Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Isu-Isu Hadis Kontemporer


(Nikah Siri)
DOSEN PENGAMPU: Dr. Hamnah, M.Th.I

DISUSUN OLEH:
Pertiwi Astuti (204.2020.005)

SEMESTER VII (TUJUH)


PRODI ILMU QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS DAKWAH DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM
SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDIN SAMBAS
TAHUN 2023/1445 H.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah SWT atas limpahan dan rahmat
dan karunia-NYA sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
walaupun tentunya tidak luput dari kesalahan. Shalawat serta salam tak lupa pula
tercurah kepada Rasululla SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga
akhir zaman, dan ia juga yang telah membawa kita di zaman kegelapan hingga ke
zaman yang terang menderang sekarang ini.
Makalah yang kami susun ini merupakan materi Isu-isu Hadis Kontemporer
tentang Nikah Siri. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur perkuliahan.
Mungkin dalam penulisan dan materi banyak sekali kekurangan, maka kami berharap
kepada dosen pengampu dan kawan-kawan untuk memberi saran yang bersifat
membangun.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PEMBAHASAN..................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian Nikah Siri............................................................................3
B. Analisis syarah hadis tentang Nikah Siri..............................................4
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
A. Kesimpulan...........................................................................................10
B. Penutup.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nikah Siri bisa di artikan sebagai bentuk pernikahan yang di lakukan
berdasarkan Hukum Agama,tetapi tidak diumumkan kepada Khalayak serta
tidak tercatat resmi di Kantor Uruan Agama (KUA)dan Kantor Catatan
Sipil.Dengan kata lain,nikah siri ini adalah pernikahan yang sah secara Agama
,namun tidak sah di mata Hukum.Di kalangan Ulama sendiri,Hukum mengenai
nikah siri masih pro dan kontra.Sebagian berpendapat bahwa nikah siri tidak
dilarang dan boleh bleh saja dilakukan asal dengan maksud tertentu serta
mematuhi syarat dan rukun menikah dalam islam.Ada juga yang memandang
bahwa nikah siri itu dilarang karena Mudharatnya lebih banyak.
Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Allah menjadikan
pernikahan yang diatur menurut syariat Islam sebagai penghormatan dan
penghargaan yang tinggi terhadap harga diri yang diberikan oleh Islam khusus
untuk manusia di antara makhluk-makhluk yang lain. Dengan adanya suatu
pernikahan yang sah, maka pergaulan antara laki-laki dan perempuan menjadi
terhormat sesuai dengan kedudukan manusia yang berperadaban, serta dapat
membina rumah tangga dalam suasana yang damai, tentram dan penuh dengan
rasa kasih sayang antara suami isteri.
Hukum Islam maupun Hukum Nasional di Indonesia dapat dilihat dari
tiga segi yaitu, segi Hukum, Sosial, dan Ibadah. Apabila ketiga sudut pandang
tersebut telah tercakup semuanya, maka tujuan pernikahan sebagaimana yang
diimpikan oleh syariat Islam akan tercapai yaitu, keluarga yang sakinah,
mawaddah wa rahamah. Ketiganya tidak bisa dipisahkan satu sama lain, apabila
salah satunya terabaikan maka akan terjadi ketimpangan dalam pernikahan
sehingga tujuan dari pernikahan tersebut tidak akan tercapai dengan baik. Islam
memiliki syarat dan

1
2

rukun dalam pernikahan yang apabila telah terpenuhi maka hukum pernikahan
tersebut menjadi sah.
berbeda dengan peraturan pernikahan di Indonesia yang menyatakan
bahwa pernikahan yang tidak dicatatkan pada pejabat yang berwenang, maka
pernikahan tersebut tidak memiliki kekuatan hukum. dalam Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 dan Kompilasi Hukum Islam
(KHI). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan menyebutkan
bahwa: “Tiap-tiap pernikahan harus dicatat dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.1 intinya: Sebuah pernikahan baru dianggap memiliki
kekuatan hukum dihadapan undang-undang jika dilaksanakan menurut aturan
agama dan telah dicatatkan oleh pegawai pencatat nikah.Berdasarkan pemaparan
latar belakang di atas ,maka saya akan terfokus membahas tentang Nikah Siri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengetian Dari Nikah Siri?
2. Bagaimana Analisis Syarah Hadis Tentang Nikah Siri?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengetian Dari Nikah Siri.
2. Untuk Mengetahui Syarah Hadis Tentang Nikah Siri.

1
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nikah Siri


Nikah siri di artikan dari dua kata yaitu Nikah dan Siri.
Pengertian Nikah menurut bahasa ialah berkumpul; bersenggama
(wat’u). Namun makna (wat’u) yang di maksud dalam Al-Quran adalah
perkahwinan. Sedang menurut istilah adalah suatu perjanjian atau akad
yang menghalalkan persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang
diucapkan oleh kata-kata nikah atau yang menunjukkan akad nikah.
Sedangkan Kata siri berasal dari bahasa Arab yaitu sirri yang artinya
adalah rahasia. Namun apabila digabungkan antara kata nikah dan kata
sirri maka dapat diartikan secara bahasa dengan nikah diam-diam yang
dirahasiakan yakni tidak ditampakkan.
Nikah siri Menurut Terminologi Pandangan para Ulama dalam
mengenai Nikah siri terbagi menjadi berbagai jenis antara lain iyalah
1. Pernikahan Tanpa Pencatatan KUA
Dalam hukum negara Indonesia Nikah siri merupakan nikah
yang tidak di catat oleh Kantor Urusan Agama ( KUA ). Meskipun
pernikah yang mereka laksanakan sudah memenuhi Syarat Rukun
pernikahan dalam Islam yang meliputi dua mempelai pengantin, dua
orang saksi, wali atau wali hakim, ijab-kabul, dan juga mas kawin.
Nikah Siri ini hukumnya sah menurut agama, tetapi tidak sah
menurut hukum Negara, karena telah mengabaikan Aturan
perundang undangan dalam aturan pernikahan mengenai perkawinan
dicatatkan secara resmi pada Kantor Urusan Agama (KUA) bagi
yang umat muslim. Sedangkan bagi mereka yang Non muslim di
Kantor Catatan Sipil (KCS). Pernikahan yang tidak di catat oleh
KUA atau KCS tidak memiliki hukum yang kuat. Sehingga apabila
mereka memiliki permasalah yang berkenaan dengan rumah

3
4

tangganya seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga,


warisan, perebutan hak asuh anak dan lainnya, pihak kantor urusan
agama dan pengadilan agama tidak bisa memutuskan bahkan tidak
bisa menerima pengaduan mereka berdua yang sedang punya
masalah.2
2. Pernikahan tanpa Wali atau Saksi
Pernikahan yang dilakukan oleh sepasang calon Suami dan Calon Istri
yang kemudian dilaksankan tanpa kehadiran Wali dan Saksi, atau
pernikahan yang hanya di hadiri wali tanpa adanya saksi, kemudian kedua
pihak ini antara Pasangan Suami-istri dengan wali menyepakati Pernikahan
untuk di sembunyikan dari Saksi. Maka pernikahan tersebut di katakan Siri
atau Tersembunyi. Maka seluruh ulama fikih, pernikahan yang dilaksanakan
seperti ini adalah tidak sah, karena tidak memenuhi syarat pernikahan.
Seperti keberadaan wali dan saksi-saksi. Bahkan termasuk ke dalam
perzinahan atau ittikhazul akhdan (menjadikan wanita atau laki-laki sebagai
piaraan untuk pemuas nafsu). Sekalipun saksi telah ada di tengah acara dan
wali belum hadir di tempat pernikahannya tersebut kemudian ia
merahasiakan ke masyarakat maka pernikahan itu masih di katakan tidak
sah karena tidak mengikuti rukun nikah.
Dalam islam nikah siri di perbolehkan .tetapi harus memenuhi syarat dan
rukunnya.Seperti orang saksi adil,serta adanya ijab dan kabul.jika pernikahan
siri itu dilakukan tanpa adanya wali nikah,maka pernikahan tersebut dianggap
tidak sah dalam Agama,Akan tetapi ada sebagian ulama tidak memeperbolehkan
nikah siri ,karena persoalan status hukum pernikahan yang tidak memiliki
catatan.Jadi dalam islam dan Al-Qur’an Nikah siri itu hukumnya Sah apabila
memenuhi syarat dan ketentuan akan tetapi menjadi haram apabila terdapat
mudharat didalamnya.

2
Happy Susanto, Nikah Sirri Apa Untungnya? (Cet. I; Jakarta: Visimedia, 2007), hal. 22.
5

B. Analisis Syarah Hadis Tentang Nikah Siri


1. Teks hadis dan Analisis Mufradat
َ َ
‫ع ْب ¸ د‬ َ 9 َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ 9 َ ‫َ حَّد‬
‫ع‬ ‫نا األ ع م قا حد‬ ‫أ¸بي‬ ‫ح ب ¸غ َيا‬ ‫ب‬
َ َ َ 9 َّ ‫ْ ¸ن „ث حَّد نا‬ 9 ‫َ نا ع َم‬
‫ما َر ع‬ ‫ش ل ث ¸ني‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫ف‬ ‫ث‬
ْ َ َ ‫ن‬ 9
‫ة ن‬9 ‫ث‬ ‫ث‬ ‫¸ص‬
‫ر‬
َ َ
‫ َّ م ع‬9
s ‫الن ب‬ ْ َ ‫َ ْ َ َ ع َ ع ْب َ ف َقا‬ ْ َ َ َ َ َ َ
‫ي قا د خ‬
ْ
‫َّالر ْح َم ب‬
‫ب‬ ‫ع‬ ‫أل‬ ‫وا‬ ‫ل‬ ‫ع‬
¸ ¸ َ
‫ي‬ َّ َّ 9 َ َّ َ ْ َ َ ‫ م‬9 ْ َ ¸ ‫¸ن‬
‫د ا كنا‬ ‫ل‬ ‫َ ق َم ة س و ¸د لى ¸د ا ّ¸لل‬ ‫¸ز ي ل ل‬ ‫ن‬
‫ّ¸لل‬ ‫ع‬ ‫ت‬ َ
َ ْ ‫د‬
‫َ َ َّ َ َ م ع ش َر‬ َّ َ 9 َ َ َ 9 َ ً َ َ َ َ َّ
َ َ 9 9 َ َ َ ْ َ ََ َ
‫َيا‬ 9
‫صلى ّالل علي ¸ه وسلم شبابا ال ¸نجد شيئا فقال لنا رسول ا ¸ّلل صلى اّلل علي ¸ه وسلم‬
َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َّ
‫ل ْم‬ ‫و‬ َ َ ْ َ َ َّ َ َ
‫ و أ ح ص ن‬،‫ ف ِإن ص ِر‬،‫َي ت َزَّو ْج‬
ُ
‫َ اب ِب الش م ِن ا َ س َ ت ِ م ن ك ُم ا ل َبا َء ة ف ل‬
‫طا ع‬
‫َم ْ ن‬ َ ْ ْ َ
ْ َ ُّ َ ُ
،‫ِل ل ف ر ِج‬ ‫أ غ ض ِل ل ب‬ ‫ه‬
َ
ُ ُ َّ َ ْ َ َ َ َ َ
‫ء‬ ‫ف ع ل ي ِه ف ِإن ه ل ه وجا‬ ‫ت‬ ‫ي ْس‬
َّ
‫ِبال ص ْو ِم‬ ‫ْع‬ ‫ِط‬

artinya:Telah menceritakan kepada kami Amru bin Hafsh bin Ghiyats,telah


menceritakan kepada kami bapakku,telah menceritakan kepada
kami Al A’masy ia berkata ,telah menceritakan kepadaku Umarah
dari Abddurrahman bin Yazid ia berkata,Aku,Alqamah dan Aswad
pernah menemui Abdullah ,lalu ia pun berkata pada waktu muda
dulu,kami pernah berada bersama Nabi Muhammad Saw.
Saat itu,kami tidak memiliki kekayaan apa pun,maka
rasulullah Saw bersabda kepada kami ,”Wahai sekalian
pemuda,siapa diantara kalian yang sudah sanggup untuk
menikah,maka hendaklah ia menikah ,karena menikah itu dapat
nenundukkan pandangan ,dan juga lebih bisa menjaga
kemaluan(Syahwat).Namun ,siapa yang belum mampu ,hendaklah
ia berpuasa,sebab hal itu dapat meredakan nafsunya.
6

Mufradat Makna
‫معشرب‬ Sekelompok atau segolongan

‫الشباب‬ Bentuk jamak dari pemuda yang umurnya di bawah 30


tahun
‫الباءة‬ Mampu dalam arti (memberi nafkah lahir batin)

‫فليتزوج‬ Maka hendaknya ia segera menikah

2. Kritik sanad dan Matan


Kritik sanad dalam hal ini adalah penilaian terhadap kebenaran mata rantai
atau silsilah para perawi atau periwayat mulai dari mukhraj (periwayat
terakhir)sampai sahabat yang menerima langsung.di sini saya akan
mencantumkan hadis Rasulullah (HR.Bukhari & muslim).

‫ اوام‬،‫ اص ُن لِلْاْفِرج‬،‫صر‬
ِ ‫ج فاِإَّنُه أاغا ُّ ا‬، ْ ‫اَّزو‬.‫تا‬. ‫ ْلي‬.‫اَي ام ْع اشار ال َّبشاا م ِن ا ْستاطااعا ِمنْ ُك م الْب اء ةا فا‬
‫ُ اا ا‬ ‫ا‬
‫ْن اَْل‬ ‫ض‬
‫اوأا ْح‬ ‫ِب‬
ِ‫لْب‬
‫ا‬
‫صِوم فاإِنَُّه لاُه وجاء‬
ْ َّ ِ‫عالا ِْيه ِ ب‬.‫يا ْ تاس ِط ْع فا‬
‫ل‬
Artinya: “Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah
mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena
menikah lebih mampu menundukkan pandangan dan menjaga
kemaluan. Sementara siapa saja yang tidak mampu, maka
hendaknya ia berpuasa. Karena puasa bisa menjadi tameng syahwat
baginya”. (HR Bukhari & Muslim).

 Ini adalah hadist yang mana di kritik para Ulama,yaitu: Pertama Perawinya Umar
bin Hafsh bin Ghiyats beliau dari Kalangan Tabi’ul Atba’ kalangan tua dan
Kuniyah Abu Hafsh Negeri tempat dia berasal di Kufah dan beliau Wafat: 222 H
dalam ini Kritik Ulama: Ibnu Hibban dan Abu Hatim menyatakan ia Tsiqah
 kedua yaitu Hafsh bin Ghiyast bin Thalq beliau dari kalangan Tabi’ut Tabi’in
pertengahan dan Kuniyah nya Abu ‘Umar dan ia berasal dari Negeri Kufah
beliau Wafat: 194 H dan Kritik Ulama ini Yahya bin Ma’in dan An-Nasa’i
menyatakan ia Tsiqah
7

 Selanjutnya ada Sulaiman bin Mihran sebagai perawinya dan beliau dari
kalangan Tabi’in Kalangan biasa,Kuniyah: Abu Muhammad beliau juga hidup di
Kufah ia Wafat: 147 H.Kritik Ulama Ibnu Hajar menyatakan ia Tsiqah Hafidz
dan An- Nasa’i menyatakan ia Tsiqah Tsabat
 selanjutnya perawi Umarah bin ‘Umair beliau dari kalagan Tabi’in kalangan
biasa Kuniyah: - dan beliau hidup di negri Kufah juga.Ia Wafat: 82 H .Kritik
Ulamanya,Ahmad bin Hambal dan Abu Hatim menyatakan ia Tsiqah
 selanjutnya ada Abdurrahman bin Yazid bin Qais beliau dari kalangan Tabi’in
Kalangan pertengahan ,Kuniyah: Abu Bakar dan beliau hidup di Negri
Kufah.Kritik Ulama ini Ibnu Hibban dan Ibnu Hajar menyatakan ia Tsiqah juga

 Terakhir ada Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib sebagai rawinya dan ia
berasal dari kalangan sahabat,Kuniyah nya Abu ‘Abdurrahman dan beliau juga
hidup di Negri Kufah dan Wafat: 32 H Kritik Ulamanya ia adalah seorang
sahabat nabi.

Selanjutnya Kritik Matan yaitu pendapat ulama tentang nikah siri,kita


ambil saalah satu pendapat ulama tentang nikah siri yaitu menurut M.Quraish
Shihab nikah siri atau perkawinan tampa pencatatan (di bawah tangan ),dapat
mengakibatkan dosa bagi pelakunya karena melanggar ketentuan yang di
tetapkan oleh pemerintah dan DPR (Ulil Amri).

3. Asbabul Wurud
Di antara cara yang baik untuk memahami hadis Nabi Muhammad
saw. ialah dengan memperhatikan sebab-sebab khusus yang melatar
belakangi diucapkannya suatu hadis, atau kaitannya dengan suatu `illah
(alasan, sebab) tertentu yang dinyatakan dalam hadis-hadis tersebut atau
disimpulkan darinya, ataupun dapat dipahami dari kejadian yang yang
menyertainya.3 Asbabun Wurud hadis diatas yaitu pada zaman dulu abdullah
dan pemuda lainnya pernah berkumpul bersama
Karen melihat pemuda itu, maka rasulullah. sebagaimana hadis yang
telah dipaparkan diatas,baginda menyuruh pemuda itu untuk menikah jika
sudah sanggup,karna rasulullah bersabda menikah itu dapat menundukkan

3
Alfiah dkk. Studi Ilmu Hadis, (Riau: Kreasi Edukasi, 2016).hal.41.
8

pandangan,dan juga bisa menjaga kemaluan (syahwat)namun siapa yang


belum mampu hendaklah ia berpuasa,sebab hal itu dapat meredakan
nafsunya.
4. Fighul Hadist
Menurut kalangan dari ulama mazhab Syafi’i, menjelaskan bahwa
hukum menikah adalah sunnah atau anjuran sebagaimana pernyataan Imam
Nawawi, “perintah menikah dalam Al-Qur’an bermakan anjuran, bukan
wajib. Pandangan ini juga disetujui oleh jumhur ulama, namun hukum
menikah dapat dijabarkan menjadi wajib, mubah, makruh ataupun haram,
berikut penjelasannya:
a. Wajib hukumnya menikah bagi seseorang yang telah mempunyai
kemampuan untuk melakukanya, dan ia tidak bisa menjaga diri dari
fitnah perempuan.Hukum ini wajib karena dikhawatirkan ia akan
terjerumus ke dalam perbuatan maksiat.
b. Mubah merupakan hukum dasar dari menikah atau yang lainnya, tentu
boleh bagi siapa saja untuk menikah, asalkan ia telah memenuhi syarat
sahnya nikah.
c. Makruh hukumnya menikah bagi seseorang yang setengah tidak mampu
memberikan nafkah, karena dikhawatirkan akan menelantarkan istri dan
anak-anaknya ketika telah berkeluarga.
d. Haram hukumnya menikah, bagi seseorang yang tujuannya, untuk
mempermainkan rumah tangga, atau untuk mengambil harta yang
dimiliki si istri atau suami. Selain itu, haram juga menikah bagi
seseorang yang niatnya untuk menzalimi si perempuan yang dinikahinya.
5. Komentar Ulama
Para ulama berselisih pendapat dalam masalah ini. Jumhur ulama
memandang pernikahan seperti ini sah akan tetapi hukumnya adalah makruh.
Hukumnya sah dan resmi menurut agama karena sudah memenuhi rukun dan
syarat pernikahan serta adanya dua saksi sehingga unsur kerahasiaannya
hilang. Sebab suatu perkara yang rahasia, jika telah dihadiri oleh dua orang
atau lebih, maka tidak lagi disebut dengan rahasia.
9

Adapun sisi kemakruhannya adalah disebabkan adanya perintah Rasulullah


saw., untuk melakukan mengumumkan pernikahan kepada masyarakat luas.
Hal itu dilakukan untuk menghilangkan unsur yang berpotensial
mengundang keragu-raguan serta tuduhan tidak benar (seperti kumpul kebo
misalnya) pada keduanya. Sedangkan kalangan ulama Malikiyyah menilai
pernikahan yang seperti ini tidak sah, karena maksud dari perintah untuk
menyelenggarakan pernikahan adalah pemberitahuan, dan ini termasuk
syarat sahnya pernikahan.4Pendapat yang rajih (kuat), nikah ini sah, karena
syarat- syarat dan rukunnya telah terpenuhi, walaupun tidak diberitahukan
kepada khalayak. Sebab kehadiran wali dan dua saksi telah merubah sifat
kerahasiaan menjadi sesuatu yang diketahui oleh umum.
Semakin banyak yang mengetahui, maka semakin baik. Oleh karena itu,
dimakruhkan merahasiakan pernikahan agar supaya pasangan itu tidak
mendapatkan gunjingan dan tuduhan tidak sedap, ataupun persangkaan-
5
persangkaan yang buruk dari orang lain. Dalam mazhab maliki jika
pernikahan siri itu dilaksanakan karena takut dengan mengumumkannya
akan terjadi suatu hal yang tak diinginkan misal perbuatan dzalim, atau
khawatir takut kena sihir maka pernikahannya bukan suatu yang haram dan
tidak perlu fasakh (pembatalan pernikahan). Menurut Hanafiyah dan
Syafiiyah pernikahan siri adalah pernikahan yang di haramkan berdasarkan
dalil bahwa adanya perintah Rasulullah Saw yang mengharuskan adanya
penyiaran dalam pernikahan.
6. Implikasi dan Implementasi
a. Implikasinya dari Nikah Siri dilakukan pada umumnya karena ada
sesuatu yang dirahasiakan, atau karena mengandung suatu masalah.
Oleh karena Nikah Siri mengandung masalah, maka masalah itu akan
berakibat menimpa pada orang yang bersangkutan, termasuk anak

4
Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan (Jakarta: Rajawali, 1995), hal. 48.
5
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo, 1997), hal. 70
10

anak yang dilahirkan dari pernikahan siri. Nikah siri biasanya terjadi
Karena beberapa Faktor yaitu, Ekonomi, Umur, pergaulan bebas,
kurangnya pengetahuan Masyarakat mengenai pernikahan, Ingin
berpoligami, Tidak direstui, serta tidak mentaati (menyepelekan)
hukum negara.
b. Implementasi Nikah siri juga memiliki dampak yang tidak bagus
terutama bagi wanita, sebab wanita itu meninggalkan bekas sedangkan
laki laki tidak. Apa saja yang membuat nikah siri ini merugikan kaum
wanita Yaitu secara Psikologis dan hukum yang terdiri dari:
1) Munculnya perasaan was-was, terancam, atau pun dibohongi oleh
lelaki secara terus menerus di dalam diri wanita yang diperistri
secara siri;
2) Kedamaian dan ketentraman yang dialami oleh wanita yang
diperistri adalah semu, tanpa mengetahui jalan keluarnya.
Adapun secara Hukum adalah sebagai berikut:
1) Wanita yang diperistri tidak mempunyai kekuatan hukum untuk
menuntut besarnya ekonomi yang diperlukan;
2) Terjadi kesewenangan dari pihak suami dalam memberikan nafkah;
3) Tingkat kesejahteraan kehidupan keluarga rendah;
4) Meningkatnya jumlah keluarga yang tidak memperoleh peluang
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pernikahan merupakan Sebuah ikatan yang mempersatukan antara dua
insan. Yang bertujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Allah menjadikan pernikahan
yang diatur menurut syariat Islam sebagai penghormatan dan penghargaan yang
tinggi terhadap harga diri yang diberikan oleh Islam khusus untuk manusia di
antara makhluk-makhluk yang lain. Dengan adanya suatu pernikahan yang sah,
maka pergaulan antara laki-laki dan perempuan menjadi terhormat.
Namun terkadang manusia salah perspektif melakukan nikah siri yang
secara terlimtas tak benar dan kadang ulama fikih, pernikahan yang
dilaksanakan seperti ini adalah tidak sah, karena tidak memenuhi syarat
pernikahan. Seperti keberadaan wali dan saksi-saksi. Bahkan termasuk ke dalam
perzinahan atau ittikhazul akhdan (menjadikan wanita atau laki-laki sebagai
piaraan untuk pemuas nafsu).
B. Saran
Diharapkan para pelajar dan umumnya pada kita semua, untuk
mempelajari, Isu-isu hadis kontemporer, Karena penting dalam bidang keilmuan
dan sebagai wacana keislaman. Semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua khususnya untuk penulis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah


diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019.

Happy Susanto,Nikah Sirri Apa Untungnya? Cet. I;Visimedia.jakarta 2007.

Ahmad Kuzari, 1995, Nikah Sebagai Perikatan Jakarta: Rajawali, 1995

Ahmad Rofiq, 1997, Hukum Islam di Indonesia Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo, 1997

Tsuroya Kiswati dkk, Perkawinan di Bawah Tangan (Sirri) dan Dampaknya Bagi
Kesejahteraan Istri dan Anak di Daeah Tapal Kuda Jawa Timur.

12

Anda mungkin juga menyukai