TENTANG
i
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KEDUA : Jenis, Isi, Jumlah asesmen awal medis dan keperawatan di Rumah
Sakit Mata Siantar sebagaimana terlampir dan keputusan ini.
KETIGA : Pedoman Asesmen Awal di Rumah Sakit Mata Siantar ini harus
dibahas sekurang – kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali dan
apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai dengan
perkembangan yang ada di Rumah Sakit Mata Siantar
Ditetapkan di : Pematangsiantar
Pada Tanggal :
DIREKTUR
RUMAH SAKIT MATA SIANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok,dan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
bermutu adalah layanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan
sesuai dengan tingkat kepuasan rerata penduduk, serta yang penyelanggaraannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Asesmen pasien merupakan tanggungjawab seluruh petugas di unit pelayanan dirumah sakit.
Asesmen pasien dilakukan untuk mengetahui alasan pasien masuk rumah sakit baik di rawat jalan,
IGD maupun pasien dirawat inap. Dalam rangka meningkatkan pelayanan petugas pemberi
pelayanan akan melakukan asesmen dan melakukan asesmen ulang terhadap pasien saat diberikan
pelayanan serta bekerja sama dalam memberikan intervensi pada pasien yang memerlukan
pelayanan baik diIGD, rawat jalan, maupun rawat inap.
Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang pengobatan pasien
yang harus segera dilakukan dan kebutuhan pengobatan berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau
pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah. Proses asesmen pasien adalah proses
yang terus menerus dan dinamis yang digunakan pada sebagian besar unitkerja rawat inap dan rawat
jalan. Asesmen pasien terdiri atas3 proses utama:
1. Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial, dan riwayat kesehatan
pasien.
2. Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan imaging diagnostik (radiologi)
untuk mengidentifikasikebutuhanpelayanan pasien.
3. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah di
indentifikasi.
Asesmen pasien sudah benar bila memperhatikan kondisi pasien, umur, kebutuhan kesehatan,
dan permintaan atau prefensinya. Proses– proses ini paling efektif dilaksanakan bila berbagai
professional kesehatan yang bertanggung jawab atas pasien melakukan kerjasama.
Penyusunan buku pedoman asesmen pasien sangat penting sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Asesmen pasien merupakan tanggung
jawab seluruh petugas pemberi pelayanan di RS Mata Siantar
B. DEFINISI
1. Asesmen pasien adalah serangkaian proses yang berlangsung sejak dari fasepre- rumah
sakit hingga manajemen pasien dirumah sakit.
2. Asesmen tempat kejadian adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis saat tiba
di tempat kejadian.
3. Berdasarkan kapan dilakukannya suatu asesmen, maka asesmen terdiri dari asesmen awal
dan asesmen ulang.
a. Asesmen awal adalah asesmen yang dilakukan pada awal ketika pasien datang kerumah
sakit.
b. Asesmen ulang adalah asesmen yang dilakukan pada pasien selama proses pelayanan
pada interval tertentu berdasarkan kebutuhan dan rencana pelayanan atau sesuai
kebijakan dan prosedur rumahsakit.
4. Berdasarkan jenis assesmen dirumah sakit, maka asesmen terdiri dari:
iv
a. Asesmen medis yaitu asesmen yang dilakukan olehdokter dan/atau dokter mata yang
kompeten.
b. Asesmen keperawatan yaitu asesmen yang dilakukan oleh perawat yang kompeten.
5. Asesmen yang lain, antaralain :
a. Asesmen farmasi merupakan asesmen atau asuhan untuk mengidentifikasi
kebutuhan farmasi (obat atau alkes).
b. Asesmen nyeri merupakan asesmen atau pengkajian untuk mengidentifikasi rasa
nyeri/sakit pasien.
c. Asesmen risiko jatuh merupakan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan asesmen
ulang terhadap pasien yang diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
d. Asesmen gawat darurat merupakan asesmen atau pengkajian terhadap pasien dengan
kondisi gawat darurat atau emergensi.
e. Asesmen khusus yaitu asesmen individual untuk tipe-tipe pasien atau populasi pasien
tertentu yang didasari atas karakteristik yang unik, yaitu pada pasien-pasien: anak-anak,
dan dewasa.
B. TUJUAN
1. Tujuan dilakukannya asesmen awal adalah:
a. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
b. Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien.
c. Menetapkan diagnosis awal.
d. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya.
ASESMEN PASIEN
v
RENCANA TERAPI BERSAMA
BAB III
TATA LAKSANA
A. ASESMEN AWAL
1. Seluruh pasien baik rawat inap maupun rawat jalan yang datang ke Rs Mata Siantar
dilakukan asesmen untuk mengumpulkan informasi, sesuai standar profesi medik,
keperawatan dan profesi lain yang berlaku di RS Mata Siantar .
2. Asesmen awal terdiri dari asesmen awal medis dan keperawatan yang dilakukan pada pasien
gawat darurat, pasien poli klinik rawat jalan, dan pasien rawat inap dalam interval waktu
yang telah ditetapkan oleh PPA (Profesional pemberi asuhan) yang terdiri dari : refraksi
optisi, dokter mata, perawat dan farmasi.
vi
8. Diagnosis keperawatan
9. Riwayat alergi
10. Skrining nyeri
11. Skrining resiko jatuh
12. Skrining kebutuhan fungsional
13. Kebutuhan edukasi
14. Perencanaan pulang
b. Rawat Inap
Asesmen awal medis rawat inap sekurang - kurangnya meliputi :
1. Identitas pasien
2. Tanggal dan waktu
3. Anamnesis dan atau aloanamnesis
4. Pemeriksaan fisik
5. Riwayat kesehatan pasien
6. Psiko-sosio-spiritual
7. Status ekonomi
8. Diagnosis keperawatan /kerefraksian
9. Riwayat alergi
10. Asesmen nyeri
11. Asesmen resiko jatuh
12. Asesmen kebutuhan fungsional
13. Kebutuhan edukasi
14. Perencanaan pulang
c. Gawat Darurat
Asesmen awal medis gawat darurat sekurang - kurangnya meliputi :
1. Identitas pasien
2. Tanggal dan waktu
3. Anamnesis dan atau aloanamnesis
4. Pemeriksaan fisik
5. Riwayat kesehatan pasien
6. Psiko-sosio-spiritual
7. Status ekonomi
8. Diagnosis keperawatan /kerefraksian
9. Riwayat alergi
10. Skrining nyeri
11. Skrining resiko jatuh
12. Skrining kebutuhan fungsional
13. Kebutuhan edukasi
14. Perencanaan pulang
4. Asesmen awal harus menghasilkan pemahaman tentang penanganan dan rencana asuhan
yang sebelumnya telah diterima pasien, serta kebutuhan pasien saat dilakukan asesmen,
vii
keputusan tentang pelayananapa yang terbaik untuk pasien (best setting of care) serta adanya
diagnosis awal dan masalah kesehatan pasien.
5. Hasil dari asesmen awal dan rencana asuhan dikomunikasikan kepada pasien dan keluarga
melalui pemberian edukasi serta didokumentasikan di formulir edukasi terintegrasi.
6. Skrining pada asesmen awal wajib dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan atau asuhan
atau langkah-langkah tambahan yang harus diberikan kepada pasien. Skrining tersebut
dilakukan oleh PPJA yang berkompeten dan berwenang yang meliputi : Skrining nutrisional,
skrining nyeri, skrining kebutuhan fungsional, skrining risiko jatuh, dan skrining alergi.
Hasil dari skrining pasien yang membutuhkan asesmen lanjutan, maka dilakukan asesmen
ulang atau lanjutan untuk rencana penatalaksanaan kedepan.
A. ASESMEN ULANG
1. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar kondisi dan
pengobatan untuk menetapkan respon terhadap pengobatan dan untuk merencanakan
pengobatan atau untuk pemulangan pasien.
2. Asesmen ulang dilakukan oleh Professional Pemberi Asuhan (PPA) di rawat inap atau di
ruang perawatan intensif dalam bentuk catatan perkembangan yang terintegrasi dengan para
pemberi asuhan yang lain.
3. Asesmen ulang dilaksanakan dan didokumentasikan pada formulir catatan perkembangan
pasien terintegrasi, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pada interval yang reguler selama pelayanan sesuai dengan kondisi pasien.
b. Bila terjadi perubahan yang signifikan pada kondisi pasien.
c. Bila diagnosis pasien telah berubah dan kebutuhan asuhan memerlukan perubahan
rencana.
d. Asesmen ulang medis sekurang-kurangnya setiap hari termasuk akhir minggu oleh
dokter penanggung jawab pasien (DPJP) selama fase akut dari perawatan dan
pengobatan pasien. Pada pasien fase non akut dapat dilakukan kurang dari sekali oleh
dokter penanggung jawab pasien.
e. Asesmen ulang keperawatan dilakukan oleh perawat berkompeten dan memiliki
kewenangan klinis sekurang-kurangnya satu kali pershift atau lebih dari itu bila terdapat
perubahan kondisi pasien.
f. Asesmen ulang oleh profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya dilakukan sesuai
kebutuhan apabila ada permintaan khusus dari dokter penanggungjawab pasien (DPJP)
kepada PPA terkait.
4. Catatan perkembangan berisi catatan data subjektif dan objektif dari perjalanan dan
perkembangan penyakit. Secara umum catatan perkembangan berisikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Apakah keluhan dan gejala pasien sekarang? Adakah perubahan? Adakah perubahan
dalam penemuan pemeriksaan fisik?
b. Apakah ada data laboratorium baru?
c. Adakah perubahan formulasi kasus atau hubungan dari berbagai masalah medis satu
dengan yang lain ?
d. Adakah rencana yang baru dalam rencana diagnostik dan pengobatan pasien ?
5. Suatu catatan lanjutan yang baik dapat segera memberikan keterangan untuk berbagai hal
penting dan paling sedikit bisa menjawab hal-hal sebagai berikut :
a. Apakah ada keterangan diagnostik baru ?
b. Apakah pasien menjadi lebih baik atau lebih buruk ?
c. Apakah obat yang dipilih bekerja dengan baik ?
d. Apakah tindak lanjut diagnostik dan pengobatan berjalan atau direncanakan?
viii
6. Cara penulisan asesmen ulang di Catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) berbasis
IAR(Informasi-Analisis-Rencana) dengan format problem oriented dikenal dengan metode
SOAP. Konsep SOAP terdiri dari 4 bagian :
a. S = Subjective
Data subyektif yang berisikan keluhan pasien.Seringkali perkataan pasien ditulis dalam
tanda kutip supaya dapat menggambarkan keadaan pasien.
b. O = Objective
Data obyektif yang berisikan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
c. A = Assessment
Penilaian yang berisikan diagnosis kerja dan/atau diagnosis banding sebagai hasil
integrasi pemikiran dokter dan PPA lain (berdasarkan pengetahuannya mengenai
patofisiologi,epidemiologi, presentasi klinis penyakit, dan lain sebagainya) terhadap data
subjektif dan objektif yang ada.
d. P = Plan (Rencana/Instruksi)
Rencana yang berisikan rencana diagnosa, rencana terapi
(medikamentosa dan non medikamentosa), rencana monitoring, dan rencana
edukasi/penyuluhan.
ix
Level 2 Tanda vital tidak stabil dan sindrom
yang potensial mengancam, seperti
nyeri mata
5 menit
Level 3 Pasien membutuhkan lebih dari satu
sumber daya IGD untuk mengatasi 5-15 menit
masalah medisnya
9. Pada pasien dengan kegawatdaruratan dan memerlukan tindakan medis sehingga tidak ada
waktu yang cukup untuk mencatat secara lengkap riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
pasien, dokumentasi asesmen gawat darurat dapat dilengkapi setelah kondisi kegawatan
tertangani dalam batas waktu maksimum 2 jam setelah pasien masuk IGD.
10. Apabila pasien akan dilakukan operasi cito, harus ada sedikitnya catatan ringkas dan
diagnosis pra operasi yang dicatat dalam Formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi sebelum tindakan.
11. Hasil asesmen gawat darurat didokumentasikan di rekam medis dalam kronologi waktu yang
jelas, dan menunjang diagnosis kerja serta penanganan yang dilakukan.
12. Hasil dari asesmen awal gawat darurat dan rencana terhadap pasien dikomunikasikan kepada
keluarga pasien sebagai dasar pengambilan keputusan terhadap tindakan yang akan diambil
dan didokumentasikan dalam lembar edukasi terintegrasi.
x
minimal menuliskan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang relevan untuk justifikasi
diagnosis dan terapi.
6. Asesmen awal medis pasien rawat jalan sesuai refraksi spesialisasi dokter penanggungjawab
pasien (DPJP), meliputi asesmen awal pasien rawat jalan bedah, asesmen awal pasien rawat
jalan interna, asesmen awal pasien rawat jalan anak, Dokter membubuhkan tanda tangan dan
nama jelas di akhir dari penulisan di rekam medis.
7. Asesmen kurang dari 30 hari (tiga puluh) hari, apabila pasien sedang menerima prosedur
rawat jalan maka pengkajian awal diharuskan tidak lebih dari 30 hari. Apabila sudah lebih
dari 30 hari, maka riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik harus diperbaharui.
8. Asesmen lanjutan rawat jalan untuk pasien kontrol /kunjungan lanjutan, keluhan utama,
tanda-tanda vital menjadi fokus asesmen, evaluasi test diagnostik dan rencana
penatalaksanaan harus dilakukan dan didokumentasikan dalam formulir catatan
perkembangan pasien.
xi
E. ASESMEN KEPERAWATAN RAWAT INAP
1. Asesmen keperawatan rawat inap dilakukan oleh perawat
a. Asesmen Awal keperawatan rawat inap
1) Asesmen awal keperawatan pasien rawat inap dilakukan maksimal 8 jam sejak pasien
masuk di ruang rawat inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasiendan didokumentasikan
dalam formulir asesmen awal keperawatan secara lengkap.
2) Asesmen keperawatan berdasarkan umur (neonatus, anak dan dewasa), kondisi,
diagnosis dan perawatan akan meliputi sekurangkurangnya:
a) Tanda-tanda vital, berat badan dan tinggi badan
b) Riwayat Alergi
c) Penilaian fisik
d) Pengkajian sosial dan psikologis
e) Skrining gizi awal
f) Asesmen Nyeri (VAS, Wong BakerPain Scale, NIPS, FLACC, Comfort Scale)
g) Asesmen risiko jatuh (skala Morse)
h) Riwayat imunisasi (untuk pasien anak)
i) Asesmen risiko Decubitus Norton Scale(untuk pasien dewasa)
j) Kebutuhan edukasi
k) Identifikasi kelompok beresiko
l) Skrining kebutuhan Manager pelayanan pasien (MPP)
3) Upaya pengumpulan data yang tidak dapat diperoleh/ dinilai pada saat asesmen awal
akan dilanjutkan sampai dengan saat pasien dipulangkan.
xii
Asesmen neonatus, anak-anak, dewasa muda, usia lanjut, dan imunologi terganggu pada tahap
awal mengikuti ketentuan pada asesmen awal (poin sebelumnya). Untuk disiplin ilmu tertentu
yang tidak terdapat di Rumah Sakit Mata Siantar akan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang mampu memberi pelayanan yang dimaksud
Hasil dari seluruh kegiatan asesmen medis dan keperawatan di instalasi gawat darurat, unit
rawat jalan, dan unit rawat inap ditulis dalam lembar asesmen awal maupun lembar catatan
pasien terintegrasi (CPPT) kemudian disimpan dalam rekam medis.
xiii