Dimensi : Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak
Mulia
Persiapan
1. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam pembuka, berdoa, memeriksa
kehadiran, memeriksa kesiapan siswa dan memotivasi siswa
2. Guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu profil pelajar pancasila secara bersama-
sama dengan gerakan P5.
3. guru menjelaskan tema, topik dan tujuan pembelajaran P5 hari ini : peserta didik mampu
menganalsiis Bullying di Sekolah
Pertanyaan Pemantik :
Apa reaksimu ketika temanmu di permalukan di depan kelas oleh teman sekelasmu sendiri?
Kegiatan Inti
K-W-L Chart
Pada kolom pertama, tuliskan apa yang kamu tahu tentang topik. Pada kolom kedua, tuliskan
tentang apa
yang kamu ingin tahu tentang topik. Pada kolom ketiga, tuliskan apa yang telah kamu pelajari
dari topik ini
Aksi buruk pelajar yang marak diperbincangkan saat ini tentang builying, sangatlah miris. Bullying
atau perundungan merupakan suatu penindasan yang ditimbulkan dari prilaku pelajar yang agresif
dan tempramen. Hal itu yang dilakukan dengan cara mengintimidasi, menghina, mengancam,
melecehkan, bahkan penganiayaan pun dianggap sebuah sikap wajar dan biasa-biasa saja. Mereka
tidak merasa bersalah atas sikap yang diperbuatnya meskipun tidak sesuai dengan norma-norma
kehidupan sebagai pelajar.
Bullying berkembang pesat di lingkungan sekolah dari berbagai jenjang. Terbukti setiap kasus
bullying, pelaku dan korbannya sama-sama pelajar. Kejadiannya ketika aktivitasnya tidak sedang
dalam pengawasan para pengajar. Pelakunya nyaris tidak diketahui kalau saja korban tidak melapo
Tetapi ada juga korban dan pelaku yang dilaporkan oleh saksi sebagai perlawanan atas perbuatan
dari aksi bullying itu.
Ada segelintir kasus dari banyak kasus yang tidak diketahui. Kasus ini terjadi pada salah satu
sekolah yang ada kesamaan dengan kasus perundungan yang tengah viral di media sosial.
Diantaranya ada seorang pelajar perempuan yang selalu diejek/ dihina yang mengarah pada boddy
shaming oleh teman laki-laki sekelasnya yang berkarakter kasar. Belum lagi ejekan terhadap orang
tuanya. Terkadang di luar kelas pun sering dilontarkan kata-kata cacian dan hinaan yang
menyakitkan. Yang lebih parah lagi ada tindakan pelecehan seksual terhadap perempuan yang
dianggap lemah dan pendiam. Korban hanya bisa diam, menahan rasa sakit dengan menangis, dan
tidak bisa melakukan pembalasan apapun. Sikap teman disekelilingnya yang seharusnya menjadi
saksi hanya masa bodoh dan tidak peduli, seolah-olah tidak mengetahui kejadian yang dialami
korban.
Namun, setelah beberapa kali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari si pembully,
muncul dampak buruk pada korban. Beberapa hari tidak sekolah dengan alasan sakit. Setelah
ditelusuri keberadaannya, ternyata secara fisik tidak sakit. Dia hanya tidak mau lagi sekolah,
bahkan meminta pindah sekolah kepada orang tuanya. Tentu saja hal ini mengagetkan orang tua
dan para pengajarnya. Apalagi wali kelas yang berperan sebagai pengganti orang tua di sekolah
merasa kecolongan dari masalah yang dihadapi anak didiknya. Mengapa sampai demikian?
Aktivitas bullying berjalan ketika para pengajar tidak sedang di kelas, sangatlah mengagetkan para
pengajar seperti mendapat tamparan keras dari peristiwa itu meskipun mereka memiliki berbagai
alasan yang patut dipahami dan dimengerti. Apalagi pengajar yang memang sengaja meninggalkan
kelas tanpa ada alasan yang jelas. Hanya kemalasan sematalah yang ditunjukkan kepada peserta
didiknya.
Hal yang semestinya dilakukan pengajar adalah mendidik dengan mengajak, memotivasi,
mendukung, membantu dan menginspirasi peserta didiknya agar bisa melakukan tindakan positif
bagi dirinya, orang lain dan lingkungannya. Tetapi, tatkala pengajar tidak melaksanakan tugasnya
dengan baik, terjadilah hal yang tidak diharapkan, bahkan muncul tindakan negatif di luar dugaan
pengajar yang sampai ke publik. Keberadaan kasus ini diakui dan disadari pengajar karena suatu
waktu tidak bisa memberikan pengajaran yang kondusif di kelas.
Di samping beberapa alasan klise dan sikap malas yang ada, salah satu alasan pengajar
meninggalkan kelas karena ada beban tugas administratif yang menumpuk. Terkadang ada tugas
yang harus diselesaikan dengan cepat dalam waktu singkat. Akhirnya dikorbankanlah waktu yang
seharusnya dipergunakan di kelas. Para pelajar pun berpeluang dan memiliki kesempatan untuk
meluncurkan aksi bullyingnya.
1.Emosional
Menurut Daniel Goleman, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu
keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Dengan
demikian, emosi dapat mendorong untuk bertindak. Jadi, ketika tingkat emosi korban sangat tinggi,
pola pikirnya sudah tertutup secara emosional sehingga muncul dalam benaknya untuk balas
dendam. Pengalaman saat menjadi korban bullying tidak bisa melawan dan hanya diam, meski
harga dirinya terinjak-injak. Kemudian dengan berjalannya waktu, dia ekspresikan dengan cara
yang tidak tepat. Tidak sedikit orang yang dianggap baik dan pendiam bisa jadi pembunuh.
2.Beban
Korban bullying biasanya tidak memiliki mental yang kuat. Ketika mendapat bullyan hanya bisa
memendam rasa sakit fisik dan psikologis hingga pasrah dengan keadaan. Perasaan tertekan yang
berkembang dan merasa tak ada yang menolong terus tumbuh dalam jiwanya. Tindakan yang
dilakukannya biasanya ke arah menyakiti dirinya sendiri, dan tidak sedikit yang melakukan bunuh
diri.
Tindakan bullying sangat mempengaruhi seorang pelaku maupun korban dalam kegiatan belajar
mengajar. Oleh sebab itu, kasus bullying yang kerap terjadi membutuhkan perhatian khusus dari
berbagai pihak. Terutama pihak sekolah dan orang tua. Jika merujuk pada konsep Tri Sentra
Pendidikan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara, jelas bahwa proses pendidikan tidak sekedar
melibatkan sekolah atau satuan pendidikan, tetapi melibatkan keluarga dan masyarakat juga.
Pihak sekolah terutama pengajar tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada pelaku. Justru harus
lebih tanggap dan peka dalam menyikapi kasus bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah.
Begitu juga dengan peran orang tua harus bisa menjadi jembatan dalam penyelesaian kasus
tersebut. Artinya orang tua menjadi penengah bijak dalam menyikapi berbagai kasus yang
menimpa anak- anaknya.
Berdasarkan fenomena bullying yang kian merebak di lingkungan sekolah, tak sedikit publik yang
mempersalahkan pengajar. Publik berkomentar bahwa aksi bullying tidak akan terjadi kalau
suasana di kelas kondusif dan ada pendamping. Secara umum penilaian publik telah mencoreng
reputasi pengajar.
Kritikan dan kemarahan publik diarahkan kepada pengajar adalah suatu hal yang wajar karena yang
terlibat dalam kasus bullying pada umumnya pelajar. Kasusnya kerap terjadi di lingkungan sekolah
pada saat jam belajar. Oleh karena itu, guna mengantisipasi kasus bullying atau kasus yang
berdampak buruk lainnya, semua berharap agar peran dan fungsi pengajar lebih berdedikasi dan
penuh tanggung jawab lagi dalam mengemban tugasnya.
Patut digarisbawahi bahwa alasan guru/ pengajar tidak di kelas saat ada pembelajaran karena ada
pekerjaan administratif yang menumpuk. Maka, sebaiknya beban tugas administrasi pengajar harus
dikurangi. Seperti yang dikatakan WURYADI Pakar Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY), bahwa saat ini pengajar lebih banyak disibukkan dengan administrasi yang merupakan
konsekuensi dari pelaksanaan kurikulum 2013 yang diterapkan sejak era Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, M. Nuh, berawal dari era inilah pengajar mendapat berbagai macam beban
administrasi yang mengakibatkan peran pengajar sebagai pendidik tidak maksimal.
Dengan demikian, persoalan yang dialami pengajar hendaknya bisa menjadi perhatian bagi para
pemangku kebijakan yang terkait. Program yang menjadi aturan baku untuk pendidik harus jelas
dan lebih dievaluasi kembali. Sehingga lebih berdampak positif dan bisa meningkatkan kualitas
pendidikan bagi generasi muda bangsa. Buatlah aturan seminimal mungkin agar para pendidik tidak
punya peluang mengabaikan peserta didiknya. Bukan malah sebaliknya, ketika aturan yang telah
ada diimplementasikan malah menjadi batu sandungan bagi para pendidik. Akhirnya berdampak
buruk dengan banyaknya kasus di kalangan pelajar.
Selain itu, solusi lain agar bisa meminimalisir kasus bullying di sekolah bisa dengan cara :1).
melakukan tindakan preventif. Tingkatkan sosialisasi anti bullying kepada siswa, pengajar, orang
tua, serta segenap civitas akademik di lingkungan sekolah. 2). Melakukan pencegahan dan
mekanisme pengaduan . Pencegahan dapat dilakukan dengan adanya aturan yang disepakati oleh
semua civitas akademik institusi sekolah. Sistem pengaduan pun harus dimiliki oleh pihak sekolah
agar pihak korban atau saksi bisa melawan pembullyan dengan melaporkan baik secara langsung/
tidak langsung. Pelapor bisa menghubungi no HP yang telah difungsikan sebagai sarana pengaduan
berbagai masalah dengan jaminan keamanan yang jelas, serta tidak berisiko bagi pelapor.3)
Pemasangan CCTV di kelas. Sarana ini berfungsi sebagai pengintai dan bisa meningkatkan
keamanan di lingkungan sekolah khususnya kelas yang bercctv. Semua aktivitas yang terjadi dapat
diketahui dan terpantau.
Berbagai solusi pencegahan tindakan bullying terealisasi dengan baik kalau memang ada tindak
lanjutnya dari semua pihak. Aksi bullying butuh kepedulian dan sensitivitas pemimpin, para
pengajar, serta para orang tua. Seandainya aksi bullying telah terjadi di lingkungan sekolah,
sebaiknya dilakukan komunikasi dan interaksi antar pihak pelaku, korban, orang tua dan pihak
sekolah. Semoga menjadi pembelajaran bagi semua pihak atas kasus tersebut.
Demikian sekelumit uraian kasus bullying di lingkungan pendidikan yang marak diperbincangkan
publik di media sosial. Mohon maaf jika ada ulasan yang menyinggung semua pihak. Semoga
menjadi bahan evaluasi dan referensi bagi pemangku kebijakan dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Pendidikan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan jika stakeholder yang terkait
ada kerja sama yang baik serta memiliki kepekaan dan kepedulian tinggi . Sehingga tidak ada lagi
komentar miring terhadap reputasi dan profesi pengajar. Bullying dapat dicegah, proses pendidikan
pun berjalan sesuai fungsinya. Pendidikan akan membentuk watak dan kepribadian para pelajar
sehingga menjadi pribadi yang hebat, cerdas, dan bermartabat.
Terima Kasih....
MINGGU KE 3 - Aktivitas 2 (selasa, 31 oktober 2023)
Dimensi : Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak
Mulia
Persiapan
1. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam pembuka, berdoa, memeriksa
kehadiran, memeriksa kesiapan siswa dan memotivasi siswa
2. Guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu profil pelajar pancasila secara bersama-
sama dengan gerakan P5 atau ice breaking menyegarkan siswa
3. guru menjelaskan tema, topik dan tujuan pembelajaran P5 hari ini : peserta didik mampu
menganalsiis sebab akibat Bullying di Sekolah
Pertanyaan Pemantik :
Jika kamu yang diposisi korban bullying, bagaimana perasaanmu?
Kegiatan Inti
1. Guru mempersiapkan satu artikel untuk dibahas lebih dalam melalui bahan dari website
berikut ini: Apa itu cyberbullying dan bagaimana menghentikannya? - UNICEF Indonesia dan
bahan materi dari Kemdikbud,go.id mengenai handout ‘Stop bullying’, dapat pula diakses
melalui :
https://www.unicef.org/indonesia/id/child-protection/apa-itu-cyberbullying
2. Guru mempersiapkan lembar kerja cause effect graphic organizer (pengatur grafis sebab-
akibat)
3. Murid dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang, peran guru sebagai
fasilitator memberikan arahan dan menjadi memfasilitasi secara teknis jalannya diskusi.
4. Setiap kelompok membagi deksripsi kerja sebagai berikut:
pemimpin diskusi: memimpin jalannya diskusi
notulis: mencatat hasil diskusi
penyaji: menyajikan hasil diskusi secara lisan
5. Setiap kelompok akan membahas sebab dan akibat bullying dilingkungan Sekolah
kemudian
5. menuliskan hasil diskusinya pada lembar kerja cause effect graphic organizer.
6.Penyaji dari setiap kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi dari kelompok masing-
masing.
7. Murid mendapatkan kesimpulan bahwa pada kegiatan hari ini murid telah membangun
elemen mengenai ‘akhlak kepada manusia’ dengan cara mengidentifikasi hal yang menjadi
permasalahan bersama.
Penutup
1. guru mengumpulkan hasil kerja peserta didik dalam satu map yang di sebut sebagai “Arsip
diri”
2. kemudian Map tersebut dikumpulkan di lemari setiap kelas
3. guru menanyakan perasaan peserta didik ketika mengerjakan aktivitas tersebut
4. guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
MINGGU KE 1 - Aktivitas 3 (RABU, 1 OKTOBER 2023)
Dimensi : Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak
Persiapan
1. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam pembuka, berdoa, memeriksa
kehadiran, memeriksa kesiapan siswa dan memotivasi siswa
2. Guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu profil pelajar pancasila secara bersama-
sama dengan gerakan P5.
3. guru menjelaskan tema, topik dan tujuan pembelajaran P5 hari ini : peserta didik mampu
mengenali bullying di sekolah
Pertanyaan Pemantik :
Kegiatan Inti
3. Murid bekerja bersama rekan kerja (1 kelompok terdiri dari 2 orang) dan mengerjakan
lembar kerja
T-P-S (Think – Pair – Share) Berpikir – Berpasangan – Berbagi.
4. Pada tahapan Think, murid diminta untuk berpikir dan menjawab pertanyaan terbuka yang
diberikan oleh guru (lihat panduan pertanyaan pada halaman berikutnya).
5. Pada tahapan Pair, murid diminta membuat kesimpulan dalam bentuk bermain peran
singkat berdurasi 5 menit mengenai pencegahan ujaran kebencian terhadap teman secara
digital.
6. Pada tahapan Share, murid akan berbagi dengan menampilkan kesimpulan mereka
kepada
seluruh teman di kelas.
7. Akhir pembelajaran, guru menjelaskan bahwa murid telah berlatih mengolah rasa dengan
lebih peka dan sensitif akan isu perundungan
Penutup
1. guru mempersilakan salah satu peserta didik untuk menyimpulkan pembelajaran p5 hari ini
2. guru menanyakan perasaan peserta didik ketika mengerjakan aktivitas tersebut
3. guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
MINGGU 1 - Aktivitas 4 (KAMIS, 19 Oktober 2023)
Waktu : 3 JP (1 JP = 45menit) termasuk tugas
Bahan : Buku catatan, bahan ajar, laptop
Tujuan : menganalisis bullying di Sekolah
Dimensi : Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak
Persiapan
1. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam pembuka, berdoa, memeriksa
kehadiran, memeriksa kesiapan siswa dan memotivasi siswa
2. Guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu profil pelajar pancasila secara bersama-
sama dengan gerakan P5.
3. guru menjelaskan tema, topik dan tujuan pembelajaran P5 hari ini : peserta didik mampu
menganalisis bullying di sekolah
Pertanyaan Pemantik :
“bagaimana tanggapanmu, jika kamu mendengaran ujaran kebencian di muka umum?”
Kegiatan Inti
1. Guru sebagai fasilitator melakukan ulasan kembali tentang definisi bullying, sebab akibat
bullying kemudian memotivasi bahwa murid akan menemukan praktik bullying yang terjadi di
sekolah melalui sesi tanya jawab.
2. Murid dibagikan daftar pernyataan akan akibat bullying dilingkungan sekolah SMA Negeri 1
Padangsidimpuan dalam ranah akademis, sosial, fisik,dan emosi.
3. Murid bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 orang (guru harus selektif dalam memilih
kelompok; gender sebaiknya tidak dicampur, memisahkan murid yang memiliki kecenderungan
sebagai pembully dan korban atau murid yang memiliki masa lalu kelam akibat bullying)
4. Setiap kelompok membuat kesepakatan kerja guna mencapai tujuan kerja kelompok.
5. Murid dapat melakukan tanya jawab secara bergiliran, sehingga satu murid akan mendapatkan
dua atau tiga responden. Murid memulai pertanyaan dengan kalimat ‘Apakah kamu mengalami?”
6. Murid mendapatkan kesimpulan bahwa melalui kegiatan ini, mereka telah belajar
menerapkan praktik dimensi ‘gotong royong’ dengan elemen tanggap terhadap lingkungan sosial.
7. Murid mencoba menghitung akibat apa yang paling dialami murid; akademis, sosial, fisik,
emosi
Penutup
1. guru mengumpulkan hasil kerja peserta didik dalam satu map yang di sebut sebagai “Arsip
diri”
2. kemudian Map tersebut dikumpulkan di lemari setiap kelas
3. guru mempersilakan salah satu peserta didik untuk menyimpulkan pembelajaran p5 hari ini
4. guru menanyakan perasaan peserta didik ketika mengerjakan aktivitas tersebut
5. guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
Pair (Berpasangan)
✔ Murid berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya dalam tahapan sebelumnya, yaitu think
✔ Murid membuat kesimpulan dari hasil diskusi mereka dengan membuat sebuah skit atau bermain peran
Share (Berbagi)
Persiapan
1. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam pembuka, berdoa, memeriksa
kehadiran, memeriksa kesiapan siswa dan memotivasi siswa
2. Guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu profil pelajar pancasila secara bersama-
sama dengan gerakan P5.
3. guru menjelaskan tema, topik dan tujuan pembelajaran P5 hari ini : peserta didik mampu
menganalsiis karakteristik pelaku bullying di sekolah
Pertanyaan Pemantik :
Pernahkah kamu menegur teman dengan nama yang bukan nama aslinya?
Kegiatan Inti
Penutup
1. guru mengumpulkan hasil kerja peserta didik dalam satu map yang di sebut sebagai “Arsip
diri”
2. kemudian Map tersebut dikumpulkan di lemari setiap kelas
3. guru menanyakan perasaan peserta didik ketika mengerjakan aktivitas tersebut
4. guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
APAKAH AKU SEORANG PEMBULLY?
Tidak Kadang-
No Pernyataan pernah
Jarang
kadang
Sering Selalu