DISUSUN OLEH:
Pertiwi Astuti (204.2020.005)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PEMBAHASAN..................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian Nikah Siri............................................................................3
B. Analisis syarah hadis tentang Nikah Siri..............................................4
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
A. Kesimpulan...........................................................................................10
B. Penutup.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nikah Siri bisa di artikan sebagai bentuk pernikahan yang di lakukan
berdasarkan Hukum Agama,tetapi tidak diumumkan kepada Khalayak serta
tidak tercatat resmi di Kantor Uruan Agama (KUA)dan Kantor Catatan
Sipil.Dengan kata lain,nikah siri ini adalah pernikahan yang sah secara Agama
,namun tidak sah di mata Hukum.Di kalangan Ulama sendiri,Hukum mengenai
nikah siri masih pro dan kontra.Sebagian berpendapat bahwa nikah siri tidak
dilarang dan boleh bleh saja dilakukan asal dengan maksud tertentu serta
mematuhi syarat dan rukun menikah dalam islam.Ada juga yang memandang
bahwa nikah siri itu dilarang karena Mudharatnya lebih banyak.
Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Allah menjadikan
pernikahan yang diatur menurut syariat Islam sebagai penghormatan dan
penghargaan yang tinggi terhadap harga diri yang diberikan oleh Islam khusus
untuk manusia di antara makhluk-makhluk yang lain. Dengan adanya suatu
pernikahan yang sah, maka pergaulan antara laki-laki dan perempuan menjadi
terhormat sesuai dengan kedudukan manusia yang berperadaban, serta dapat
membina rumah tangga dalam suasana yang damai, tentram dan penuh dengan
rasa kasih sayang antara suami isteri.
Hukum Islam maupun Hukum Nasional di Indonesia dapat dilihat dari
tiga segi yaitu, segi Hukum, Sosial, dan Ibadah. Apabila ketiga sudut pandang
tersebut telah tercakup semuanya, maka tujuan pernikahan sebagaimana yang
diimpikan oleh syariat Islam akan tercapai yaitu, keluarga yang sakinah,
mawaddah wa rahamah. Ketiganya tidak bisa dipisahkan satu sama lain, apabila
salah satunya terabaikan maka akan terjadi ketimpangan dalam pernikahan
sehingga tujuan dari pernikahan tersebut tidak akan tercapai dengan baik. Islam
memiliki syarat dan
1
2
rukun dalam pernikahan yang apabila telah terpenuhi maka hukum pernikahan
tersebut menjadi sah.
berbeda dengan peraturan pernikahan di Indonesia yang menyatakan
bahwa pernikahan yang tidak dicatatkan pada pejabat yang berwenang, maka
pernikahan tersebut tidak memiliki kekuatan hukum. dalam Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 dan Kompilasi Hukum Islam
(KHI). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan menyebutkan
bahwa: “Tiap-tiap pernikahan harus dicatat dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.1 intinya: Sebuah pernikahan baru dianggap memiliki
kekuatan hukum dihadapan undang-undang jika dilaksanakan menurut aturan
agama dan telah dicatatkan oleh pegawai pencatat nikah.Berdasarkan pemaparan
latar belakang di atas ,maka saya akan terfokus membahas tentang Nikah Siri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengetian Dari Nikah Siri?
2. Bagaimana Analisis Syarah Hadis Tentang Nikah Siri?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengetian Dari Nikah Siri.
2. Untuk Mengetahui Syarah Hadis Tentang Nikah Siri.
1
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
2
Happy Susanto, Nikah Sirri Apa Untungnya? (Cet. I; Jakarta: Visimedia, 2007), hal. 22.
5
Mufradat Makna
معشرب Sekelompok atau segolongan
اوام، اص ُن لِلْاْفِرج،صر
ِ ج فاِإَّنُه أاغا ُّ ا، ْ اَّزو.تا. ْلي.اَي ام ْع اشار ال َّبشاا م ِن ا ْستاطااعا ِمنْ ُك م الْب اء ةا فا
ُ اا ا ا
ْن اَْل ض
اوأا ْح ِب
ِلْب
ا
صِوم فاإِنَُّه لاُه وجاء
ْ َّ ِعالا ِْيه ِ ب.يا ْ تاس ِط ْع فا
ل
Artinya: “Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah
mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena
menikah lebih mampu menundukkan pandangan dan menjaga
kemaluan. Sementara siapa saja yang tidak mampu, maka
hendaknya ia berpuasa. Karena puasa bisa menjadi tameng syahwat
baginya”. (HR Bukhari & Muslim).
Ini adalah hadist yang mana di kritik para Ulama,yaitu: Pertama Perawinya Umar
bin Hafsh bin Ghiyats beliau dari Kalangan Tabi’ul Atba’ kalangan tua dan
Kuniyah Abu Hafsh Negeri tempat dia berasal di Kufah dan beliau Wafat: 222 H
dalam ini Kritik Ulama: Ibnu Hibban dan Abu Hatim menyatakan ia Tsiqah
kedua yaitu Hafsh bin Ghiyast bin Thalq beliau dari kalangan Tabi’ut Tabi’in
pertengahan dan Kuniyah nya Abu ‘Umar dan ia berasal dari Negeri Kufah
beliau Wafat: 194 H dan Kritik Ulama ini Yahya bin Ma’in dan An-Nasa’i
menyatakan ia Tsiqah
7
Selanjutnya ada Sulaiman bin Mihran sebagai perawinya dan beliau dari
kalangan Tabi’in Kalangan biasa,Kuniyah: Abu Muhammad beliau juga hidup di
Kufah ia Wafat: 147 H.Kritik Ulama Ibnu Hajar menyatakan ia Tsiqah Hafidz
dan An- Nasa’i menyatakan ia Tsiqah Tsabat
selanjutnya perawi Umarah bin ‘Umair beliau dari kalagan Tabi’in kalangan
biasa Kuniyah: - dan beliau hidup di negri Kufah juga.Ia Wafat: 82 H .Kritik
Ulamanya,Ahmad bin Hambal dan Abu Hatim menyatakan ia Tsiqah
selanjutnya ada Abdurrahman bin Yazid bin Qais beliau dari kalangan Tabi’in
Kalangan pertengahan ,Kuniyah: Abu Bakar dan beliau hidup di Negri
Kufah.Kritik Ulama ini Ibnu Hibban dan Ibnu Hajar menyatakan ia Tsiqah juga
Terakhir ada Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib sebagai rawinya dan ia
berasal dari kalangan sahabat,Kuniyah nya Abu ‘Abdurrahman dan beliau juga
hidup di Negri Kufah dan Wafat: 32 H Kritik Ulamanya ia adalah seorang
sahabat nabi.
3. Asbabul Wurud
Di antara cara yang baik untuk memahami hadis Nabi Muhammad
saw. ialah dengan memperhatikan sebab-sebab khusus yang melatar
belakangi diucapkannya suatu hadis, atau kaitannya dengan suatu `illah
(alasan, sebab) tertentu yang dinyatakan dalam hadis-hadis tersebut atau
disimpulkan darinya, ataupun dapat dipahami dari kejadian yang yang
menyertainya.3 Asbabun Wurud hadis diatas yaitu pada zaman dulu abdullah
dan pemuda lainnya pernah berkumpul bersama
Karen melihat pemuda itu, maka rasulullah. sebagaimana hadis yang
telah dipaparkan diatas,baginda menyuruh pemuda itu untuk menikah jika
sudah sanggup,karna rasulullah bersabda menikah itu dapat menundukkan
3
Alfiah dkk. Studi Ilmu Hadis, (Riau: Kreasi Edukasi, 2016).hal.41.
8
4
Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan (Jakarta: Rajawali, 1995), hal. 48.
5
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo, 1997), hal. 70
10
anak yang dilahirkan dari pernikahan siri. Nikah siri biasanya terjadi
Karena beberapa Faktor yaitu, Ekonomi, Umur, pergaulan bebas,
kurangnya pengetahuan Masyarakat mengenai pernikahan, Ingin
berpoligami, Tidak direstui, serta tidak mentaati (menyepelekan)
hukum negara.
b. Implementasi Nikah siri juga memiliki dampak yang tidak bagus
terutama bagi wanita, sebab wanita itu meninggalkan bekas sedangkan
laki laki tidak. Apa saja yang membuat nikah siri ini merugikan kaum
wanita Yaitu secara Psikologis dan hukum yang terdiri dari:
1) Munculnya perasaan was-was, terancam, atau pun dibohongi oleh
lelaki secara terus menerus di dalam diri wanita yang diperistri
secara siri;
2) Kedamaian dan ketentraman yang dialami oleh wanita yang
diperistri adalah semu, tanpa mengetahui jalan keluarnya.
Adapun secara Hukum adalah sebagai berikut:
1) Wanita yang diperistri tidak mempunyai kekuatan hukum untuk
menuntut besarnya ekonomi yang diperlukan;
2) Terjadi kesewenangan dari pihak suami dalam memberikan nafkah;
3) Tingkat kesejahteraan kehidupan keluarga rendah;
4) Meningkatnya jumlah keluarga yang tidak memperoleh peluang
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pernikahan merupakan Sebuah ikatan yang mempersatukan antara dua
insan. Yang bertujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Allah menjadikan pernikahan
yang diatur menurut syariat Islam sebagai penghormatan dan penghargaan yang
tinggi terhadap harga diri yang diberikan oleh Islam khusus untuk manusia di
antara makhluk-makhluk yang lain. Dengan adanya suatu pernikahan yang sah,
maka pergaulan antara laki-laki dan perempuan menjadi terhormat.
Namun terkadang manusia salah perspektif melakukan nikah siri yang
secara terlimtas tak benar dan kadang ulama fikih, pernikahan yang
dilaksanakan seperti ini adalah tidak sah, karena tidak memenuhi syarat
pernikahan. Seperti keberadaan wali dan saksi-saksi. Bahkan termasuk ke dalam
perzinahan atau ittikhazul akhdan (menjadikan wanita atau laki-laki sebagai
piaraan untuk pemuas nafsu).
B. Saran
Diharapkan para pelajar dan umumnya pada kita semua, untuk
mempelajari, Isu-isu hadis kontemporer, Karena penting dalam bidang keilmuan
dan sebagai wacana keislaman. Semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua khususnya untuk penulis.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rofiq, 1997, Hukum Islam di Indonesia Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo, 1997
Tsuroya Kiswati dkk, Perkawinan di Bawah Tangan (Sirri) dan Dampaknya Bagi
Kesejahteraan Istri dan Anak di Daeah Tapal Kuda Jawa Timur.
12