Merokok 4
2 Multiparitas
Riwayat Kuretase 6
DIAGNOSA
Jika plasasenta previa terdeteksi pada trimester kedua, sering kali lokasi plasenta akan
bergeser ketika rahim membesar, maka harus dilakukan pemeriksaan USG.
Penegakan diagnosis plasenta sebagai berikut:
1. Gejala klinis
2. Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan luar
• Pemeriksaan inspekulo
3. Pemeriksaan penunjang
• USG
• Pemeriksaan darah
TANDA DAN GEJALA PLASENTA
PREVIA
1. Perdarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
2. Darah biasanya berwarna merah segar.
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktifitas
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering di jumpai kelainan letak janin.
5. Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila di lakukan periksa
dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
(Rosdianah, 2019)
PATOFISIOLOGIS
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga
karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya
kehamilannya, dan mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan.
(Fletcher, 2012)
Pada plasenta yang seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan
oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri
internum.
Pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan
berikutnya.
PENATALAKSANAAN
1. Terapi Ekspretatif
• Tujuannya agar janin tidak terlahir premature
• Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis
• Lakukan pemeriksaan USG
• Berikan tokolitik bila ada kontraksi
• Uji pematangan paru janin dengan tes kocok
• Bila usia kehamilan >34 minggu, plasenta masih berada di ostium internum maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas maka dilakukan observasi dan konseling
2. Terapi Aktif (Tindakan Segera)
• Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam aktif
• Untuk diagnosa plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinann setelah semua
persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO (Pemeriksaan Dalam Meja Operasi)
Kesimpulan
Penanganan plasenta previa tergantung kepada kondisi kesehatan ibu dan janin,
usia kandungan, posisi ari-ari, dan tingkat keparahan perdarahan. Bila ibu hamil mengalami
perdarahan hebat yang berulang, maka bayi harus dilahirkan secepatnya melalui operasi
Caesar. Namun jika usia kandungannya kurang dari 36 minggu, ibu akan diberikan suntikan
obat kortikosteroid terlebih dahulu untuk mempercepat pematangan paru-paru janin. Bila
perlu, transfuse darah untuk mengganti darah yang hilang.
Ibu hamil yang mengalami plasenta previa sebenarnya masih dapat melahirkan
normal, asalkan letak plasenta tidak menutupi jalan lahir atau hanya menutupi sebagian.
Tetapi jika plasenta menutupi seluruh jalan lahir, maka diperlukan operasi Caesar. (Pulungan
& dkk, 2020)
BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah
Kelompok 2
Auliya Diyaa
Ayu Tamara
Aziza Rahma
Azzahra Rukha
Billqis Silvia
Brigita Ilda
Cindy Novianti
Pengertian
1.
pencegahan. Upaya untuk menurunkan angka kejadianBBLR ini akan lebih efisien apabila
Bumil yang mempunyai resikomelahirkan bayi dengan BBLR dapat dideteksi sedini mungkin.
Pemantauan ibu hamil adalah salah satu upaya untuk mendeteksi faktorresiko terjadinya
BBLR. Pemantauan ini merupakan tindakan mengikutiperkembangan ibu dan janin
meningkatkan kesehatan optimum dan diakhiri dengan kelahiran bayi yang sehat
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum hamil agar setiap pasangan dapat merencanakan sebaik mungkin
2.
kehamilan yang akan
datang sehingga davat melahirkan bavi vang normal dan senat. vaitu:
a. Menganjurkan agar melakukan Konsultasi atau Konseling pra-hamil. Mempersiapkan seorang wanita mengahadapi
Kehamilan sampai persalinan dengan berbagai risikonya. baik secara fisik maupun batin
D. Mensaniurkan agar calon 1bu dumunisasi I I atau imunisasi pra nikah untuk mencesah penvakit tetanus
• Menganjurkan agar bu rajin untuk pemeriksaan Kehamilan.
• Untuk bu hamil dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sermg vang dapat memenuhi kesehatan gizi bag ibu hamil
dan janinnva.
ETIOLOGI
1 Asfiksia
2 Gangguan pernafasan
3 Hipotermi
4 Masalah pemberian ASI
5 Infeksi
6 Ikterus
7 Masalah perdarahan
Gambaran Klinis
BBLR sehat
Asuhan BBLR schat yang harus diberikan :
• Penghangatan bayi dengan PMK (Perawatan Metode Kanguru)
• Pemberian ASI eksklusif
• Pencegahan infeksi
• Pemberian imunisasi
• Pemantauan tanda bahaya dan persiapan perujukan jika perlu
Keadaan yang dikaji:
B BBLR Sakit • Kondisi umum
Asuhan kebidanan pada BBLR : • Aktifitas, istirahat dan tidur
1. Pengkajian: • Sistem pernafasan
• Riwayat kesehatan • Immunologis
• Pemeriksaan fisik • Sirkulasi / sistem kardiovaskular
• Mulut / makanan / cairan
• Musculoskeletal
• Neurosensori
• Ekstremitas
• Genetalia
Kesimpulan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tapa memandang masa gestasi, berat lahir adalah berat
yang ditimbang I (satu) jam setelah lahir. Berat badan lahir adalah salah
satu indikator tumbuh kembang mulai masa anak-anak hingga masa
dewasa dan gambaran status gizi yang diperoleh janin dalam kandungan.
Question
Time
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Della Hasri Hartanti P27224023328
2. Diana Dwi Lestari P27224023329
3. Dinda Hardiyanti P27224023330
4. Erfa Dzikrina P27224023331
5. Fani Nur Ghefira P27224023332
6. Fauzah Nur Rosyidah P27224023333
7. Fransiska Armadanti S P27224023334
8. Gabriela Alma S.Z P27224023335
9. Hana Alfrida Nur F JR P27224023336
Latar Belakang
Tujuan Resusitasi
• Memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia
• Untuk oksigenasi darurat
• Membantu pernapasan
• Membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan
• Untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan O2
Tanda-tanda
Resusitasi Perlu Dilakukan
• Pernapasan
- Bayi tidak bernapas/ napas tidak adekuat
- Nafas tersenggal senggal
• Frekuensi nadi <100 kali per menit
• Adanya sumbatan jalan napas
• Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu
misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium
sulfat, dan sebagainya
• Kerusakan neurologis
• Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf
pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan / sirkulasi.
• Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan.
Persiapan Resusitasi
1. Persiapan Keluarga Sebelum menolong persalinan,
• Bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu
dan bayinya serta persiapan yang di lakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran
persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
4. Persiapan penolong
a. Mengenakan alat pelindung diri pada persalinan.
b. Mencuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun
c. Mengenakan kedua sarung tangan menjelang kelahiran.
Langkah-langkah Resusitasi BBL
- Tahap Awal -
Jaga bayi tetap hangat
- Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu
- Selimuti bayi
- Pindah bayi ke atas kain di tempat resusitasi
- Jaga bayi tetap hangat di bawah pemancar panas
1. Pasang Sungkup
•Setelah itu periksa cairan atau lendir dimulut bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan.
Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air(ulangan), bila dada mengembang, lakukan
tahapan berikutnya.
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
• Lakukan tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
• Pastikan dada mengembang, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang nafas
➢ 16% seluruh kelahiran hidup ➢ Berat badan bayi sekitar 1.500- ➢ Berat bayi sekitar 500-1.400 gr
2.500 gr
➢ Berat bayi sekitar 2.500-3.250 gr ➢ 0,8% seluruh kelahiran hidup
➢ 6-7% seluruh kelahiran hidup
➢ Biasanya normal ➢ Masalah : semua
➢ Masalah : ketidakstabilan,
➢ Masalah yang sering terjadi pengaturan glukosa, RDS, ➢ Penampilan : kecil tidak
biasanya : ketidak stabilan, ikterik, anemia, infeksi, kesulitan memiliki lemak, kulit sangat
kesulitan menyusu, ikterik, RDS menyusu tipis, kedua mata mungkin
mungkin muncul berdempetan
➢ Penampilan : seperti pada bayi
➢ Penampilan : lipatan pada kaki prematur digaris batas tetapi
sedikit, payudara lebih kecil, lebih parah, kulit lebih tipis,lebih
lanugo banyak pembuluh darah yang
nampak
➢ Banyak, genetalia kurang
berkembang
ETIOLOGI
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran premature dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
1 2 3
Gangguan Metabolik Gangguan Imunitas Gangguan Pernapasan
a. Hipotermia a. Gangguan imonologik a. Sindroma gangguan
b. Hipoglikemia b. Kejang saat dilahirkan pernapasan
c. Hiperglikemia c. Ikterus (kadar bilirubin yang b. Asfiksia
d. Masalah pemberian ASI tinggi) c. Apneu periodik
d. Paru-paru belum berkembang
4 5 6
Gangguan Sistem Peredaran Gangguan Cairan dan Elektrolit Masalah jangka Panjang yang
Darah a. Gangguan eliminasi dapat terjadi
a. Anemia b. Gangguan abdomen a. Masalah psikis
b. Gangguan jantung c. Gangguan pencernaan b. Masalah fisik
c. Gangguan pada otak d. Gangguan elektrolit
d. Kejang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan pada bayi prematur dan BBLR adalah
sebagai berikut:
DEFINISI
Bayi Berat Lahir Rendah atau biasa
disingkat BBLR adalah bayi baru lahir
dengan berat kurang dari 2.500 gram. KLASIFIKASI
Berat bayi merupakan indikator 1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu
berat bayi baru lahir kurang dari 2.500
penting untuk menunjang kesehatan gram SALURAN CERNA
bayi karena berhubungan dengan 2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR)
Pertumbuhan saluran cerna
yaitu berat bayi baru lahir kurang dari
morbiditas dan mortalitas bayi. 1.500 gram dan hati manusia pada
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah
umumnya telah selesai pada
(BBLASR) yaitu berat bayi baru lahir
kurang dari 1.000 gram saat usia kehamilan 12 minggu
Lanjutan . . .
CARA PEMBERIAN
KEBUTUHAN NUTRISI JENIS NUTRISI
NUTRISI
Kelompok 1
1. Ai’ Nurul Sekar Arum
2. Aini Nur Baiti Baroroh
3. Anita Cyntia Rahman
4. Annisa Yeslina Utami
5. Aprilia Sari
6. Asri Milasari Ayuningtyas
7. Athanasia Pramelia W N
A. Umur ibu →→ umur ideal untuk seorang ibu hamil adalah 20-30 tahun
b. Hipoksia ibu akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
c. Infeksi berat selama kehamilan (TB, malaria, sifilis, varisela, dll)
d. Perdarahan antepartum
e. Gangguan aliran darah uterus, seperti anemia dan riwayat hipertensi selama kehamilan
f. Kehamilan postdate (usia gestasi lebih dari 42 minggu)
Faktor plasenta
Plasenta merupakan sumber nutrisi janin, sumber oksigen, dan tempat pembuangan sisa
metabolisme janin. Asfiksia dapat terjadi pada kasus:
a.. Solusio plasenta
b. Lilitan tali pusat dan simpul tali pusat
c. Tali pusat pendek
d. Prolaps tali pusat
e. Perdarahan plasenta
Faktor neonatus
a. Pemakaian obat anestesi yang berlebihan
b. Tauma persalinan
c. Kelainan kongenital
d. Bayi prematur
e. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
f. Air ketuban bercampur mekonium
Faktor persalinan
a. Persalinan letak bokong, sunggang, dll
b. Partus lama & partus macet
c. Ketuban pecah dini
Patofisiologi
1. Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa hamil
dan persalinan.
2. Proses kelahiran umumnya selalu diawali dengan asfiksia ringan yang bersifat
sementara.
3. Pada keadaan asfiksia berat, usaha napas ini tidak tampak, selanjutnya bayi apneu,
bradikardi, dan bayi tampak lemas (flasid).
4. Penilaian asfiksia ini berdasarkan nilai APGAR .
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR, yaitu:
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0 - 3
b. b. Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4 - 6
c. c. Asfiksia ringan dengan nilai APGAR 7 - 9
d. d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Tatalaksana
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan berikut, yaitu
1. Stabilisasi
2. Saluran udara
3. Bernafas
4. Sirkulasi
Stabilisasi
a. Mengeringkan tubuh bayi
b. Memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi di bawah alat memancarkan
panas (radiant warmer)
c. Bayi dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan
memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.
penghentian resusitasi
Resusitasi dapat dihentikan bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung
1. Setelah 10 menit
2. Setelah usaha resusitasi yang menyeluruh dan adekuat
3. Penyebab lain dari asfiksia telah disingkirkan
TERIMA KASIH
Nurma Rizkiyatul Ula
Nisah Handayani
Nurul Aulia Putri
Noer Hanifah Dwi Pangestu
Olvhin Rambu Rauna
Novita Wulandari
Nurul Fatimah
Novi Khusnul Yaqin Rofiana
Nurrofiul Khusna
Hipoglikemia diklasifikasikan menjadi dua kategori
utama, yaitu kelainan yang menyebabkan produksi
glukosa meningkat dan kelainan yang menyebabkan
produksi glukosa menurun
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Hipoglikemi kambuh pada 10-15 %
Hipoglikemi dapat ditegakan bila
el otak tidak mampu hidup jika bayi sesudah pengobatan adekuat.
dalam 3 hari pertama sesudah
kekurangan glukosa. Pada Kumat lebih sering terjadi jika cairan
lahir dua kali berturut-turut
neonatus dengan ibu diabetes IV keluar dari pembuluh darah atau
pemeriksaan gula darah kurang jika cairan dihentikan terlalu cepat
dan mengalami hiperglikemia in
dari 30mg/dl. Pada umur lebih sebelum makanan oral ditoleransi
utero atau sebagai komplikasi
dari 3 hari kadar gula darah dengan baik. Bayi terutama BBLR
cidera dingin
kurang 40mg/dl dan bayi dari ibu diabetes,
mempunyai prognosis lebih jelek
untuk kelanjutan perkembangan
intelektual yang normal daripada
prognosis bayi yang asimtomatik
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Bayi Bermasalah dan
Berat Lahir Rendah
Pendahuluan
• Bayi berat lahir rendah (BBLR) kematian neonatus
• Bidan tidak harus merawat BBLR tapi harus mampu
mengenali
• Hipotermia sedang
– Beri pakaian hangat
– Lakukan KMC
– Anjurkan ibu menyusui lebih sering
– Tangani tanda bahaya
– Periksa suhu tubuh bayi tiap jam, jika suhu naik 0,5
oC/jam berarti upaya penghangatan berhasil,
lanjutkan memeriksa suhu bayi tiap 2 jam
HIPOGLIKEMIA
• Keadaan hasil pengkuran kadar glukosa
darah < 45 mg/dL
Medikamentosa
• 1. Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena
dalam waktu 5 menit, jika kejang tidak berhenti dapat
diulang dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak
2 kali dengan selang waktu 30 menit. Jika tidak
tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia
sediaan obat intravena, maka dapat diberikan
intramuskuler
• 2. Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg
berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis
dengan kecepatan 1mg/kgberat badan / menit.
Pengobatan rumatan
1. Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis
tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara
intravena atau per oral, sampai bebas kejang
7 hari.
2. Fenitoin 4-8 mg/kg/ hari intravena atau per
oral. dosis terbagi dua atau tiga.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk
mencari penyebab kejang
INFEKSI NEONATAL
• Merupakan sindroma klinis penyakit
sistemik akibat infeksi dalam satu bulan
pertama kehidupan
• Penyebab: Bakteri, virus, jamur dan
protozoa
• Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir
tidak spesifik perlu skrining sepsis dan
pengelolaan terhadap faktor risiko
• Daya tahan tubuh neonatus masih imatur invasi
mikroorganisme mudah infeksi berat
kematian dalam waktu beberapa jam atau
beberapa hari bila tidak mendapat pengobatan
yang tepat.
• Infeksi pada bayi baru lahir dapat terjadi in utero
(antenatal), pada waktu persalinan (intranatal),
atau setelah lahir dan selama periode neonatal
(pasca natal).
• Penyebaran transplasenta merupakan jalan
tersering masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh janin.
• Faktor risiko terjadinya sepsis
neonatorum:
– Ibu demam sebelum dan selama persalinan
– Ketuban Pecah Dini
– Persalinan dengan tindakan
– Timbul asfiksia pada saat lahir
– BBLR
Manajemen Infeksi
• Dugaan sepsis
• Jika tidak ditemukan riwayat infeksi intra uteri, ditemukan satu
kategori A dan satu atau dua kategori B maka kelola untuk tanda
khususnya (mis. kejang). Lakukan pemantauan.
• Jika ditemukan tambahan tanda sepsis, maka dikelola sebagai
kecurigaan besar sepsis.
• RUJUKAN
RUJUKAN DAN TRANSPORTASI
BAYI BARU LAHIR
• Keadaan ideal untuk rujukan neonatal
adalah secara antepartum
• Harus diperhatikan saat merujuk ==bayi
harus stabil atau minimal tanda bahaya
sudah mendapatkan pengelolaan awal
• Libatkan orangtua/keluarga dalam
mengambil keputusan untuk merujuk dan
jelaskan mengapa bayi harus dirujuk
• Data yang harus diinformasikan:
– Identitas bayi dan tanggal lahir
– Identitas orang tua
– Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya,
tindakan resusitasi yang dilakukan’obat yang
dikonsumsi oleh ibu
– Nilai Apgar
– Masa gestasi dan berat lahir
– Tanda vital
– Tindakan/prosedur klinisk dan terapi lain yang sudah
diberikan
– Bila tersedia, data pemeriksaan penunjang yang ada
• Syarat melakukan transportasi
– Bayi stabil
– Bayi dalam keadaan hangat
– Kendaraan pengangkut harus hangat
– Didampingi tenaga kesehatan yang trampil
melakukan tindakan resusitasi minimal
ventilasi
– Tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan
• Bayi dalam keadaan stabil bila
– Jalan napas bebas dan ventilasi adekuat
– Kulit dan bibir kemerahan
– Frekuansi jantung 120-160 kali per menit
– Suhu aksiler 36,5-37oC
– Masalah metabolik terkoreksi
– Masalah spesifik penderita sudah dilakukan
manajemen awal
• Kasus yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang
lebih lengkap:
– Gangguan napas sedang dan berat, apapun penyebabnya
– Asfiksia yang tidak memberi respon pada tindakan
resusitasi, sebaiknya 10 menit pertama
– Kasus bedah neonatus
– BBLR < 1750 gram
– BBLR 1750-<2500 gram dengan kejang, gangguan napas,
gangguan pemberian minum
– Hipotermia berat
– Ikterus patologis
– Kemungkinan penyakit jantung bawaan
Derajat Ikterus Daerah Ikterus Perkiraan
kadar
bilirubin
I Daerah kepala dan leher 5.0 mg%
II Sampai badan atas 9.0 mg%
III Sampai badan bawah hingga 11.4 mg%
tungkai
IV Sampai daerah lengan, kaki 12.4 mg%
bawah, lutut.
V Sampai daerah telapak tangan 16.0 mg%
dan kaki
Usia Ikterus terlihat pada Klasifikasi
HIPOTERMI
Kusumaning Ayu Sefiany Milawati
Linda Adi Anggreini Muly Izati Faisal
Mega Puji Sagita Putri Nadia Nur Salsabila
Meriza Mega Kartika Nafil Ibroza
hipotermi
Proses oksidasi lemak
Stimulasi saraf
coklat (NST) &
simpatis vasokontriksi perifer
Memicu serabut
simpatik
Hipotalamus mengeluarkan
norepinefren
ETIOLOGI HIPOTERMI
1 2 3 4
0
Kehilangan panas
Lingkungan Area permukaan yang cepat dalam
eksternal lebih Suplai lemak kulit yang besar lingkungan yang
dingin daripada subkutan yang dibandingkan dingin terjadi
lingkungan terbatas dengan berat melalui konduksi,
didalam uterus. badan konveksi, radiasi,
dan evaporasi
KLASIFIKASI HIPOTERMI
Hipotermi Sedang Hipotermi Berat
Suhu 32 -36 °c Sama hipotermia sedang
Aktivitas berkurang, Suhu <32 °C
letargis Bibir dan kuku kebiruan
Tangisan lemah Pernafasan lambat
Pernafasan tidak teratur
Kulit berwarna tidak rata
Bunyi jantung lambat
Kemampuan menghisap
Selanjutnya mungkin timbul
lemah hipoglikemia dan asidosis
Kaki teraba dingin metabolik
0
PENCEGAHAN
HIPOTERMI
Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam
Rawat bayi kecil diruang yang hangat
Jangan meletakkan bayi di dekat benda yang dingin
Pada waktu memindahkan bayi ketempat lain, tetap
jaga kehangatan
Bayi harus setiap saat diselimuti dalam keadaan
apapun
Berikan tambahan kehangatan pada waktu
dilakukan tindakan
0
0
Cegah bayi kehilangan panas
Beri ASI sedini mungkin
Setelah tubuh bayi menjadi hangat nasehati ibu
cara merawat bayi dirumah
Menyusui secara ekslusif
Pencegahan infeksi
Anjurkan ibu kontrol bayinya setelah 2 hari
PENATALKSANAAN HIPOTERMI BERAT
Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat
Lakukan metode kanguru
Bila selimut dingin segera ganti dengan yang hangat. Cegah bayi kehilangan panas dengan Member
tutup kepala / topi bayi
Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering dan hangat
Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bay menginginkan
Segera rujuk kerumah sakit terdekat
Hindari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi sering diubah
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dosis
Periksa kadar glukosa darah
Nilai tanda bahaya setiap jam
Nilai kemampuan minum setiap 4 jam
Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai.
Anjurkan ibu menyusui, Bila bayi tidak dapat menyusu, maka menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam.
Setelah suhu tubuh bayi normal Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
Komplikasi
B Klasifikasi Infeksi
C Penyebab Infeksi
D Pencegahan Infeksi
E Penatalaksanaan Infeksi
Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya
terjadi pada bulan pertama kehidupan yang menyebar ke seluruh
tubuh bayi baru lahir terjadi pada masa neonatal, intranatal dan
postnatal. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang
menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada
kurang dari satu persen bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab dari 30 persen kematian pada bayi baru lahir
(Sembiring, 2019).
a. Pembagian infeksi menurut waktu terjadinya (Sembiring, 2019) :
Status sosial ekonomi ibu ras dan latar Prematuritas merupakan faktor risiko
belakang cendrung mempengaruhi utama untuk infeksi neonatal umumnya
terjadinya infeksi pada bayi. Ibu yang imunitas kurang bulan lebih rendah dari
berstatus sosio ekonomi rendah bayi cukup bulan. Laki-laki dan kehamilan
menyebabkan nutrisi dan status gizinya kembar juga ikut mempengaruhi. Insiden
tidak baik. Selain status sosial ekonomi
infeksi pada bayi laki- laki empat kali
faktor jumlah paritas ibu, umur ibu,
lebih besar dari bayi perempuan,
kurangnya perawatan prenatal, ketuban
menegaskan kemungkinan adanya
pecah dini dan prosedur selama
faktor-faktor seks (Sembiring, 2019).
persalinan (Sembiring, 2019).
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan
awal yang harus pada bayi karena bayi baru lahir
sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat
penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk
melakukan tindakan untuk pencegahan infeksi.
Apabila suhu bayi tinggi lakukan kompres hangat,
berikan Air Susu Ibu (ASI) perlahan-lahan,
perawatan sumber infeksi seperti memberikan
salep yang mengandung neomicin dan bacitracin
pada tali pusar yang mengalami infeksi. Pemberian
salep mata gentamicin pada bayi baru lahir. Jika
terjadi infeksi lanjutan segera berikan antibiotik
sesuai indikasi (Sembiring, 2019)
PERAWATAN NEONATAL
ESENSIAL PADA SAAT
LAHIR
2
MENGAPA PERLU
MEMPELAJARI
RESUSITASI
NEONATUS ???
3
PERUBAHAN WAKTU
• Pernapasan Detik
• Sirkulasi Detik
• Homeostasis Glukosa Menit
• Kontrol temperatur Menit
• Ginjal Jam - Hari
• Saluran Pencernaan Jam - Hari
7
ADAPTATION: RESPIRATION
P Kehilangan darah
E berlebihan atau
R Kegagalan dalam
hipoksia / iskemia
I meningkatkan Hipotensi sistemik
mengakibatkan
O tekanan darah
kontraktilitas jantung
D sistemik
dan bradikardia yang
E buruk
T
R
A
N Penyempitan
S arteriole paru- Hipertensi
I Konsentrasi
paru yang pulmonal
S oksigen rendah
berkelanjutan persisten
I
PERSIAPAN ALAT RESUSITASI
TUJUAN RESUSITASI
• Ventilasi adekuat
• O2 dan curah jantung cukup menyalurkan
O2 ke otak, jantung dan organ vital
lainnya
13
Alur
Resusitasi Neonatus
PERSIAPAN RESUSITASI
Penilaian Awal
Breathing
Circulation
-Kantong plastik
- topi
( BREATHING )
19
CARA
PENGGUNAAN
SUNGKUP
POSISI PENOLONG
FREKUENSI VENTILASI
RR 40-60X/MENIT
TEKNIK MEMPERBAIKI VENTILASI 23
CARA MELAKUKAN
KOMPRESI
26
KOMPRESI …..
27
FREKUENSI KOMPRESI
28
(DRUG)
• Berikan epinefrin sambil melanjutkan VTP dan
kompresi dada. Dosis epinefrin (konsentrasi 1 :
10.000) : 0,1-0,3 ml/kg i.v. atau 0,5-1,0 ml/kg per
endotrakeal.
• Bila HR masih < 60 x/menit, semua tindakan yang
dilakukan di blok C dan D dilanjutkan dan diulangi lagi.
• Bila HR > 60 x/menit, kompresi dada dihentikan. VTP
tetap dilanjutkan hingga HR > 100 x/menit dan bayi
mulai bernapas.
29
Thank You
KASUS 1
• Seorang wanita multipara hamil cukup bulan
• mulai memasuki kala 2.
• Tidak lama setelah masuk rumah sakit
ketuban pecah.
• Air ketuban berwarna hijau keruh dan
kental.
• Setelah bayi lahir tonus otot buruk, usaha
nafas minimal.
KASUS 2
• Wanita usia 20 th
• usia kehamilan 37 minggu
• Disertai dengan hipertensi
• Fekuensi denyut jantung menunjukkan
deselerasi lambat, tetapi persalinan
berjalan cepat dan
• lahir seorang bayi laki-laki.
• Bayi apneu dan lemas
KASUS 3
• seorang ibu hamil usia 25 th
• usia kehamilan 32 minggu mulai persalinan
dan TBJ 1400 g.
• Tidak lama setelah masuk rumah sakit
ketuban pecah.
• Air ketuban jernih.
• Setelah bayi lahir tonus otot buruk, apnea.