Anda di halaman 1dari 190

•Olvhin Rambu Rauna •Rafa Shafa Afifah •Rizki Widia Wulandari

•Pramesti Nugrahini •Rani Handayani •Rizqi Hidayatun Nuzula


•Putri Indah Kumalasari •Ratih Rahayu •Shafira Puza Zulafa
•Putri Rahma Septiani •Rianti Kristin Simanurung •Sheryn Feby Meliyani

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN ALIH JENJANG D4 KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024
PEMBAHASAN

PENGERTIAN KLASIFIKASI PLASENTA PREVIA

Plasenta previa merupakan plasenta yang ▪Plasenta previa totalis


letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah ▪Plasenta previa lateralis
Rahim sehingga menutupi sebagian atau ▪Plasenta previa marginalis
seluruh pembukaan jalan Rahim (ostium uteri ▪Plasenta previa letak rendah
internum). Plasenta previa adalah kelainan
yang terjadi selama kehamilan yang ditandai
dengan adanya jaringan plasenta di dekat
atau menutupi leher rahim. Pada keadaan
normal plasenta terletak pada korpus uteri.
ETIOLOGI

1. Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun


kira-kira 10 kali lebih sering di bandingkan dengan primigravida yang
berumur kurang dari 25 tahun. Pada grandemultipara 30 tahun kira-kira 4
kali lebih sering dari grande multipara yang berumur dari 25 tahun.
2. Endometrium bercacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi,
curettage, dan manual plasenta
3. Corpus luteum bereaksi lambat, di mana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi
4. Adanya tumor, mioma, uteri, polip endometrium. (RI, 2013)
FAKTOR RESIKO
1 Usia Ibu saat hamil

Merokok 4

2 Multiparitas

Jarak Kehamilan yang dekat 5

Riwayat Persalinan Caesar


3

Riwayat Kuretase 6
DIAGNOSA

Jika plasasenta previa terdeteksi pada trimester kedua, sering kali lokasi plasenta akan
bergeser ketika rahim membesar, maka harus dilakukan pemeriksaan USG.
Penegakan diagnosis plasenta sebagai berikut:
1. Gejala klinis
2. Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan luar
• Pemeriksaan inspekulo
3. Pemeriksaan penunjang
• USG
• Pemeriksaan darah
TANDA DAN GEJALA PLASENTA
PREVIA

1. Perdarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
2. Darah biasanya berwarna merah segar.
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktifitas
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering di jumpai kelainan letak janin.
5. Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila di lakukan periksa
dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

(Rosdianah, 2019)
PATOFISIOLOGIS

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga
karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya
kehamilannya, dan mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan.
(Fletcher, 2012)
Pada plasenta yang seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan
oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri
internum.
Pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan

berikutnya.
PENATALAKSANAAN

1. Terapi Ekspretatif
• Tujuannya agar janin tidak terlahir premature
• Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis
• Lakukan pemeriksaan USG
• Berikan tokolitik bila ada kontraksi
• Uji pematangan paru janin dengan tes kocok
• Bila usia kehamilan >34 minggu, plasenta masih berada di ostium internum maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas maka dilakukan observasi dan konseling
2. Terapi Aktif (Tindakan Segera)
• Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam aktif
• Untuk diagnosa plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinann setelah semua
persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO (Pemeriksaan Dalam Meja Operasi)
Kesimpulan
Penanganan plasenta previa tergantung kepada kondisi kesehatan ibu dan janin,
usia kandungan, posisi ari-ari, dan tingkat keparahan perdarahan. Bila ibu hamil mengalami
perdarahan hebat yang berulang, maka bayi harus dilahirkan secepatnya melalui operasi
Caesar. Namun jika usia kandungannya kurang dari 36 minggu, ibu akan diberikan suntikan
obat kortikosteroid terlebih dahulu untuk mempercepat pematangan paru-paru janin. Bila
perlu, transfuse darah untuk mengganti darah yang hilang.
Ibu hamil yang mengalami plasenta previa sebenarnya masih dapat melahirkan
normal, asalkan letak plasenta tidak menutupi jalan lahir atau hanya menutupi sebagian.
Tetapi jika plasenta menutupi seluruh jalan lahir, maka diperlukan operasi Caesar. (Pulungan
& dkk, 2020)
BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah

Kelompok 2

Auliya Diyaa
Ayu Tamara
Aziza Rahma
Azzahra Rukha
Billqis Silvia
Brigita Ilda
Cindy Novianti
Pengertian

BBLR adalah bayi yang lahir dengan


berat <2.500 gram tanpamemandang
masa kehamilan. Berat lahir adalah
berat badan yang ditimbang dalam 1
jam setelah lahir.
KLASIFIKASI BBLR :

A. Bayi dari kehamilan kurang bulan


Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur kehamilan 37 minggu.
Sebagaian bayi kurang bulanbelum siap hidup diluar kandungan, kesulitan untuk mulai
bernafas, menghisap melawan infeksi dan menjagatubuhnya agar tetap hangat.

B. Bayi kecil untuk masa kehamilan


Adalah bayi yang tidak tumbuh dengan baik di dlaam kandungan.
•Tiga kelompok bayi KMK
1.KMK lebih bulan
2.KMK cukup bulan : Bayi KMK cukup bulan kebanyakan mampu bernafas dan
menghisap denganbaik
PENCEGAHAN

Upaya menurunkan angka kejadian BBLR pemerintah telah melakukanberbagai upaya

1.
pencegahan. Upaya untuk menurunkan angka kejadianBBLR ini akan lebih efisien apabila
Bumil yang mempunyai resikomelahirkan bayi dengan BBLR dapat dideteksi sedini mungkin.
Pemantauan ibu hamil adalah salah satu upaya untuk mendeteksi faktorresiko terjadinya
BBLR. Pemantauan ini merupakan tindakan mengikutiperkembangan ibu dan janin
meningkatkan kesehatan optimum dan diakhiri dengan kelahiran bayi yang sehat

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum hamil agar setiap pasangan dapat merencanakan sebaik mungkin

2.
kehamilan yang akan
datang sehingga davat melahirkan bavi vang normal dan senat. vaitu:
a. Menganjurkan agar melakukan Konsultasi atau Konseling pra-hamil. Mempersiapkan seorang wanita mengahadapi
Kehamilan sampai persalinan dengan berbagai risikonya. baik secara fisik maupun batin
D. Mensaniurkan agar calon 1bu dumunisasi I I atau imunisasi pra nikah untuk mencesah penvakit tetanus
• Menganjurkan agar bu rajin untuk pemeriksaan Kehamilan.
• Untuk bu hamil dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sermg vang dapat memenuhi kesehatan gizi bag ibu hamil
dan janinnva.
ETIOLOGI

Penyebab terbanyak Faktor-faktor yang berhubungan


dengan BBLR :

1 Umur ibu <20 tahun atau >35 tahun


2 Jarak kehamilan <1 tahun
3 Paritas dengan Kejadian BBLR
4 komplikasi Kehamilan
7 Riwayat BBLR
5 Status ibu bekerja
8 Aktivitas fisik berat
6 kehamilan ganda
9 kurang gizi
10 Perokok, pengguna obat terlarang, alcohol
Masalah pada
BBLR

1 Asfiksia
2 Gangguan pernafasan
3 Hipotermi
4 Masalah pemberian ASI
5 Infeksi
6 Ikterus
7 Masalah perdarahan
Gambaran Klinis

6. Laki-laki: skrotum belum banyak lipatan,


a. BBLR-kurang Bulan
testis belum turun
• Kulit tipis dan mengkilap
7. Garis telapak kaki <1/3 bagian atau belum
• Tulang rawn telinga sangat lunak
terbentuk
• Lanugo banyak terutama pada 8. Kadang disertai dengan pernafasan tidak
punggung teratur
• Jaringan payudara belum terlihat jelas 9. Aktifitas dan tangisannya lemah
• Perempuan : labia mayora belum 10. Menghisap dan menelan tak efektif /
menutupi labia minora lemah
BBLR KMK
• Janin dapat cukup, kurang atau lebih bulan tetapi BB ,2.5000 gram
• Gerakan cukup aktif, tangis cukup kuat
• Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
• Bila kurang bulan -> ditemukan tanda-tanda yang sesuai dengan bayi kurang bulan
• Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
• Bayi laki-laki testis mungkin telah turn
• Rajah telapak kaki mungkin lebih dari 1/3 bagian
• Menghisap cukup kuat
Perbedaan
Perbedaan Antara Bayi Berat Lahir Normal dengan Bayi Berat Lahir Rendah
1. Telinga:
3. Kchamilan 32 minggu: peningkatan kartilago lengkung luar daun telinga
b. Kchamilan 36 minggu- matur : daun telinga Kaka, lengkung berbentuk baik
2. Payudara
Kehamilan 32 minggu: aerola terlihat, jaringan payudara kecil
b. Kehamilan 36 minggu- matur : acrola terlihat baik, nodul payudara
3. Genetalia perempuan:
a.
Kehamilan 32 minggu: deposit lemak pada labia mayora meningkat
b. Kehamilan 36 minggu- matur : labia mayora hampir menutupi labia minora
4. Genetalia laki-laki:
a.
Kchamilan 32 minggu: testis turun, raga pada sebagian skrotum
• Kehamilan 36 minggu- matur : testis sudah turn, pigmentasi sebagian skrotum meningkat
• Kchamilan 32 minggu: rajah pada 1/3 anterior telapak kaki
• Kehamilan 36 minggu- matur : rajah pada hampir seluruh kaki
Penatalaksanaan

BBLR sehat
Asuhan BBLR schat yang harus diberikan :
• Penghangatan bayi dengan PMK (Perawatan Metode Kanguru)
• Pemberian ASI eksklusif
• Pencegahan infeksi
• Pemberian imunisasi
• Pemantauan tanda bahaya dan persiapan perujukan jika perlu
Keadaan yang dikaji:
B BBLR Sakit • Kondisi umum
Asuhan kebidanan pada BBLR : • Aktifitas, istirahat dan tidur
1. Pengkajian: • Sistem pernafasan
• Riwayat kesehatan • Immunologis
• Pemeriksaan fisik • Sirkulasi / sistem kardiovaskular
• Mulut / makanan / cairan
• Musculoskeletal
• Neurosensori
• Ekstremitas
• Genetalia
Kesimpulan

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tapa memandang masa gestasi, berat lahir adalah berat
yang ditimbang I (satu) jam setelah lahir. Berat badan lahir adalah salah
satu indikator tumbuh kembang mulai masa anak-anak hingga masa
dewasa dan gambaran status gizi yang diperoleh janin dalam kandungan.
Question
Time
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Della Hasri Hartanti P27224023328
2. Diana Dwi Lestari P27224023329
3. Dinda Hardiyanti P27224023330
4. Erfa Dzikrina P27224023331
5. Fani Nur Ghefira P27224023332
6. Fauzah Nur Rosyidah P27224023333
7. Fransiska Armadanti S P27224023334
8. Gabriela Alma S.Z P27224023335
9. Hana Alfrida Nur F JR P27224023336
Latar Belakang

• Asifiksia neonatus merupakan keadann gawat darurat yang


harus segera ditangani, karena dapat menyebabkan
penyulit dan memperburuk keadaan bayi
• Asfiksia neonatus merupakan salah satu penyebab utama
kematan neonates
• Asfiksia neonatus yang tidak ditatalaksanakan dengan
tepat pada saat lahir akan mengakibatkan penyulit bahkan
kematian atau kecacatan kemudian hari
RESUSITASI BBL
Pengertian
Resusitasi BBL adalah usaha dalam memberikan ventilasi
yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang
cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan
alat-alat vital lainnya pada BBL

Tujuan Resusitasi
• Memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia
• Untuk oksigenasi darurat
• Membantu pernapasan
• Membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan
• Untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan O2
Tanda-tanda
Resusitasi Perlu Dilakukan
• Pernapasan
- Bayi tidak bernapas/ napas tidak adekuat
- Nafas tersenggal senggal
• Frekuensi nadi <100 kali per menit
• Adanya sumbatan jalan napas
• Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu
misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium
sulfat, dan sebagainya
• Kerusakan neurologis
• Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf
pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan / sirkulasi.
• Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan.
Persiapan Resusitasi
1. Persiapan Keluarga Sebelum menolong persalinan,
• Bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu
dan bayinya serta persiapan yang di lakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran
persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.

2. Persiapan Tempat Resusitasi


• Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan
yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya
meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi
kepala bayi.
3. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam
keadaan siap pakai, yaitu:
a. 2 helai kain/handuk
b. Bahan ganjal bahu bayi. (kain, balok, dll)
c. Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
d. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
e. Kotak alat resusitasi.
f. Jam atau pencatat waktu
g. Sarung tangan

4. Persiapan penolong
a. Mengenakan alat pelindung diri pada persalinan.
b. Mencuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun
c. Mengenakan kedua sarung tangan menjelang kelahiran.
Langkah-langkah Resusitasi BBL
- Tahap Awal -
Jaga bayi tetap hangat
- Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu
- Selimuti bayi
- Pindah bayi ke atas kain di tempat resusitasi
- Jaga bayi tetap hangat di bawah pemancar panas

Atur posisi bayi


- Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
- Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi

Hisap lendir dari mulut kemudian hidung


Keringkan dan rangsangan bayi
• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit bantuan.
Rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernafas atau tetap bernafas.
• Lakukan rangsangan taktil dengan cara : menepuk atau menyentuh telapak kaki kemudian
menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan penolong.

Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi


• Ganti kain yang telah basah dengan kain dibawahnya
• Bungkus bayi dengan kain tersebut jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau
pernafasan bayi.

Lakukan penilaian bayi


• Bila bayi bernafas normal, berikan bayi kepada ibunya kemudian letakkan bayi diatas dada ibu
dan selimuti keduanya untuk penghangatan dengan cara kontak kulit bayi ke kulit ibu lalu
anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil membelai.
• Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai lakukan ventilasi bayi.
- Tahap Ventilasi -
Ventilasi adalah tahapan tindakan untuk memasukkan sejumlah volume udara kedalam paru
dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur.
Langkah-langkah ventilasi :

1. Pasang Sungkup

Sungkup harus menutupi :


- Ujung dagu
- Mulut
- Hidung
2. Ventilasi 2 kali
• Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan
menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.

•Lihat apakah dada bayi mengembang


Bila tidak mengembang periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah ekstensi kemudian periksa
posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.

•Setelah itu periksa cairan atau lendir dimulut bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan.
Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air(ulangan), bila dada mengembang, lakukan
tahapan berikutnya.
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
• Lakukan tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
• Pastikan dada mengembang, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang nafas

4. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian


• Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksama.
• Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
• Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas spontan setelah 2 menit diventilasi.
• Bila bayi tidak bisa dirujuk, hentikan tindakan resusitasi jika setelah 20 menit upayah
ventilasi yidak berhasil.
Asuhan Pascaresusitasi
1. Resusitasi Berhasil
Bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi. Perlu pemantauan
dan dukungan
a. Konseling
• Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan.
•Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
•Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya.
b. Lakukan asuhan bayi baru lahir

2. Asuhan pada Bayi yang Perlu Rujukan


Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk ke fasilitas rujukan. Tanda-tanda Bayi yang
memerlukan rujukan sesudah resusitasi
a. Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit
b. Adanya retraksi (tarikan) intercostal
c. Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap - megap (bising napas inspirasi)
d. Tubuh bayi pucat atau kebiruan
e. Bayi lemas
BAYI
PREMATUR
Disusun oleh:

Hemalia Dewanty Putri


Hera Yani
Indah Savitri
Izzah Kholidatul Adillah
Karlynd Damayanti
Koni’ah Rismayanti
DEFINISI
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu, dimana kehamilan yang cukup
bulan umumnya berlangsung selama 37-41 minggu (Sulistiarini &
Berliana, 2016).

Kelahiran prematur adalah komplikasi kehamilan yang mempunyai


resiko kematian perinatal (Meihartati, 2017).
KLASIFIKASI
Menurut Tanto (2014), kelahiran prematur dapat dibagi menjadi 2 yaitu, sebagai berikut :

Bayi Prematur Bayi Prematur Bayi Sangat


Digaris Batas Sedang Prematur
➢ Bayi dengan kelahiran 37 ➢ Bayi dengan kelahiran 31-36 ➢ Bayi dengan kelahiran 20 - 30
minggu, masa gestasi minggu, masa gestasi minggu, masa gestasi

➢ 16% seluruh kelahiran hidup ➢ Berat badan bayi sekitar 1.500- ➢ Berat bayi sekitar 500-1.400 gr
2.500 gr
➢ Berat bayi sekitar 2.500-3.250 gr ➢ 0,8% seluruh kelahiran hidup
➢ 6-7% seluruh kelahiran hidup
➢ Biasanya normal ➢ Masalah : semua
➢ Masalah : ketidakstabilan,
➢ Masalah yang sering terjadi pengaturan glukosa, RDS, ➢ Penampilan : kecil tidak
biasanya : ketidak stabilan, ikterik, anemia, infeksi, kesulitan memiliki lemak, kulit sangat
kesulitan menyusu, ikterik, RDS menyusu tipis, kedua mata mungkin
mungkin muncul berdempetan
➢ Penampilan : seperti pada bayi
➢ Penampilan : lipatan pada kaki prematur digaris batas tetapi
sedikit, payudara lebih kecil, lebih parah, kulit lebih tipis,lebih
lanugo banyak pembuluh darah yang
nampak
➢ Banyak, genetalia kurang
berkembang
ETIOLOGI
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran premature dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu sebagai berikut :

Faktor Faktor Faktor


Ibu Janin Lain

✓ Toksemia gravidarum ✓ Kehamilan ganda ✓ Faktor plasenta, seperti plasenta


✓ Riwayat kelahiran prematur ✓ Hidramnion previa dan solusio plasenta
sebelumnya ✓ Ketuban pecah dini ✓ Faktor lingkungan, seperti radiasi atau
✓ Kelainan bentuk uterus ✓ Cacat bawaan zat-zat beracun, keadaan social
✓ Ibu yang menderita penyakit seperti ✓ Kelainan kromosom ekonomi yang rendah, kebiasaan,
penyakit akut dengan gejala panas ✓ Infeksi (misal: rubella, sifilis, pekerjaan yang melelahkan dan
tinggi dan penyakit kronis toksoplasmosis) merokok
✓ Usia ibu pada waktu hamil kurang ✓ Insufensi plasenta
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun ✓ Inkompatibilitas darah ibu dari
✓ Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat janin
✓ Infeksi dalam rahim
TANDA DAN GEJALA
1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
4) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
5) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
6) Rambut lanugo masih banyak
7) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
8) Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya
9) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
10) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora dan klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun
ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada
bayi laki-laki)
11) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
12) Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah
13) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
14) jaringan lemak masih kurang
15) Vernix caseosa tidak ada atau sedikit bila ada
PATOFISIOLOGI
Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah.
Kejadian ini kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan.
Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus, dan komplikasi obstetrik yang lain
merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yang masih muda, mempunyai kebiasaan
merokok dan mengkomsumsi alhohol juga dapat menyebabkan terjadinya bayi prematur.
MASALAH YANG TERJADI PADA BAYI PREMATUR

1 2 3
Gangguan Metabolik Gangguan Imunitas Gangguan Pernapasan
a. Hipotermia a. Gangguan imonologik a. Sindroma gangguan
b. Hipoglikemia b. Kejang saat dilahirkan pernapasan
c. Hiperglikemia c. Ikterus (kadar bilirubin yang b. Asfiksia
d. Masalah pemberian ASI tinggi) c. Apneu periodik
d. Paru-paru belum berkembang

4 5 6
Gangguan Sistem Peredaran Gangguan Cairan dan Elektrolit Masalah jangka Panjang yang
Darah a. Gangguan eliminasi dapat terjadi
a. Anemia b. Gangguan abdomen a. Masalah psikis
b. Gangguan jantung c. Gangguan pencernaan b. Masalah fisik
c. Gangguan pada otak d. Gangguan elektrolit
d. Kejang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan pada bayi prematur dan BBLR adalah
sebagai berikut:

1) Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3.


2) Hematokrit (Ht) : 43%-61%.
3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl.
4) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2
hari, dan 12 gr/dl pada 3-5 hari.
5) Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga
6) Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : dalam batas normal pada awal
kehidupan.
7) Pemeriksaan analisa gas darah
PENATALAKSANAAN
PADA BAYI PREMATUR
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan
atau penanganan yang dapat diberikan pada bayi prematur
adalah sebagai berikut:
1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat karena bayi prematur mudah
mengalami hipotermi
2) Mencegah infeksi dengan ketat, termasuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi.
3) Pengawasan nutrisi karena reflek menelan bayi prematur belum sempurna
4) Penimbangan ketat karena berkaitan dengan daya tahan tubuh
5) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta
pertahankan suhu tetap hangat
6) Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu
7) Tali pusat dalam keadaan bersih
8) Memberi minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI
KRITERIA INKLUSI
PENCEGAHAN
DAN EKSKLUSI
➢ Perhatian langsung harus diberikan Kriteria Inklusi
untuk mengantisipasi dan mengurangi
komplikasi dan juga harus diupayakan 1. Bayi prematur yang kondisi stabil secara klinis
strategi pencegahan persalinan kurang dan fisik
bulan semaksimal mungkin 2. Usia gestasi dimulai dari 28 minggu hingga
kurang dari 37 minggu
➢ Pemberian terapi steroid antenatal harus 3. Berat badan lahir atau sebelum intervensi
diberikan kepada ibu yang terancam mulai dari 1.500 gram hingga 2.500 gram
persalinan kurang bulan
Kriteria Ekslusi
➢ Melakukan resusitasi dengan baik dan
benar 1. Bayi yang mengalami komplikasi prematur
2. Bayi yang menjalani perawatan fototerapi
➢ Diagnosa dini dan pengelolaan yang ataupun tranfusi
tepat, terutama pemberian surfaktan bila 3. Bayi yang mengalami anomali kongenital
memungkinkan 4. Bayi yang menerima obat penenang
(fenobarbital)
KONSEP PERTUMBUHAN BERAT BADAN
BAYI PREMATUR

DEFINISI
Bayi Berat Lahir Rendah atau biasa
disingkat BBLR adalah bayi baru lahir
dengan berat kurang dari 2.500 gram. KLASIFIKASI
Berat bayi merupakan indikator 1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu
berat bayi baru lahir kurang dari 2.500
penting untuk menunjang kesehatan gram SALURAN CERNA
bayi karena berhubungan dengan 2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR)
Pertumbuhan saluran cerna
yaitu berat bayi baru lahir kurang dari
morbiditas dan mortalitas bayi. 1.500 gram dan hati manusia pada
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah
umumnya telah selesai pada
(BBLASR) yaitu berat bayi baru lahir
kurang dari 1.000 gram saat usia kehamilan 12 minggu
Lanjutan . . .
CARA PEMBERIAN
KEBUTUHAN NUTRISI JENIS NUTRISI
NUTRISI

Pertumbuhan bayi prematur dan Nutrisi Enteral ✓ Menyusu langsung


Minuman atau makanan terbaik
BBLR yang direfleksikan per yang diberikan pada bayi adalah ✓ Minum melalui botol
kilogram berat badan hamper dua ASI. Bila tidak ada ASI karena ibu ✓ Pemberian minum melalui pipa
sakit, meninggal atau produksi ASI
kali lipat bayi cukup bulan, tidak ada, maka diberikan susu atau sonde
sehingga bayi-bayi tersebut formula khusus bayi prematur atau ✓ Pemberian secara parenteral
sesuai anjuran
membutuhkan: dokter
1) Energi
Nutrisi Parenteral
2) Protein Makanan intravena total dapat
3) Lemak memberikan cairan yang cukup,
kalori, asam amino, elektrolit dan
4) Krbohidrat vitamin untuk mempertahankan
5) Vitamin pertumbuhan pada bayi prematur
THANK YOU
ASFIKSIA NEONATORUM

Kelompok 1
1. Ai’ Nurul Sekar Arum
2. Aini Nur Baiti Baroroh
3. Anita Cyntia Rahman
4. Annisa Yeslina Utami
5. Aprilia Sari
6. Asri Milasari Ayuningtyas
7. Athanasia Pramelia W N

8. Athia Zainun Fakha


PENGERTIAN ASFIKSIA NEONATORUM

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur


pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Hal ini dapat disebabkan oleh hipoksia
janin dalam uterus dan hipoksia yang berhubungan dengan faktor-faktor
yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir.
PENYEBAB ASFIKSIA
Faktor ibu

A. Umur ibu →→ umur ideal untuk seorang ibu hamil adalah 20-30 tahun
b. Hipoksia ibu akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
c. Infeksi berat selama kehamilan (TB, malaria, sifilis, varisela, dll)
d. Perdarahan antepartum
e. Gangguan aliran darah uterus, seperti anemia dan riwayat hipertensi selama kehamilan
f. Kehamilan postdate (usia gestasi lebih dari 42 minggu)

Faktor plasenta

Plasenta merupakan sumber nutrisi janin, sumber oksigen, dan tempat pembuangan sisa
metabolisme janin. Asfiksia dapat terjadi pada kasus:
a.. Solusio plasenta
b. Lilitan tali pusat dan simpul tali pusat
c. Tali pusat pendek
d. Prolaps tali pusat
e. Perdarahan plasenta
Faktor neonatus
a. Pemakaian obat anestesi yang berlebihan
b. Tauma persalinan
c. Kelainan kongenital
d. Bayi prematur
e. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
f. Air ketuban bercampur mekonium

Faktor persalinan
a. Persalinan letak bokong, sunggang, dll
b. Partus lama & partus macet
c. Ketuban pecah dini
Patofisiologi

1. Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa hamil
dan persalinan.
2. Proses kelahiran umumnya selalu diawali dengan asfiksia ringan yang bersifat
sementara.
3. Pada keadaan asfiksia berat, usaha napas ini tidak tampak, selanjutnya bayi apneu,
bradikardi, dan bayi tampak lemas (flasid).
4. Penilaian asfiksia ini berdasarkan nilai APGAR .
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR, yaitu:
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0 - 3
b. b. Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4 - 6
c. c. Asfiksia ringan dengan nilai APGAR 7 - 9
d. d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Tatalaksana
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan berikut, yaitu
1. Stabilisasi
2. Saluran udara
3. Bernafas
4. Sirkulasi
Stabilisasi
a. Mengeringkan tubuh bayi
b. Memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi di bawah alat memancarkan
panas (radiant warmer)
c. Bayi dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan
memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.

Airway (Membuka jalan nafas)


a. Memposisikan bayi telentang dengan leher sedikit tengadah dalam menghidu agar
posisi farings, larings posisi dan trakea dalam satu garis lurus yang akan
mempermudah masuknya udara.
b. Membersihkan jalan napas untuk mencegah aspirasi mekonium.
Pernafasan (Memulai pernafasan)
a. Melakukan rangsangan taktil untuk memulai pernafasan, berupa menepuk atau
menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi
b. Memberikan tambahan suplai oksigen
c. Jika tidak berhasil, lakukan ventilasi tekanan positif (VTP), seperti: sungkup dan balon pipa
ET dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

Circulation (Mempertahankan sirkulasi)


Kompresi dada
A. Indikasi jika frekuensi jantung < 60 x/menit setelah VTP adekuat selama 30 menit
B. Tekanan pada 1/3 bawah sternum dengan kedalaman 1/3 diamete anter-posterior dada
C. Melakukan kompresi dengan menggunakan ibu jari atau 2 jari
D. Rasio kompresi : VTP → 3:1

Pengobatan dengan pemberian epinefrin


- Jika frekuensi jantung tetap < 60 x/ i setelal kompresi dada selama 30 detik
- Dosis 0,01 -0,03 mg/kgBB (iv)
Monitor & Evaluasi
Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya
resusitasi lanjutan.
Tanda-tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:
- Pernafasan
- Frekuensi jantung
- Warna kulit

penghentian resusitasi
Resusitasi dapat dihentikan bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung
1. Setelah 10 menit
2. Setelah usaha resusitasi yang menyeluruh dan adekuat
3. Penyebab lain dari asfiksia telah disingkirkan
TERIMA KASIH
Nurma Rizkiyatul Ula
Nisah Handayani
Nurul Aulia Putri
Noer Hanifah Dwi Pangestu
Olvhin Rambu Rauna
Novita Wulandari
Nurul Fatimah
Novi Khusnul Yaqin Rofiana
Nurrofiul Khusna
Hipoglikemia diklasifikasikan menjadi dua kategori
utama, yaitu kelainan yang menyebabkan produksi
glukosa meningkat dan kelainan yang menyebabkan
produksi glukosa menurun









Hipoglikemi kambuh pada 10-15 %
Hipoglikemi dapat ditegakan bila
el otak tidak mampu hidup jika bayi sesudah pengobatan adekuat.
dalam 3 hari pertama sesudah
kekurangan glukosa. Pada Kumat lebih sering terjadi jika cairan
lahir dua kali berturut-turut
neonatus dengan ibu diabetes IV keluar dari pembuluh darah atau
pemeriksaan gula darah kurang jika cairan dihentikan terlalu cepat
dan mengalami hiperglikemia in
dari 30mg/dl. Pada umur lebih sebelum makanan oral ditoleransi
utero atau sebagai komplikasi
dari 3 hari kadar gula darah dengan baik. Bayi terutama BBLR
cidera dingin
kurang 40mg/dl dan bayi dari ibu diabetes,
mempunyai prognosis lebih jelek
untuk kelanjutan perkembangan
intelektual yang normal daripada
prognosis bayi yang asimtomatik










Bayi Bermasalah dan
Berat Lahir Rendah
Pendahuluan
• Bayi berat lahir rendah (BBLR)  kematian neonatus
• Bidan tidak harus merawat BBLR tapi harus mampu
mengenali

• BBLR terjadi karena berbagai sebab  pencegahan sulit

• BBLR: bayi lahir dengan berat lahir < 2500 gram


tanpa memandang usia kehamilan

• Berat lahir: berat bayi yang di timbang dalam 1 jam


setelah lahir
Kurva
lubchenco
(pertumbuhan janin)
Jenis BBLR
Kurang bulan

• Usia kehamilan < 37 minggu


• Penyebab: uterus tidak mampu menahan janin,
ggn selama kehamilan, lepas plasenta sebelum
waktunya
• Risiko: organ dan alat tubuh bayi belum berfungsi
normal untuk bartahan hidup di luar rahim
Terdapat tanda prematuritas:
o Tulang rawan telinga belum
terbentuk
o Masih terdapat lanugo (rambut
halus pada kulit)
o Refleks masih lemah
o Alat kelamin luar:
o Perempuan: labium mayus belum
menutup labium minus
o Laki-laki: belum terjadi penurunan
testis dan rugae testis belum terbentuk
telinga
Kehamilan 32 minggu: Kehamilan 36 minggu-matur:
peningkatan kartilago lengkung daun telinga kaku, lengkung
luar daun telinga terbentuk baik
payudara
Kehamilan 32 minggu: Kehamilan 36 minggu:
areola terlihat, jaringan payudara areola terlihat baik, nodul
kecil payudara
Genitalia perempuan

Kehamilan 32 minggu: Kehamilan 36 minggu-matur:


Deposit lemak pada Labia mayora hampir
labia mayora meningkat menutupi labia minora
Genitalia laki-laki

Kehamilan 32 minggu: Kehamilan 36 minggu-matur:


testis turun, ruga pada testis sudah turun, pigmentasi
sebagian skrotum skrotum meningkat
telapak kaki

Kehamilan 32 minggu: Kehamilan 36 minggu-matur:


rajah pada 1/3 anterior telapak rajah pada hampir seluruh
kaki telapak kaki
Cukup bulan

• Cukup bulan/kecil menurut masa


kehamilan (KMK)
– Bayi mengalami hambatan
pertumbuhan dalam kandungan
(janin tumbuh lambat)
– Penyebab: terganggu sirkulasi dan
efisiensi plasenta, ibu kurang gizi,
hambatan pertumbuhan dari
bayinya
– Risiko: tergantung pada usia
kehamilan saat dilahirkan dan
berapa lama terjadinya hambatan
pertumbuhan dalam kandungan

Tidak terdapat tanda prematuritas


Faktor predisposisi
– Faktor ibu: umur, jumlah paritas, penyakit
kehamilan, gizi kurang atau malnutrisi, trauma,
kelelahan, merokok, kehamilan yang tidak
diinginkan
– Faktor plasenta: penyakit vaskuler, tumor
– Faktor janin: kelainan bawaan, infeksi,
kehamilan ganda
Tata Laksana bblr
• Manajemen Umum
– Stabilisasi suhu/jaga kehangatan (KMC)
– Jaga jalan napas bersih dan terbuka
– Nilai segera kondisi bayi (pernapasan,denyut jantung,
warna kulit dan aktivitas)
– Jika mengalami gangguan napas  kelola segera
– Jika mengalami kejang  hentikan kejang dg
antikonvulsan
– Jika dehidrasi  pasang cairan iv
– Kelola sesuai kondisi spesifik/komplikasi
• Pemberian minum
– Bila bayi mendapat ASI  pastikan jumlah cukup, cara:
– Timbang bayi tiap hari dan catat (BBLR tidak boleh
kehilangan berat > 10%)
– Pada bayi sehat biarkan bayi menyusu ke ibu semau
bayi. Bayi kecil mudah merasa letih dan malas minum 
anjurkan bayi lebih sering menyusu (misal 2 jam sekali)
– Pantau pemberian minum dan kenaikan BB. Jika bayi
menghisap < baik, tambahkan ASI peras dengan
alternatif cara pemberian minum
– Jika bayi terdapat komplikasi segera lakukan rujukan
• Pemantauan
– Kenaikan berat badan
• Bayi kehilangan BB selama 7-10 hari pertama, namun
tidak boleh lebih dari 10%. Biasanya BB lahir tercapai
dalam 14 hari
• Setelah BB lahir tercapai, kenaikan BB selama 3
bulan seharusnya:
– 150-200 gram seminggu untuk bayi < 1500 gram
– 200-250 gram seminggu untuk bayi 1500-2500
gram
– Tanda kecukupan pemberian ASI
• Buang air kecil minimal 6 kali dalam 24 jam
• Bayi tidur lelap setelah diberi ASI
• Peningkatan BB setelah 7 hari pertama
adalah 20 gram setiap hari
• Saat ibu meneteki perhatikan apabila satu
payudara dihisap, ASI menetes dari payudara
yang lain
• Pemulangan
– Suhu bayi stabil
– Toleransi minum per oral baik, diutamakan
pemberian ASI. Bila tidak dapat diberikan
dengan cara menetek dapat diberikan dengan
alternatif cara pemberian minum lainnya
– Ibu sanggup merawat BBLR di rumah
Komplikasi/Masalah Bayi Baru Lahir
• Hipotermia
• Hipoglikemia
• Ikterus/hiperbilirubinemia
• Masalah pemberian minum
• Asfiksia
• Gangguan napas
• Kejang
• Infeksi/sepsis neonatal
HIPOTERMIA
• Hipotermi :
– Suhu tubuh < 35,5 oC pada pengukuran ketiak
• Sering terjadi pada BBLR karena pusat pengaturan
suhu tubuh bayi belum sempurna, permukaan
tubuh bayi relatif luas, kemampuan produksi dan
menyimpan panas terbatas.
• Hipotermi  tanda bahaya
– Menyebabkan perubahan metabolisme tubuh
dan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung
paru dan kematian
• Mekanisme kehilangan panas
– Radiasi: dari bayi ke lingkungan dingin terdekat
– Konduksi: langsung dari bayi ke sesuatu yang kontak
dengan bayi
– Konveksi: kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar
– Evaporasi: penguapan air dari kulit bayi
Cara menghangatkan bayi
• Kontak kulit
• Kangaroo Mother Care (KMC)
• Pemancar panas
• Lampu penghangat
• Inkubator
• Boks penghangat
• Ruangan hangat
Langkah promotif/preventif
– Jangan memandikan bayi < 12jam
– Rawat bayi kecil di ruang hangat
– Jangan letakkan dekat benda yang dingin
– Jangan letakkan bayi langsung dipermukaan yang
dingin
– Saat di pindahkan ke ruang lain, jaga bayi tetap hangat
– Beri tambahan kehangatan pada waktu dilakukan
tindakan
– Ganti popok tiap basah
– Ukur suhu tubuh sesuai jadwal
• Bayi sakit : suhu diukur tiap jam
• Bayi kecil : ukur suhu tiap 12 jam
• Keadaan bayi membaik : ukur suhu sekali sehari
• Klasifikasi hipotermia:
– Hipotermia sedang (suhu 32-36,4 oC)
– Hipotermia berat (suhu < 32oC)
– Suhu tubuh tidak stabil (flukstuasi 36-39 oC
dalam suhu ruang/lingkungan yang stabil)
Tatalaksana
• Hipotermia berat
– Segera hangatkan dengan pemancar panas
(inkubator/ruangan hangat)
– Beri pakaian hangat, beri topi dan selimut hangat
– Hindari paparan panas berlebihan dan posisi bayi
sering diubah
– Atasi komplikasi yang terjadi
– Nilai tanda bahaya tiap jam, nilai kemampuan
minum tiap 4 jam sampai suhu tubuh normal
– Periksa suhu tubuh bayi tiap jam, jika suhu naik
0,5 oC/jam berarti upaya penghangatan berhasil,
lanjutkan memeriksa suhu bayi tiap 2 jam
– Periksa suhu alat yg dipakai dan suhu ruangan
– Setelah suhu normal lakukan pengecekan tiap 3 jam

• Hipotermia sedang
– Beri pakaian hangat
– Lakukan KMC
– Anjurkan ibu menyusui lebih sering
– Tangani tanda bahaya
– Periksa suhu tubuh bayi tiap jam, jika suhu naik 0,5
oC/jam berarti upaya penghangatan berhasil,
lanjutkan memeriksa suhu bayi tiap 2 jam
HIPOGLIKEMIA
• Keadaan hasil pengkuran kadar glukosa
darah < 45 mg/dL

• Terjadi pada BBLR karena cadangan


glukosa rendah
• Masalah serius karena menyebabkan
kejang  hipoksia otak  rusak SSP 
kematian
• Langkah preventif
– Pengendalian kadar glukosa ibu
– Penangana keadaan yg menyebabkan BBLR
– Penanganan keadaan yang menyebabkan
peningkatan penggunaan glukosa bayi
– Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan ASI
sedini mungkin
– Periksa kadar glukosa darah bayi baru lahir
dengan makrosomia, bayi yang lahir dari ibu
DM/curiga DM
• Hipoglikemia sering asimptomatis
• Gejala yang muncul:
– Tremor
– Lemah, apatis, letargis
– Sianosis
– Kejang
– Apneu atau napas lambat, tidak teratur
– Tangis lemah atau melengking
– Hipotoni
– Masalah minum
– nistagmus
• Tatalaksana
• `beri glukosa 10% 2 mL/kgBB iv bolus pelan
5 menit
• Jika tidak bisa pasang iv, beri larutan glukosa
melalui pipa lambung dengan dosis sama
• Infus glukosa 10% sesuai kebutuhan rumatan
dan lakukan rujukan segera
• Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak bisa
menyusu berikan ASI perah menggunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum.
IKTERUS NEONATAL
• Pewarnaan kuning pada kulit, konjungtiva
dan mukosa akibat bilirubin darah naik
• Bisa normal atau patologis
• Kenaikan bilirubin dapat masuk kedalam
sel syaraf merusak otak terganggu
kecacatan atau kematian
Derajat Daerah Ikterus Perkiraan
Ikterus kadar
bilirubin
I Daerah kepala dan leher 5.0 mg%
II Sampai badan atas 9.0 mg%
III Sampai badan bawah 11.4 mg%
hingga tungkai
IV Sampai daerah lengan, kaki 12.4 mg%
bawah, lutut.
V Sampai daerah telapak 16.0 mg%
tangan dan kaki
MASALAH PEMBERIAN
MINUM
Kemungkinan
Anamnesis Pemeriksaan
diagnosis
Malas atau tidak mau minum Bayi tampak sakit Curiga Infeksi
Sebelumnya minum dengan baik Tanda infeksi : (sepsis)
Timbul 6 jam atau lebih setelah lahir Kesulitan bernapas, suhu
Riwayat infeksi maternal , Ketuban tubuh tidak stabil, iritabel,
pecah dini kejang, tidak sadar, muntah,
Malas atau tidak mau minum, Bayi berat lahir < 2500 gram Bayi kecil
sebelumnya minum baik atau kehamilan kurang dari 37
Timbul sejak lahir minggu
Ibu tidak dapat menyusui atau tidak Bayi kelihatan sehat Cara pemberian
berhasil menyusui minum salah
Ibu cemas dan khawatir tidak dapat Kecemasan pada
menyusui ibu
Waktu timbul 1 hari atau lebih
Bayi regurgitasi, beberapa kali Celah antara palatum dan Celah langit-langit
tersedak dan batuk setelah minum mulut atau keluar minum
Timbul pada hari ke 1 atau lebih lewat hidung
Bayi regurgitasi sejak pertama minum Pipa lambung dapat masuk Iritasi lambung
Waktu timbul 1 hari Bayi kelihatan sehat
Air ketuban bercampur mekonium
Bayi batuk, tersedak dan regurgitasi Pipa lambung tidak dapat Kelainan Bedah
sejak pertama kali minum masuk.
Minum dimuntahkan Keluar air liur atau cairan
Waktu timbul sejak lahir dari mulut, walaupun tidak
diberi minum
GANGGUAN NAPAS
• Keadaan bayi yang sebelumnya normal atau bayi
dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan
berhasil, tetapi kemudian mengalami gangguan napas

• Masalah yang muncul


– Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin
menunjukkan satu atau lebih tanda tambahan gangguan
napas
– Frekuensi napas bayi kurang 30 kali/menit.
– Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir).
– Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik).
Manajemen gangguan napas
• Pasang jalur infus intravena , sesuai dengan kondisi
bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak dalam
keadaan dehidrasi berikan infuse Dekstrosa 5 %
• Pantau selalu tanda vital, jaga patensi jalan napas,
berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
• Jika bayi mengalami apnea:
– Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
– Lakukan penilaian lanjut
• Setelah manajemen umum, segera dilakukan
manajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan
penyebab dan jenis atau derajat Gangguan napas.
KEJANG
• Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba
fungsi neurologi baik fungsi motorik
maupun fungsi otonomik karena kelebihan
pancaran listrik pada otak
• Merupakan tanda bahaya apapun
penyebabnya
Temuan
Pemeriksaan
penunjang /
Kemungkinan
Anamnesis Pemeriksaan diagnosis lain
diagnosis
yang sudah
diketahui
Kadar glukose Hipoglikemia
􀂃 Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3 􀂃 Kejang, tremor, letargi darah kurang dari
􀂃 Riwayat ibu Diabetes atau tidak sadar 45 mg/dL (2.6
􀂃 Bayi kecil (berat lahir < mmol/L)
2,500 g atau umur
kehamilan < 37 minggu)
􀂃 Bayi sangat besar (berat
lahir > 4,000 g)
Infeksi tali pusat Tetanus
􀂃 Ibu tidak diimunisasi tetanus toksoid 􀂃 Spasme neonatorum
􀂃 Malas minum sesudah minum normal
sebelumnya
􀂃 Timbul pada hari ke 3 sampai 14
􀂃 Lahir di rumah dengan lingkungan kurang
higienis
􀂃 Pengolesan bahan tidak steril pada tali
pusat
Sepsis Curiga meningitis
􀂃 Timbul pada hari 􀂃 Kejang atau tidak (tangani meningitis
ke 2 atau lebih sadar dan obati kejang)
􀂃 Ubun-ubun besar
membonjol
􀂃 Letargi
Riwayat resusitasi 􀂃 Kejang atau tidak Asfiksia
pada saat lahir atau sadar neonatorum
bayi tidak bernapas 􀂃 Layuh atau dan/atau Trauma
minimal satu menit letargi (obati kejang, dan
sesudah lahir 􀂃 Gangguan napas tangani asfiksia
􀂃 Suhu tidak neonatorum)
normal
Temuan
Pemeriksaan
penunjang /
Anamnesis Pemeriksaan Kemungkinan diagnosis
diagnosis lain yang
sudah diketahui
Mengantuk atau aktivitas
􀂃 Tmbul pada hari ke 1 sampai hari ke 4 menurun
Persalinan dengan penyulit (misal partus Iritabel atau rewel
lama atau gawat janin)
Perdarahan
􀂃 Timbul pada hari ke 1 sampai 7 􀂃 Kejang atau tidak sadar intraventrikular (Nilai dan
􀂃 Kondisi bayi mendadak memburuk 􀂃 Bayi kecil (berat lahir < tangani perdarahan dan juga
􀂃 Mendadak pucat 2,500 g atau umur asfiksia neonatorum)
􀂃 Belum mendapat injeksi vit.K1 kehamilan < 37 minggu)
􀂃 Gangguan napas berat
Hasil tes Coombs Ensefalopati bilirubin
􀂃 Ikterus hebat timbul pada hari ke 2 􀂃 Kejang positif (Kern-ikterus) (obati
􀂃 Ensefalopati timbul pada hari ke 3 - 7 􀂃 Opistotonus kejang dan tangani
􀂃 Ikterus hebat yang tidak atau terlambat Ensefalopati bilirubin)
diobati
Manajemen Kejang
• Bebaskan jalan napas dan Oksigenasi
• Memasang jalur infus intravena
• Pengobatan sesuai dengan penyebab

Medikamentosa
• 1. Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena
dalam waktu 5 menit, jika kejang tidak berhenti dapat
diulang dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak
2 kali dengan selang waktu 30 menit. Jika tidak
tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia
sediaan obat intravena, maka dapat diberikan
intramuskuler
• 2. Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg
berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis
dengan kecepatan 1mg/kgberat badan / menit.
Pengobatan rumatan
1. Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis
tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara
intravena atau per oral, sampai bebas kejang
7 hari.
2. Fenitoin 4-8 mg/kg/ hari intravena atau per
oral. dosis terbagi dua atau tiga.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk
mencari penyebab kejang
INFEKSI NEONATAL
• Merupakan sindroma klinis penyakit
sistemik akibat infeksi dalam satu bulan
pertama kehidupan
• Penyebab: Bakteri, virus, jamur dan
protozoa
• Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir
tidak spesifik perlu skrining sepsis dan
pengelolaan terhadap faktor risiko
• Daya tahan tubuh neonatus masih imatur  invasi
mikroorganisme mudah  infeksi berat 
kematian dalam waktu beberapa jam atau
beberapa hari bila tidak mendapat pengobatan
yang tepat.
• Infeksi pada bayi baru lahir dapat terjadi in utero
(antenatal), pada waktu persalinan (intranatal),
atau setelah lahir dan selama periode neonatal
(pasca natal).
• Penyebaran transplasenta merupakan jalan
tersering masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh janin.
• Faktor risiko terjadinya sepsis
neonatorum:
– Ibu demam sebelum dan selama persalinan
– Ketuban Pecah Dini
– Persalinan dengan tindakan
– Timbul asfiksia pada saat lahir
– BBLR
Manajemen Infeksi
• Dugaan sepsis
• Jika tidak ditemukan riwayat infeksi intra uteri, ditemukan satu
kategori A dan satu atau dua kategori B maka kelola untuk tanda
khususnya (mis. kejang). Lakukan pemantauan.
• Jika ditemukan tambahan tanda sepsis, maka dikelola sebagai
kecurigaan besar sepsis.

• Kecurigaan besar sepsis


• Pada bayi umur sampai dengan 3 hari
Bila ada riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan
kecurigaan infeksi berat atau (ketuban pecah dini) atau bayi
mempunyai 2 atau lebih Kategori A ,atau 3 atau lebih Kategori B
• Pada bayi umur lebih dari tiga hari
Bila bayi mempunyai dua atau lebih temuan Kategori A atau tiga atau
lebih temuan Kategori B.
• Antibiotik
– Antibiotik awal dengan ampisilin dan gentamisin
– Jika belum membaik setelah 48 jam bisa diganti
dengan cefotaxime dan gentamisin
• Respirasi
– Jalan napas harus bersih dan terbuka, pemnerian
oksigen untuk mecegah hipoksia
• Kardiovaskuler
• Beri cairan iv dengan dosis rumatan dan pantau
tanda vital serta perfusi jaringan

• RUJUKAN
RUJUKAN DAN TRANSPORTASI
BAYI BARU LAHIR
• Keadaan ideal untuk rujukan neonatal
adalah secara antepartum
• Harus diperhatikan saat merujuk ==bayi
harus stabil atau minimal tanda bahaya
sudah mendapatkan pengelolaan awal
• Libatkan orangtua/keluarga dalam
mengambil keputusan untuk merujuk dan
jelaskan mengapa bayi harus dirujuk
• Data yang harus diinformasikan:
– Identitas bayi dan tanggal lahir
– Identitas orang tua
– Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya,
tindakan resusitasi yang dilakukan’obat yang
dikonsumsi oleh ibu
– Nilai Apgar
– Masa gestasi dan berat lahir
– Tanda vital
– Tindakan/prosedur klinisk dan terapi lain yang sudah
diberikan
– Bila tersedia, data pemeriksaan penunjang yang ada
• Syarat melakukan transportasi
– Bayi stabil
– Bayi dalam keadaan hangat
– Kendaraan pengangkut harus hangat
– Didampingi tenaga kesehatan yang trampil
melakukan tindakan resusitasi minimal
ventilasi
– Tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan
• Bayi dalam keadaan stabil bila
– Jalan napas bebas dan ventilasi adekuat
– Kulit dan bibir kemerahan
– Frekuansi jantung 120-160 kali per menit
– Suhu aksiler 36,5-37oC
– Masalah metabolik terkoreksi
– Masalah spesifik penderita sudah dilakukan
manajemen awal
• Kasus yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang
lebih lengkap:
– Gangguan napas sedang dan berat, apapun penyebabnya
– Asfiksia yang tidak memberi respon pada tindakan
resusitasi, sebaiknya 10 menit pertama
– Kasus bedah neonatus
– BBLR < 1750 gram
– BBLR 1750-<2500 gram dengan kejang, gangguan napas,
gangguan pemberian minum
– Hipotermia berat
– Ikterus patologis
– Kemungkinan penyakit jantung bawaan
Derajat Ikterus Daerah Ikterus Perkiraan
kadar
bilirubin
I Daerah kepala dan leher 5.0 mg%
II Sampai badan atas 9.0 mg%
III Sampai badan bawah hingga 11.4 mg%
tungkai
IV Sampai daerah lengan, kaki 12.4 mg%
bawah, lutut.
V Sampai daerah telapak tangan 16.0 mg%
dan kaki
Usia Ikterus terlihat pada Klasifikasi

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihata

Hari 2 Lengan dan tungkai b


Ikterus berat

Hari 3 dan seterusnya Tangan dan kaki


Pemeriksaan penunjang atau
Anamnesis Pemeriksaan Kemungkinan diagnosis
diagnosis lain yang sudah diketahui
Sangat Ikterus Hb < 13 g/dl, Ht < 39% Ikterus hemolitilk akibat
􀂃 Timbul saat lahir sampai dengan Sangat pucat Bilirubin >8 mg/dl pada hari ke 1 inkompatibilitas darah
hari ke 2 atau
􀂃 Riwayat ikterus pada bayi Kadar Bilirubin > 13mg/dl pada hari
sebelumnya ke 2 ikterus/ kadar bilirubin cepat
􀂃 Riwayat penyakit keluarga : Bila ada fasilitas:
ikterus, anemi, pembesaran hati, Coombs tes positif
pengangkatan limpa.defisiensi G6 Defisiensi G6PD
PD Inkompatibilitas gol. Darah ABO
atau Rh
Sangat Ikterus Lekositosis, leukopeni, Ikterus diduga karena infeksi berat/
􀂃 Timbul saat lahir sampai dengan Tanda tersangka infeksi/sepsis (malas trombositopenia sepsis
hari ke 2 atau lebih minum, kurang aktif, tangis lemah, (tangani dugaan infeksi berat dan
􀂃 Riwayat infeksi maternal suhu tubuh abnormal foto terapi bila diperlukan)
Ikterus Ikterus akibat obat
􀂃 Timbul pada hari 1 ·
􀂃 Riwayat ibu hamil pengguna
obat
Sangat ikterus Bila ada fasilitas: Ensefalopati
􀂃 Ikterus hebat timbul
Kejang Hasil tes Coombs positif bilirubin (Kern- ikterus) (obati
pada hari ke 2 Postur abnormal, kejang dan tangani Ensefalopati
􀂃 Ensefalopati timbul pada hari ke letargi bilirubin)
3-7
􀂃 Ikterus hebat yang tidak atau
terlambat diobati
Ikterus berlangsung > 2 minggu pada Faktor pendukung: Ikterus berkepanjangan (Prolonged
􀂃 Ikterus menetap setelah usia 2 bayi cukup bulan dan > 3 minggu Urin gelap, feses pucat. ikterus)
minggu pada bayi kurang bulan Peningkatan bilirubin direk
􀂃 Timbul hari ke 2 atau lebih. Bayi tampak sehat Ikterus pada bayi prematur
􀂃 Bayi berat lahir rendah
Pemeriksaan
penunjang atau Kemungkinan
Anamnesis Pemeriksaan
diagnosis lain yang diagnosis
sudah diketahui
Sangat Ikterus Hb < 13 g/dl, Ht < 39% Ikterus hemolitilk akibat
􀂃 Timbul saat lahir Sangat pucat Bilirubin >8 mg/dl pada inkompatibilitas darah
sampai dengan hari ke hari ke 1 atau
2 Kadar Bilirubin >
􀂃 Riwayat ikterus 13mg/dl pada hari ke 2
pada bayi sebelumnya ikterus/ kadar bilirubin
􀂃 Riwayat penyakit cepat
keluarga : ikterus, Bila ada fasilitas:
anemi, pembesaran Coombs tes positif
hati, pengangkatan Defisiensi G6PD
limpa.defisiensi G6 PD Inkompatibilitas gol.
Darah ABO atau Rh
Sangat Ikterus Lekositosis, leukopeni, Ikterus diduga karena
􀂃 Timbul saat lahir Tanda tersangka trombositopenia infeksi berat/ sepsis
sampai dengan hari ke infeksi/sepsis (malas (tangani dugaan infeksi
2 atau lebih minum, kurang aktif, berat dan foto terapi
􀂃 Riwayat infeksi tangis lemah, suhu bila diperlukan)
maternal tubuh abnormal
KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

HIPOTERMI
Kusumaning Ayu Sefiany Milawati
Linda Adi Anggreini Muly Izati Faisal
Mega Puji Sagita Putri Nadia Nur Salsabila
Meriza Mega Kartika Nafil Ibroza

Dosen pengampu : Anik Kurniawati, SSiT, Bdn, M.Keb.


0
DEFINISI
HIPOTERMI
Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari
36,5 °C pada pengukuran suhu melalui
ketiak. Hipotermi merupakan suatu tanda
0

bahava karena dapat menvebabkan


terjadinya perubahan metabolisme tubuh
yang berakhir pada kegagalan jantung paru
dan kematian.
PATOFISILOGI Kulit bayi Panas didistribusikan
terpapar dingin
Terjadi keseluruh tubuh

hipotermi
Proses oksidasi lemak
Stimulasi saraf
coklat (NST) &
simpatis vasokontriksi perifer

Memicu serabut
simpatik
Hipotalamus mengeluarkan
norepinefren
ETIOLOGI HIPOTERMI

1 2 3 4
0

Kehilangan panas
Lingkungan Area permukaan yang cepat dalam
eksternal lebih Suplai lemak kulit yang besar lingkungan yang
dingin daripada subkutan yang dibandingkan dingin terjadi
lingkungan terbatas dengan berat melalui konduksi,
didalam uterus. badan konveksi, radiasi,
dan evaporasi
KLASIFIKASI HIPOTERMI
Hipotermi Sedang Hipotermi Berat
Suhu 32 -36 °c Sama hipotermia sedang
Aktivitas berkurang, Suhu <32 °C
letargis Bibir dan kuku kebiruan
Tangisan lemah Pernafasan lambat
Pernafasan tidak teratur
Kulit berwarna tidak rata
Bunyi jantung lambat
Kemampuan menghisap
Selanjutnya mungkin timbul
lemah hipoglikemia dan asidosis
Kaki teraba dingin metabolik
0
PENCEGAHAN
HIPOTERMI
Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam
Rawat bayi kecil diruang yang hangat
Jangan meletakkan bayi di dekat benda yang dingin
Pada waktu memindahkan bayi ketempat lain, tetap
jaga kehangatan
Bayi harus setiap saat diselimuti dalam keadaan
apapun
Berikan tambahan kehangatan pada waktu
dilakukan tindakan
0

Ganti popok setiap kali basah


Jangan menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh bayi setiap saat
Penatalaksanaan
Hipotermi Sedang

Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering,


bersih dan hangat
Segera hangatkan tubuh dengan metode kanguru

0
Cegah bayi kehilangan panas
Beri ASI sedini mungkin
Setelah tubuh bayi menjadi hangat nasehati ibu
cara merawat bayi dirumah
Menyusui secara ekslusif
Pencegahan infeksi
Anjurkan ibu kontrol bayinya setelah 2 hari
PENATALKSANAAN HIPOTERMI BERAT
Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat
Lakukan metode kanguru
Bila selimut dingin segera ganti dengan yang hangat. Cegah bayi kehilangan panas dengan Member
tutup kepala / topi bayi
Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering dan hangat
Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bay menginginkan
Segera rujuk kerumah sakit terdekat
Hindari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi sering diubah
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dosis
Periksa kadar glukosa darah
Nilai tanda bahaya setiap jam
Nilai kemampuan minum setiap 4 jam
Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai.
Anjurkan ibu menyusui, Bila bayi tidak dapat menyusu, maka menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam.
Setelah suhu tubuh bayi normal Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
Komplikasi

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh Menyebabkan gangguan pada sistem


hipotermi yaitu: anggota tubuh berikut ini

Hipoglikemi asidosis metabolik Gangguan sistem saraf pusat : koma, menurunnya


Kebutuhan oksigen yang meningkat reflex mata (seperti mengedip)
Metabolisme meningkat sehingga Cardiovascular : penurunan tekanan darah
pertumbuhan terganggu. secara berangsur, menghilangnya tekanan darah
sistolik
Pernafasan : menurunnya konsumsi oksigen
Saraf dan otot : tidak adanya gerakan,
menghilangnya reflex perifer
THANK YOU
For your consent on this matter
MK : Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal & Neonatal
Dosen : Ibu Anik
• Syifa Tiyadi (P27224023372)
• Syifaun Nadhifah (P27224023373)
• Tria Fadilla Utami (P27224023374)
• Ulfiyah Khoerunnisa (P27224023375)
• Vivi Anggraini (P27224023376)
• Widya Rosyita Habsari (P27224023377)
Drew
• Yustika Damayanti (P27224023378)
• Zenith Elisa Kurniawati (P27224023379)
A Pengertian Infeksi

B Klasifikasi Infeksi

C Penyebab Infeksi

D Pencegahan Infeksi

E Penatalaksanaan Infeksi
Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya
terjadi pada bulan pertama kehidupan yang menyebar ke seluruh
tubuh bayi baru lahir terjadi pada masa neonatal, intranatal dan
postnatal. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang
menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada
kurang dari satu persen bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab dari 30 persen kematian pada bayi baru lahir
(Sembiring, 2019).
a. Pembagian infeksi menurut waktu terjadinya (Sembiring, 2019) :

1) Infeksi dini 2) Infeksi lanjutan


Infeksi dini terjadi dalam tujuh Terjadi setelah minggu pertama kehidupan
hari pertama kehidupan. dan didapat dari lingkungan pasca lahir.
Biasanya didapat dari Biasanya didapat dari kontak langsung
organisme pada saluran atau tak langsung dengan organisme yang
genital ibu dan atau cairan ditemukan dari lingkungan tempat
amnion. perawatan bayi.
b. Pembagian infeksi menurut besarnya
masalah (Saifuddin, 2014)
1) Infeksi berat 2) Infeksi ringan
a) Sepsis Neonatorum a) Omfalitis
b) Meningitis b) Moniliasis
c) Pneumonia
d) Diare
e) Tetanus Neontorum
a. Infeksi bacterial b. Infeksi virus c. Infeksi parasit / jamur
Infeksi perinatal Yang sering menyebabkan Sering disebabkan oleh
dapat disebabkan infeksi kongenital/transplasenta kandida yang dapat bersifat
oleh berbagai bakteri antara lain Cytomegalo Virus infeksi lokal maupun
seperti escherichia (CMV), rubella, parvo virus, HIV. sistemik, infeksi biasanya
coli, pseudomonas Sedangkan yang sering adalah infeksi yang didapat.
pyocyaneus, lensielia, menyebabkan infeksi yang Infeksi kongenital yang
staphylococcus didapat antara lain herpes sering ditemukan adalah
aureus, dan coccus simplex virus, varicella- zoster toxoplasma dan syphilis,
gonococcus virus, hepatitis, Respiratory keduanya sering
(Sembiring, 2019). Syncial Virus (RSV) (Sembiring, menimbulkan kelainan/cacat
2019). kongenital (Sembiring, 2019).
a. Faktor maternal b. Faktor neonatal

Status sosial ekonomi ibu ras dan latar Prematuritas merupakan faktor risiko
belakang cendrung mempengaruhi utama untuk infeksi neonatal umumnya
terjadinya infeksi pada bayi. Ibu yang imunitas kurang bulan lebih rendah dari
berstatus sosio ekonomi rendah bayi cukup bulan. Laki-laki dan kehamilan
menyebabkan nutrisi dan status gizinya kembar juga ikut mempengaruhi. Insiden
tidak baik. Selain status sosial ekonomi
infeksi pada bayi laki- laki empat kali
faktor jumlah paritas ibu, umur ibu,
lebih besar dari bayi perempuan,
kurangnya perawatan prenatal, ketuban
menegaskan kemungkinan adanya
pecah dini dan prosedur selama
faktor-faktor seks (Sembiring, 2019).
persalinan (Sembiring, 2019).
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan
awal yang harus pada bayi karena bayi baru lahir
sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat
penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk
melakukan tindakan untuk pencegahan infeksi.
Apabila suhu bayi tinggi lakukan kompres hangat,
berikan Air Susu Ibu (ASI) perlahan-lahan,
perawatan sumber infeksi seperti memberikan
salep yang mengandung neomicin dan bacitracin
pada tali pusar yang mengalami infeksi. Pemberian
salep mata gentamicin pada bayi baru lahir. Jika
terjadi infeksi lanjutan segera berikan antibiotik
sesuai indikasi (Sembiring, 2019)
PERAWATAN NEONATAL
ESENSIAL PADA SAAT
LAHIR
2

MENGAPA PERLU
MEMPELAJARI
RESUSITASI
NEONATUS ???
3

Asfiksia saat lahir


Sekitar 10% bayi baru lahir
merupakan penyebab
membutuhkan bantuan
sekitar 23% dari 4 juta
untuk mulai bernapas, < 1%
kematian neonatus di
membutuhkan tindakan
seluruh dunia tiap tahun.
resusitasi ekstensif.
(Lancet, 2010 ; 375 : 1969-
( WHO, 2011 )
87).
Kegagalan memulai
dan melanjutkan
pernafasan pada
BBL
ASFIKSIA
Bayi tidak bernapas
secara spontan dan
teratur
OKSIGENASI BAYI SEBELUM LAHIR

• Difusi melalui plasenta ibu  janin

• Paru janin tidak berfungsi sebagai


sumber O2
 alveoli berisi cairan
 pembuluh darah alveoli
konstriksi
Periode Transisi Pernapasan dan
Sirkulasi Pada Bayi Baru
Transisi adalah proses perubahan Lahir
fisiologis pada bayi baru lahir yang
dimulai di dalam rahim saat bayi mempersiapkan transisi dari dukungan
plasenta intrauterine ke perawatan diri extrauterine

PERUBAHAN WAKTU
• Pernapasan Detik
• Sirkulasi Detik
• Homeostasis Glukosa Menit
• Kontrol temperatur Menit
• Ginjal Jam - Hari
• Saluran Pencernaan Jam - Hari
7

ADAPTATION: RESPIRATION

• Oksigenasi bergantung pada paru-paru

• Tiga perubahan besar :

• Ciran alveoli akan di serap


• arteri dan vena umbilikalis menutup dan dijepit  sirkulasi plasenta

tekanan darah sistemik ↑
• Pembuluh darah paru relaksasi
TRANSISI SIRKULASI

SIRKULASI JANIN SIRKULASI BAYI BARU LAHIR

SIRKULASI BAYI BARU LAHIR


•Perubahan sirkulasi yang sangat besar saat lahir
•Peningkatan aliran darah pulmonal akibat penurunan resistensi paru  ekspansi paru
 kembalinya darah vena
•Resistensi sistemik lebih tinggi dari pada resistensi paru (24 jam)  Fungsi
prostaglandin  Duktus arteriosus menutup
•Arteri umbilikal menyempit dan aliran darah plasenta berhenti.
H KEGAGALAN TRANSISI
A
M
B Kelahiran tanpa proses Oksigen tidak
Paru paru
A aktif  bayi bernapas tersedia untuk
tidak akan
T tidak adekuat sirkulasi darah
terisi udara
A melalui paru - paru
N

P Kehilangan darah
E berlebihan atau
R Kegagalan dalam
hipoksia / iskemia
I meningkatkan Hipotensi sistemik
mengakibatkan
O tekanan darah
kontraktilitas jantung
D sistemik
dan bradikardia yang
E buruk

T
R
A
N Penyempitan
S arteriole paru- Hipertensi
I Konsentrasi
paru yang pulmonal
S oksigen rendah
berkelanjutan persisten
I
PERSIAPAN ALAT RESUSITASI
TUJUAN RESUSITASI

• Ventilasi adekuat
• O2 dan curah jantung cukup menyalurkan
O2 ke otak, jantung dan organ vital
lainnya
13

Alur
Resusitasi Neonatus
PERSIAPAN RESUSITASI

Persiapan Tim Resusitasi

Pengenalan Faktor Risiko Ibu dan Bayi


Baru Lahir

Persiapan Lingkungan Resusitasi

Persiapan Alat Resusitasi

Pencegahan Infeksi Pada Saat


Melakukan Resusitasi
LANGKAH RESUSITASI

Penilaian Awal

Langkah Awal dan Airway

Breathing

Circulation

Drug and Fluid


PENILAIAN AWAL, LANGKAH AWAL & AIRWAY

Apakah bayi baru lahir bernapas atau menangis ?


Apakah bayi baru lahir memiliki tonus otot baik ?

• Memastikan bayi tetap hangat


• Membuka jalan napas bayi dengan mengatur posisi
dan membersihkan jalan napas,
• Mengeringkan bayi dan memberikan stimulasi,
• Mengatur kembali posisi kepala bayi.
BBLR < 35 mg, < 1,5 kg

-Kantong plastik
- topi
( BREATHING )
19
CARA
PENGGUNAAN
SUNGKUP
POSISI PENOLONG
FREKUENSI VENTILASI
RR 40-60X/MENIT
TEKNIK MEMPERBAIKI VENTILASI 23

Tindakan Langkah koreksi


S Sungkup melekat Pastikan perlekatan yang baik antara
erat sungkup dengan wajah
R Reposisi jalan nafas Kepala pada posisi menghidu

I Isap mulut dan Periksa sekresi, isap bila perlu


hidung
B Buka mulut Ventilasi dengan mulut sedikit terbuka
dan angkat dagu ke depan

T Tekanan dinaikkan Naikkan tekanan dalam beberapa


tahap
A Altenatif jalan nafas Pertimbangkan intubasi
CIRCULATION
24
25

CARA MELAKUKAN
KOMPRESI
26

KOMPRESI …..
27

FREKUENSI KOMPRESI
28

(DRUG)
• Berikan epinefrin sambil melanjutkan VTP dan
kompresi dada. Dosis epinefrin (konsentrasi 1 :
10.000) : 0,1-0,3 ml/kg i.v. atau 0,5-1,0 ml/kg per
endotrakeal.
• Bila HR masih < 60 x/menit, semua tindakan yang
dilakukan di blok C dan D dilanjutkan dan diulangi lagi.
• Bila HR > 60 x/menit, kompresi dada dihentikan. VTP
tetap dilanjutkan hingga HR > 100 x/menit dan bayi
mulai bernapas.
29

Thank You
KASUS 1
• Seorang wanita multipara hamil cukup bulan
• mulai memasuki kala 2.
• Tidak lama setelah masuk rumah sakit
ketuban pecah.
• Air ketuban berwarna hijau keruh dan
kental.
• Setelah bayi lahir tonus otot buruk, usaha
nafas minimal.
KASUS 2
• Wanita usia 20 th
• usia kehamilan 37 minggu
• Disertai dengan hipertensi
• Fekuensi denyut jantung menunjukkan
deselerasi lambat, tetapi persalinan
berjalan cepat dan
• lahir seorang bayi laki-laki.
• Bayi apneu dan lemas
KASUS 3
• seorang ibu hamil usia 25 th
• usia kehamilan 32 minggu mulai persalinan
dan TBJ 1400 g.
• Tidak lama setelah masuk rumah sakit
ketuban pecah.
• Air ketuban jernih.
• Setelah bayi lahir tonus otot buruk, apnea.

Anda mungkin juga menyukai