Anda di halaman 1dari 23

PERBEDAAN JUMLAH SEL TUBULUS GINJAL NEKROSIS ANTARA

YANG MENDAPAT EKSTRAK METANOL DAGING BUAH MAHKOTA


DEWA (Phaleria macrocarpa) DENGAN VITAMIN E
Studi Eksperimental pada Tikus Model Diabetes Melitus Tipe 2

Naskah Publikasi
untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran

Oleh :
Roby Cahyono
13711149

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
PERBEDAAN JUMLAH SEL TUBULUS GINJAL NEKROSIS ANTARA
YANG MENDAPAT EKSTRAK METANOL DAGING BUAH MAHKOTA
DEWA (Phaleria macrocarpa) DENGAN VITAMIN E
Studi Eksperimental pada Tikus Model Diabetes Melitus Tipe 2
Roby Cahyono1, Evy Sulistyoningrum2, Dwi Nur Ahsani2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Bidang Studi
Pendidikan Dokter, email robycahyono@gmail.com
2
Staf Pengajar Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia

Intisari

Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolik yang menjadi
penyebab ketujuh kematian terbanyak di dunia yang didominasi oleh DM tipe 2
(DMT2). Kondisi DMT2 kronis dapat menyebabkan nefropati diabetik. Ekstrak
metanol daging buah Phaleria macrocarpa (PM) telah menunjukkan efek
menguntungkan pada nefropati diabetik.
Tujuan: Mengetahui perbedaan jumlah sel tubulus ginjal nekrosis antara yang
mendapat PM dengan vitamin E pada tikus model DMT2.
Metode: Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan post test only-control
group. Dua puluh blok parafin ginjal kanan tikus putih dibagi dalam 4 kelompok
sejumlah sesuai perlakuan sondase yaitu kelompok kontrol tikus sehat (K1) dan
kontrol tikus DMT2 (K2), kelompok tikus DMT2 yang mendapat 250 mg/KgBB
PM (P1), dan kelompok tikus DMT2 yang mendapat 100 mg/KgBB vitamin E
(P2). Tikus DMT2 diinduksi dengan nikotinamid dan streptozotosin secara
intraperitoneal. Setelah 6 minggu perlakuan, sel tubulus ginjal nekrosis dihitung
secara mikroskopis sebagai parameter nefropati diabetik.
Hasil: Kelompok P1 (142,2 ± 7,69) dan P2 (265,6 ± 7,92) memiliki rerata jumlah
sel tubulus ginjal nekrosis lebih sedikit dibandingkan kelompok K2 (460,2 ±
12,09) (p < 0,05), meskipun kelompok P1 dan P2 memiliki rerata jumlah sel
tubulus ginjal lebih banyak dibandingkan kelompok K1 (91,8 ± 8,56) (p < 0,05).
Rerata jumlah sel tubulus ginjal nekrosis kelompok P1 lebih sedikit dibandingkan
kelompok P2 (p < 0,05).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan jumlah sel tubulus ginjal antara yang mendapat
PM dengan vitamin E pada tikus model DMT2.

Kata kunci: DM tipe 2, jumlah sel tubulus ginjal nekrosis, Phaleria macrocarpa,
nefropati diabetik.
NECROTIC KIDNEY TUBULAR CELLS COUNT DIFFERENCE
BETWEEN TREATMENT WITH METHANOLIC EXTRACT OF Phaleria
macrocarpa’s MESOCARP AND VITAMIN E
Experimental Study on Type 2 Diabetes Mellitus Rat Model
Roby Cahyono1, Evy Sulistyoningrum2, Dwi Nur Ahsani2
1
Fourth year medical student in Medical Faculty of Islamic University of
Indonesia, email robycahyono@gmail.com
2
Histology Departement of Medical Faculty in Islamic University of Indonesia

Abstract

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disorder which lead to


seventh cause of death in worldwide and dominated by type 2 diabetes mellitus
(T2DM). Chronic T2DM state could cause diabetic nephropathy. Methanolic
extract of Phaleria macrocarpa’s mesocarp (PM) has been shown beneficial
effect on diabetic nephropathy.
Objective: To determine necrotic kidney tubular cells count difference between
treatment with PM and vitamin E treatment in T2DM animal model.
Methods: The design of study was experimental study with post test only-control
group. Twenty paraffin block of right kidney of albino male rats were divided into
four groups equally according to the sondage treatment, healthy control rats (K1)
and T2DM control rats (K2), T2DM rats which were treated by 250 mg/Kg of PM
(P1), and T2DM rats which were treated by 100 mg/Kg of vitamin E (P2). T2DM
rats were induced by nicotinamide and streptozotocin intraperitoneally. After six
weeks of treatments, necrotic kidney tubular cells count were counted
histologically as diabetic nephropathy parameter.
Result: P1 group (142.2 ± 7.69) and P2 group (265.6 ± 7.92) had lower of
necrotic kidney tubular cells count mean compared to K2 group (460,2 ± 12,09) (p
< 0.05). Although P1 group and P2 group had higher of necrotic kidney tubular
cells count mean compared to K1 (91.8 ± 8.56) (p < 0.05). P1 group had higher of
necrotic kidney tubular cells mean compared to P2 group (p < 0.05).
Conclusion: There is difference of necrotic kidney tubular cells count between
treatment with PM and vitamin E in T2DM animal model.

Keywords: T2DM, diabetic nephropathy, Phaleria macrocarpa, total kidney’s


necrotic tubular cells.
Latar Belakang utama peningkatan angka morbiditas
Prevalensi penderita Diabetes dan mortalitas pada DM (Jeenger et
Melitus (DM) yang berumur di atas al., 2014). Esther dan Manonmani
18 tahun pada tahun 2014 mencapai (2014) juga melaporkan bahwa
9% dari total populasi dunia. nefropati diabetik menjadi penyebab
Prevalensi ini diikuti dengan tingkat utama End Stage Renal Disease
mortalitas hingga 1,5 juta jiwa akibat (ESRD) di dunia. Menurut Kamble
DM pada tahun 2012 (WHO, 2015). dan Bodhankar (2013), 60%
Indonesia sebagai negara kematian pada kasus DM disebabkan
berkembang menduduki peringkat 10 oleh komplikasi nefropati diabetik.
dengan prevalensi DM sebanyak Kelainan vaskuler yang
4,7% (7,3 juta jiwa) pada umur 20- menyebabkan nefropati dikaitkan
79 tahun (Whiting et al., 2011). dengan keberadaan stres oksidatif
Provinsi Daerah Istimewa golongan Reactive Oxygen Species
Yogyakarta (DIY) menduduki (ROS) akibat kondisi hiperglikemia,
peringkat pertama dengan prevalensi dislipidemia, dan inflamasi yang
DM 2,6% pada tahun 2013 untuk terjadi pada DM (Li et al., 2012).
umur di atas 15 tahun (RISKESDAS, Nefropati diabetik dapat ditandai
2013). Prevalensi DM didominasi dengan adanya perubahan ukuran
oleh DM tipe 2 yang mencapai 90% ginjal, degenerasi dan nekrosis sel
dari total kejadian DM (WHO, 2015) tubulus serta perdarahan intertubulus
karena perubahan gaya hidup yang yang dapat mengganggu fungsi
menimbulkan resistensi insulin reabsorbsi dan sekresi ginjal (Esther
seperti penurunan aktivitas fisik, diet dan Manonmani, 2014). Gangguan
tinggi kalori, dan obesitas yang pada fungsi reabsorbsi dan sekresi
banyak terjadi saat ini (Whiting et yang terjadi pada nefropati diabetik
al., 2011). dapat menyebaban asidosis
Komplikasi kronis pada DM metabolik, intoksikasi obat dan hasil
meliputi nefropati, neuropati, akhir metabolisme, hingga syok yang
retinopati, dan kardiomiopati dapat berakibat kematian.
dilaporkan merupakan penyebab
Saat ini pengobatan DM kadar mikroalbuminuria, ureum, dan
bertujuan utama untuk kreatinin darah serta perbaikan
mengendalikan kadar gula darah struktur anatomi ginjal pada tikus
dalam batas normal, namun tidak diabetes yang diinduksi aloksan.
mencegah dengan efektif komplikasi Ekstrak metanol buah mahkota dewa
nefropati dan kardiomiopati (Li et juga dapat menurunkan ekspresi
al., 2012). Selain itu, penggunaan VEGF dan TGF-β yang berperan
obat-obatan tersebut dikaitkan dalam hipertrofi ginjal,
dengan timbulnya efek samping glomerulosklerosis, dan
pengobatan. pembentukan jaringan parut lainnya
Buah mahkota dewa (Phaleria sebagai respon inflamasi
macrocarpa) dilaporkan memiliki (Sulistyoningrum et al., 2013)..
beberapa zat aktif yang berperan Triastuti et al. (2009) melaporkan
dalam pengobatan dan pencegahan bahwa antinefropati diabetik ekstrak
komplikasi DM tipe 2 dengan mahkota dewa berkaitan dengan
mekanisme antioksidan, kemampuan ekstrak buah mahkota
antiinflamasi, (Hendra et al., 2011) dewa dalam menurunkan kadar
dan antihiperglikemia (Ali et al., marker stres oksidatif
2013). Ekstrak buah mahkota dewa Malondyaldehide (MDA) dan
dilaporkan memiliki kemampuan meningkatkan kadar antioksidan
antihiperglikemia dengan inhibisi endogen seperti Superoxide
enzim alfa glukosidase (Ali et al., Dismutase (SOD), Catalase (CAT),
2013). Selain itu, rebusan daging Glutathione Peroxidase (GPx), dan
buah mahkota dewa juga terbukti Glutathione (GSH) pada ginjal.
memperbaiki kondisi dinding Metode
pembuluh darah yang mengalami Penelitian ini merupakan
aterosklerosis (Kautsari et al., 2010). penelitian eksperimental dengan
Ekstrak metanol buah mahkota dewa metode post test only control group
juga dilaporkan berfungsi untuk design. Penelitian dilaksanakan di
memperbaiki komplikasi nefropati Laboratorium Farmakologi,
yang ditandai dengan penurunan Laboratorium Histologi Fakultas
Kedokteran, Laboratorium (K2), kelompok perlakuan mahkota
Farmakologi Fakultas Matematika dewa yaitu kelompok tikus model
dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) DM tipe 2 yang diberikan perlakuan
Universitas Islam Indonesia, serta sonde lambung ekstrak metanol
Laboratorium Patologi Anatomi daging buah mahkota dewa dengan
Fakultas Kedokteran Universitas dosis 250 mg/kgBB setiap hari (P1),
Gajah Mada pada bulan Desember dan kelompok perlakuan vitamin E
2015 – Maret 2017. Sebanyak dua yaitu kelompok tikus model DM tipe
puluh blok parafin ginjal tikus putih 2 yang diberikan perlakuan sonde
(Rattus novergicus) galur Sprague lambung vitamin E dengan dosis 100
Dawley yang didapatkan dari mg/kgBB (P2). Perlakuan dilakukan
penelitian Sulistyoningrum et al. selama 42 hari yang dilanjutkan
2015 dengan judul Perbedaan Kadar dengan dekapitasi dan nekropsi
MDA (Malondialdehide) dan ginjal kanan untuk pengukuran berat,
Gambaran Histologis Testis pada volume, dan indeks relatif organ,
Tikus Model Diabetes Tipe 2 yang serta dilanjutkan dengan pembuatan
Mendapat Ekstrak Metanol Daging preparat mikroskopis menggunakan
Buah Mahkota Dewa (Phaleria cat hemtoksilin eosin.
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) di Pengamatan jumlah sel tubulus
Laboratorium Farmakologi Fakultas ginjal nekrosis dilakukan dengan
Kedokteran Universitas Islam dibantu oleh interobserver
Indonesia. Subjek penelitian terbagi menggunakan mikroskop cahaya
menjadi empat kelompok yang dilengkapi dengan Optilab
berdasarkan perlakuan pada hewan secara single blind. Validitas hasil
coba yaitu kelompok kontrol sehat pengamatan peneliti dan
yang diberikan perlakuan sonde interobserver diuji dengan
lambung aquades dengan volume 1 menggunakan paired-T test.
mL setiap hari (K1), kelompok Analisis dilakukan dengan
kontrol DM tipe 2 yang diberikan bantuan software SPSS 21.00 untuk
perlakuan sonde lambung akuades Windows. Data disajikan dalam
dengan volume 1 mL setiap hari bentuk nilai rerata dan standar
deviasi. Distribusi normal data diuji didapat dari tikus DM tipe 2 yang
dengan Uji Saphiro Wilk. Uji mendapatkan sonde aquades 1 mL
perbedaan antar kelompok diuji tiap hari selama 6 minggu (K2).
dengan Uji ANOVA 1 jalan karena Kelompok perlakuan mahkota dewa
data terdistribusi normal dan varian adalah subjek penelitian yang
sama. Analisis dilanjutkan dengan uji didapat dari tikus DM tipe 2 yang
beda rerata tiap kelompok perlakuan mendapatkan sonde ekstrak metanol
dengan Uji Post Hoc Turkey HSD daging buah mahkota dewa dengan
untuk mengetahui kelompok mana dosis 250 mg/KgBB tiap hari selama
yang memiliki perbedaan paling 6 minggu (P1). Kelompok perlakuan
signifikan. Uji ini dilakukan dengan vitamin E adalah subjek penelitian
tingkat kepercayaan 95% atau α = yang didapat dari tikus DM tipe 2
0,05. yang mendapatkan sonde vitamin E
Hasil dengan dosis 100 mg/KgBB tiap hari
Subjek dalam penelitian ini selama 6 minggu (P2). Kondisi DM
adalah blok parafin ginjal kanan tipe 2 diinduksi dengan NAD (230
tikus putih Rattus norvegicus galur mg/KgBB) dan STZ (65 mg/KgBB)
Sprague Dawley berjenis kelamin dengan pelarut buffer sitrat pH 4,5,
jantan yang telah mendapatkan sedangkan kelompok kontrol sehat
perlakuan pada penelitian hanya mendapat injeksi buffer sitrat
Sulistyoningrum et al. (2015). dan aquades sebagai plasebo.
Penelitian tersebut membagi subjek Perlakuan selama 6 minggu
penelitian menjadi 4 kelompok yang diberikan setelah konfirmasi
terdiri dari 5 ginjal kanan untuk pemeriksaan gula darah puasa ≥ 126
masing-masing kelompok. mg/dL bagi kelompok DM tipe 2 dan
Kelompok kontrol sehat adalah ≤ 126 mg/dL bagi kelompok sehat
ginjal kanan yang yang didapat dari setelah 72 jam pascainjeksi NAD dan
tikus sehat yang mendapatkan sonde STZ atau plasebo. Pengukuran berat
aquades 1 mL tiap hari selama 6 badan tikus putih Rattus norvegicus
minggu (K1). Kelompok kontrol DM (Sprague Dawley) dilakukan pada
tipe 2 adalah subjek penelitian yang akhir perlakuan yang dilanjutkan
dengan nekropsi ginjal kanan untuk penelitian secara mikroskopis umum
dilakukan pengukuran berat dan menunjukkan beberapa gambaran
volume. Hasil rerata pengukuran perdarahan intertubulus dan jejas
tersebut terdapat pada Tabel 1. reversibel pada korteks ginjal kanan
Hasil pengukuran data kelompok K2 (Gambar 1B),
pengukuran tersebut dilakukan akhir sedangkan gambaran mikroskopis
perlakuan minggu 6 sebelum secara umum kelompok K1, P1, dan
dekapitasi (berat badan) dan setelah P2 menunjukkan gambaran normal
nekropsi ginjal kanan (berat ginjal (Gambar 1A, C, D). Pengamatan
dan volume ginjal). Berdasarkan preparat mikroskopis dilakukan
hasil pengukuran data karakateristik untuk menentukan tubulus yang akan
subjek penelitian tersebut, terdapat diamati dan menghitung jumlah sel
perbedaan bermakna volume ginjal tubulus ginjal nekrosis. Jumlah
kanan antara kelompok K1, P1, dan tubulus yang diamati sebanyak 100
P2 dibandingkan dengan kelompok tubulus yang diambil secara acak
K2 (p < 0,05). Data hasil pengukuran dari tiap preparat mikroskopis ginjal
karakteristik hewan coba yang kanan. Pengamatan jumlah sel
lainnya tidak menunjukkan tubulus ginjal nekrosis dilakukan
perbedaan bermakna antar kelompok dengan menggunakan perbesaran
(p > 0,05). Karakteristik subjek 400X. Seluruh pengamatan preparat

Tabel 1. Hasil Data Pengukuran Karakteristik Subjek Penelitian.

Berat Badan Berat Ginjal Volume Ginjal Indeks Relatif


K
Tikus (gr) (mg) (mL) Organ (%)
K1 280,64 ± 20,62 0,82 ± 0,06 0,90 ± 0,22* 0,29 ± 0,02
K2 231,28 ± 64,65 0,69 ± 0,06 0,50 ± 0,00 0,31 ± 0,06
P1 272,62 ± 9,03 0,80 ± 0,09 0,90 ± 0,22* 0,29 ± 0,04
P2 245,90 ± 21,55 0,73 ± 0,08 1,00 ± 0,00* 0,30 ± 0,05

Keterangan: (*) menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok K2 (Hasil Uji


Kruskal Wallis dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney). Kelompok kontrol sehat (K1).
Kelompok kontrol DM tipe 2 (K2). Kelompok perlakuan mahkota dewa (P1).
Kelompok perlakuan vitamin E (P2). (Data dalam rerata ± standar deviasi)
Gambar 1. Gambaran Mikroskopis Umum Korteks Ginjal Subjek Penelitian.
Korteks ginjal kelompok kontrol sehat (K1) (A). Korteks ginjal kelompok kontrol DM
tipe 2 (K2) yang menunjukkan gambaran perdarahan (panah kuning) dan jejas sel
reversibel (panah hijau) (B). Korteks ginjal kelompok perlakuan mahkota dewa (P1)

mikroskopis tersebut dilakukan berbeda secara bermakna dengan


dengan menggunakan mikroskop nilai p > 0,05. Data hasil pengamatan
cahaya Olympus CX21 dengan peneliti selanjutnya diuji normalitas
Optilab. Hasil pengamatan sel dengan Uji Saphiro Wilk. Data hasil
tubulus nekrosis ditampilkan pada pengamatan menunjukkan distribusi
Gambar 2. yang normal menggunakan uji
Sel tubulus ginjal yang diamati tersebut dengan nilai p > 0,05.
adalah sel yang masih memiliki Uji beda antar kelompok
gambaran batas inti sel yang utuh dilakukan dengan Uji ANOVA 1
dan jelas dari tubulus yang bulat. jalan dimana syarat varian yang sama
Perbandingan hasil pengamatan dan distribusi data yang normal telah
peneliti dengan interobserver dipenuhi. Hasil Uji ANOVA 1 jalan
menunjukkan hasil yang tidak menunjukkan nila p < 0,05 yang
Gambar 2. Gambaran Mikroskopis Sel Tubulus Ginjal Subjek Penelitian. Sel
tubulus ginjal kelompok kontrol sehat (K1) normal (panah biru) dan karioreksis (panah
hitam) (A). Sel tubulus ginjal kelompok kontrol DM tipe 2 (K2) dengan sel tubulus
ginjal piknosis (panah putih) (B). Sel tubulus ginjal kelompok perlakuan mahkota dewa
(P1) (C). Sel tubulus ginjal kelompok perlakuan vitamin E (P2) (D).

berarti terdapat perbedaan bermakna Hasil uji analisis data


rerata jumlah sel tubulus ginjal menunjukkan terdapat perbedaan
nekrosis antar minimal 2 kelompok bermakna antar seluruh kelompok.
subjek penelitian. Uji Post Hoc Kelompok K1 memiliki nilai rerata
Turkey HSD dilakukan untuk jumlah sel tubulus ginjal nekrosis
mengetahui kelompok yang memiliki yang paling sedikit dengan nilai 91,8
perbedaan bermakna. Hasil analisis ± 3,83. Kelompok P1 memiliki nilai
menunjukkan antar kelompok K1, rerata jumlah sel tubulus ginjal
K2, P1, dan P2 memiliki perbedaan nekrosis sebanyak 142,2 ± 3,44 dan
bermakna (P<0,05). Rerata jumlah kelompok P2 dengan nilai 265,6 ±
sel tubulus ginjal nekrosis antar 35,4. Kelompok kontrol DM tipe 2
kelompok ditunjukkan pada Gambar memiliki rerata jumlah sel tubulus
3. ginjal nekrosis terbanyak dengan
460,2 ± 5,41

265,6 ± 35,4* #

124,2 ± 3,44* # +
91,8 ± 3,383*

Gambar 3. Jumlah Sel Tubulus Ginjal Nekrosis antar Kelompok.


Keterangan: (*) berbeda bermakna dengan kelompok kontrol DM tipe 2 (K2) (p < 0,05)
, (#) berbeda bermakna dengan kelompok kontrol sehat (K1) (p < 0,05), (+) berbeda
bermakna dengan kelompok perlakuan vitamin E (P2) (p < 0,05). Kelompok kontrol
sehat (K1), kelompok kontrol DM tipe 2 (K2), kelompok perlakuan mahkota dewa (P1),
kelompok perlakuan vitamin E (P2). (Data dalam rerata ± standar deviasi).

nilai 460,2 ± 5,41. Hasil tersebut jantan kelompok sehat (K1), kontrol
mendukung hipotesis penelitian DM tipe 2 (K2), perlakuan mahkota
bahwa jumlah sel tubulus ginjal dewa (P1), dan perlakuan vitamin E
nekrosis yang mendapat ekstrak (P2) memiliki perbedaan bermakna.
metanol daging buah mahkota dewa Urutan rerata jumlah sel tubulus
lebih sedikit dibandingkan dengan ginjal nekrosis dari yang paling
yang mendapat vitamin E pada tikus sedikit ialah kelompok sehat,
model diabetes melitus tipe 2. perlakuan mahkota dewa, perlakuan
Pembahasan vitamin E, lalu kontrol DM tipe 2.
Rerata jumlah sel tubulus ginjal Jumlah sel tubulus ginjal nekrosis
nekrosis tikus putih (Rattus yang sedikit menunjukkan penyebab
norvegicus) galur Sprague Dawley nekrosis sel yang terkendali, dimana
dalam penelitian ini adalah et al., 2007) yang banyak
mekanisme akibat DM tipe 2. terakumulasi pada kondisi DM tipe 2
Pengamatan mikroskopis secara (Forbes et al., 2008). Hasil analisis
umum korteks ginjal pada kelompok karakterikstik subjek penelitian ini
K2 sebagai kontrol DM tipe 2 juga menunjukkan terdapat
menunjukkan adanya perdarahan perbedaan bermakna rerata volume
intertubulus dan degenerasi sel ginjal kanan antara kelompok kontrol
tubulus berupa jejas reversibel. Hal sehat, perlakuan mahkota dewa, dan
tersebut sesuai dengan penelitian perlakuan vitamin E terhadap kontrol
Esther dan Manonmani (2014) yang DM tipe 2, dimana rerata volume
menyatakan terdapat perdarahan ginjal kanan kelompok kontrol DM
intertubulus pada nefropati diabetik. tipe 2 lebih kecil daripada rerata
Perdarahan intertubulus dapat terjadi volume ginjal kanan kelompok
karena rupturnya pembuluh darah lainnya. Hal tersebut dapat terjadi
yang menyebabkan gambaran akibat akumulasi matriks
kebocoran pembuluh darah dan ekstraseluler di ginjal yang diikuti
ekstravasasi eritrosit ke ruang dengan degenerasi parenkim ginjal
intertubulus. Rupturnya pembuluh (Hendromartono, 2014) yang dapat
darah tersebut dapat dikarenakan diperantarai oleh ekspresi TGF-β,
aterosklerosis (Kautsari et al., 2010), dimana mediator tersebut meningkat
angiogenesis tak sempurna pada kondisi nefropati dabetik
(Sulistyoningrum et al., 2013), dan (Sulistyoningrum et al., 2013).
disfungsi endotel (Kumar et al., Akumulasi matriks ekstraseluler
2013) yang mengakibatkan pada awalnya mampu meningkatkan
kerapuhan pembuluh darah pada DM volume ginjal, namun kerusakan
tipe 2. Degenerasi sel tubulus berupa parenkim ginjal yang akhirnya
jejas reversibel sendiri dapat digantikan oleh matriks ekstraseluler
diakibatkan proses kerusakan sel justru menurunkan volume ginjal.
(Kumar et al., 2013) akibat reaksi Hal tersebut sesuai dengan penelitian
oksidasi terhadap komponen Sheela et al. (2013) yang
struktural sel oleh ROS (Soeksmanto menyatakan bahwa terjadi
peningkatan ukuran ginjal pada tahap dapat mengakibatkan kerusakan
awal nefropati diabetik. irreversibel yang berlanjut menjadi
Hasil penelitian ini menunjukkan nekrosis sel dengan gambaran yang
rerata jumlah sel tubulus ginjal dapat berupa piknosis, karioreksis,
nekrosis kelompok kontrol DM tipe dan kariolisis (Kumar et al., 2013).
2 memiliki perbedaan bermakna Nekrosis sel tubulus ginjal pada DM
dengan seluruh kelompok lain dan tipe 2 juga dapat terjadi akibat proses
memiliki nilai rerata jumlah sel inflamasi, penumpukan AGEs, dan
tubulus ginjal nekrosis tertinggi. iskemik yang mempercepat proses
Hasil tersebut sesuai dengan kerusakan irreversibel
penelitian Esther dan Manonmani (Hendromartono, 2014).
(2014) yang menyatakan terdapat Gambaran mikroskopis secara
peningkatan jumlah sel tubulus ginjal umum korteks ginjal kelompok P1
nekrosis pada nefropati diabetik. Hal yang merupakan kelompok
tersebut dapat terjadi akibat berbagai perlakuan mahkota dewa dan
macam proses yang terjadi pada DM mendapat ekstrak metanol daging
tipe 2 yang dapat menyebabkan buah mahkota dewa, menunjukkan
kerusakan sel irreversibel dan gambaran sedikit degenerasi sel
berakhir pada nekrosis atau dengan integritas tubulus yang baik
apoptosis. Kondisi hiperglikemia tanpa perdarahan intertubulus atau
kronis menyebabkan hiperglikemia gambaran kerusakan lain yang
intraseluler melalui GLUT 1 di sel bermakna seperti pada kelompok
tubulus ginjal (Hendromartono, kontrol DM tipe 2. Hal tersebut dapat
2014). Gula berlebih tersebut akan menunjukkan efek protektif yang
dimetabolisme secara aerob dengan dimiliki ekstrak metanol daging buah
hasil sampingan berupa ROS yang mahkota dewa, terutama dalam
dapat merusak sel dengan cara reaksi mengendalikan perdarahan
peroksidasi lipid dan reaksi oksidasi intertubulus dan degenerasi sel.
terhadap protein, karbohidrat, dan Flavonoid ekstrak metanol daging
DNA sel (Ray et al., 2014). Hal buah mahkota dewa memiliki
tersebut jika terjadi secara berlebihan kemampuan antiaterosklerosis
(Kautsari et al., 2010), antiinflamasi mahkota dewa dapat menurunkan
(Hendra et al., 2011), dan ekspresi TGF-β, dimana TGF-β
antiangiogenesis (Sulistyoningrum et merupakan mediator terjadinya
al., 2013) yang dapat menjaga akumulasi matriks ekstraseluler
kualitas pembuluh darah dari (Hendromartono, 2014).
kerapuhan yang dapat berakibat Hendromartono (2014) juga
rupturnya pembuluh darah pada menjelaskan bahwa ekspresi TGF-β
nefropati diabetik. Hasil analisis data dapat ditingkatkan dengan kondisi
karakteristik subjek penelitian juga hiperglikemia intraseluler, mediator
menunjukkan terdapat perbedaan inflamasi, ROS, dan AGEs. Efek
bermakna rerata volume ginjal antara antihiperglikemia (Ali et al., 2013),
kelompok perlakuan mahkota dewa antiinflamasi, antioksidan dan
dan kontrol DM tipe 2, dimana rerata (Hendra et al., 2011) terdapat pada
volume ginjal kelompok perlakuan ekstrak buah mahkota dewa,
mahkota dewa lebih tinggi sehingga kondisi yang dapat
dibandingkan kelompk kontrol DM meningkatkan ekspresi TGF-β dapat
tipe 2. Rerata volume ginjal ditekan pada nefropati diabetik.
kelompok perlakuan mahkota dewa Rerata jumlah sel tubulus ginjal
juga tidak berbeda bermakna dengan nekrosis pada kelompok perlakuan
kelompok kontrol sehat. Hal tersebut mahkota dewa lebih rendah dan
menunjukkan bahwa ekstrak metanol berbeda bermakna dibandingkan
daging buah mahkota dewa dapat dengan kelompok kontrol DM tipe 2.
menghambat kerusakan parenkim Hal tersebut menunjukkan efek
ginjal yang diikuti dengan akumulasi protektif yang dimiliki ekstrak
matriks ekstraseluler, sehingga metanol daging buah mahkota dewa
menyebabkan pertambahan yang terhadap nefropati diabetik. Esktrak
kemudian diikuti dengan penurunan metanol daging buah mahkota dewa
volume ginjal. Hal tersebut sesuai memiliki kandungan zat aktif tinggi
dengan penelitian Sulistyoningrum et meliputi fenol dan flavonoid yang
al. (2013) yang menyatakan bahwa dapat bersifat sebagai antiinflamasi,
ekstrak metanol daging buah antioksidan (Hendra et al., 2011),
antihiperglikemia (Ali et al., 2013), antioksidan endogen seperti SOD,
dan antiaterosklerosis (Kautsari et CAT, GPx, dan GSH dan
al., 2010). Flavonoid pada mahkota menurunkan kadar MDA sebagai
dewa bersifat antihiperglikemia penanda stres oksidatif pada ginjal.
dengan menghambat enzim α- Kombinasi mekanisme terebut akan
glukosidase secara reversibel, menekan faktor penyebab nekrosis
sehingga dapat menurunkan absorbsi sel tubulus ginjal yaitu ROS,
glukosa pada saluran cerna (Ali et inflamasi, dan iskemik, sehingga
al., 2013). Hambatan absorbsi jumlah sel tubulus ginjal nekrosis
glukosa tersebut memiliki potensi lebih sedikit.
untuk mengendalikan kadar gula Gambaran mikroskopis secara
darah tetap normal. Hal tersebut umum korteks ginjal kelompok P2
mampu mengendalikan produksi yang mendapatkan vitamin E,
ROS secara berlebih dengan menunjukkan gambaran sedikit
mengurangi bahan metabolisme perdarahan intertubulus dengan
aerob berupa gula darah (Forbes et integritas tubulus yang baik tanpa
al., 2008). Flavonoid juga dapat degenerasi atau gambaran kerusakan
berfungsi sebagai antioksidan yang lain yang bermakna seperti pada
dapat menghambat reaksi oksidasi kelompok kontrol DM tipe 2. Hal
termasuk pembentukan ROS serta tersebut dapat menunjukkan efek
dapat menetralkan radikal bebas protektif yang dimiliki vitamin E,
dengan cara reaksi reduksi atau terutama dalam mengendalikan
donor elektron. Flavonoid mahkota perdarahan intertubulus dan
dewa juga memiliki fungsi degenerasi sel. Vitamin E merupakan
antiinflamasi dengan menurunkan antioksidan yang dapat larut pada
kadar NO sebagai salah satu komponen struktural sel berupa
mediator inflamasi (Hendra et al., lemak serta dapat memutus reaksi
2011). Triastuti et al. (2009) oksidasi berantai oleh ROS
melaporkan bahwa ekstrak metanol (Agarawal et al., 2008). Kondisi
daging buah mahkota dewa juga stres oksidatif yang terjadi pada DM
dapat meningkatkan kadar tipe 2 dapat menyebabkan akumulasi
ROS yang berakibat pada kerusakan antara rerata volume ginjal kelompok
ginjal (Waspadji, 2014), dimana hal perlakuan vitamin E dengan kontrol
tersebut dapat ditekan oleh vitamin DM tipe 2, dimana rerata volume
E. Vitamin E juga merupakan ginjal kelompok perlakuan vitamin E
antioksidan standar untuk parameter lebih tinggi dibandingkan dengan
yang menggunakan pengamatan kelompok kontrol DM tipe 2. Hal
mikroskopis karena mampu tersebut berarti bahwa vitamin E
mempertahankan integritas sel mampu mengendalikan akumulasi
dengan cara menyatu pada matriks ekstraseluler yang diperantai
komponen lemak sel untuk ekspresi TGF-β. Ekspresi TGF-β
melindungi dari kerusakan akibat sendiri dapat dipengaruhi oleh
ROS. Hal tersebut sesuai dengan mediator inflamasi, hiperglikemia
penelitian sebelumnya yang mengaji intraseluler, ROS, dan AGEs
vitamin E dengan parameter (Hendromartono, 2014), sedangkan
pengamatan mikroskopis dimana vitamin E memiliki efek
vitamin E dapat mencegah inflamasi antiinflamasi dan antioksidan
perivaskuler, kerusakan umum (Armagan et al., 2008). Hal tersebut
tubulus (Atasayar et al., 2009), yang memungkinkan menjadi alasan
vakuolisasi sitoplasma, infiltrasi vitamin E mampu mengendalikan
seluler, atrofi glomerulus, dan akumulasi matriks ekstraseluler yang
nekrosis sel tubulus ginjal (Aslam et ditunjukkan dengan perbedaan
al., 2009) pada kondisi stres bermakna rerata volume ginjal
oksidatif. Saremi dan Arora (2010) dibandingkan dengan kelompok
juga melaporkan bahwa vitamin E kontrol DM tipe 2.
mampu menghambat aterosklerosis. Rerata jumlah sel tubulus
Efek antiaterosklerosis tersebut dapat ginjal nekrosis kelompok perlakuan
mempertahankan dinding pembuluh vitamin E lebih sedikit dan berbeda
darah dari kerapuhan yang bermakna dengan kelompok kontrol
menyebabkan ruptur. Hasil analisis DM tipe 2. Hal tersebut sesuai
data karakteristik subjek penelitian dengan penelitian Aslam et al.
menunjukkan perbedaan bermakna (2010) yang menyatakan bahwa
vitamin E mampu menurunkan menyebabkan kerusakan dan fibrosis
jumlah sel tubulus ginjal nekrosis pada ginjal dapat menurun.
pada kondisi stres oksidatif. Vitamin Penurunan kadar BUN dan kreatinin
E dapat berfungsi sebagai darah sendiri menunjukkan
antioksidan dengan memutus reaksi perbaikan fungsi filtrasi ginjal pada
oksidasi berantai oleh ROS yang korpuskulum renal. Faktor penyebab
menghasilkan radikal peroksil kematian sel akibat ROS dan iskemik
(Agarwal et al., 2008). Fungsi tersebut berarti dapat dikendalikan
antioksidan tersebut dapat oleh vitamin E, sehingga
mempertahankan struktur membran menurunkan jumlah sel tubulus
plasma sel dan peroksidasi lipid ginjal nekrosis (Waspadji, 2014).
akibat ROS serta menetralkan ROS Rerata jumlah sel tubulus ginjal
pada keadaan stres oksidatif (Hong nekrosis kelompok perlakuan
et al., 2010). Keadaan stres oksidatif vitamin E lebih banyak dan berbeda
yang terjadi pada DM juga dapat bermakna dibandingkan kelompok
ditekan dengan vitamin E untuk perlakuan mahkota dewa. Ekstrak
menghindari komplikasi DM pada metanol daging buah mahkota dewa
beberapa organ seperti nefropati memiliki manfaat dalam pencegahan
diabetik (Waspadji et al., 2014). nefropati diabetik dengan efek
Penelitian lain yang mengaji manfaat antiinflamasi dan antioksidan
vitamin E pada kasus nefropati (Hendra et al., 2011), dimana efek
diabetik menunjukkan penurunan tersebut juga dimiliki vitamin E
kadar MDA dan NO ginjal, (Ozkaya et al., 2011; Haidara et al.,
penurunan kadar BUN dan kreatinin 2009). Haidara et al. (2009)
darah, serta peningkatan GPx dan melaporkan vitamin E memiliki efek
GSH ginjal (Ozkaya et al., 2011; antioksidan dan antiinflamasi pada
Haidara et al., 2009). Penurunan nefropati diabetik yang ditunjukkan
senyawa NO berlebih yang bersifat dengan penurunan MDA ginjal,
proinflamasi dapat mengurangi peningkatan GPx darah dan NO
proses inflamasi, sehingga kadar ginjal, namun dengan dosis 300
mediator inflamasi lain yang mg/KgBB dan 600 mg/KgBB selama
4 minggu. Penelitian ini dewa (Kautsari et al., 2010)
menggunakan vitamin E dengan bermanfaat dalam pencegahan
dosis 100 mg/KgBB selama 6 komplikasi tersebut (Waspadji,
minggu. Hal tersebut 2014). Hasil telaah tersebut
mengindikasikan bahwa efek menunjukkan bahwa rerata jumlah
antioksidan dan antiinflamasi sel tubulus ginjal nekrosis kelompok
vitamin E lebih tergantung pada perlakuan vitamin E lebih banyak
dosis dibandingkan waktu dan berbeda bermakna dibandingkan
penggunaan, sehingga dengan kelompok perlakuan mahkota
penggunaannya tidak cukup untuk dewa karena vitamin E tidak
melindungi ginjal dari nefropati memiliki kemampuan
diabetik dibandingkan efek antihiperglikemia dan kurangnya
antioksidan dan antiinflamasi ekstrak dosis untuk menimbulkan efek
metanol daging buah mahkota dewa. antiinflamasi dan antioksidan yang
Efek antihiperglikemia di sisi lain cukup untuk pencegahan nefropati
juga tidak dimiliki oleh vitamin E diabetik.
(Haidara et al., 2009), namun Simpulan
dimiliki oleh ekstrak metanol daging Simpulan penelitian ini adalah
buah mahkota dewa (Ali et al., jumlah sel tubulus ginjal nekrosis
2013). Kondisi hiperglikemia antara yang mendapat ekstrak
sebanding dengan kondisi stres metanol daging buah mahkota dewa
oksidatif akibat ROS dikarenakan berbeda dengan yang mendapat
gula darah melalui proses vitamin E pada tikus model DM tipe
metabolisme aerob dapat 2. Rerata jumlah sel tubulus ginjal
menghasilkan ROS (Forbes et al., nekrosis kelompok yang mendapat
2008). Iskemia ginjal akibat ekstrak metanol daging buah
aterosklerosis juga dapat menjadi mahkota dewa lebih sedikit
penyebab nefropati diabetik, dibandingkan kelompok yang
sehingga agen antiaterosklerosis mendapat vitamin E. Rerata jumlah
seperti vitamin E (Saremi dan Arora, sel tubulus ginjal nekrosis kelompok
2010) dan ekstrak buah mahkota perlakuan mahkota dewa dan
perlakuan vitamin E lebih sedikit Aslam, F., Khan, A., Khan, M.Z.,
secara bermakna dibandingkan Sharaf, S., Gul, S.T., Saleemi, M.K.
kelompok kontrol DM tipe 2, namun 2010. Toxico-pathological changes
lebih banyak secara bermakna induced by cypermethrin in broiler
daripada kelompok kontrol sehat. chicks: Their attenuation with
Daftar Pustaka Vitamin E and selenium.
Agarwal, A., Makker, K., Sharma, R. Experimental and Toxicologic
2008. Clinical Relevance of Pathology. 62(4): 441-50.
Oxidative Stress in Male Factor Atasayar, S., Gurer-Orhan, H.,
Infertility: An Update. American Orhan, H., Gurel, B., Girgin, G.,
Journal of Reproductive Ozgunes, H. 2009. Preventive effect
Immunology. 59(1): 2-11. of aminoguanidine compared to
Ali, R.B., Atangwho, I.J., Kuar, N., vitamin E and C on cisplatin-induced
Ahmad, M., Mahmud, R., Asmawi, nephrotoxicity in rats. Experimental
M.Z. 2013. In Vitro and In Vivo and Toxicologic Pathology. 61(1):
Effect of Standardized Extract and 23-32.
Fraction of Phaleria macrocarpa Esther, G.S., Manonmani, A.J. 2014.
Fruits Pericarp on Lead Effect of Eugenia Jambolana on
Carbohydrate Digesting Enzymes. Streptozotocin Nicotinamide Type 2
Complementary and Alternative Diabetic Nephropathy in Rats.
Medicie. 13: 39. International Journal of Drug
Armagan, A., Kutluhan, S., Yilmaz, Development & Research. 6(1): 175-
M., Yilmaz, N., Bulbul, M., Vura, 87.
H., et al. 2008. Topiramate and Forbes, J.M., Coughlan, M.T.,
vitamin E modulate antioxidant Cooper, M.E. 2008. Oxidative Stress
enzyme activities, nitric oxide and as A Major Culprit in Kidney
lipid peroxidation levels in Disease in Diabetes. Diabetes. 57:
pentylenetetrazole-induced 1446-54.
nephrotoxicity in rats. Basic & Haidara, M.A., Mikhailidis, D.P.,
Clinical Pharmacology & Rateb, M.A., Ahmed, Z.A., Yassin,
Toxicology. 103(2): 166-70. H.Z., Ibrahim, I.M., et al. 2009.
Evaluation of the effect of oxidative Complications. Nutrition. 31(2015):
stress and vitamin E supplementation 276-82.
on renal function in rats with Kamble, H.V., Bodhankar, S.L.
streptozotocin-induced Type 1 2013. Trigonelline and Sitagliptin
diabetes. Journal of Diabetes and its Attenuates Nicotinamides-
Complications. 23(2): 130-36. Streptozotocin Induced Diabetic
Hendra, R., Ahmad, S., Oskoueian, Nephropathy in Wistar Rats.
E., Sukari, A., Shukor, M.Y. 2011. International Journal of Pharmacy
Antioxidant, Anti-inflammatory and and Pharmaceutical Sciences. 5(4):
Cytotoxicity of Phaleria macrocarpa 583-89.
(Boerl.) Scheff Fruit. Kautsari, S., Susatyo, P.,
Complementary and Alternative Sulistyoningrum, E. 2010. Tinjauan
Medicie. 11: 110. Histologis Pembuluh Darah Tikus
Hendromartono. 2014. Nefropati Putih (Rattus norvegicus) Diabetes
Diabetik dalam Setiati, S., Alwi, I., yang Diberi Rebusan Daging Buah
Sudoyo, A.W., Simadibrata, M., Mahkota Dewa (Phaleria
Setiyohadi, B., Syam, A.F. Buku macrocarpha (Scheff.) Boerl.).
Ajar Ilmu Penyakit Dalam (6thed). Mandala of Health. 4(2): 92-96.
Interna Publishing. Jakarta. 2323-27. Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J.C.
Hong, Z., Haling, L., Hui, M., 2013. Robbins Basic Pathology
Guijie, Z., Leyan, Y., Dubing, Y. (9thed). Elsevier Saunders.
2010. Effect of Vitamin E Philadelphia. 1-28.
Supplemen in Diet on Antioxidant Li, B., Liu, S., Miao, L., Cai, L.
Ability of Testis in Boer Goat. 2012. Prevention of Diabetic
Animal Reproduction Science. Complications by Activation of
117(1): 90-4. Nrf2: Diabetic Cardiomyipathy and
Jeenger, M.K., Shrivastava, S., Nephropathy. Experimental Diabetes
Yerra, V.G., Naidu, Ramakrishna, S., Research. 2012: 1-7.
Kumar, A. 2015. Curcumin: A Ozkaya, D., Naziroqlu, M.,
Pleiotropic Phytonutrient in Diabetic Armaqan, A., Demirel, A., Koroqlu,
B.K., Colakoqlu, N., et al. 2011.
Dietary vitamin C and E modulates Antioksidan pada Beberapa Bagian
oxidative stress induced-kidney and Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria
lens injury in diabetic aged male rats macrocarpa (Scheff) Boerl.
through modulating glucose (Thymelaceae). Biodiversitas. 8(5):
homeostasis and antioxidant systems. 92-95.
Cell Biochemistry & Function. 29(4): Sulistyoningrum, E., Setiawati. 2013.
287-93. Phaleria macrocarpa Reduces
Ray, P.D., Huang, B.W., Tsuji, Y. Glomerular Growth Factor
2012. Reactive Oxygen Species Expression in Alloxan-Induced
(ROS) Homeostasis and Redox Diabetic Rats. Universa Medicina.
Regulation in Cellular Signalling. 32(2): 71-79.
Cellular Signalling. 24: 981-90. Sulistyoningrum, E., Setiawati, and
RISKESDAS. 2013. Riset Kesehatan Ismaulidhya, F.R. 2013. Phaleria
Dasar 2013. Badan Penelitian dan macrocarpa (Scheff) Boerl improved
Pengembangan Kesehatam renal histological change in alloxan
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. induced diabetic rats. International
122-25. Journal of Medicinal Plant and
Saremi, A., Arora, S. 2010. Vitamin Alternative Medicine. 1(5): 87-92.
E and Cardiovascular Disease. Triastuti, A., Park, H.J., Choi, J.W.
American Journal of Therapeutics. 2009. Phaleria Macrocarpa Supress
17(3): 56-65. Nephropathy by Increasing Renal
Sheela, N., Jose, M.A., Antioxidant Enzyme Activity in
Sathyamurthy, D., Kumar, B.N. Alloxan Induced Diabetes Rats.
2013. Effect of Silymarin on Natural Product Sciences. 15(3):
Streptozotocin-Nicotinamide 167-72.
Induced Type 2 Diabetic Waspadji, S. 2014. Diagnosis dan
Nephropathy in Rats. Iranian Klasifikasi Diabetes Melitus dalam
Journal of Kidney Diseases. 7(2): Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A.W.,
117-23. Simadibrata, M., Setiyohadi, B.,
Soeksmanto, A., Hapsari, Y., Syam, A.F. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Simanjuntak, P. 2007. Kandungan
Dalam (6thed). Interna Publishing.
Jakarta. 2359-66.
Whiting, D.R., Guariguata, D.R.,
Weil, C., Shaw, J. 2011. IDF
Diabetes Atlas: Global Estimates of
The Prevalence of Diabetes for 2011
and 2030. Diabetes Researsch and
Clinical Practice. 94: 311-21.
WHO. 2015. Diabetes.
http://www.who.int/mediacentre/fact
sheets/fs312/en/ (diupdate Januari
2015, diakses pada tanggal 20
November 2015).

Anda mungkin juga menyukai