Anda di halaman 1dari 3

BAB V

MENCIPTAKAN PUISI

 Pada puisi modern berbeda dengan puisi lama, seperti pantun, syair, gurindam, talibun, dan
karmina. Puisi lama terikat oleh jumlah baris (larik) pada setiap bait, jumlah suku katapada
setiap larik, atau rima (bunyi akhir).
 Puisi modern termasuk puisi bebas yang tidak memiliki keterikatan dengan syarat atau
ketentuan apa pun. Meskipun demikian, puisi modern (puisi) yang baik tentu harus tetap
mempertimbangkan efek keindahan dari bahasa yang digunakan makna serta berbagai
informasi penting yang tersirat di dalamnya.
 Puisi merupakan sebuah bentuk karya sastra yang yang puitis, terdiri atas larik dan bait. Puisi
juga memiliki rima dan irama.
 Puisi dapat ditafsirkan menggunakan teknik parafrasa, yaitu mengubah puisi ke dalam bentuk
prosa dengan menambahkan kata-kata tertentu diantara kata-kata dalam puisi sehingga makna
puisi yang masih cenderung abstrak bisa menjadi lebih konkret. Ada dua teknik parafrasa puisi
yang bisa kita lakukan agar kita bisa menafsirkan maksud puisi, yaitu
1. Parafrasa terikat: menambahkan kata-kata sendiri dengan tetap mempertahankan kata0kata
asli dalam puisi menjadi kalimat yang lebih mudah untuk dipahami.
2. Parafrasa bebas: Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan menggunakan rangkaian
kalimat sendiri tanpa terikat lagi oleh kata-kata asli dalam puisi.
 Struktur teks puisi terdiri dari dua bagian yaitu struktur fisik dan struktur batin.
 Struktur fisik puisi dibangun oleh unsur-unsur yang bisa diamati secara indrawi, seperti kata,
citraan/imaji, majas, kata konkret, tipografi, dan rima.
a. Rima : Persamaan bunyi pada awal setiap kata dalam sebuah larik atau persamaan
bunyi akhir pada larik-larik tertentu dalam sebuah bait.
b. Diksi : Pilihan kata yang dilakukan untuk menciptakaan efek keindahan, makna, dan
sesuai dengan apa yang dirasakan dan diinginkan oleh penyair.
c. Tipografi : Berkaitan dengan bentuk (wujud) puisi, seperti pengaturan baris, pentaan bait,
atau jenis dan pola huruf, sesuai dengan efek yang diinginkan penyair.
d. Majas : Rangkaian kata yang digunakan untuk melukiskan atau membandingkan onjek
(peristiwa) sehingga menimbulkan efek keindahan dan multitafsir.
e. Imaji (Citraan): Rangkaian kata yang mampu memberikan gambaran terhadap imaji
pembaca melalui kesan indrawi, seperti citraan penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasaan, perabaan, dan pergerakan (taktil).
 Struktur batin merupakan unsur pembangun puisi yang bersifat tersirat dan tidak bisa
tertangkap secara indrawi, seperti tema, nada, dan suasana, sikap penyair, dan amanat.
a. Tema : Gagasan pokok dan mendasar yang ingin diungkapkan sebagai
penggambaran suasana batin atau respons penyair terhadap kenyataan yang terjadi.
b. Nada dan suasana : Nada berkaitan dengan sikap penyair terhadap pembaca,
sedangkan suasana berkaitan dengan keadaan jiwa pembaca sebagi efek yang timbul setelah
membaca puisi.
c. Sikap penyair : Berkaitan dengan sikap penyair terhadap persoalan yang diangkat
ke dalam pusi karyanya seperti membela, melawan, sinis, protes, dan semacamnya.
d. Amanat : Pesan moral yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
Amanat biasanya disampaikan secara tersirat (tersembunyi) agar tidak terkesan menggurui
atau mendikte pembaca.
 Ciri-ciri kebahasaan teks puisi
Secara umum , puisi berciri kebahasaan sebagai berikut:
1. Bahasa dalam puisi lebih padat daripada genre sastara yang lain, seperti prosa atau drama.
2. Pilihan kata (diksi) yang memiliki efek rima (persamaan atau pengulangan bunyi).
3. Diksi bermakna konotatif.
4. Bahasa dalam puisi bersifat multitafsir (tafsir ganda)
5. Bahasa yang digunakan puisi lebih padat daripada prosa dan drama.
 Langkah-langkah menulis puisi
1. Menentukan tema
2. Menentukan judul
3. Menentukan kata kunci
4. Pemilihan kata (diksi)
5. Menggunakan majas dan kiasan
6. Menentukan rima
7. Melakukan eksplorasi (Pengemban Bahan)
8. Membaca ulang dan menyunting
 Majas merupakan rangkaian kata yang digunakan untuk melukiskan atau membandingkan
objek (peristiwa) sehingga menimbulkan efek keindahan dan multitafsir.
a. Majas Perbandingan
 Simile yaitu penyamaan secara langsung dengan kata-kata seperti, ibarat, bagaikan.
Contoh: Alisnya bagaikan semut beriring.
 Metafora yaitu ungkapkan perbandingan yang bermakna tidak sebenarnya.
Contoh: Tulang punggung, ujung tombak (bermakna yang menjadi andalan, bukan
menyatakan tulang atua tombak yang sebenarnya).
 Hiperbola yaitu ungkapna yang melebih-lebihkan.
Contoh: Harga minyak goreng meroket.
 Litotes yaitu ungkapan yang merendah-rendahkan.
Contoh: Harap diterima pemberian yang tidak seberapa ini.
 Personifikasi yaitu ungkapan yang memanusiakan objek yang bukan manusia.
Contoh: Mentari mengintip dari balik awan di sela pegunungan.
b. Majas Sindiran
 Ironi yaitu sindiran halus yang menyatakan kebalikan dari kenyataan.
Contoh: Wah, seragammu rapi sekali seperti berandalan.
 Sinisme yaitu ungkapan memandang rendah.
Contoh: Memangnya dia cukup pintar untuk memahami ini?
c. Majas penegasan
 Pleonasme yaitu ungkapan yang menambahkan keterangan dengan makna yang sama.
Contoh: Dia sangat amat suka sekali membaca buku.
 Repetisi yaitu ungkapan pengulangan kata tau bagian dalam kalimat.
Contoh: Untuk menjadi yang terbaik, ia berlatih, berlatih, dan berlatih.
d. Majas Pertentangan
 Paradoks yaitu ungkapan yang menyatakan sesuatu yang bertolak belakang.
Contoh: ia tetap harus tersenyum dalam kesedihan.
 Oksimoron yaitu dua hal bertolak belakang dalam satu ungkapan.
Contoh: Ia sudah mengalami pahit manisnya kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai