Anda di halaman 1dari 2

Autoimun dan alergi merupakan bentuk respons kekebalan tubuh yang tidak normal.

Pada
autoimunitas, sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri, sedangkan pada alergi,
sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap benda asing yang sebenarnya tidak
berbahaya. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan gejala yang parah dan bahkan mengancam nyawa.

Autoimunitas dan alergi memerlukan terapi yang lebih bertarget karena keduanya melibatkan
respons kekebalan tubuh yang tidak normal. Autoimun dan alergi perlu terapi khusus target. Terapi
yang lebih bertarget dapat membantu mengurangi gejala dan memperbaiki kualitas hidup pasien
dengan autoimunitas dan alergi. Terapi ini bertujuan untuk menginduksi toleransi imun spesifik
antigen untuk mengubah cara pengobatan penyakit ini pada pasien melalui modifikasi respons imun
selektif terhadap antigen penyakit, sambil mempertahankan fungsi kekebalan tubuh yang sehat.

Salah satu pendekatan yang sedang dipelajari adalah sistem partikel berukuran ganda yang
memberikan kombinasi antigen, molekul kecil, dan sitokin untuk mempromosikan antigen-
presenting cell (APC) tolerogenik untuk autoimunitas. Pendekatan ini memanfaatkan kontrol ukuran
partikel untuk memuat isyarat intraseluler (antigen, vitamin D3) menjadi partikel kecil dan isyarat
ekstraseluler (TGF-β, faktor perangsang koloni makrofag granulosit) menjadi partikel besar. Partikel
yang lebih kecil difagositosis oleh APC target, mengirimkan muatan intraseluler, sedangkan partikel
yang lebih besar terlalu besar untuk difagositosis, alih-alih melepaskan muatan ke ruang
ekstraseluler. Pendekatan ini telah menunjukkan kemanjuran dalam memproduksi APC yang mampu
menginduksi sel T regulator (T REG) yang protektif pada model autoimunitas seperti diabetes tipe 1
(T1D), encephalomyelitis autoimun eksperimental (EAE), dan rheumatoid arthritis.

Pada saat ini, pendekatan penyakit lebih menargetkan pada jenis sel dan jalur yang mendorong
terjadinya penyakit. Terapi yang lebih bertarget dapat membantu mengurangi gejala dan
memperbaiki kualitas hidup pasien dengan autoimunitas dan alergi. Penanganan pasien dilakukan
dengan Imunoterapi untuk menginduksi toleransi antigen antibodi, namun penanganan ini masih
sering gagal karema adanya kelemahan, seperti penggunaan obat-obatan imunosupresif yang dapat
meningkatkan risiko infeksi dan kanker.

Dengan demikian, muncullah imunoterapi baru dengan biomaterial untuk mengarahkan dan
memaksimalkan mekanisme toleransi imunologis. Metode ini lebih unggul karena dapat
mengirimkan kode obat dan metabolit molekul kecil, mengirimkan ligan dan sitokin yang lebih
bertarget, memodifikasi sifat bahan dan imunogenisitas antigen itu sendiri, mengantarkan antigen
yang ditargetkan ke jaringan dan sel tolerogenik, dan menunjukkan sifat modulasi bawaan dari
pengiriman antigen dalam konteks material. Adapun kelemahan metode ini, yaitu Antigen
enkapsulasi NP polimer hanya memiliki sedikit atau tidak berpengaruh selama terapi, memerlukan
ukuran bahan yang berbeda karena tidak akan berhasil jika hanya satu ukuran bahan untuk semua
terapi antigen dan biomaterial karena heterogenitas penyakit. Selain itu, masih perlunya evaluasi
untuk mengurangi efek samping guna meningkatkan kualitas hidup pasien.

Imunoterapi dengan biomaterial dapat bekerja dengan beberapa cara untuk menangani
autoimunitas dan alergi. Salah satu cara adalah dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
mengenali dan menoleransi antigen yang menyebabkan reaksi autoimun atau alergi. Biomaterial
dapat mengirimkan antigen secara terkontrol dan memodifikasi imunogenik dengan residu amfifilik
untuk meningkatkan target pengiriman ke kelenjar getah bening , serta dapat mempengaruhi
interaksi sel T dan sel B dengan mengubah kepadatan sinyal di jaringan target [2]. Biomaterial juga
dapat digunakan untuk mengirimkan obat-obatan ke sistem kekebalan tubuh untuk mengatur
respons imun. Sebagai contoh, biomaterial dapat digunakan untuk mengirimkan inhibitor mTOR,
yang dapat mengubah respons sel T dari subtipus efektor dan inflamasi menjadi subtipus regulasi
dan memori [3]. Selain itu, biomaterial dapat digunakan untuk mengirimkan vitamin A dan D, yang
dapat membantu dalam toleransi imun terhadap antigen di mikrobiom usus [4].

Referensi:

[1] Adv. Sci. 2023, 10, 2205105

[2] Adv. Sci. 2023, 10, 2205105

[3] Adv. Sci. 2023, 10, 2205105

[4] Adv. Sci. 2023, 10, 2205105

Kesimpulan dari jurnal ini, yaitu biomaterial dapat digunakan untuk menginduksi toleransi imun
terhadap antigen tertentu dengan memanfaatkan sifat rekayasa biomaterial. Biomaterial
menawarkan pendekatan yang menjanjikan untuk menginduksi toleransi dan mengobati penyakit
autoimun dan alergi. Oleh karena itu, perlu ada dorongan untuk mengembangkan program klinis
guna menguji hasil terapi sehingga pasien dapat menerima manfaat dari terapi spesifik antigen
melalui biomaterial.

Anda mungkin juga menyukai