Anda di halaman 1dari 32

UNIVERSITAS 17AGUSTUS 1945

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

TEORI PASCA
KETERGANTUNGAN DALAM
SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

ULLY PRISANDINI (1232100040)


SAFIRA APRILIA LUKITA (1232100041)
MUHAMMAD AKBAR PERDANA (1232100042)
NERISSA ARCELLYA VIRJANNAH (1232100043)
DAVID SETIAWAN (1232100044)
LATAR BELAKANG
Teori Pasca Ketergantungan merupakan reaksi
terhadap Teori Ketergantungan, tetapi belum
memiliki nama sendiri sebagai satu kelompok. Teori
ini bisa disebut sebagai Teori tentang Pembangunan,
yang dimana muncul setelah adanya Teori
Ketergantungan.

Salah satu persfektif penting yang diberikan adalah


bahwa aspek eksternal dari pembangunan menjadi
penting sebelumnya aspek tersebut kurang dianggap
berperan. Negara-negara lain hanya dianggap
sebagai mitra dagang, yang sering kali sangat
membantu proses pembangunan yang terjadi di
suatu Negara ataupun dianggap menghambat,
paling-paling karena Negara itu sangat besar
kekuatan ekonominya, sehingga Negara yang sedang
membangun tidak bisa bersaing dengan mereka.
TEORI SISTEM DUNIA (WORD SYSTEM THEORY)

•Dikemukakan oleh: Immanuel Wellerstein

• Muncul karena menganggap teori


ketergantungan tidak mampu menjelaskan
pembangunan dunia ke-3 hanya mampu
menjelaskan gejala keterbelakangan

• Dulu, dunia dikuasai oleh sistem-sistem kecil


atau sistem mini dalam bentuk kerajaan-
kerajaan atau bentuk pemerintahan lainnya
karena waktu itu belum ada sistem dunia. Dan
masing-masing sistem mini tidak saling
berhubungan atau dunia waktu itu terdiri dari
banyak sistem mini yang terpisah.
• Ke m ud ian t e r ja d i p e naklukan-p e naklukan se ca ra milit e r
maup un
b e rg ab u n g d e n g an s u kare la, lalu m u n cu l ap a yan g d is e b u t
"k e r a ja a n d u n i a " ( w o r l d e m p i r e ) .

• K e r a ja a n d u n i a i n i m e n g e n d a l i k a n k a w a s a n n y a m e l a l u i s e b u a h
s is t e m p o lit ik yan g d ip u s at kan .

• P e rke m b an g an t e kn o lo g i p e rh u b u n g an d an p e rke m b an g an d i
b id ang lain ke m ud ian m e m uncu lkan sist e m p e re ko no m ian d unia
yan g m e n yat u . De n g an kat a lain , s is t e m p e re ko n o m ian d u n ia
a d a l a h s a t u - s at u n ya s is t e m d u n ia ya n g a d a . Sis t e m d u n ia i n i l a h
yan g s e karan g ad a s e b ag ai ke ku at an yan g m e n g g e rakkan
n e g a r a n e g a r a d i d u n i a . ( Si s t e m d u n i a s a a t i n i h a n y a s a t u y a k n i
kap it alis m e g lo b al – p as ar int e rnasio nal)
•Sistem dunia = kekuatan yang menngerakkan Negara-
negara di dunia (termasuk sistem ekonomi, misalya
kapitalisme global, ekonomi pasar, dsb.)

• Menurutnya, sebuah sistem dunia tidaklah harus berarti


menguasai seluruh dunia, atau harus ada satu kekuasaan
pusat,
Negara-negara dapat berdiri sendiri dengan pembagian
kerja
tertentu satu dengan yang lain dan dapat bekerjasama.

• Dalam mengadopsi teori ketergantungan, Ia


mengklasifikasikan
negara-negara menjadi 3 kelompok kelas:
1. Negara pusat (Negara maju)
2. Negara setengah pinggiran (Negara semi-periphery)
3. Negara pinggiran (Negara terbelakang/ periphery)
•Dengan komposisi:
1mengeksploitir 2
2 mengeksploitir 3
3 yang paling mengeksploitir
Perbedaan pokok diantaranya adalah pada pada kekuatan ekonomi, dan
yang paling kuat adalah negara pusat. Ketiganya saling berinteraksi,
sehingga untuk menganalisis suatu negara harus dilihat sebagai keseluruhan
dunia.

• Setiap kelompok negara bisa naik atau turun kelas. Setelah negara-negara
Eropa hancur (inggris, belanda dan perancis) kini amerika yang terkuat.
Munculnya negara-negara industri baru (korsel,taiwan, singapura hongkong,
cina) merupakan contoh naiknya kelas negara pinggiran ke setengah
pinggiran dan mungkin merebut menjadi pusat.
• Strategi proses kenaikan kelas (pandangan teori sistem
dunia)
1. Dengan merebut kesempatan yang datang
2. Melalui undangan (keikutsertaan dalam saham multi national
coorporation)
3. Memandirikan negara sendiri :Berusaha melepas
ketergantungan dengan negara pusat. Tergantung ada tidak
kesempatan untuk ini. Punyakah kemampuan untuk lepas dari
kungkungan negara pusat. Contohnya adalah negara kenya
dengan konsep ujamaa untuk melepaskan dari eksploitasi
negara maju.
HUBUNGAN DENGAN DEPENDENSI

• Melihatnegara tidak bisa dianalisis secara


mandiri, harus dilihat dari totalitas dunia.

• Sistemdunia selalu memberikan peluang


negara-negara untuk naik/turun kelas.
TEORI PUSAT DAN PINGGIRAN

Dalam diskursus teori pembangunan, istilah


"pusat-pinggiran" pertama kali dimunculkan
oleh para penganut teori ketergantungan
(dependency theory) Salah satu asumsi utama
teori ketergantungan adalah terbaginya
perekonomian Dunia menjadi dua kutub, yaitu
perekonomian negara maju dan negara
terbelakang. Andre Grunder Frank membagi
perekonomian dunia menjadi negara
metropolis maju dan negara satelit, sedangkan
Samir Amin membaginya menjadi negara-
negara maju di pusat dan kelompok negara
miskin di pinggiran.
TEORI LIBERAL

• Teori liberal pada dasarnya tidak banyak


dipengaruhi oleh teori ketergantungan, teori
liberal tetap berjalan seperti sebelumnya yakni
mengukuti asumsi-asumsi bahwa modal dan
investasi adalah masalah utama dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi.

• Teoriyang dianut oleh para ahli ekonomi ini lebih


mengembangkan diri pada keterampilan
teknisnya, yakni bagaimana membuat table
input-output yang baik, bagaimana mengukur
keterkaitan diantara berbagai sector ekonomi
dan
sebagainya. Tentu saja bukan tidak berguna.
Tetapi, yang kurang
dipersoalkan adalah bagaimana faktor politik
bisa dimasukkan kedalam model mereka.
• Kritik terhadap teori liberal pada umumnya berkisar pada
ketajaman definisi dari teori ketergantungan. Definisi yang
ada
dianggap terlalu kabur, sulit dijadikan sesuatu yang
operasional.
Tanpa kejelasan dan ketajaman konsep – konsep dasarnya,
teori
ketergantungan lebih merupakan sebuah retorika belaka.

• Agar konsep ketergantungan dapat di pakai untuk


menyusun
teori, makaada dua kriteriayang harusdipenuhinya, yaitu:
a. Gejala ketergantungan ini harus hanya ada di negara –
negara
yang ekonominya mengalami ketergantungan dan tidak di
negara yang tidak tergantung dengan negara lain.
b.Gejala ini mempengaruhi perkembangan dan pola
pembangunan di negara –negara yang tergantung.

• Dari penelitiannya terhadap aspek ekonomi dan sosiopolitik


dari gejala ketergantungan ,Lall melihat bahwa gejala ini juga
terdapat di Negara-negara yang dianggap tidak tergantung.
Misalnyatentangdominasi modal asing.
TEORI ARTIKULASI

• Mula-mula dikembangkan oleh Claude, Meillassoux dan


Pierre
Philippe Rey
•Berititik tolak dari konsep formasi sosial
•Dalam Marxisme dikenal konsep cara produksi (mode of
production) , misalnya cara produksi kapitalis, cara
produksi sosialis, dsb. Masing-masing cara produksi
tersebut
mempunyai ciri sendiri dibandingkan dengan cara
produksi
lainnya.
• Ada peralihan dari satu cara produksi ke produksi lain.
Peralihan
itu memakan waktu berabad-abad. Pada waktu peralihan
inilah
dimungkinan ada beberapa cara produksi sekaligus. Pada
tataran nyata dimungkinkan cara produksi kapitalis
bersamaan
dengan cara produksi feodal.
•Kondisi diatas dinamakan formasi sosial, yaitu ada cara
produksi yg lebih dari satu ada bersama.

•Menurut Marx: Di satu formasi sosial, ada 1jenis cara produksi


yang menguasai cara produksi lainnya. Cara produksi yg
dominan
ini berfungsi seperti memberi pengaruh dan mengubah sifat-
sifat
utama dari cara produksi lainnya. Bila cara produksi feodal
dominan maka disebut formasi sosial feodal.

•Perbedaan dominasi itu yg memunculkan konsep artikulasi.

• Pendapat Teori Artikulasi: Kapitalisme di negara Pinggiran


tidak bisa berkembang karena artikulasinya atau kombinasi
unsurunsurnya tidak efisien. Kegagalan kapitalisme di negara
pinggiran
karena cara produksi yang ada di negara tersebut saling
bertentangan dan menghambat.
• Teori Artikulasi disebut juga sebagai teori
yang memakai pendekatan cara produksi.
Pada teori ini, persoalan keterbelakangan
dilihat dalam lingkungan proses produksi.
Bagi teori artikulasi, keterbelakangan di
Negara-negara duniaketiga harus di dilihat
sebagai kegagalan dari kapitalisme untuk
berfungsi secara murni. Sebagai akibat dari
adanya cara produksi lain di Negara-negara
tersebut.
TEORI BILL WAREN

• Warren membantah inti teori ketergantungan,


yakni bahwa perkembangan kapitalisme di
Negara-negara pusat dan pinggiran berbeda.
Menurutnya, kapitalisme di Negara manapun
sama.

• Inti dari kritik Warren adalah :


• Bahwa dalam kenyataannya, negara-negar yang
tergantung menunjukkan kemajuan dalam
pertumbuhan ekonomi dan proses
industrialisasinya. Bahkan kemajuan ini
menunjukkan bahwa negara-negara yang
tergantung ini sedang mengarah pada
pembangunan yang mandiri. (Hal ini berbeda
dengan pandangan kaum Marxis)
• O le h ka r e n a itu , d ia m e n y im p u lka n :
“ J a d i, b e r la w a n a n d e n g a n p e n d a p a t u m u m y a n g a d a ,
d u n ia
ke t ig a t id a k m e n g a la m i ke m a n d e ka n s e c a r a r e la t iv e
m a u p u n a b s o lu t s e te la h p e r a n g d u n ia ke d u a , s e b a likn y a ,
ke m a ju a n y a n g b e r a r t i d a la m h a l ke m a km u r a n m a te r ia l
d a n p e m b a n g u n a n ke ku a ta n p r o d u ks i te la h te r ca p a i,
d e n g a n ke c e p a ta n y a n g le b ih t in g g i d ib a n d in g ka n d e n g a n
ke a d a a n s e b e lu m p e r a n g . K e n y a ta a n in i ju g a b e r la w a n a n
d e n g a n p a n d a n g a n ka u m m a r xis y a n g m e n y a ta ka n b a h w a
p e m b a n g u n a n n a s io n a l y a n g m e n g iku t i ja la n ka p ita lis b is a
t e r ja d i d i d u n ia ke t ig a ” .
TEORI MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDG’S)

Sekitar tahun 1980-an, strategi pembangunan mulai bergeser menjadi


pertumbuhan dan pemerataan pembangunan (growth and equity of
strategy development). Strategi ini pun masih mengalami masalah,
yaitu tingginya tingkat ketergantungan negara berkembang kepada
negara maju berupa investasi, bantuan luar negeri dan pinjaman.
Kemudian, sejak memasuki abad ke-20 muncul strategi baru, yaitu
konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang
didukung dengan konsep MDGs.

MDGs adalah deklarasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang


disepakati dan diadopsi oleh 189 negara. Dalam kesepakatan ini
terdapat delapan butir tujuan yang ingin dicapai pada tahun 2015 dan
mulai dijalankan pada September 2000. SDM merupakan modal dasar
pembangunan yang utama. SDM yang menjadi modal dasar
pembangunan adalah manusia yang terdidik, terlatih, dan terampil
dalam menangani masalah.
Tujuan Pembangunan Milenium (MDG), ada
beberapa tujuan pembangunan yang lain
ditetapkan pada dekade 1960-an hingga 1980-an.
Sebagian terlahir dari konferensi global yang
diselenggarakan PBB pada 1990-an, termasuk KTT
Dunia untuk Anak, Konferensi Dunia tentang
Pendidikan untuk Semua 1990 di Jomtien,
Konferensi PBB tentang Lingkungan dan
Pembangunan 1992 di Rio de Janeiro, serta KTT
Dunia untuk Pembangunan Sosial 1995 di
Copenhagen. MDG tidak bertentangan dengan
komitmen global yang sebelumnya karena
sebagian dari MDG itu telah dicanangkan dalam
Tujuan Pembangunan Internasional (IDG), oleh
negara-negara maju yang tergabung dalam OECD
pada 1996 hingga selanjutnya diadopsi oleh PBB,
Bank Dunia dan IMF.
TEORI NEOLIBERALISME

Kata neoliberalisme berasal dari kata “liberal” yang


mendapat imbuhan neo- yang mengandung makna
baru dan akhiran -isme yang dapat dimaknai sebagai
paham atau pemikiran. Singkatnya, neoliberalisme
menunjuk pada suatu paham (isme) liberal, kebebasan.

Dalam praktik ekonomi politik, kaum liberalis akan


berpandangan sangat konservatif bahwa negara
menjalankan sedikit urusan yang memang tidak dapat
dikerjakan oleh individu. Urusan itu misalnya mengenai
keamanan, pembentukan sistem hukum, dan
pembuatan mata uang.
TEORI FEMINISME

Feminisme adalah sebuah paham yang muncul


ketika wanita menuntut kesetaraan hak yang
sama dengan pria. Istilah ini pertama kali
digunakan dalam debat politik di Prancis pada
akhir abad ke- 19. Menurut June Hannam (2007:
22) dalam buku Feminism, kata “feminisme”
adalah pengakuan tentang ketidakseimbangan
kekuatan antara dua jenis kelamin, tetapi peranan
wanita berada di bawah pria; keyakinan bahwa
kondisi wanita terbentuk secara sosial sehingga
dapat diubah menjadi penekanan pada otonomi
wanita.
KESIMPULAN
Ketergantungan ekonomi antara negara
maju dan negara berkembang akan
memperkuat struktur kekuasaan yang tidak
seimbang. Oleh karena itu teori pasca
ketergantungan menggantikan model
pembangunan pada pertumbuhan ekonomi
dengan pendekatan yang lebih fokus pada
keadilan sosial, dan pemberdayaan
masyarakat lokal.
TERIMA
KASIH
PEMBELAJARAN BERAKHIR DI SINI
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Sosiologi Pembangunan

EKONOMI POLITIK PERMINYAKAN


INDONESIA :
ANALISIS KEBIJAKAN
LIBERALISASI SEKTOR HULU
MIGAS INDONESIA PASCA-1998
Oleh :
Kelompok 5
NAMA 1. Ully Prisandini
2. SafiraAprilia Lukita
AGGOTA 3. Muhammad Akbar Perdana
4.Nerisa Arcellya Virjannah
KELOMPOK 5. David Setiawan
01
ABSTRAK

Di awal tahun 2012, pemerintah RI mengagendakan pencabutan


subsidi harga BBM serta menaikkan harga BBM sebesar Rp 1.500.
Kebijakan ini mengundang aksi protes massa di berbagai daerah,
hingga akhirnya ditunda pengesahannya melalui proses politik yang
panjang. Sesuai draft yang disepakati di sidang paripurna DPR-RI,
pemerintah berkesempatan menyesuaikan harga BBM jika harga
Indonesian Crude Price (ICP) naik atau turun 15% dalam jangka waktu
6 bulan.
02
PENDAHULUAN
Pada awal 2012, Indonesia mengeluar- kan sebuah rencana kebijakan yang
cukup kontroversial dan memicu penolakan: rencana penaikan harga BBM
(Bahan Bakar Minyak) sebesar Rp 1500 per 1 April 2012. Kebijakan ini dibuat
dengan dasar argumentasi kenaikan harga minyak dunia yang melebihi
asumsi pada APBN-2012. Permasalahan kenaikan harga BBM tak terlepas
dari pengelolaan Minyak Indonesia, terutama kebijakan di sektor produksi.
Dengan fakta bahwa Indonesia memiliki cadangan minyak terbesar di Asia
Tenggara, Oleh sebab itu paper ini akan lebih banyak mengupas persoalan
liberalisasi dalam kebijakan sektor hulu migas, implikasi-implikasi di sektor
hilir dan pasar internasional, serta lahirnya discourse mengenai globalisasi
neoliberal dalam ekonomi politik perminyakan Indonesia.
03

PENDEKATAN KONSEPTUAL
Skema pendekatan neo-liberal dapat diperbandingkan dengan pendekatan
lain, semisal neo-marxisme. Pendekatan ini percaya bahwa hubungan antara
negara- negara maju dan negara-negara berkembang bergerak pada
hubungan yang tidak setara.

Sedangkan dalam pandangan neo- Marx, liberalisasi justru membuat adanya


unequal exchange yang lebih besar, bahkan penghisapan. Ini adalah modus
Operandi yang jamak: membuka pasar seluas-luasnya bagi kepentingan
korporasi multinasional.
04

KEBIJAKAN LIBERALISASI SEKTOR


HULU PASCA-1998
Liberalisasi sektor hulu pasca-1998 di Indonesia, berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2001,
membagi pengelolaan sektor energi menjadi sektor hulu (eksplorasi dan eksploitasi) dan
hilir (pengolahan hingga perniagaan migas). Pengelolaan sektor hulu Migas dilakukan oleh
Badan Pelaksana Migas, Kebijakan sektor hulu migas juga memiliki dampak sosial, terutama
terkait eksistensi perusahaan minyak asing di ranah lokal yang tidak selalu
mempertimbangkan kepentingan masyarakat dan negara tuan rumah. Pada tahun 2001, BP
Migas dibentuk sebagai regulator untuk mengelola industri Migas, tetapi posisinya juga
memiliki implikasi panjang terjadi perubahan dalam bentuk oligarki yang lebih baru melalui
liberalisasi sektor hulu dalam kebijakan Migas pasca-1998.
05
IMPLIKASI LIBERALISASI
SEKTOR HULU MIGAS
Kebebasan perusahaan asing dalam mengeksplorasi dan meng-
eksploitasi hasil minyak Indonesia, sesuai UU 22/2001. Pembentukan
Badan Pengatur Sektor Hilir (BPH) untuk mengatur sektor hilir Migas.
Hilangnya monopoli Pertamina sejak November 2005. Investor lokal dan
swasta dapat berpartisipasi dalam kegiatan hilir, termasuk pemrosesan,
pengangkutan, penyimpanan, dan pemasaran. Politik harga transparan
berdasarkan harga pasar. Subsidi harga BBM untuk menjaga harga tetap
terjangkau oleh masyarakat kecil.
06
POLITIK KETERGANTUNGAN DAN
STRUKTUR PENGUASAAN GLOBAL
Liberalisasi sektor hulu migas, politik ketergantungan, dan struktur
kekuasaan global dalam konteks globalisasi neoliberal di Indonesia.
Liberalisasi mengurangi peran negara dalam pengelolaan migas, dengan
perusahaan multinasional mendominasi. Hal ini menciptakan hegemoni
pasar dalam ekonomi-politik internasional. Kebijakan penarikan subsidi
harga BBM juga merupakan bagian dari neoliberal globalization,
menunjukkan ketergantungan negara pada kekuatan ekonomi pasar. .
07

KESIMPULAN
Dalam membaca kebijakan kenaikan harga BBM, perlu memperhatikan aspek
liberalisasi di sektor hulu dan hilir serta peran oligarki dalam perdagangan
minyak internasional. Kenaikan harga BBM di berbagai negara dunia ketiga
sering kali dijustifikasi sebagai penyesuaian struktural global. Agenda
reformasi neoliberal dalam industri Migas di Indonesia telah membawa
dampak signifikan, mulai dari tahun 2000 dengan Letter of Intent,
pengesahan UU Migas baru pada tahun 2001, hingga lepasnya Pertamina dari
peran tunggalnya pada tahun 2005. Semua kebijakan ini tampaknya lebih
menguntungkan oligarki pasar minyak global daripada kepentingan nasional.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai