pernikahan dibawah umur memang
diperbolehkan dengan ketentuan dan syarat
yang berlaku. Tetapi, jika kita lihat dari
pandangan medis, pernikahan dibawah umur
ini sangat tidak dianjurkan karena sangat
berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi
wanita. Selain kesehatan reproduksi,
pernikahan dibawah umur juga berpengaruh
pada kesehataan fisik dan juga psikologis.
pernikahan dibawah umur ini dapat
menimbulkan berbagai penyakit seperti
mengalami kanker leher rahim, dapat terjadi
anemia dan rentan keguguran pada
kehamilan.
Jurnal yang Mendukung Kritikan Pernikahan dini adalah sebuah pernikahan
dibawah umur yang dapat dikatakan
memiliki persiapan yang bisa dikatakan
belum maksimal secara fisik, psikologis,
maupun ekonomi. Menurut (Badan Pusat
Statistik, 2020) pada 20 provinsi, pernikahan
dini pada anak masih ada di atas rata-rata
nasional.
Usia reproduksi yang sehat bagi perempuan
adalah antara 20 – 30 tahun. Pernikahan
yang dilakukan oleh para remaja juga bisa
memiliki pengaruh yang tidak baik terhadap
berbagai hal bagi seseorang yang
menjalaninya. Belum matangnya organ
reproduksi dan juga kematangan fisik dari
seorang remaja perempuan juga akan
berpengaruh terhadap resiko jika seorang
remaja perempuan tersebut mengandung
anaknya. Kemungkinan kecacatan pada
anak, ibu mati saat melahirkan dan resiko
lainnya juga sangat besar ketika perkawinan
usia dini terjadi. Selain itu, leher rahim
seorang remaja perempuan juga masih
sensitif. Oleh karena itu, jika dipaksakan
untuk hamil, berisiko mengalami kanker
leher rahim di kemudian hari, maka kalau
terpapar Human Papiloma Virus (HPV)
pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi
kanker (Ira Damayanti, 2012 dalam
Kompono, 2007). Bahkan lebih parahnya
ialah peluang resiko kematian saat
melahirkan juga menjadi besar pada usia
muda. Hal lain yang dapat terjadi ketika
remaja perempuan hamil, adalah remaja
perempuan akan lebih mudah tersebut
menderita anemia selama masa kehamilan
dan dan saat melahirkan. pernikahan remaja
pada usia muda dapat menimbulkan resiko
kematian jika fisik remaja yang belum siap
untuk hamil dan melahirkan (UNICEF,
2005). Pernikahan dengan usia yang belum
tepat pada waktunya akan banyak
menimbulkan masalah, baik masalah fisik
atau pun masalah secra psikologis. Di bawah
usia 18 tahun, ala-talat reproduksi seorang
perempuan masih sangat lemah. Jika dia
hamil, maka akibatnya akan mudah
keguguran karena rahimnya belum begitu
kuat, sehingga sulit untuk terjadi perlekatan
janin di dinding rahim. Selain itu,
kemungkinan mengalami kelainan
kehamilan dan kelainan waktu persalinan
( Damayanti, 2012 dalam Nafsiah, 2009).
Pernikahan dini juga mengakibatkan
terjadinya penyakit atau kerusakan-
kerusakan pada alat reproduksi wanita.
Secara ilmu kedokteran ,organ reproduksi
untuk gadis dengan umur dibawah 20 tahun
ia belum siap untuk berhubungan seks atau
mengandung, sehingga jika terjadi
kehamilan berisiko mengalami tekanan
darah tinggi (karena tubuhnya tidak kuat),
Kondisi sel telur pada gadis dibawah 20
tahun , belum begitu sempurna, sehingga
dikhawatirkan bayi yang dilahirkan
mengalami cacat fisik. Kondisi ini biasanya
tidak terdeteksi pada tahap-tahap awal, tapi
nantinya menyebabkan kejang-kejang,
perdarahan bahkan kematian pada ibu atau
bayinya. Oleh karena itu semua pihak harus
tetap menjaga dan mengawasi atau bahkan
mencegah adanya pernikahan dini. Karena
akan merusak generasi muda.
Kesimpulan Yang Dapat Diambil Pernikahan di usia dini banyak
mempengaruhi banyak hal, seperti kesehatan
ibu serta anak misalnya kematian ibu atau
anak. Sehingga kita harus memahami secara
keseluruhan apa itu pernikahan dibawah
umur serta perihal akibat terhadap kesehatan
reproduksi. Pernikahan dengan usia yang
belum tepat pada waktunya akan banyak
menimbulkan masalah, baik masalah fisik
atau pun masalah secara psikologi.
Pernikahan dini juga mengakibatkan
terjadinya penyakit atau kerusakan-
kerusakan pada alat reproduksi wanita.
Oleh karena itu semua pihak harus tetap
menjaga dan mengawasi atau bahkan
mencegah adanya pernikahan dini.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayatulloh, H., & Janah, M. (2020). Dispensasi Nikah di Bawah Umur dalam Hukum Islam.
Jurnal Hukum Keluarga Islam, 5(1), 34-61.
Sekarayu, S. Y., & Nurwati, N. (2021). Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Kesehatan
Reproduksi. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (JPPM), 2(1), 37-45.

Hanum, Y., & Tukiman, T. (2015). Dampak pernikahan dini terhadap kesehatan alat reproduksi
wanita. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 13(2).

Anda mungkin juga menyukai